Anda di halaman 1dari 14

5

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1. Profil Perusahaan


2.1.1. Sejarah Perusahaan
PT. Bukit Asam (Persero) Tbk dalam perkembangannya memiliki sejarah
yang panjang sejak zaman penjajahan dan telah mengalami beberapa kali
pergantian nama perusahaan. Penambangan batubara di Tanjung Enim dimulai
sejak zaman kolonial Belanda pada tahun 1919 dengan menggunakan metode
penambangan terbuka di wilayah operasi pertama, yaitu di Tambang Air Laya
(TAL). Sebelum kegiatan penambangan tersebut berjalan pada tahun 1919, telah
dilakukan kegiatan eksplorasi pada tahun 1915 sampai tahun 1918. Hasil yang
didapatkan dari kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh bangsa Belanda dibawah
pimpinan Ir. Man Haat menunjukkan adanya kandungan batubara yang besar di
kawasan Bukit Asam. Selanjutnya mulai tahun 1923 dioperasikan menggunakan
metode penambangan bawah tanah (underground mining) hingga tahun 1940,
sedangkan produksi batubara untuk kepentingan komersial dimulai pada tahun
1938. Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, maka
para karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan status tambang
menjadi pertambangan nasional. Pada tahun 1950, Pemerintah RI mengesahkan
pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA).
Pada tahun 1981, PN TABA berubah status menjadi Perseroan Terbatas
dengan nama PT. Tambang Batubara Bukit Asam, yang selanjutnya disebut
perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan industri batubara di
Indonesia, maka pada tahun 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan Perum
Tambang Batubara dengan Perseroan.
Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada
tahun 1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha
briket batubara. Pada 23 Desember 2002 Perseroan mencatatkan diri sebagai
perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode “PTBA”.
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. merupakan Badan Usaha Milik Negara yang
bergerak di bidang pertambangan dan didirikan pada tanggal 2 Maret 1981

Universitas Sriwijaya
6

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1980 dengan Kantor Pusat di


Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Seiring dengan perluasan tambang, maka daerah
penambangan yang dilakukan oleh PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. semakin
meluas hingga terbentuklah tambang Muara Tiga Besar (MTB) dan tambang
Banko Barat dengan menggunakan metode penambangan yang sama di Tambang
Air Laya (TAL).

2.1.2. Data Umum Perusahaan


Data umum dari perusahaan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, yaitu ;
1. Nama : PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Sumatera Selatan, Indonesia.
2. Alamat : Jalan Parigi No.1 Talang Jawa Tanjung Enim Kecamatan
Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera
Selatan 31716
3. Telephone : 0734-451096
4. Website : http://www.ptba.co.id

2.1.3 Visi Perusahaan dan Misi Perusahaan


Visi perusahaan
Menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan.
Misi Perusahaan
Mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi korporasi
dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi
stakeholder dan lingkungan.

2.1.4. Struktur Organisasi


Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian
serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan
kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di harapakan dan di inginkan.
Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan
antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi
dibatasi. Struktur organisasi perusahaan dibuat untuk meningkatkan kinerja dari
setiap divisi penyokong dalam suatu perusahaan. Dengan struktur organisasi yang

Universitas Sriwijaya
7

optimal maka diharapkan mampu mendukung mendukung pencapaian target di


setiap tahunnya.
Dalam rangka optimalisasi kekuatan yang dimiliki dan menangkap peluang
yang ada, diperlukan suatu struktur organisasi yang dinamik dalam menghadapi
persaingan usaha yang semakin kompetitif. Struktur organisasi telah disusun
sedemikian rupa untuk mampu mengantisipasi kebutuhan dan perkembangan
organisasi, baik untuk saat ini maupun untuk masa depan. Penyususan struktur
organisasi ini dilakukan atas dasar spesifikasi lengkap dengan fungsi yang
melekat agar mampu mendukung pencapaian target secara optimal dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) tanggal
27 Desember 2006, anggota direksi berubah dari lima orang menjadi enam orang,
dan dalam organisasi baru ini terdapat dua direktorat yang tugasnya menjadi lebih
focus, yaitu Direktorat Niaga dan Direktorat Pengembangan Usaha. Direktur
Niaga focus pada upaya peningkatan pendapatan dan efisiensi biaya melalui
proses pengadaan barang dan jasa berdasarkan prisip Good Coorporate
Governance (GCG). Direktur Pengembangan Usaha focus pada pengembangan
usaha perusahaan dan memberikan jaminan pertumbuhan perusahaan secara
jangka panjang.
Berikut struktur organisasi PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. (Gambar 2.1) :

Gambar 2.1 Struktur organisasi PT Bukit Asam (Persero), Tbk (www.ptba.co.id)

2.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Universitas Sriwijaya
8

Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT. Bukit Asam terletak di


Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi
Sumatera Selatan dengan ketercapaian jarak kurang lebih 186 km Barat Daya dari
pusat kota Palembang. Wilayah IUP PT Bukit Asam terletak pada posisi 30 44’
58.65” LS - 30 46’ 18.600” LS dan bujur 1030 45’ 32.055” BT - 1030 47’ 31.228”
BT. Kemudian secara atau garis bujur 9.583.200 – 9.593.200 dan lintang 360.600
– 367.000 dalam sistem koordinat internasional. Untuk sampai ke lokasi
penelitian dari pusat kota Palembang dapat menggunakan kendaraan roda empat
melewati jalanan beraspal dengan waktu lebih kurang 5 jam perjalanan.

Gambar 2.3.

Kesampaian daerah PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Unit


Penambangan Tanjung Enim. (Satker Eksplorasi Rinci PT Bukit
Asam (Persero), Tbk, 2016)
Terletak pada + 186 km Barat Daya dari pusat kota Palembang. Daerah
Operasional penambangan Tambang Banko Barat merupakan site baru pada Unit
Pertambangan Tanjung Enim PT Bukit Asam (Persero), Tbk. Pada lokasi
Tambang Banko Barat, PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Unit Pertambangan
Tanjung Enim (UPTE) menggunakan metode konvensional dengan tipe Shovel
and Truck menggunakan Excavator and Dump Truck. Untuk melihat lokasi daerah
Tambang Banko Barat dapat dilihat pada gambar dibawah ini (Gambar 2.4)

Universitas Sriwijaya
9

Gambar 2.4. Lokasi PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Unit Penambangan Tanjung
Enim. (Satker Geologi PT Bukit Asam (Persero), Tbk, 2016)

2.3. Keadaan Topografi


Secara umum topografi pada areal penambangan PT Bukit Asam (Persero)
Tbk. berupa daerah perbukitan yang agak landai, dilalui oleh Sungai Enim dengan
elevasi terendah pada berada dasar sungai +30 mdpl dan elevasi tertinggi berada
pada puncak Bukit Asam +282 mdpl. Sedangkan secara khusus keadaan topografi
pada lokasi penelitian yakni Tambang Banko Barat Pit-3 Barat umumnya
bergelombang dengan ketinggian +60 m sampai +110 mdpl, daerah ini terdiri atas
sungai, hutan, lembah dan beberapa areal pertanian, perkebunan karet, dan daerah
pemukiman penduduk. (Data satker Eksplorasi Rinci PT Bukit Asam (Persero)
Tbk, 2016).

2.4. Geologi dan Statigrafi


2.4.1. Geologi
Kondisi geologi pada daerah Tanjung Enim dan sekitarnya tersusun atas
formasi air benakat, formasi muara enim dan formasi kasai. Formasi Air Benakat
merupakan permulaan endapan regresi dan terdiri dari lapisan pasir pantai.
Penyebarannya jauh lebih luas dari formasi sebelumnya dan penumpangan (on
lapping) terjadi di atas batuan pra-Tersier ke arah timur pada Paparan Sunda.

Universitas Sriwijaya
10

Formasi Muara Enim lebih merupakan endapan rawa sebagai fase akhir regresi,
dan terjadilah endapan batubara yang penting. Litologi tersusun atas batu
lempung, batu lanau dan sisipan batubara. Batu pasir meningkat pada bagian atas
formasi ini, ditemui juga sisipan tuff, batu lempung tufan, dan batu pasir tufan
Pengendapannya pada lingkungan transisi (delta-lagoon-rawa) yang berangsur-
angsur berubah menjadi lingkungan pengendapan darat. Formasi Kasai
diendapkan di atas Formasi Muara Enim pada lingkungan Fluviatil. Formasi ini
adalah formasi termuda berumur Pliosen dengan ciri litologinya berasal dari hasil
erosi sedimen pembentuk lipatan (Plio-Pleistosen), hasil erosi dari Bukit Barisan
dan hasil kegiatan gunung berapi pada masa itu.

Gambar 2.5. Peta Geologi Regional Tanjung Enim, Sumatera Selatan (Satker
Geologi PT Bukit Asam (Persero), Tbk..)

Pada daerah Tanjung Enim juga terdapat aktivitas magma yang


menyebabkan keberagaman struktur geologi dan banyaknya lapisan batubara.
Aktivitas magma ini juga dibuktikan dengan adanya batu andesit yang menyusup

Universitas Sriwijaya
11

ke lapisan batubara. Adapun material – material yang menyusun daerah Tanjung


Enim dan sekitarnya berupa batu lempung, batu pasir, bentonit, batubara, gravel,
batu lanau, dan andesit.

2.4.2. Stratigrafi
Batubara yang berada di daerah Tanjung enim dan sekitarnya yang
memiliki potensi untuk ditambang yaitu berada pada Formasi Muara Enim.
Formasi pembawa batubara (coal bearing formation) di area penambangan PT
Bukit Asam adalah Formasi Muara Enim (Gunradi dkk, 2005;United Nations,
1987). Lapisan batubara pada formasi Muara Enim dibagi menjadi empat bagian,
yang diberi nama M1, M2, M3, dan M4 (berurutan dari bawah ke atas) yang
ditunjukkan oleh Gambar 2.6.
Unit M1 merupakan lapisan yang paling bawah dari Formasi Muara Enim
mengandung dua lapisan, yaitu Lapisan Keladi (5 – 10 m) dan Merapi (0.2 – 1 m).
Unit ini terdiri dari batu pasir dan batu lanau dengan ketebalan mencapai 150-250
meter. Unit M2 mengandung mayoritas lapisan batubara yang terdapat di Tanjung
Enim. Lapisan batubara tersebut dinamakan lapisan batubara C (Petai) dengan
ketebalan 5 – 9 m, lapisan batubara B (Suban) dengan ketebalan 10 – 18 m dan
lapisan batubara A (Mangus), dengan ketebalan 8 – 12 m. Unit M3 mengandung
beberapa lapisan batubara dengan ketebalan kurang dari 2 m, hanya ada 1 lapisan
batubara yang cukup tebal yaitu lapisan batubara Benuang dengan ketebalan 1-2
m. Unit M4 mengandung beberapa lapisan batubara dengan ketebalan mencapai
20 m, lapisan batubara tersebit antara lain: lapisan batubara Kebon, Enim,
Jelawatan dan Niru dan lapisan Lempung tufaan, Lanau dan endapan pasir fluvial.
Dari empat sub-bagian itu lapisan M2 dan M4 mengandung lapisan batubara yang
paling ekonomis dan potensial secara ekonomis (Satker Geologi PT Bukit Asam
(Persero), Tbk., 2016). Hal ini dikarenakan adanya lapisan-lapisan batubara yang
tebal.
Formasi Muara Enim terdiri dari lapisan batubara Mangus, Suban, dan
Petai. Pada formasi muara enim juga terdapat intrusi magma. Adapun urutan
stratigrafi lapisan batubara daerah Tanjung Enim dan sekitarnya pada formasi
muara enim dari yang termuda ke yang tertua sebagai berikut :

Universitas Sriwijaya
12

1. Lapisan Batubara Mangus Atas (Batubara A1)


Lapisan batubara ini mempunyai ketebalan antara 6,5-10 m. Dicirikan
adanya 3 buah pita berwarna putih dengan ketebalan kurang dari 40 cm,
yang berupa sisipan batulempung tufaan. Overburden lapisan ini dicirikan
oleh batulempung berwarna abu-abu gelap kehijauan serta dijumpai
claystone iron yang sangat keras berwarna coklat kemerahan denga
ketebalan seluruhnya sampai batubara yang dinamakan Hanging Seam.
Lapisan ini dengan sisipan batubara silikaan dan lapisan pengotor.
2. Lapisan Batubara Mangus Bawah (Batubara A2)
Lapisan batubara ini mempunyai ketebalan 9-13 m. Berwarna hitam
mengikilap di daerah intrusi. Interburden lapisan batubara A2 dengan A1
dicirikan oleh litologi batu lempung, batu pasir tufaan dan benten.
Ketebalan ini 0,5-2 m. Lapisan silikaan terdapat di bagian atas dari
lapisan batubara A2 ini.
3. Lapisan Batubara Suban Atas (Batubara B1)
Lapisan batubara ini berwarna hitam mengkilat di sekitar intrusi dan
berubah warna menjadi hitam kusam pada daerah yang jauh dari intrusi.
Terdapat mineral Pyrit dan batulempung berwarna hitam serta sangat
keras dengan ketebalan kurang dari 5 m. Ketebalan lapisan batubara ini
kurang lebih 8-12 m. Interburden antara batubara A2 dengan B1 dicirikan
oleh adanya batulempung dan batulempung lanauan yang berwarna
kelabu dan massif serta mengandung mineral pyrite, dan ketebalan
Interburden ini antara 15-23 m dan terdapat lapisan batubara tipis yang
disebut Suban Marker.
4. Lapisan Batubara Suban Bawah (Batubara B2)
Lapisan batubara ini mempunyai ketebalan 4-5 m, dengan batubara yang
berwarna hitam kecoklatan dengan tidak teratur dan terdapat mineral
Pyrit di dalam batubara ini. Interburden antara batubara B1 dengan
batubara B2 dicirikan dengan batu lempung massif, Batupasir dengan
ketebalan lapisan antara 2-5 m.
5. Lapisan Batubara Petai (Batubara C)

Universitas Sriwijaya
13

Lapisan batubara ini mempunyai ketebalan antara 7-10 m, berwarna


hitam mengkilat dan mengandung lapisan pengotor batubara lempung dan
batulanau dengan ketebalan sekitar 10-15 cm. Interburden antara batubara
C dengan batubara B2 dicirikan oleh batu pasir dengan sisipan batulanau
dengan ketebalan sekitar 20-40 m dan batulempung berwarna abu-abu
terang.

Gambar 2.6 Sekuen Stratigrafi dan kolom litologi lapisan batubara daerah
Tanjung Enim dan sekitarnya (Satker Geologi PT Bukit Asam
(Persero), Tbk.)
Lapisan batubara yang tersebar wilayah Tambang Banko Barat terdiri dari
lapisan batubara A, lapisan batubara B dan lapisan Batubara C yang memiliki arah
kemiringan antara 180 hingga 250. Keadaan kondisi geologi yang kompleks
menyebabkan beberapa lapisan batubara mengalami splitting secara intensif.
Batubara lapisan A membentuk lapisan A1dan lapisan A2. Lapisan Batubara seam

Universitas Sriwijaya
14

B terbagi lagi menjadi B1 dan B2. Secara vertikal lapisan batubara juga
menunjukkan fenomena menebal dan menipis disebabkan oleh perubahan fasies
satuan batuan selama proses pengendapan. Litologi lapisan yang ada di daerah
Tambang Banko Barat adalah sebagai berikut (Gambar 2.7) :

Universitas Sriwijaya
15

Gambar 2.7. Penampang litologi daerah Tambang Banko Barat (Satker Geologi
PT Bukit Asam (Persero), Tbk,2016)
Universitas Sriwijaya
16

1. Lapisan Tanah Penutup (Interburden)


Interburden ini mempunyai ketebalan berkisar antara 25-110 meter terdiri
dari tanah buangan tanah lama, batu lempung bentonitan, pasir, gravel, dan
endapan lumpur.
2. Lapisan Batubara Mangus A1
Umumnya dicirikan dengan adanya lapisan pengotor sebanyak 2-3 lapis dan
dibagian dasarnya kadang dijumpai lensa – lensa batu lanau (siltstone) pada
posisi 0,4 – 2,6 meter dari dasar dengan ketebalan 2 – 15 cm. Ketebalan
lapisan batubara Mangus A1 berkisar antara 6,5-10 meter.
3. Lapisan antara (interburden) A1 dan A2
Terdiri dari batu lempung dan batu pasir tuffaan dengan ketebalannya
bekisar 0,5-2,0 meter.
4. Lapisan Batubara Mangus A2
Lapisan ini dicirikan oleh adanya lapisan silika di bagian atas yang sangat
keras dengan tebal 20 – 40 cm, kadang – kadang dijumpai pita pengotor batu
lempung karbonan dengan tebal 2 – 15 cm, dan juga terdapat lensa – lensa
batu lanau dengan tebal 1 – 15 cm. Ketebalan lapisan batubara ini berkisar 5
-12,9 meter.
5. Lapisan antara (interburden) A2 dan B1
Lapisan ini merupakan perulangan batu pasir dan batu lanau dengan sisipan
tipis batubara lempung karbonan (Suban Marker) dengan tebal 15 – 40 cm.
Ketebalan lapisan ini sekitar 15 – 23 meter.
6. Lapisan Batubara B1
Dijumpai adanya lapisan pengotor sebanyak 2 – 3 lapis berupa batu lempung
lanauan karbonan dengan ketebalan 2 – 15 cm. Ketebalan lapisan batubara
ini berkisar 8 – 12 meter.
7. Lapisan antara (interburden) B1 dan B2
Selang – seling batu lempung dan batu lanau. Ketebalan lapisan ini 2 – 5,5
meter.
8. Lapisan Batubara B2
Dijumpai adanya pita pengotor berupa batu lempung lanauan karbonan yang
kadang – kadang juga berbentuk lensa. Ketebalan lapisan ini berkisar antara
3-5 meter.
9. Lapisan antara (interburden) B2 dan C
Lapisan ini terdiri dari batu pasir, batu lanau lempungan dan
ketebalannyaberkisar 25-40 meter.
10. Lapisan Batubara C
Lapisan ini merupakan lapisan tunggal dan umumnya memiliki 1 – 2 lapisan
pengotor berupa batu lempung. Ketebalan lapisan ini berkisar 6 -10 meter.
Universitas Sriwijaya
17

2.5. Iklim dan Curah Hujan


2.5.1 Iklim
Pada daerah lokasi penelitian Banko Barat umumnya mempunyai iklim
yang sama dengan daerah lainnya di Indonesia, yakni terdiri dari dua musim yaitu
musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan November
sampai dengan bulan April dan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai
dengan bulan Oktober dengan curah hujan rata-rata pada tahun 2016 (Data Satker
Rensihid PT Bukit Asam (Persero) Tbk, 2016)
Wilayah Banko Barat memiliki iklim tropis basah dengan kelembaban dan
temperatur yang berkisar antara 23¬0 C sampai dengan 36,50 C. Kelembaban
udara rata-rata berkisar 57% sampai dengan 85% dengan kelembaban relatif
maksimum berkisar 98% terjadi pada pagi hari dan kelembaban relatif minimum
berkisar 35% terjadi pada siang hari

2.5.2 Curah Hujan


Rekapitulasi data curah hujan bulanan perkiraan dan aktual hujan tahun
2016 Berdasarkan data pengamatan curah hujan pada Tambang Banko Barat Juli
2016 (Tabel 2.1), diperkirakan curah hujan sebesar 148.2 mm, aktualnya lebih
kecil dari perkiraan yaitu 85.7 mm. Perkiraan curah hujan pada bulan Juli 2016
lebih besar dibandingkan dengan yang aktual, maka kemungkinan besar juga
bahwa pada bulan berikutnya besaran curah hujan di wilayah Tambang Banko
Barat akan berada dibawah perkiraan.

Pada bulan Agustus 2016 diperkirakan curah hujan nya sebesar 129.4 mm.
Untuk tahun 2016 secara keseluruhan, perkiraan curah hujan tertinggi yaitu 475.3
mm pada bulan Desember dan yang terendah yaitu 106.6 mm pada bulan Juni.
(Tabel 2.1)
Tabel 2.1 Rekapitulasi data curah hujan bulanan perkiraan dan aktual hujan tahun
2016

Banko Barat

Bulan Curah Hujan (mm) Jam Hujan Hari Hujan Frek. Hujan
Perkira Perkir Aktua Perkir Akt Perkir Akt
Aktual % % % %
an aan l aan ual aan ual

Universitas Sriwijaya
18

Jan 439.6 477 108 68.4 67.4 99 19 22 115 37 42 113


Peb 446.6 321 72 67.1 59.8 89 19 18 95 35 37 106
Mar 365.4 693 190 53.9 97.3 180 17 26 151 26 47 180
Apr 380.5 506 133 51.7 65 126 17 22 130 24 32 131
Mei 258.7 323 125 30.4 42.3 139 13 19 144 21 27 130
Jun 106.6 154 145 13.8 15.3 110 9 8 94 10 9 86
Jul 148.2 85.7 58 17.8 13.4 75 8 7 90 14 -
Agt 129.4 - 12.5 - 7 - 9 -
Sep 148.1 - 19.8 - 8 - 11 -
Okt 244.1 - 32.6 - 13 - 19 -
Nop 315 - 50.6 - 17 - 25 -
Des 475.3 - 73 - 20 - 33 -

Jumlah 3,457.4 2,559.1 74 491.5 360.5 73 167 122 73 264 194 73

Sumber : Satker Rensihid PT Bukit Asam (Persero), Tbk, 2016

2.6 Kualitas Batubara


Batubara di bukit asam memiliki kualitas yang bermacam-macam, antara
lain karena adanya instrusi batuan beku di beberapa tempat yang muncul di
permukaan sebagai andesit. Hal ini terjadi karena pemanasan oleh instrusi
mengakibatkan keluarnya kandungan air dari batubara sehingga penipisan terjadi.
Pemanasan ini juga menaikkan peringkat (rank) batubara. Di Pit-1 Banko Barat
terdapat rank batubara dari BB-50 LS sampai dengan BB-52 HS. (Tabel 2.2)

Tabel 2.2 Rank Batubara di lokasi Pit-1 Banko Barat PT. Bukit Asam (Persero)
Tbk.
1 BB – 50LS A1
2 BB – 52LS A2
3 BB – 52LS B1
4 BB – 52HS B2
5 BB – 52HS C
Sumber : Satker Renops PT Bukit Asam (Persero), Tbk, 2016

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai