Anda di halaman 1dari 20

35

BAB 4
PEMBAHASAN

4.1. Aktivitas Penambangan Di Banko Barat Pada Lokasi Pit 1 Barat


(Lokasi Penambangan PT Berkah Prima Persada)
Aktivitas penambangan adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan
untuk mengambil endapan bahan galian dari dalam dan luar permukaan bumi
berupa batuan atau material yang berharga kemudian dapat dimanfaatkan secara
ekonomis. Aktivitas penambangan pada front Banko Barat lokasi Pit 1 Barat
(lokasi penambangan PT Berkah Prima Persada) adalah penambangan dengan
sistem tambang terbuka dengan menggunakan metode kombinasi shovel dan
truck. Sistem panambangannya meliputi kegiatan land clearing, pengupasan
lapisan penutup (top soil), penggaruan (ripping), pemuatan (loading),
pengangkutan (hauling), penimbunan disposal (dumping), ripping Batubara,
loading batubara, hauling batubara dan dumping batubara. Operasional
produksinya menggunakan alat gali muat dan alat angkut Hydraulis excavator dan
hauling dump serta alat penunjang seperti bulldozer, motor grader, compactor,
dan lain-lain.
Pada awal kegiatan pertambangan, pengukuran awal yang baik termasuk
survey lokasi dan pematokan awal menentukan kelancaran pelaksanaan
penambangan berikutnya. Salah satu kegiatan yang paling mendasar pada proses
penambangan adalah kegiatan survey. Pada kegiatan pertambangan, survey
memiliki berbagai macam kegunaan, salah satunya adalah untuk mengetahui
kemajuan tambang (mine progress) pada suatu satuan waktu tertentu. Pada tahap
awal sebelum operasi penambangan dilakukan pematokan oleh tim survey.
Pematokan ditandai dengan dipasangnya patok kayu pada elevasi tertentu
berdasarkan perencanaan yang telah ditentukan. Hal ini bertujuan untuk
menentukan batasan operasi penambangan, sehingga mempermudah operasi
penambangan dan memberikan informasi batas daerah yang perlu digali oleh alat
mekanis. Pematokan juga bertujuan untuk menentukan dimensi lereng, dimensi
lereng tersebut tergantung dari material yang ada di sekitar area yang akan
dijadikan lereng. Oleh karena itu, pematokan sangat diperlukan sebagai acuan

Universitas Sriwijaya
36

operasi penambangan agar sesuai perencanaan berdasarkan kajian teknis,


ekonomis, dan lingkungan.

(a) (b)

Gambar 4.1. Elevasi Perencanaan (a) dan Tanda Batas Penggalian (b) (PT Bukit
Asam (Persero), Tbk.)

4.1.1. Pembersihan Lahan (Land Clearing)


Tahapan pekerjaan penambangan umumnya diawali dengan
mempersiapkan lahan, yaitu mulai dari pemotongan pepohonan hutan,
pembabatan sampai ke pembakaran yang dinamakan land clearing. Land
Clearing adalah proses pembersihan lahan sebelum aktivitas penambangan
dimulai. Pembersihan merupakan suatu kegiatan awal yang harus dilakukan dalam
memulai suatu penambangan yaitu dengan pembersihan lahan dari semak-semak
belukar, pohon-pohon besar maupun kecil dari bongkahan-bongkahan batuan
yang ada didaerah penambangan. Pembersihan lahan (land clearing) dilakukan
untuk membersihkan semak-semak, pohon-pohon dan menyingkirkan material
yang akan menghalangi kegiatan penambangan. Dalam proses land clearing ini,
penambangan Banko Barat Lokasi Pit 1 Barat (Lokasi penambangan PT Berkah
Prima Persada) menggunakan bulldozer Komatsu D 375 A.

Universitas Sriwijaya
37

Gambar 4.2. Pembersihan Lahan (Land Clearing) (PT Bukit Asam (Persero),
Tbk.)

4.1.2. Pengupasan Tanah Pucuk (Top Soil)


Pengupasan tanah pucuk ini dilakukan terlebih dulu dan ditempatkan
terpisah terhadap tanah penutup (overburden), agar pada saat pelaksanaan
reklamasi dapat dimanfaatkan kembali. Pengupasan top soil ini dilakukan sampai
pada batas lapisan subsoil, yaitu pada kedalaman dimana telah sampai di lapisan
batuan penutup (tidak mengandung unsur hara). Kegiatan pengupasan tanah
pucuk ini terjadi jika lahan yang digali masih berupa rona awal yang asli (belum
pernah digali/tambang). Sedangkan untuk lahan yang bekas penambangan liar
biasanya lapisan top soil tersebut telah tidak ada, sehingga kegiatan tambang
diawali langsung dengan penggalian batuan penutup. Tanah pucuk yang telah
terkupas selanjutnya di timbun dan dikumpulkan pada lokasi tertentu yang dikenal
dengan istilah Top Soil Bank. Untuk selanjutnya tanah pucuk yang terkumpul di
top soil bank pada saatnya nanti akan dipergunakan sebagai pelapis teratas pada
lahan disposal yang telah berakhir dan memasuki tahapan program reklamasi.
Pada proses ini alat yang digunakan adalah hydraulic excavator sebagai
alat gali muat tanah humus, dumptruck HD 465 untuk pengangkutan tanah humus,
dan juga bulldozer Komatsu D 375 A sebagai sarana pendukung dalam proses
pembuatan jalan akses menuju tambang (dibantu juga dengan compactor dan
grader), dan membuat saluran air jika diperlukan.

Universitas Sriwijaya
38

Gambar 4.3. Pengupasan Tanah Pucuk (Top Soil) (PT Bukit Asam (Persero),Tbk.)

4.1.3. Penggalian Tanah Penutup (Overburden)


Pengupasan lapisan tanah penutup yaitu pemindahan suatu lapisan tanah
atau batuan yang berada diatas cadangan bahan galian, agar bahan galian tersebut
menjadi tersingkap. Untuk mewujudkan kondisi kegiatan pengupasan lapisan
tanah penutup yang baik diperlukan alat yang mendukung dan sistimatika
pengupasan yang baik. Pekerjaan pengupasan lapisan tanah penutup merupakan
kegiatan yang mutlak harus dikerjakan pada pertambangan terutama pada kegiatan
penambangan yang menggunakan sistem tambang terbuka.
Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup ditentukan oleh rencana
target produksi, semakin baik rancangan pada pengupasan lapisan tanah penutup
maka rencana target produksi semakin baik. Target rencana produksi overburden
pada tambang Banko Barat lokasi Pit 1 Barat bulan Juli 2016 sebesar 750.000
bcm. Penggalian dikerjakan dengan menggunakan alat excavator backhoe
Komatsu PC 850 SE dan Volvo Ec 700 BLc. Materialnya kemudian diangkut
dengan menggunakan alat angkut dump truck Hino 700 sebanyak 6 unit untuk
excavator backhoe Komatsu PC 850 SE dan dump truck Hino 700 sebanyak 6 unit
untuk excavator backhoe Volvo Ec 700 BLc.

Universitas Sriwijaya
39

Gambar 4.4. Penggalian material Overburden (PT Bukit Asam (Persero),Tbk.)

4.1.4. Pemuatan dan Pengangkutan Tanah Penutup (Loading dan Hauling


Overburden)
Material overburden diangkut ke dalam alat angkut, selanjutnya dibawa
ke area disposal atau backfilling disisi utara dari front. Proses pemuatan ini
menggunakan metode single stopping sedangkan untuk pola pemuatannya adalah
top loading.
Pemuatan material overburden menggunakan excavator backhoe
Komatsu PC 850 dan Volvo Ec 700 BLc . Untuk pemuatan overburden dengan
menggunakan excavator backhoe Komatsu PC 850 dibutuhkan kurang lebih 4
bucket ke dalam vessel dump truck Hino 700 ext 510, selanjutnya material dibawa
ke area disposal atau backfilling dengan jarak 1900 meter. Dalam pemuatan
overburden ini vessel tidak boleh terisi terlalu penuh dikarenakan apabila terlalu
penuh maka material yang diangkut akan tumpah pada saat dump truck
mengalami tanjakan. Untuk pemuatan overburden dengan menggunakan
excavator backhoe Volvo Ec 700 BLc dibutuhkan kurang lebih 4 bucket ke dalam
dump truck Hino 700 ext 523 , selanjutnya dibawa ke area disposal atau
backfilling dengan jarak 1400 meter.

Gambar 4.5. Pemuatan material Overburden (PT Bukit Asam (Persero), Tbk.)

Universitas Sriwijaya
40

4.1.5. Penimbunan Disposal (Dumping)


Pengangkutan material overburden diangkut dengan dengan
menggunakan dump truck Hino 700 ext 510 untuk jarak 1900 meter menuju
disposal bagian barat dari front dan untuk pengangkutan dump truck Hino 700 ext
523 untuk jarak 1400 meter menuju disposal bagian barat dari front . Kemudian
material di dumping, diratakan dan dipadatkan dengan menggunakan bulldozer
Cat D 6 R.

Gambar 4.6. Penimbunan Overburden (PT Bukit Asam (Persero), Tbk.)

4.1.6 Ripping Batubara


Sebelum tahapan ripping dilakukan tahap cleaning yaitu tahap
pembersihan batubara dari pengotor, pengotor tersebut berupa clay dan lapisan
batuan pack, lapisan pack ini keberadaanya dapat berupa bongkahan atau berupa
lapisan diantara lapisan batubara, namun umumnya banyak ditemukan di top dan
bottom lapisan batubara.
Setelah proses cleaning dilakukan tahap ripping. Ripping bertujuan untuk
membongkar/memberaikan batubara dari kondisi insitu menjadi kondisi loose,
sehingga hasil galian dapat diambil dengan mudah oleh alat gali muat. Ripping
batubara di Banko Barat Pit 1 Barat menggunakan alat bulldozer Komatsu D
375A yang dilengkapi dengan ripper untuk membongkar batubara yang keras
(Gambar 4.7).

Universitas Sriwijaya
41

Gambar 4.7. Ripping batubara (PT Bukit Asam (Persero), Tbk.)

4.1.7. Penggalian Batubara (Digging)


Penggalian batubara ini dilakukan dengan menggunakan alat excavator
backhoe Doosan 500 LVC dan diangkut ke dump hopper dengan jarak angkut
6600 meter dengan menggunakan alat angkut dump truck Scania P360. Rencana
produksi batubara pada tambang Banko Barat pada bulan Juli 2016 sebesar
400.000 ton.

Gambar 4.8. Penggalian batubara (PT Bukit Asam (Persero), Tbk.)

4.1.8. Pemuatan dan Pengangkutan Batubara (Coal Loading and Coal


Hauling)
Kegiatan ini bertujuan untuk memindahkan batubara hasil galian ke alat
angkut, yang selanjutnya dibawa ke dump hopper yang terletak sekitar 6600
meter. Loading batubara memakai excavator backhoe Doosan 500 LCV di Banko
Barat Pit 1 Barat.
Saat beroperasi, excavator backhoe haruslah berada di posisi yang
memiliki elevasi yang lebih tinggi dari vessel alat angkut, atau posisinya minimal

Universitas Sriwijaya
42

sejajar dengan vessel/bak alat angkut. Hal tersebut dimaksudkan agar


produktivitas alat loading dapat maksimal.

Gambar 4.9. Kegiatan pemuatan batubara (PT Bukit Asam (Persero), Tbk.)

Untuk memenuhi satu vessel alat angkut dump truck Scania P360, maka
excavator backhoe Doosan 500 LCV harus melakukan dumping batubara
sebanyak 8-9 kali, selanjutnya batubara hasil penggalian di angkut dari front
penambangan menuju ke dump hopper dengan menggunakan alat angkut dump
truck Scania P360.

4.1.9. Dumping Batubara


Pada proses ini dilakukan kegiatan penimbangan terhadap tonase batubara
yang diangkut oleh dump truck yang melakukan dumping di dump hopper, tonase
setiap unit dump truck-nya akan dihitung secara otomatis dengan alat sensor
digital yang terpasang pada system mekanisnya atau Belt Scale. Kemudian
batubara diangkut melalui belt convenyor menuju stock pile untuk selanjutnya
dibawa ke train loading station untuk dipasarkan.
Adapun beberapa hal yang menyebabkan kenapa batubara harus
ditumpuk ke temporary stockpile yang ada di Pit 1, contoh sebagai berikut :
a. Terjadi kerusakkan mekanis di dump station unit,
b. Terjadi kerusakkan mekanis pada belt conveyor angkut
batubara menuju stockpile,
c. Stockpile pembantu di TLS 2 sedang penuh,
d. Kebutuhan percepatan penggalian di front kerja
batubara, biasanya karena ; kebutuhan target, antisipasi turun hujan, atau
rencana penempatan pompa di blok gali bekas batubara tersebut.

Universitas Sriwijaya
43

Bila dilihat dari segi teknis dan biaya penyediaan lahan temporary stock ini
sebetulnya punya sisi kelemahan. Pada proses ini dengan sendirinya telah
membuat pekerjaan menjadi berulang dalam hal penanganan dan pengangkutan
batubara atau dalam istilahnya ”double handling/rehandling”.

Gambar 4.10. Dumping Batubara (PT Bukit Asam (Persero), Tbk.)

4.1.10 Perawatan Jalan Tambang


Pada proses perawatan jalan alat yang digunakan adalah motor grader
komatsu GD 825 A dan Compactor untuk meratakan akses jalan agar tidak mudah
amblas. Perawatan lain juga dilakukan dengan pembuatan tanggul, rambu-rambu
jalan dan penyiraman jalan untuk megurangi debu.

Gambar 4.11. Perawatan Jalan Tambang (PT Bukit Asam (Persero), Tbk.)

4.2. Perhitungan Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat Angkut


Perhitungan produktivitas alat gali muat dan alat angkut dibagi menjadi
dua, yaitu produktivitas alat gali muat dan alat angkut untuk overburden dan
produktivitas alat gali muat dan alat angkut untuk batubara.

4.2.1. Alat Gali Muat


4.2.1.1. Alat Gali Muat Overburden

Universitas Sriwijaya
44

a. Produktivitas Alat Gali Muat Excavator Backhoe Komatsu PC 850 SE


untuk overburden

Kb  Ff  Sf  Eff  3600
P …………………………………(4.1)
Ct

Kapasitas Bucket (Kb) = 4,0 – 4,5 m3 (Lampiran C)

Fill Factor Bucket (Ff) = 1,1 (Lampiran A)

Swell Factor (SF) = 0,85 (Lampiran B)

Effesiensi (Eff) = 0,75 (Lampiran A)

Waktu Edar (Ct) = 24,34 detik (Lampiran D)

4,3  1,1  0,85  0,75  3600


P
24,34

P  445,98 bcm/jam
Dari hasil perhitungan produktivitas excavator backhoe Konmatsu PC 850
SE untuk overburden didapatkan produktivitas sebesar 445,98 bcm/jam.

Dengan jam kerja 21 jam/hari (Lampiran F) adalah

P’=445,98 bcm/jam x 21 jam/hari

= 9365,58 bcm/hari x 31 hari/bulan

= 290.332,98 bcm/bulan

Maka produktivitas alat gali muat excavator backhoe Komatsu PC 850


SE untuk overburden yaitu 290.332,98 bcm/bulan.

b. Produktivitas Alat Gali Muat Excavator Backhoe Volvo EC 700 BLC


untuk overburden

Kb  Ff  Sf  Eff  3600
P …………………………………(4.2)
Ct

Kapasitas Bucket (Kb) = 3,2 m3 (Lampiran C)

Fill Factor Bucket (Ff) = 1,1 (Lampiran A)

Swell Factor (SF) = 0,85 (Lampiran B)

Universitas Sriwijaya
45

Effesiensi (Eff) = 0,75 (Lampiran A)

Waktu Edar (Ct) = 29,77 detik (Lampiran D)

3,2  1,1  0,85  0,75  3600


P
29,77

P  271,36 bcm/jam
Dari hasil perhitungan produktivitas excavator backhoe Volvo EC 700
BLC untuk overburden didapatkan produktivitas sebesar 271,36 bcm/jam.

Dengan jam kerja 21 jam/hari (Lampiran F) adalah

P’=271,36 bcm/jam x 21 jam/hari

= 5698,56 bcm/hari x 31 hari/bulan

= 176.655,36 bcm/bulan

Maka produktivitas alat gali muat excavator backhoe Volvo EC 700 BLC
untuk overburden yaitu 176.655,36 bcm/hari.

c. Produksi Overburden

P”= 290332,98bcm/bulan + 176655,36 bcm/bulan

= 466.988,34 bcm/bulan

Jumlah produksi overburden yang dicapai sebesar 466.988,34 bcm. Maka


target produksi overburden bulan Juli 2016 sebesar 750.000 bcm belum tercapai.

4.2.1.2. Alat Gali Muat Batubara


a. Produktivitas Alat Gali Muat Excavator Backhoe Doosan 500 LCV untuk
batubara

Kb  Ff  Sf  Eff  3600
P x densitas batubara.…………………(4.3)
Ct

Kapasitas Bucket (Kb) = 3,2 m3 (Lampiran C)

Fill Factor Bucket (Ff) = 1,1 (Lampiran A)

Swell Factor (SF) = 0,85 (Lampiran B)

Effesiensi (Eff) = 0,75 (Lampiran A)

Universitas Sriwijaya
46

Waktu Edar (Ct) = 20,47 detik (Lampiran D)

Density Batubara = 1,26

3,2  1,1  0,85  0,75  3600


P x 1,26
20,47

P  497,25 ton/jam
Dari hasil perhitungan produktivitas excavator backhoe Doosan 500 LCV
untuk batubara didapatkan produktivitas sebesar 497,25 ton/jam.

Dengan jam kerja 21 jam/hari (Lampiran F) adalah

P’=497,25 ton/jam x 21 jam/hari

= 10442,25 ton/hari x 31 hari/bulan

= 323.709,75 ton/bulan

Maka produktivitas alat gali muat excavator backhoe Doosan 500 LCV
untuk batubara yaitu 323.709,75 ton/bulan. Maka target produksi batubara bulan
Juli 2016 sebesar 360.000 belum tercapai.

4.2.2. Alat Angkut


4.2.2.1. Alat Angkut Overburden
a. Produktivitas Alat Angkut Dump Truck Hino 700 ext 510 untuk
overburden yang dilayani Excavator Backhoe Komatsu PC 850 SE
dengan jarak 1900 meter dari front Penambangan ke Disposal

Untuk menghitung produktivitas dumptruck yang mengangkut overburden

dapat digunakan persamaan (4.4).

Diketahui:
1. Jumlah Pengisian (n) = 4 kali
2. Kapasitas Bucket Excavator (KB) = 4,3 m3 (Lampiran C)
3. Faktor Bucket Excavator (FB) = 1,1 (Lampiran A)

Universitas Sriwijaya
47

4. Swell Factor (SF) = 0,85 (Lampiran B)


5. Effisiensi dumptruck (Eff) = 0,80 (Lampiran A)
6. Cycle Time (CT) = 15,98 menit (Lampiran D)

4  4,3  0,80  1,1  0,85  60


P
15,98

P = 48,31 bcm/jam

Jadi, produktivitas alat angkut Dumptruck Hino 700 ext 510 untuk
overburden yang dilayani Excavator Backhoe Komatsu PC 850 SE dengan jarak
1900 meter adalah 48.31 bcm/jam.

Dengan jam kerja 21 jam/hari (Lampiran F) adalah

P’=48,32 bcm/jam x 21 jam/hari

= 1014,51 bcm/hari x 31 hari/bulan

= 31.449,81 bcm/bulan

Maka produktivitas 6 dump truck Hino 700 untuk overburden dengan jarak
1900 m dari front penambangan ke disposal area adalah 31.449,81 x 6 =
188.698,86 bcm/bulan.

b. Produktivitas Alat Angkut Dump Truck Hino 700 ext 523 untuk
overburden yang dilayani Excavator Backhoe Volvo EC 700 BLC dengan
jarak 1400 meter dari front Penambangan ke Disposal

Untuk menghitung produktivitas dumptruck yang mengangkut overburden

dapat digunakan persamaan (4.5).

Diketahui:
1. Jumlah Pengisian (n) = 4 kali

Universitas Sriwijaya
48

2. Kapasitas Bucket Excavator (KB) = 3,2 m3 (Lampiran C)


3. Faktor Bucket Excavator (FB) = 1,1 (Lampiran A)
4. Swell Factor (SF) = 0,85 (Lampiran B)
5. Effisiensi dumptruck (Eff) = 0,80 (Lampiran A)
6. Cycle Time (CT) = 11,24 menit (Lampiran D)

4  3,2  0,80  1,1  0,85  60


P
11,24

P = 51,11 bcm/jam

Jadi, produktivitas alat angkut Dumptruck Hino 700 ext 523 untuk
overburden yang dilayani Excavator Backhoe Volvo EC 700 BLC dengan jarak
1400 meter adalah 51,11 bcm/jam.

Dengan jam kerja 21 jam/hari (Lampiran F) adalah

P’=51,11 bcm/jam x 21 jam/hari

= 1073,31 bcm/hari x 31 hari/bulan

= 33.272,61 bcm/bulan

Maka produktivitas 6 dump truck Hino 700 untuk overburden dengan jarak
1400 m dari front penambangan ke disposal area adalah 33.272,61 x 6 =
199.635,66 bcm/bulan.

4.2.2.2. Alat Angkut Batubara


a. Produktivitas Alat Angkut Dump Truck Scania P360 untuk batubara
yang dilayani Excavator Backhoe Doosan 500 LCV dengan jarak 6600
meter dari front Penambangan ke Dump Hopper

Universitas Sriwijaya
49

Untuk menghitung produktivitas dumptruck yang mengangkut batubara

dapat digunakan persamaan (4.6).

Diketahui:
1. Jumlah Pengisian (n) = 9 kali
2. Kapasitas Bucket Excavator (KB) = 3,2 m3 (Lampiran C)
3. Faktor Bucket Excavator (FB) = 1,1 (Lampiran A)
4. Swell Factor (SF) = 0,85 (Lampiran B)
5. Effisiensi dumptruck (Eff) = 0,80 (Lampiran A)
6. Cycle Time (CT) = 50,56 menit (Lampiran D)
7. Densitas Batubara = 1,26

9  3,2  0,80  1,1  0,85  60  1,26


P
50,56

P = 32,21 ton/jam

Jadi, produktivitas alat angkut Dumptruck Scania P360 untuk batubara


yang dilayani Excavator Backhoe Doosan 500 LCV dengan jarak 6600 meter
adalah 32,21 ton/jam.

Dengan jam kerja 21 jam/hari (Lampiran F) adalah

P’=32,21 ton/jam x 21 jam/hari

= 676,41 ton/hari x 31 hari/bulan

= 20.968,71 ton/bulan

Maka produktivitas 8 dump truck Scania P360 untuk batubara dengan


jarak 6600 m dari front penambangan ke dump hopper adalah 20.968,71 x 8 =
167.749,68 ton/bulan. Sehingga dengan alat angkut yang ada pada Pit 1 Barat
Banko Barat target produksi batubara bulan Juli 2016 sebesar 140.000 ton dapat
tercapai.

Universitas Sriwijaya
50

4.3. Perhitungan Keserasian Kerja Alat (Match Factor)


1. Perhitungan keserasian kerja alat gali-muat excavator backhoe Komatsu
PC 850 SE dan alat angkut dump truck Hino 700 ext 510 untuk
overburden dengan jarak angkut 1900 meter.

Diketahui :

Jumlah dump truck Hino 700 = 6 unit

Jumlah Alat Gali Muat Komatsu PC 850 SE = 1 buah

Waktu edar alat gali = 24,34 detik (Lampiran D)

Waktu edar dump truck Hino 700 ext 510 = 959,10 detik (Lampiran D)

banyak pengisian  jumlah alat angkut  CT alat gali


MF 
jumlah alat gali  CT alat angkut
(4.7)

4  6  24,34
MF 
1  959,10

MF =0,609

Jadi karena MF ˂ 1 maka ada alat gali muat yang menunggu alat angkut.

2. Perhitungan keserasian kerja alat gali-muat excavator backhoe Volvo EC


700 BLC dan alat angkut dump truck Hino 700 ext 523 untuk overburden
dengan jarak angkut 1400 meter.

Diketahui :

Jumlah dump truck Hino 700 = 6 unit

Jumlah Alat Gali Muat Volvo EC 700 BLC = 1 buah

Waktu edar alat gali = 29,77 detik (Lampiran D)

Waktu edar dump truck Hino 700 ext 523 = 674,81 detik (Lampiran D)

banyak pengisian  jumlah alat angkut  CT alat gali


MF 
jumlah alat gali  CT alat angkut
(4.8)

Universitas Sriwijaya
51

4  6  29,77
MF 
1  674,81

MF =1,058

Jadi karena MF > 1 maka ada alat angkut yang menunggu alat gali muat.

3. Perhitungan keserasian kerja alat gali-muat excavator backhoe Doosan


500 LCV dan alat angkut dump truck Scania P360 untuk batubara dengan
jarak angkut 6600 meter.

Diketahui :

Jumlah dump truck Scania P360 = 8 unit

Jumlah Alat Gali Muat Doosan 500 LCV = 1 buah

Waktu edar alat gali = 20,47 detik (Lampiran D)

Waktu edar dump truck Scania P360 = 3033,76 detik (Lampiran D)

banyak pengisian  jumlah alat angkut  CT alat gali


MF 
jumlah alat gali  CT alat angkut
(4.8)

9  8  20,47
MF 
1  3033,76

MF =0,486

Jadi karena MF ˂ 1 maka ada alat gali muat yang menunggu alat angkut.

4.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Batubara


Berikut merupakan faktor-faktor yang yang mempengaruhi produktivitas
pengangkutan Batubara :
1. Front
Front merupakan lokasi penambangan Batubara, dimana adanya operasi
pemuatan Batubara dari alat gali-muat ke dalam alat angkut. Front sangat
mempengaruhi produktivitas, baik itu alat gali-muat maupun alat angkut,
dikarenakan semakin baik kondisi front tersebut maka semakin lancar alat
beroperasi, sehingga produktivitas semakin baik.

Universitas Sriwijaya
52

Pada Pit 1 Barat Banko Barat, front kerja untuk alat gali-muat sudah
dalam kategori baik di karenakan excavator dapat secara bebas untuk
melakukan swing saat menggali dan manuver. Sedangkan untuk kerja alat
angkut tidak terlalu baik, karena lokasi dump hopper jauh dari front
penambangan sehingga excavator menunggu alat angkut, hal ini
mempengaruhi efisiensi kerja dari alat gali muat.
Front dibuat sedemikian rupa untuk memudahkan seluruh aktivitas alat
gali-muat dan alat angkut yang akan berlangsung di dalam front. Mulai
dari luas front yang harus disesuaikan dengan manuver excavator untuk
melakukan swing saat menggali dan memuat. Lalu diperhitungkan pula
luas front untuk tempat parkir dumptruck yang menunggu, mundur-maju
dan manuver memutar. Hal itu dikarenakan alat – alat yang beroperasi
pada front merupakan alat – alat yang memiliki ukuran besar.
Setelah didapat kondisi front yang pas yang dapat mengkoordinir kerja
alat dengan baik, maka efisiensi kerja yang maksimal pada masing-masing
alat dapat tercapai. Efisiensi kerja yang maksimal dari alat-alat tersebut
akan menyebabkan produktivitas semakin baik.

2. Jalan
Jalan merupakan hal yang sangat penting karena berpengaruh terhadap
kegiatan pengangkutan batubara. Jalan yang digunakan dari front ke area
stockpile harus dibuat sesingkat mungkin untuk mengurangi cycle time alat
angkut, sehingga dapat meningkatkan produktivitas alat. Lebar jalan utama
pengangkutan juga harus diperhitungkan. Standar lebar jalan
diperhitungkan berdasarkan 3,5 kali lebar alat angkut terbesar yang
melewati jalan tersebut. Ini bertujuan untuk menghindari ketidaklancaran
dalam aktivitas penambangan seperti ketika satu truck berhenti menunggu
truck lain lewat atau kemacetan jalan (crowded), yang dimana dapat
memperkecil produktivitas dari alat angkut.

3. Cuaca

Universitas Sriwijaya
53

Kondisi cuaca akan sangat berpengaruh pada lokasi penambangan,


pada cuaca hujan dimana keadaan lokasi akan membuat lapisan tanah
menjadi lengket dan jalan menjadi licin, sehingga alat – alat tidak dapat
bekerja dengan baik. Sebaliknya pada musim panas akan membuat
lapangan berdebu, hal ini akan membuat pandangan para operator
terhambat. Pada Pit 1 Barat Banko Barat dan juga Pit Banko Barat secara
keseluruhan, jika turun hujan maka aktivitas penambangan dihentikan. Hal
ini menyebabkan kehilangan waktu kerja efektif dari alat, sehingga hal ini
tentu saja mempengaruhi produktivitas.

4. Peralatan
Perencanaan pemilihan alat sangat penting agar alat dapat bekerja
optimal sehingga produksi dapat tercapai. Peralatan harus selalu
diperhatikan dan dirawat, karena jika terjadi kerusakan pada alat maka
akan mempengaruhi produktivitas.

5. Keterampilan dan pengalaman operator


Pengalaman kerja yang lama otomatis akan membuat operator terbiasa.
Pada kondisi-kondisi tertentu, pengalaman seorang operator perlu
dipermainkan karena faktanya dilapangan akan berbeda jika hanya
dilandasi dengan teori saja. Namun, pelatihan untuk operator dalam hal
pemahaman teori dasar juga perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja
dan pengetahuan akan alat kerjanya. Semakin baik kemampuan operator
dan semakin lincah operator mengoperasikan peralatan maka akan
memperkecil waktu edar dari peralatan tersebut.

6. Waktu kerja efektif


Waktu kerja efektif adalah waktu kerja yang sesungguhnya digunakan
pada operasi. Dalam 1 hari kerja PT. Bukit Asam (PERSERO), Tbk
Tanjung Enim mempunyai 3 shift kerja dimana per-shift memiliki jam
kerja sebanyak 8 jam dengan waktu istirahat sebanyak 1 jam tiap shiftnya.
Faktanya dilapangan waktu kerja yang tersedia tidaklah sepenuhnya
digunakan, banyak jam-jam kerja yang hilang karena faktor-faktor
pendukung seperti maintenance pada alat-alat mekanis sehingga perlu

Universitas Sriwijaya
54

dilakukan perawatan. Selain itu juga penyesuaian kondisi di lapangan


seperti kelelahan operator juga dan lain sebagainya dapat mengurangi jam
kerja efektif.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai