Bab 3
Bab 3
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
21
d. Burning
Pembakaran terhadap batang-batang yang telah ditumbangkan yang tidak
produktif. Kemudian abu hasil pembakaran disebarkan merata, yang
bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah pucuk sebelum
dipindahkan.
bahan galian tersebut dapat diambil. Bila material tanah penutup tidak terlalu
keras bisa langsung dilakukan penggalian, namun apabila material tanah penutup
keras bisa menggunakan ripper ataupun pemboran dan peledakan. Setelah tanah
penutup dibongkar, maka tanah dapat dimuat menggunakan excavator ke alat
angkut dump truck untuk di timbun ke disposal area.
Universitas Sriwijaya
23
Universitas Sriwijaya
24
3.1.7 Dumping
Menurut Indonesianto (2005), dumping merupakan kegiatan penimbunan
material yang dipengaruhi oleh kondisi tempat penimbunan, mudah atau tidaknya
manuver alat angkut tersebut selama melakukan penimbunan. Untuk material
overburden ditimbun di lokasi penimbunan (waste dump), sedangan untuk
batubara ditimbun di stockpile.Pekerjaan penimbunan dipengaruhi oleh:
1. Cara melakukan penimbunan (side dump, rear dump, atau bottom dump).
2. Kondisi dari material yang akan ditumpahkan (fragmentasi dan
kelengketannya)
Universitas Sriwijaya
25
Truk kedua menunggu selagi alat gali muat memuat ke truk pertama,
setelah truk pertama berangkat, truk kedua berputar dan mundur. Saat
truk kedua dimuat, truk ketiga datang dan melakukan manuver, dan
seterusnya.
Tiga truk menempati tiga posisi yang berbeda di dekat excavator back
hoe, begitu truk pertama berangkat alat gali muat mengisi truk kedua,
Universitas Sriwijaya
26
setelah truk kedua berangkat alat gali muat mengisi truk ketiga, lalu
setelah truk ketiga berangkat alat gali muat mengisi kembali truk
keempat yang telah berada di posisi truk pertama.
2. Pemuatan ini berdasarkan dari posisi truk untuk dimuati hasil galian
excavator back hoe terdapat 2 macam yaitu :
a. Top Loading
Top loading merupakan cara pemuatan material dengan kondisi
kedudukan alat gali muat berada diatas tumpukkan material galian atau
berada diatas jenjang. Cara ini hanya dipakai pada alat gali muat
excavator back hoe. Selain daripada itu cara ini memudahkan operator
alat gali muat excavator back hoe untuk melihat bak sehingga lebih
leluasa dalam menempatkan material galian.
b. Bottom Loading
Bottom loading merupakan cara pemuatan material dimana ketinggian
alat angkut dan ketinggian truk adalah sama.
Universitas Sriwijaya
27
3. Pemuatan ini berdasarkan cara manuver dari alat gali muat excavator
back hoe dan dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Frontal Cut
Alat gali muat berhadapan dengan muka jenjang atau front penggalian.
Pada pola ini memuat pertama kali pada dump truck sebelah kiri sampai
penuh dan berangkat, setelah itu dilanjutkan pada dump truck sebelah
kanan.
Universitas Sriwijaya
28
kecil. Kerugian dari dump truck berkapasitas besar ialah waktu yang
dibutuhkan alat gali muat lebih lama dan suku cadang yang dibutuhkan
lebih sukar untuk didapatkan dipasaran.
hal penting karena pada suatu kondisi kemiringan tertentu, maka alat
angkut akan menyesuaikan kecepatan, daya dan kapasitas muatan.
2. Waktu Edar (Cycle Time) alat muat dan alat angkut
Waktu edar adalah waktu yang digunakan oleh alat mekanis untuk
melakukan satu siklus kegiatan. Setiap alat memiliki komponen waktu
edar yang berlainan. Besar kecilnya waktu edar tergantung pada jumlah
komponen yang ada dan waktu yang diperlukan oleh masing-masing
komponen tersebut. Untuk mengetahui waktu edar alat muat dan alat
angkut diperoleh dengan cara pengamatan di lapangan.
3. Peralatan
a. Berat alat
Berat alat adalah berat muatan ditambah berat alat dalam keadaan tanpa
muatan yang akan berpengaruh terhadap kelincahan gerak alat yang
otomatis berpengaruh dalam kecepatan kerja alat. Hal ini akan
mempengaruhi waktu edar dari alat angkut, namun hal ini harus
disesuaikan dengan batas maksimum dari alat itu sendiri.
b. Kapasitas alat
Kapasitas alat dipengaruhi oleh faktor pengembangan material dan faktor
pengisian. Perencanaan pemilihan alat sangat penting agar alat dapat
bekerja optimal sehingga produksi dapat tercapai.
c. Keterampilan dan pengalaman operator
Pengalaman kerja yang lama otomatis akan membuat operator terbiasa.
Pada kondisi-kondisi tertentu, pengalaman seorang operator perlu
dipermainkan karena faktanya dilapangan akan berbeda jika hanya
dilandasi dengan teori saja. Namun, pelatihan untuk operator dalam hal
pemahaman teori dasar juga perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja
dan pengetahuan akan alat kerjanya. Semakin baik kemampuan operator
dan semakin lincah operator mengoperasikan peralatan maka akan
memperkecil waktu edar dari peralatan tersebut.
4. Sifat material
Keadaan material yang akan digali sangat mempengaruhi suatu proses
penambangan dan kemampuan alat gali muat dan angkut yang akan
Universitas Sriwijaya
31
digunakan, adapun sifat material yaitu bersifat keras, lunak dan sangat
lunak yang dinyatakan dalam bank cubic meter (BCM), loose cubic meter
(LCM). Hal ini terjadi karena adanya perubahan sifat fisik material
sebelum digali, sesudah digali dan dipadatkan kembali setelah digali
BCM adalah volume material pada kondisi aslinya di tempat (insitu) yang
belum terganggu. LCM adalah volume material yang sudah lepas akibat
penggalian, sehingga volumenya bertambah dengan berat tetap sama.
5. Efisiensi kerja
Efisiensi kerja adalah penilaian terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan
atau merupakan perbandingan antara waktu yang dipakai untuk bekerja
dengan waktu yang tersedia.Waktu kerja efektif adalah waktu yang benar-
benar dipakai bekerja bersama alat mekanis yang digunakan untuk
kegiatan produksi. Untuk dapat menentukan waktu kerja efektif harus
dilakukan analisa waktu kerja yang dilakukan pada jam kerja yang telah
dijadwalkan. Jam kerja yang telah direncanakan untuk setiap shift
merupakan waktu yang tersedia untuk semua alat mekanis. Efisiensi kerja
juga dipengaruhi oleh kinerja operator dan pemberhentian waktu kerja
sementara alat, misalnya karena adanya aktifitas peledakan. Besarnya
waktu yang tersedia ini dalam kenyatannya belum dapat digunakan
seluruhnya untuk produksi (kurang dari 100%). Hal ini disebabkan karena
adanya hambatan-hambatan yang terjadi selama alat mekanis tersebut
berproduksi. Sehingga karena hal-hal tersebut, sangat jarang dalam satu
jam operator betul-betul bekerja selam 60 menit. Beberapa faktor yang
mempengaruhi penilaian terhadap efisiensi kerja, antara lain:
a. Waktu kerja nyata yang terjadi
Waktu kerja penambangan adalah jumlah hari kerja yang digunakan
untuk melakukan kegiatan penambangan yang meliputi penggalian,
pemuatan, pengangkutan, dan peremukan.Efisiensi kerja semakin besar
apabila banyaknya waktu kerja nyata untuk penambangan semakin
mendekati jumlah waktu yang tersedia.
b. Hambatan – hambatan yang terjadi
Universitas Sriwijaya
32
KB Eff FB SF 3600
P Densitas Batubara ….. (3.1)
CT
Universitas Sriwijaya
33
Keterangan:
P = Produktivitas alat gali muat, bcm/jam atau ton/jam untuk batubara
KB = Kapasitas bucket specs alat
FB = Factor Bucket (faktor koreksi pengisian bucket)
SF = Swell factor
Eff = Effisiensi kerja alat
CT = Waktu edar alat gali muat/excavator, detik
n KB Eff FB SF 3600
P Densitas Batubara
CT ….. (3.2)
Keterangan:
P = Produktivitas alat angkut, bcm/jam atau ton/jam
n = Frekuensi pengisian truck
KB = Kapasitas bucket specs alat
FB = Factor Bucket (faktor koreksi pengisian bucket)
SF = Swell factor
Eff = Effisiensi kerja alat
CT = Waktu edar alat angkut/dump truck, detik
n nH CtL
MF
nL CtH
Keterangan:
MF = Match Factor
n = Banyak pengisian
nH = Jumlah dump truck
nL = Jumlah alat gali muat
CtH = Waktu edar alat angkut (menit)
CtL = Waktu edar alat gali muat (menit)
(Indonesianto, 2005) Jika MF < 1 maka ada waktu tunggu (Wt) untuk alat
gali muat.
Keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut berpengaruh ter hadap
faktor kerja. Hubungan yang tidak serasi antara alat muat dan alat angkut
akan menurunkan faktor kerja. Faktor kerja alat muat dan alat angkut akan
mencapai 100% jika MF = 1, sedangkan bila MF < 1 maka faktor kerja alat
angkut = 100% dan faktor kerja alat muat < 100% (alat loading menunggu
alat angkut). Sebaliknya bila MF > 1, maka faktor kerja alat muat = 100%
dan faktor kerja alat angkut < 100% (alat hauling antri). Keserasian kerja
antara alat muat dan alat angkut akan terjadi pada saat harga MF = 1, pada
saat itu kemampuan alat muat akan sesuai dengan alat angkut (Indonesianto,
2005).
Universitas Sriwijaya