Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Business Ethic and Good Governance”
Dosen Pengampu:
Oleh:
Rame Priyanto
NIM 55117120122
RAME PRIYANTO
55117120122
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu
konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya), perusahaan adalah memiliki
berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di
antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam
segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah fenomena dan strategi yang
digunakan perusahaan untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya.
CSR dimulai sejak era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang
adalah lebih penting daripada sekedar profitability perusahaan. CSR (Corporate Social
Responsibility) adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai
rasa tanggung jawab perusahaan terhadap social maupun lingkungan sekitar dimana
perusahaan itu berada, seperti melakukan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, memberikan beasiswa untuk anak
tidak mampu di daerah tersebut, dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk
membangun desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat
banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada. Oleh
karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", yakni suatu
organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan
keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat
keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang
timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih
panjang. CSR sebagai sebuah konsep yang semakin populer belakangan ini, belum memiliki
definisi yang tuggal, yang dapat diterapakan dalam sebuah perusahaan, namun ada beberpa
definisi yang dapat di jadikan acuan dalam pengungkapan CSR.
Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap
tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi dampak
negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya.
Wacana tentang Corporate Social Responsibility sudah cukup lama diperbincangkan.
Pembicaraan mulai ramai dilakukan pada tahun 1980-1990 an. Pelaksanaan CSR di dunia
dimulai sejak adanya KTT Bumi di Rio de Janeiro.
Wacana CSR di Indonesia baru diperbincangkan sekitar tahun 2000 dengan adanya UU
nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Namun demikian pemahaman
tentang Corporate Social Responsibility pun masih sangat beragam. Dalam Bab V Pasal 74
Undang Undang Perseroan Terbatas No.40 Tanggal 16 Agustus 2007 disebutkan mengenai
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagai berikut:
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkai-tan dengan
sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya
Perseroan yang pelak-sanaannya dilakukan dengan memper-hatikan kepatutan dan
kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur
dengan Peraturan Pemerintah
CSR di Indonesia baru dimulai pada awal tahun 2000. Namun, kegiatan yang esensi dasarnya
sama telah berjalan sejak tahun 1970-an dengan tingkat yang bervariasi, mulai dari
bentuk community outreach yang paling primitif adalah corporatephilanthropy. Merupakan
sebuah usaha yang sederhana dilakukan oleh perusahaan, atau seseorang, untuk memberikan
dana kepada individu atau kelompok masyarakat, misalnya dalam bentuk beasiswa, donasi
sampai pada bentuk yang komprehensif seperti membangun sekolah.
Menurut Kotler dan Lee, terdapat enam model CSR yang dapat diterapkan di perusahaan,
yaitu:
- Cause Promotion,
- Cause Related Marketing,
- Coporate Societal Marketing,
- Corporate Philanthropy,
- Community Volunteering, dan
- Socially Responsible Business Practice.
Ini yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam masyarakat telah
ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan
masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak terhadap
karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidaknyamanan ataupun bahaya bagi
konsumen adalah menjadi berita utama surat kabar.
Peraturan pemerintah pada beberapa negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan
sosial semakin tegas, juga standar dan hukum seringkali dibuat hingga melampaui batas
kewenangan negara pembuat peraturan (misalnya peraturan yang dibuat oleh Uni Eropa.
Beberapa investor dan perusahaam manajemen investasi telah mulai memperhatikan
kebijakan CSR dari Surat perusahaan dalam membuat keputusan investasi mereka, sebuah
praktik yang dikenal sebagai "Investasi bertanggung jawab sosial" (socially responsible
investing).
Hasil Survei "The Millenium Poll on CSR" (1999) yang dilakukan oleh Environics
International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business Leader
Forum (London) di antara 25.000 responden dari 23 negara menunjukkan bahwa dalam
membentuk opini tentang perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika bisnis, praktik terhadap
karyawan, dampak terhadap lingkungan, yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) akan paling berperan. Sedangkan bagi 40% lainnya, citra perusahaan &
brand image-lah yang akan paling memengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3 yang mendasari
opininya atas faktor-faktor bisnis fundamental seperti faktor finansial, ukuran
perusahaan,strategi perusahaan, atau manajemen.
Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak melakukan CSR adalah
ingin "menghukum" (40%) dan 50% tidak akan membeli produk dari perusahaan yang
bersangkutan dan/atau bicara kepada orang lain tentang kekurangan perusahaan tersebut.
Secara umum, alasan terkait bisnis untuk melaksanakan biasanya berkisar satu ataupun lebih
dari argumentasi di bawah ini:
a. Sumberdaya manusia
Program CSR dapat berwujud rekruitmen tenaga kerja dan mempekerjakan masyarakat
sekitar. Lebih jauh lagi CSR dapat dipergunakan untuk menarik perhatian para calon pelamar
pekerjaan, terutama sekali dengan adanya persaingan kerja di antara para lulusan. Akan
terjadi peningkatan kemungkinan untuk ditanyakannya kebijakan CSR perusahaan, terutama
pada saat perusahaan merekruit tenaga kerja dari lulusan terbaik yang memiliki kesadaran
sosial dan lingkungan. Dengan memiliki suatu kebijakan komprehensif atas kinerja sosial dan
lingkungan, perusahaan akan bisa menarik calon-calon pekerja yang memiliki nilai nilai
progresif. CSR dapat juga digunakan untuk membentuk suatu atmosfer kerja yang nyaman di
antara para staf, terutama apabila mereka dapat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang
mereka percayai bisa mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas, baik itu bentuknya
"penyisihan gaji", "penggalangan dana" ataupun kesukarelawanan (volunteering) dalam
bekerja untuk masyarakat.
b. Manajemen risiko
Manajemen risiko merupakan salah satu hal paling penting dari strategi perusahaan. Reputasi
yang dibentuk dengan susah payah selama bertahun-tahun dapat musnah dalam sekejap
melalui insiden seperti skandal korupsi atau tuduhan melakukan perusakan lingkungan hidup.
Kejadian-kejadian seperti itu dapat menarik perhatian yang tidak diinginkan dari penguasa,
pengadilan, pemerintah dan media massa. Membentuk suatu budaya kerja yang "mengerjakan
sesuatu dengan benar", baik itu terkait dengan aspek tata kelola perusahaan, sosial, maupun
lingkungan yang semuanya merupakan komponen CSR pada perusahaan dapat mengurangi
risiko terjadinya hal-hal negatif tersebut.
c. Membedakan merek
CSR dapat berperan untuk menciptakan loyalitas konsumen atas dasar nilai khusus dari etika
perusahaan yang juga merupakan nilai yang dianut masyarakat. Menurut Philip Kotler dan
Nancy Lee, setidaknya ada dua jenis kegiatan CSR yang bisa mendatangkan keuntungan
terhadap merek, yaitu corporate social marketing (CSM) dan cause related marketing (CRM).
Kegiatan CS akan menjamin keberlanjutan bisnis yang dilakukan. Hal ini disebabkan karena:
Pada saat sekarang ini konsep pemasaran sudah berada pada tahap dimana konsumen dalam
membeli produk suatu perusahaan tidak hanya sekedar memperhatikan suatu produk apakah
bisa memenuhi kebutuhan mereka secara lebih efisisen dari pada saingan tapi juga dengan
kritis melihat apakah keberadaan perusahaan telah berkontribusi positif terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan juga apakah keberadaan perusahaan tidak menjadi bencana di
tengah masyarakat baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Program Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan investasi jangka panjang yang
berguna untuk meminimalisasi risiko sosial, serta berfungsi sebagai sarana meningkatkan
citra perusahaan di mata publik. Salah satu implementasi program CSR adalah dengan
pengembangan atau pemberdayaan masyarakat (Community Development). Program CSR
merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan keberlanjutan (sustainability)
perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana biaya (cost centre) melainkan sebagai sarana
meraih keuntungan (profit centre). Program CSR merupakan komitmen perusahaan untuk
mendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Disisi lain
masyarakat mempertanyakan apakah perusahaan yang berorientasi pada usaha
memaksimalisasi keuntungan-keuntungan ekonomis memiliki komitmen moral untuk
mendistribusi keuntungan-keuntungannya membangun masyarakat lokal, karena seiring
waktu masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang
diperlukan, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab sosial.
Penerapan program CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep tata kelola
perusahaan yang baik (Good Coporate Governance). Diperlukan tata kelola perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance) agar perilaku pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa
dirujuk dengan mengatur hubungan seluruh kepentingan pemangku kepentingan
(stakeholders) yang dapat dipenuhi secara proporsional, mencegah kesalahan-kesalahan
signifikan dalam strategi korporasi dan memastikan kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat
diperbaiki dengan segera.
Konsep ini mencakup berbagai kegiatan dan tujuannya adalah untuk mengembangkan
masyarakat yang sifatnya produktif dan melibatkan masyarakat didalam dan diluar
perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, meski perusahaan hanya
memberikan kontribusi sosial yang kecil kepada masyarakat tetapi diharapkan mampu
mengembangkan dan membangun masyarakat dari berbagai bidang. Kegiatan CSR penting
dalam upaya membangun citra dan reputasi perusahaan yang pada akhirnya meningkatkan
kepercayaan baik dari konsumen maupun mitra bisnis perusahaan tersebut.
1. Lingkungan
- Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan untuk
mengurangi polusi.
- Operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum
dan peraturan polusi.
- Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi.
- Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengelolaan sumber
alam, misalnya reklamasi daratan atau reboisasi.
- Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air dan
kertas.
- Penggunaan material daur ulang
- Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat
perusahaan.
- Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan.
- Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan.
- Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah.
- Pengelolaan limbah.
- Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan
perusahaan.
- Perlindungan lingkungan hidup
2. Energi:
- Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi.
- Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi.
- Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang.
- Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi.
- Peningkatan efisiensi energi dan produk.
- Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk.
- Mengungkapkan kebijakan energi perusahaan.
3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
- Mengurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja.
- Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental.
- Mengungkapkan statistik kecelakaan kerja.
- Mentaati peraturan standar kesehatan dengan keselamatan kerja.
- Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja.
- Menetapkan suatu komite keselamatan kerja.
- Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja.
- Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.
4. Lain-lain Tentang Tenaga Kerja
- Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita / orang cacat.
- Mengungkapkan persentase/jumlah tenaga kerja wanita / orang cacat dalam
tingkat managerial
- Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita / orang cacat dalam
pekerjaan.
- Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat.
- Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja.
- Memberikan bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan.
- Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja.
- Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses
mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan.
- Mengungkapkan perencanaan kepemilikan rumah karyawan.
- Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi.
Dafar Pustaka
Fernando, A. C. (2012). Business Ethics and Corporate Governance, Second Edition. India.
Pearson.
LoRusso, James Dennis. (2017). Spirituality, Corporate Culture, and American Business:
The Neoliberal Ethic and the Spirit of Global Capital (Critiquing Religion: Discourse,
Culture, Power), London.Bloomsbury
url:https://www.kompasiana.com/yosal/550fe82ea33311ca39ba7dbc/csr-perguruan-tinggi
diakses tanggal 19 November 2018
url: http://e-journal.uajy.ac.id/8259/3/EM218396.pdf