Anda di halaman 1dari 45

MODUL

PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN

(PBL)

PROBLEM SOLVING FOR BETTER HEALTH

( P S B H )

Oleh :
Sang Gede Purnama, SKM, MSc
dr. Desak Putu Yuli Kurniati, MKM
I Gede Herry Purnama, ST, MT, MIDEA
dr. Ni Putu Arya Utami, MAppSc, PhD

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2017
MODUL
PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN

(PBL)

PROGRAM STUDI
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS UDAYANA

2017
DAFTAR ISI

Hal.

Latar Belakang 1

Tujuan 1

GBPP 2

Jadual Kegiatan 6

Problem Solving for Better Health (PSBH) 17

Analisis dan Tehnik Pemecahan Masalah 31

Tehnik-tehnik Motivasi 44
PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN
(PBL)

Latar Belakang
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana (PS IKM UNUD)
sebagai institusi pendidikan yang masih sangat muda usia (dibuka pada pertengahan
2001) memerlukan berbagai bentuk inovasi untuk dapat meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar (PBM). Pada tahun pertama (2001), PS IKM UNUD mulai dengan
membuka program pendidikan IKM 2 tahun untuk peserta didik dari D3 bidang
kesehatan (keperawatan, kebidanan, kesehatan lingkungan dan gizi). Untuk tahun
kedua (2002) dan seterusnya, selain menerima calon mahasiswa dari D3 bidang
kesehatan, juga telah menerima mahasiswa lulusan SMU lewat jalur PMDK dan SPMB
untuk program pendidikan IKM 4 tahun.
Untruk meningkatkan kualitas PBM, sejak awal PS IKM telah melaksanakan
pengembangan kurikulum pendidikan, melakukan perbaikan metoda pengajaran dan
meningkatkan manajemen pendidikan lewat berbagai usaha sesuai dengan sumberdaya
yang tersedia. Namun demikian, satu hal yang selalu membayangi PS IKM adalah
rendahnya mutu lulusan sehingga tidak mampu bersaing di pasar kerja. Untuk
mengatasi hal tersebut perlu dikembangkan satu laboratorium lapangan yang akan
menjadi lahan untuk menimba pengalaman sebanyak-banyaknya bagi mahasiswa,
khususnya dalam memecahkan berbagai masalah kesehatan di masyarakat.
Laboratorium lapangan digunakan sebagai ajang pendidikan untuk memberikan
pengalaman belajar lapangan (PBL) kepada mahasiswa dalam bidang komunikasi,
advokasi dan pemecahan masalah riil di masyarakat. Di samping itu, laboratorium
lapangan akan sangat bermanfaat untuk pengembangan ilmu dan teknologi kesehatan
melalui pengembangan riset yang melibatkan dosen dan mahasiswa sebagai bentuk
pengabdian kepada masyarakat. Otonomi daerah memberi peluang kepada PS IKM
untuk membangun kerjasama kemitraan dengan Pemda dan pihak lainnya untuk
mengembangkan program-program inovatif yang akan memberikan manfaat terhadap
peningkatan kompetensi mahasiswa, dan juga akan memberikan kontribusi terhadap
pembangunan kesehatan.

Tujuan
1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan komunikasi dan advokasi
di bidang kesehatan masyarakat.
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah kesehatan
masyarakat berdasarkan masalah riil (evidence based) masyarakat
3. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam perilaku hidup sehat lewat program-
program kesehatan masyarakat yang bersifat inovatif sebagai kontribusi terhadap
pembangunan kesehatan.
PROBLEM SOLVING FOR BETTER HEALTH
(PUSKA UI DEPOK & DREYFUS HEALTH FOUNDATION NEW YORK)

Pendahuluan
Selamat datang dalam mengikuti proses Problem Solving For Better Health
(PSBH). Anda sedang bergabung dalam keluarga besar problem solvers di seluruh
dunia yang makin bertambah dan berkembang. Pada saat ini, PSBH telah dilaksanakan
di negara-negara berikut ini: Afrika Selatan, Amerika Serikat, Brazil, Bulgaria,
Cameroon, Cina, Dominica, El Salvador, Ghana, Guyana, India, Indonesia, Jordan,
Lithuania, Mali, Mexico, Polandia, Slovakia, Tanzania, Uganda, Ukraina, dan Zambia.

Misi
Misi dari PSBH adalah untuk membantu anda dalam melaksanakan proyek
problem solving skala kecil yang secara langsung dapat memberi manfaat bagi banyak
orang. Para peserta workshop PSBH diharapkan akan mengembangkan ide dan
metoda baru, dan menggunakan sumber daya yang mereka miliki dengan cara
yang lebih efektif untuk mengatasi masalah kesehatan di daerahnya atau di tempat
kerjanya.
Falsafah PSBH adalah bahwa meskipun terjadi kekurangan dana di seluruh
dunia, tenaga kesehatan yang paing depan dan mereka yang mempunyai kepedulian
dan minat, dapat menggunakan sumber daya yang ada untuk memperoleh dampak
yang lebih besar dalam mengatasi masalah kesehatan setempat dibandingkan dengan
dampak yang umumnya dicapai.
Proses PSBH melatih anda untuk memantapkan ketrampilan anda untuk
mencari dan mengembangkan cara-cara baru yang inovatif sehingga dengan demikian
anda secara pribadi dapat mengatasi masalah yang anda alami untuk meningkatkan
keadaan kesehatan secara umum. Selama workshop ini, anda diharapkan untuk bekerja
sama dengan peserta lain dan para fasilitator sehingga anda dapat belajar dari mereka,
dan anda dapat membagi ide dan pengalaman anda dengan mereka.
Tujuan akhir dari workshop adalah untuk menginiasi sejumlah proyek untuk
meningkatkan kesehatan berdasarkan pada tanggung jawab dan kegiatan pribadi yang
akhirnya dapat menciptakan suatu jaringan kerja sama dari proyek-proyek kesehatan
yang kecil, dan mandiri (self-sustaining). Dengan demikian dapat diciptakan status

“Apabila Sarang Laba-Laba Bersatu,


Ia Dapat Mengikat Seekor Singa”
kesehatan yang lebih baik bagi lebih banyak orang di Indonesia.

Mengerti Proses PSBH


PSBH adalah proses yang terdiri dari langkah-langkah yang mudah untuk
mengatasi masalah. Selama workshop (dan dalam buku pedoman ini) anda akan
dibimbing untuk melaksanakan langkah-langkah tersebut. Apabila anda sudah
memahami proses ini, anda akan mampu untuk mengatasi berbagai masalah dalam
aktivitas pribadi dan profesional anda, tidak hanya untuk bidang kesehatan.

Sebuah Perjalanan Sejauh 1000 Mil


Dimulai Dengan Langkah Pertama

Langkah 1: Definisikan Masalah


• Sifat
• Besar
• Sebab
• Faktor-faktor Penunjang
Pertama, anda harus mendefinisikan sebuah masalah secara jelas. Hal ini tidak
semudah yang diperkirakan. Penting sekali bahwa anda dapat mendefinisikan secara
jelas masalah yang hendak anda atasi untuk kepentingan anda sendiri dan kepentingan
orang lain. Sering sekali orang salah mendefinisikan masalah sehingga sumber daya
yang berharga terbuang sia-sia untuk melaksanakan kegiatan yang salah dan yang tidak
membantu mengatasi masalah yang sebenarnya. Anda harus jelas dan pasti tentang
sifat, besar dan sebab dari masalah, termasuk mengerti tentang berbagai factor
penunjangnya. Anda harus yakin bahwa masalah tersebut dapat diatasi. Apabila anda
tidak mengetahui hal-hal tersebut, anda tidak dapat mengatasi suatu masalah dan tidak
mengetahui apakah suatu masalah sudah diatasi atau belum.
Anda mungkin mempunyai lebih dari satu masalah yang harus diatasi. Anda
tidak perlu khawatir tentang hal ini. Selama workshop, anda akan dibimbing oleh
fasilitator anda dan peserta lain di kelompok kecil anda untuk mempersempit masalah
anda menjadi satu masalah yang dapat diatasi. Setelah itu anda akan melalui proses
untuk medefinisikan masalah anda secara jelas dan sangat spesifik.
Ini adalah suatu contoh dari sebuah workshop lain. Seorang peserta workshop
mempunyai kepedulian tinggi terhadap banyaknya wanita hamil yang positif menderita
penyakit sifilis sewaktu wanita-wanita tersebut melakukan pemeriksaan antenatal rutin
di klinik dimana peserta ini bekerja. Ia mengambil kesimpulan bahwa sifilis merupakan
masalah kesehatan yang besar di kotanya. Pada mulanya ia mendifinisikan masalah
sebagai berikut: “Terlalu banyak wanita hamil yang menderita sifilis di kota Sehat”.
Pernyataan ini memberikan gambaran yang tidak jelas tentang masalah yang hendak ia
atasi, dan cara pemecahan masalah yang akan ia tempuh untuk menurunkan jumlah
kasus sifilis pada wanita hamil di kota tersebut. Pernyataan ini juga tidak memberikan
gambaran tentang besarnya tugas yang akan ia hadapi apabila ia benar-benar akan
mencoba untuk menurunkan jumlah kasus penyakit tersebut di kotanya.
Dengan mengingat prinsip utama PSBH yang pertama yaitu –menggunakan
sumber daya setempat yang ada untuk mengatasi masalah, peserta ini adalah orang
yang sangat beruntung dan ia juga akan menjadi tenaga kesehatan yang sangat sibuk
apabila ia akan memperoleh sumber daya yang cukup untuk secara pribadi mengatasi
masalah kesehatan yang begitu besar. Untuk memperoleh sumber daya yang banyak
adalah masalah yang besar.

KEBUTUHAN SUMBER DAYA.


• Tenaga
• Teknis
• Peralatan
• Logistik
• Dana

Agar supaya tidak menyerah dalam upayanya untuk mengatasi masalah yang
besar tersebut dengan sumber daya yang ada, peserta tersebut diminta untuk mengkaji
kembali dan mendifinisikan kembali masalahnya dengan menggunakan titik pandang
“apa yang ia secara pribadi dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut”. Disini
prinsip utama PSBH yang kedua diberlakukan mengatasi masalah bagian demi bagian
dengan setiap kali mengambil bagian yang kecil, realistik dan dapat dikelola, dan
kemudian mengatasi satu bagian tersebut sebelum mengambil bagian yang lain.

Tentukan Bagian Realistik dari Masalah


Dalam contoh ini, peserta yang bersangkutan memutuskan untuk hanya
menangani masalah sifilis pada wanita hamil yang datang berobat di Klinik “Sehat”
tempat ia bekerja. Ia telah mempersempit masalahnya dengan cara memfokus pada
suatu daerah tertentu dimana ia secara pribadi mempunyai wewenang untuk
menggunakan sumber daya yang ia miliki. Ia telah mengambil bagian kecil dari
masalah yang besar, dan yang ia dapat atasi sendiri.

Langkah 2: Mendefinisikan Suatu Solusi


Setelah mendifinisikan masalah anda dengan baik dan menentukan apakah masalah
tersebut dapat diatasi, langkah berikutnya adalah mulai mendefinisikan solusinya. Anda
dapat mempertimbangkan beberapa jenis solusi.

Jenis-jenis Solusi
• Pendidikan
• Biomedis
• Psikologis
• Ekonomi
• Usaha mikro
• Hukum
• Job training

Setelah anda berhasil mendefinisikan masalah dan jenis solusinya (atau kombinasi dari
keduanya), tulis solusinya dalam bentuk pertanyaan yang baik.

Pertanyaan yang baik adalah


• Relevan
• Didefinisikan dengan baik
• Dapat dijawab
Pertanyaan ini harus mencakup semua elemen di bawah ini dan mengikuti format
berikut:

Apakah dengan:
• Melakukan Suatu Kegiatan
• Dengan Siapa
• Dimana
• Untuk berapa lama
• Akan Mencapai Tujuan yang Diinginkan?
Pada contoh yang diberikan, peserta yang bersangkutan berusaha keras untuk
mendefinisikan masalah dan solusinya sesuai dengan petunjuk tersebut. Di bawah ini
adalah pertanyaan yang baik yang telah ia susun:

“Apakah suatu program pendidikan kesehatan tentang bahaya penyakit sifilis pada
kehamilan dan deteksi serta pengobatan dini untuk 20 orang wanita hamil pada
trimester pertama kehamilannya, yang setiap bulan datang untuk pemeriksaan
antenatal ke Klinik “Sehat”, klinik reproduksi dan kesehatan maternal, dalam dua
tahun dapat mengurangi jumlah bayi lahir dengan sifilis kongenital sebanyak 50
%?”

Ini adalah suatu pertanyaan yang baik. Pertanyaan ini relevan, didefinisikan dengan
baik dan dapat dijawab. Pertanyaan ini sesuai dengan format:

Apakah Dengan Melakukan Suatu Kegiatan (suatu program pendidikan kesehatan


tentang bahaya penyakit sifilis pada kehamilan serta deteksi dan pengobatan dini),
Dengan Siapa (20 orang wanita hamil pada trimester pertama kehamilannya, yang
setiap bulan datang untuk pemeriksaan antenatal ke Klinik “Sehat” ( klinik reproduksi
dan kesehatan maternal), Dimana (di kota X), untuk Berapa Lama (setiap bulan untuk
masa dua tahun) dapat mencapai Tujuan yang Diinginkan (mengurangi sifilis
kongenital sebanyak 50%).

Berikut ini adalah beberapa contoh dari pertanyaan yang baik yang dikembangkan di
dalam berbagai workshop di seluruh dunia:

Apakah suatu program komunikasi, informasi dan edukasi tentang penggunaan


kontrasepsi mantap serta konseling interpesonal melalui kunjungan rumah yang
dilakukan oleh 6 orang kader PPKB RW selama satu tahun di Kelurahan Duren
Sawit, Jakarta, akan menambah jumlah akseptor KB dari 45% menjadi 80% dari
jumlah PUS?
Dapatkah suatu kampanye pendidikan kesehatan dua minggu satu kali tentang
hygiene perorangan dan kesehatan lingkungan yang dilaksanakan oleh siswa kelas
2 SMP sekolah X di Tasikmalaya, Jawa Barat, menurunnya jumlah kasus diare di
antara anak balita dengan 40% dalam waktu satu tahun?

Apakah dengan meningkatkan manajemen WC umum dan training petugas WC


umum tentang hygiene dan kebersihan di RW 05, Kelurahan Krendang, Jakarta
selama 3 bulan, dapat mengurangi kebiasaan warga membuang kotoran di got
dengan 50%?

Apakah suatu program tiga bulan untuk meningkatkan kepedulian para dokter,
perawat dan tenaga medical records tentang kepentingan medical records untuk
mutu pelayanan kesehatan di semua ruang rawat inap RS Bakti Yudha, Depok,
Jawa Barat dapat meningkatkan pengisian secara lengkap catatan medik pasien
dengan 30%?

Sewaktu anda memformulasi pertanyaan anda dan mulai mencantumkan rincian dari
solusi anda, ada beberapa prioritas yang selalu harus dipikirkan. Anda harus
memutuskan apa yang paling penting untuk anda dalam anda memecahkan suatu
masalah. Coba untuk tetap fokus, dan memikirkan apa yang akan memberikan
keuntungan paling besar bagi orang banyak dengan mempertimbangkan optimasi dari
penggunaan sumber daya yang tersedia.

Langkah 3: Rencana Keja

Plan of Action
• Perangkat Organisasi
• Langkah-langkah
• Alat Komunikasi

Pada tahap ini, anda perlu membuat rencana tentang bagaimana anda akan mengatasi
masalah yang telah anda pilih, yang telah anda definisikan dan yang telah ditulis dalam
bentuk suatu pertanyaan yang baik. Anda perlu mengatur pikiran anda, merinci solusi
anda, membuat gambaran dari langkah-langkah yang akan diambil, dan membuat daftar
dari sumber daya yang akan diperlukan untuk melakssanakan solusi yang telah anda
pilih. Anda juga harus mengkomunikasikan ide dan rencana anda kepada semua pihak
yang bearkepentingan untuk memberitahukan dan/atau meminta banatuan mereka. Oleh
karena itu anda harus menulis suatu Plan of Action yaitu cetak biru dari problem
solving anda.

Plan of Action anda bukan suatu tesis yang berbau akademis dan teoritis. Rencana
tersebut adalah suatu alat untuk membantu anda mengatur pikiran dan langkah anda.
Rencana tersebut adalah alat komunikasi untuk membantu orang lain mengerti tentang
pikiran anda dan kegiatan yang akan dilaksanakan, siapa yang akan melaksanakan,
untuk berapa lama, serta untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Plan of Action
tersebut memaparkan bagaimana anda akan melaksanakan rencana anda. Di dalam
rencana tersebut anda perlu membuat daftar sumber daya yang anda miliki dan yang
masih diperlukan. Keperluan tersebut dapat anda komunisikan kepada mereka yang
dapat membantu anda.

Menulis Plan of Action yang Baik


Suatu Plan of Action yang baik mempunyai 4 komponen utama:
Mengapa?
Jabaran dari alasan mengapa anda memilih masalah anda.
Apa?
Jabaran dari masalah yang anda pilih ditulis dalam bentuk Pertanyaan
Yang Baik.
Bagaimana?
METODOLOGI (siapa, apa kegiatannya, isi, frekuensi, lama, di mana)
yang akan digunakan untuk mengatasi masalah.
Evaluasi?
Bagaimana caranya untuk mengukur atau melakukan EVALUASI dampak
atau efektifitas dari proyek anda.
Apa yang paling penting untuk dinilai.

Sebagai tambahan, cantumkan gelar, nama dan alamat anda pada bagian pertama dari
rencana kerja anda. Setelah pelaksanaan evaluasi, anda juga diminta untuk menulis
daftar dari fasilitas dan sumber daya yang anda miliki dan yang diperlukan untuk
proyek anda, serta schedule atau rencana waktu dari langkah-langkah untuk
melaksanakan proyek anda.
Mengapa?
Disini suatu pernyataan singkat harus ditulis (kalau dapat dalam satu kalimat)
yang menggambarkan masalah yang ingin diatasi. Gunakan formulasi masalah yang
anda sudah tentukan. Juga cantumkan asal atau sejarah dari masalah tersebut,
bagaimana terjadinya dan bagaimana masalah tersebut berdampak pada kesehatan
subjek atau sistem yang diteliti. Apabila anda mempunyai akses terhadap statistik atau
data dari kegiatan/studi/penelitian sejenis, anda perlu menyampaikan data tersebut
untuk memperkuat usulan anda. Nyatakan mengapa anda ingin mengatasi masalah
tersebut dan bagaimana solusi yang anda pilih akan dapat meningkatkan kesehatan
subjek atau sistem anda.

Apa?
Gunakan format Pertanyaan yang Baik untuk menjawab pertanyaan APA:
“Dengan mengerjakan APA, dengan SIAPA, DI MANA, dan untuk BERAPA LAMA
mencapai TUJUAN YANG DIINGINKAN?”

Penting sekali untuk mencoba berfikir sangat spesifik dan kreatif. Tidak cukup apabila
anda menyatakan bahwa anda akan memberikan kuliah 10 kali. Anda perlu menyatakan
bagaimana anda melaksanakannya: bilamana dan di mana kuliah akan diberikan; siapa
peserta yang akan ikut; apa yang akan anda sampaikan , dan sebagainya. Kadang-
kadang “Apa” adalah suatu pernyataan yang sederhana. Akan tetapi, anda barangkali
juga ingin menyatakan bahwa anda akan menurunkan angka orang muda yang mulai
merokok dengan 20% dalam waktu dua tahun mendatang.

Bagaimana?
Dalam bagian ini anda harus menulis secara rinci solusi anda. Anda perlu
memberikan informasi yang lebih lengkap tentang orang-orang dengan siapa anda akan
bekerja dan apa yang akan anda lakukan. Sebagai contoh: bagaimana akan anda seleksi
orang-orang yang akan membantu anda? Apabila anda mensurvei 1000 orang,
bagaimana anda akan memilih 1000 orang tersebut setiap sepuluh rumah? Kalau anda
menggunakan sukarelawan, bagaimana cara seleksi dan melatih mereka. Apabila anda
melakukan suatu kegiatan pendidikan, berapa jumlah sesi yang akan anda laksanakan
dan bahan pengajaran apa akan anda gunakan?. Apabila anda merencanakan untuk
mengurangi jumlah sampah di daerah anda dan merencanakan untuk menggunakan
sukarelawan, kegiatan apa yang akan mereka lakukan? Berapa sering? Apabila anda
merencanakan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat di dalam proyek kesehatan,
cara apa yang anda gunakan untuk meyakinkan masyarakat sehingga mereka mau ikut
serta? Apakah anda akan menggunakan kegiatan sosial yang ada? Apakah anda akan
menggunakan leaflet? Lebih rinci anda menggambarkan langkah-langkah kegiatan
anda, lebih baik.

Evaluasi
Ini adalah bagian yang sangat penting dari kegiatan anda. Apabila anda tidak
menilai apa yang telah anda lakukan, anda tentunya tidak akan mengetahui apakah
masalah dapat diatasi atau tidak. Anda perlu jujur dan kritis pada diri sendiri dalam
melakukan evaluasi. Jangan takut untuk menyatakan bahwa anda gagal mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Anggap kegagalan ini sebagai suatu proses belajar
sehingga anda dan orang lain tidak akan membuat kesahalan yang sama di masa yang
akan datang.
Jabarkan bagaimana evaluasi akan dilakukan, berapa sering dan berapa lama, dan siapa
yang akan melakukan.

Evaluasi:
Ukuran Sukses atau Gagal, Apa yang Digunakan
untuk Penyelesaian Masalah Anda?

Komponen dari Kegiatan Evaluasi


• Apa yang dievaluai
• Cara Melakukan Evaluasi
• Berapa Sering dan Berapa Lama
• Oleh Siapa

Bagian lain yang penting dari metodologi Plan of Action anda adalah suatu daftar dari
semua fasilitas dan sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek anda.
Sekarang anda dapat mengetahui sumber daya lokal apa yang anda miliki untuk anda
pergunakan. Ini mencakup tenaga, sumber fisik dan sumber alam. Usahakan agar
supaya mencakup semua sumber yang anda perlukan ke dalam rencana.

Berikut ini adalah cara untuk mengorganisasi sumber daya yang anda miliki dan yang
masih anda perlukan.
Sumber daya yang diperlukan

Sumber Daya Ada Diperlukan


1. Tenaga Rp. Rp.
2. Peralatan Rp. Rp.
3. Cetakan Rp. Rp.
4. Komunikasi Rp. Rp.
5. Sewa Ruangan Rp. Rp.
6. Konsumsi Rp. Rp.
7. ……………………. Rp. Rp.
Jumlah Rp. Rp.

Mungkin beberapa sumber daya yang diperlukan tidak ada. Anda perlu membuat daftar
dari sumber yang tidak anda miliki tersebut dan membicarakannya dengan fasilitator
anda dan para peserta lain workshop. Mungkin saja seorang atau lebih dari mereka
dapat mengusahakan sumber yang masih diperlukan. Setelah anda kembali ketempat
kerja anda, anda dapat menanyakan pada atasan atau siapa saja tentang bagaimana
memperoleh sumber yang anda belum miliki. Tugas anda adalah untuk berfikir secara
kreatif bagaimana anda dapat mengusahakan sumber daya tersebut, dan siapa yang
dapat dihubungi untuk membantu.

Sedapat Mungkin Usahakan Untuk


Menggeser Biaya Yang
Di Kolom Diperlukan ke Kolom Ada

Sebagian besar proyek PSBH yang telah dilaksanakan di Indonesia tidak memerlukan
biaya atau memerlukan biaya dalam jumlah kecil sehingga kemungkinan untuk proyek
tidak dilaksanakan karena kekurangan biaya hampir tidak ada.

Penting juga bagi anda untuk menyusun suatu schedule bilamana berbagai langkah
proyek anda akan dilaksanakan. Anda perlu realistis dalam menentukan perkiraan
waktu pelaksanaan suatu langkah, akan tetapi anda juga perlu berfikir positif.
Perhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut sewaktu anda membuat schedule.

❖ Kapan berbagai langkah akan dilaksanakan?


❖ Siapa yang bertanggung jawab untuk apa,
dan kapan mereka bertanggung jawab?

❖ Kapan proyek selesai?

Lebih spesifik anda, lebih baik. Berikut ini adalah suatu contoh dari schedule dalam
format Gantt Chart.

Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan III Keterangan


Persiapan

Pelaksanaan

Evaluasi

Jangan lupa bahwa anda sudah mencantumkan dalam rencana anda cara-cara evaluasi
sehingga anda sendiri dan orang lain dapat mengukur efektifitas dari proyek anda
dalam minggu-minggu dan bulan-bulan akan datang. Tanyakan pada diri anda sendiri
cara yang terbaik untuk mengukur hasil-hasil dari proyek anda sehingga dengan
demikian anda memiliki catatan yang rinci tentang efektifitas keseluruhannya.

Ingat bahwa workshop PSBH dilaksanakan dengan keyakinan yang kukuh dan tidak
tergoyahkan bahwa seseorang dapat membuat perubahan.
Setiap Orang Yang Mengira Bahwa Ia
Terlalu Kecil untuk Membuat Perubahan,
Belum Pernah Berada Sendirian di Dalam
Satu Ruangan Dengan Seekor Nyamuk

Untuk memudahkan anda, di bawah ini disampaikan outline Plan of Action

Judul Proyek
Menggambarkan masalah, tempat dan waktu proyek
Judul harus pendek dan jelas

Nama anda
Nama dan instansi asal anda
Latar Belakang
Dalam dua atau tiga paragraf, tuliskan alasan mengapa melakukan proyek ini. Apa
masalah yang anda prihatinkan, berapa besar dan penting masalah tersebut, berapa
jumlah orang yang terkena masalah ini, sudah berapa lama dan di mana.
Sedapat mungkin cantumkan beberapa data kuantitatif untuk menggambarkan masalah
tersebut.

Tujuan Poryek
Tuliskan secara lengkap Pertanyaan Yang Baik anda disini.

Langkah-langkah
Tulis secara lengkap dan rinci semua langkah yang akan anda lakukan dalam bentuk
suatu daftar kegiatan. Untuk menyusun langkah-langkah ini anda perlu membayangkan
apa yang anda akan lakukan, bagaimana caranya, metoda yang akan anda gunakan,
siapa yang melakukan kegiatan tersebut, dengan siapa, berapa lama dan di mana.
Jangan lupa mencantumkan Evaluasi sebagai langkah terakhir.

Rencana Waktu (Time Schedule)


Langkah-langkah yang anda sudah buat dalam bentuk daftar di atas, dialihkan ke dalam
suatu Gantt Chart yang lengkap.

Untuk mempercepat proses, anda sekaligus dapat menggabung informasi dalam sub-
bab Langkah-langkah dengan Rencana Waktu dalam bentuk Gantt Chart.

Rencana Anggaran
Cantumkan tabel anggaran seperti yang sudah anda susun. Sumber apa yang
diperlukan, apa yang sudah ada dan apa yang masih perlu dicari. Jangan lupa untuk
mencantumkan nilai total rupiahnya.

Meskipun proyek anda tidak memerlukan sumber daya karena sudah tersedia, anda
diminta untuk tetap mengisi tabel anggaran sehingga dapat diketahui berapa besar nilai
proyek anda.

Evaluasi.
Tuliskan apa yang anda akan evaluasi, metode evaluasi yang akan digunakan, berapa
kali dan berapa lama, di mana dan siapa yang akan melakukan kegiatan evaluasi.
INGAT!!!
PLAN OF ACTION TIDAK BOLEH LEBIH DARI
3 (TIGA) HALAMAN

Kesinambungan
Anda telah menyusun suatu Plan of Action yang akan anda laksanakan. Kegiatan
yang akan anda laksanakan akan mengatasi masalah yang anda ajukan.

Apa yang akan terjadi setelah kegiatan anda selesai


dilaksanakan?

Apabila masalah yang anda tangani dapat diatasi, pertanyaan mendasar adalah apakah
masalah tersebut akan tetap terselesaikan atau apakah masalah tersebut akan timbul
kembali apabila anda selesai melakukan kegiatan sesuai Plan of Action?

Oleh karena PSBH adalah upaya untuk mengatasi suatu masalah dan bukan merupakan
suatu proyek yang konvensional, anda perlu memikirkan langkah-langkah bagaimana
agar supaya masalah tidak muncul kembali atau mengusahakan agar supaya terjadi
kesinambungan dari upaya mengatasi masalah setelah kegiatan anda selesai.

Beberapa cara untuk menjamin kesinambungan kegiatan anda setelah kegiatan tersebut
selesai adalah:
1. Sudah mengikut sertakan fihak terkait di tempat dimana masalah tersebut terjadi dari
fase persiapan kegiatan dan mengusahakan agar supaya kegiatan tersebut menjadi
milik pihak tersebut dan meneruskan kegiatan tersebut untuk menjamin agar supaya
masalah tidak timbul kembali.
2. Apabila suatu kegiatan berhasil mengatasi suatu masalah, dan ternyata bahwa
kegiatan tersebut dapat membantu banyak orang, maka upaya yang perlu dilakukan
adalah untuk menghubungi pihak-pihak terkait untuk menggunakan pola, model,
pendekatan atau sistem yang telah berhasil tersebut ke tempat atau daerah lain.
Untuk ini perlu disusun suatu Plan of Action yang baru untuk disampaikan kepada
pihak yang terkait tersebut.

Pihak terkait adalah masyarakat setempat, LSM, dinas kesehatan atau dinas terkait lain,
pimpinan rumah sakit atau pimpinan unit di rumah sakit, sektor swasta, dan lain-lain.
Problem Solving yang Sukses
Action!
Tugas anda sekarang adalah untuk kembali ke masyarakat anda atau tempat kerja anda
dan melaksanakan proyek anda. Untuk melaksanakan proyek anda, anda memerlukan
seluruh ketrampilan dan energi yang anda miliki.

Berpikirlah dalam ruang lingkup kecil. Kita sering merasa iba oleh karena kita tidak
dapat mengatasi segera semua masalah dengan sekali langkah yang benar. Kita akan
mencapai kesehatan yang lebih baik apabila kita mulai dengan masalah kecil atau dari
suatu masalah. Apabila masalah ini tercapai, masalah yang besar lebih mudah untuk
diatasi dan sekarang masalah kecil tersebut akan terlihat lebih kecil dari sebelumnya.

Bila anda mulai dengan masalah kecil


masalah besar Lebih Mudah Diatasi
Yang penting adalah bertindak.

Jangan lupa bahwa fasilitator anda dapat dihubungi melalui telepon, surat atau e-mail
dan mereka ingin mendapat berita dari anda. Apabila anda mengalami suatu masalah,
hubungi fasilitator anda atau teman peserta workshop yang lain. Beritahu fasilitator
anda dan ingat bahwa mereka juga akan menindak lanjuti proyek anda dan membantu
anda bila memungkinkan. Jangan anda menjadi orang asing. Tidak ada seorang peserta
workshop PSBH perlu merasa sendiri untuk melawan segunung masalah.

Konsep kunci PSBH

Selalu ingat konsep kunci dari


pendekatan PSBH
• Inovasi (ide baru dan kreatif)
• Sederhana
• Jelas (singkat)
• Proses
• Kesempurnaan
• Dahulukan Kepentingan Manusia

GENIUS ADALAH
KETEKUNAN YANG TERSELUBUNG
Anonimus

Porblen Solving for Better Health (PSBH) is a registered trademark of the


Dreyfus Health Foundation, New York. Februari,
l998

Disusun oleh Pusat Penelitian Keluarga Sejahtera


Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Februari,
2003

--------------psbh-pbl-----------
ANALISIS DAN TEKNIK PEMECAHAN MASALAH
(I W. Darwata, Bag. IKM FK UNUD dan Jur. Kesling dan Kesja PS IKM UNUD)

A. Pendahuluan
Keterampilan memecahkan masalah adalah bagian dari managerial skill yang
seharusnya dimiliki oleh para pelaku kesehatan (health providers). Disebutkan bahwa
keterampilan tersebut sebagian besar (80%) diperoleh dari pengalaman pengelolaan
program yang berhasil dengan baik, dan bukan dari hasil membaca atau kuliah. Namun
demikian, diperlukan suatu pelatihan khusus untuk dapat memecahkan masalah secara
efektif dan efisien sehingga akan mengurangi pemborosan dalam penggunaan biaya dan
sumber daya lainnya.

Sebelum menyusun suatu perencanaan untuk pemecahan suatu masalah perlu dilakukan
analisis masalah untuk dapat melihat secara rinci berbagai faktor yang melatar
belakangi timbulnya masalah dan dampak yang ditimbulkan oleh masalah tersebut baik
dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Faktor yang melatar belakangi
suatu masalah banyak bersumber pada lingkungan, sedangkan dampak yang
ditimbulkannya dapat mencakup berbagai aspek kehidupan manusia yaitu aspek
kesehatan, aspek sosial aspek ekonomi, aspek politik, aspek keamanan dan lainnya.

B. Analisis Masalah
Untuk dapat membedah suatu masalah paling tidak dapat digunakan 2 pendekatan
teknik analisis (Blum). Pendekatan pertama menekankan kepada pemeriksaan induktif
(inductive examination) dan pendekatan kedua adalah analisis deduktif (deductive
analysis). Pendekatan yang pertama mengikuti prosedur analisis dari keinginan untuk
untuk mencapai suatu tujuan yang dirasakan (felt goal), kemudian di analisis berbagai
faktor yang melatar belakangi suatu masalah serta dampak yang ditimbulkannya, dan
akhirnya sampai kepada tujuan yang diinginkan (derived goal). Sedangkan pendekatan
yang kedua dimulai dengan tujuan yang diterima (accepted goal) atau berdasarkan
kesepakatan yang kemudian dijabarkan menjadi tujuan yang lebih rinci (sub-goals),
dan semuanya ini ditentukan secara intuisi. Pendekatan yang kedua ini sudah tentu
sedikit mengandung risiko, karena didahului dengan analisis yang teliti. Dalam hal
tertentu diperlukan penggabungan kedua pendekatan tersebut untuk memperoleh hasil
yang diinginkan.

Analisis Tipe Masalah


1. Menetapkan tujuan
Pertama-tama harus tercapai kesepakatan dalam menentukan rumusan masalah dan
kemudian dilanjutkan dengan menentukan tujuan (objectives). Sebelum nenentukan
tujuan yang definitif, pendekatan yang paling aman adalah dengan melakukan analisis
masalah secara menyeluruh (total problem analysis) sehingga diperoleh gambaran
tentang penyebab masalah (primer, sekunder dan tertier). Akan lebih baik lagi kalau
penyebab masalah didukung oleh data yang akurat sehingga tujuan sesuai dengan
penyebab masalah dan pemecahan masalah berdasarkan fakta (evidence based).

2. Menetapkan sistem
Cara ini dapat menggunakan beberapa pendekatan. Pertama adalah dengan
menganalisis kondisi penyakit berdasarkan konsep medan kekuatan (forced field) dari
Blum. Pendekatan kedua adalah dengan menganalisis sifat dasar penyakit yaitu dengan
menelusuri faktor risiko timbulnya penyakit.

3. Peninjauan explorasi
a. Studi explorasi singkat
Suatu proses untuk membantu klarifikasi terhadap besarnya masalah, lingkungan sistem
dan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini dilakukan oleh perencana bersama 1-2 orang staf
yang menguasai permasalahan dan dalam beberapa jam diharapkan dapat menghasilkan
gagasan tentang jenis data dan ahli (experts) yang diperlukan dalam analisis masalah.

b. Membuat ringkasan tentang cara kerja analisis explorasi


Membuat rumusan masalah berdasarkan studi explorasi yang mencakup definisi
tentang sifat dasar masalah, data yang diperlukan, dampak yang ditimbulkan dan
kemungkinan untuk melakukan suatu intervensi. Hal ini memungkinkan untuk dapat
mengambil keputusan secara cepat. Ringkasan juga harus memuat kemungkinan-
kemungkinan tentang keberhasilan suatu intervensi dan pertimbangan satuan biaya.
Pertanyaan: Ahli apa saja diperlukan dalam analisis masalah? Apakah perlu survei?
Berapa lama waktu yang diperlukan untuk analisis? Berapa besar biaya yang
diperlukan?

C. Teknik Pemecahan Masalah


Bryant menggambarkan siklus pemecahan masalah sebagai suatu lingkaran yang tiada
akhir, dan masalah yang muncul selalu berubah. Komponen siklus pemecahan masalah
secara berurutan mengikuti langkah-langkah yaitu pengumpulan data, analisis data,
perumusan masalah, penentuan prioritas masalah, penetapan tujuan, penentuan target
sasaran, penetapan alternatif solusi, penetapan solusi terbaik, implementasi kegiatan,
evaluasi dan akhirnya kembali kepada rumusan masalah baru yang memerlukan
pengumpulan data dan analisis data.

Jika disederhanakan semua langkah-langkah yang digambarkan dalam siklus


pemecahan masalah tersebut dapat dijabarkan menjadi 6 tahap yaitu:
1. Identifikasi masalah
2. Penentuan prioritas masalah
3. Penentuan alternatif pemecahan masalah
4. Pembuatan rencana kerja operasional (RKO)
5. Implementasi kegiatan
6. Evaluasi dan pemantauan implementasi kegiatan

1. Identifikasi masalah
Masalah didefinisikan sebagai suatu kesenjangan antara apa yang ada saat ini (what it
is) dan apa yang semestinya (what should be). Langkah-langkah identifikasi masalah
mencakup (1) pengumpulan data (analisis situasi, survai cepat, data sekunder hasil
rekam medis puskesmas), (2) analisis data (secara manual atau dengan komputer
menggunakan program Epi-Info atau program lainnya), dan (3) perumusan masalah
(sifat masalah, besarnya masalah, faktor penyebab atau faktor penunjang)
Pertanyaan: Apakah masalah tersebut dapat diatasi? Kalau masalah tidak diatasi apa
yang akan terjadi?

2. Penentuan prioritas masalah


Prioritas masalah kesehatan ditentukan oleh beberapa tolok ukur yaitu: (1) community
concern (mencakup masyarakat luas), (2) prevalence (besarnya masalah), (3)
seriousness/severity (dampaknya terhadap masyarakat luas), (4) manageability (dapat
dipecahkan), (5) political climate (situasi politik), (6) technical feasibility ketersediaan
teknologi), (7) resources availability (ketersediaan sumber daya).

Teknik penentuan prioritas masalah:

Metoda kuantitatif:
Setiap tolok ukur dapat diberikan nilai dari 1 s.d. 5 atau bisa juga dari 0 s.d. 10.
Masalah yang memperoleh nilai paling besar akan menempati urutan prioritas pertama
dalam deretan daftar masalah. Dalam hal ini yang paling banyak digunakan adalah
metoda Delbeq. Di samping itu masih ada beberapa metoda lain yaitu: metoda Hanlon,
metoda CARL, metoda Reinke, metoda Bryant.

Metoda kualitatif:
Dalam metoda ini tidak ada pemberian nilai untuk setiap masalah. Prioritas masalah
ditentukan berdasarkan angket (kuesioner), diskusi (curah pendapat), analisis SWOT
(strength, weakness, opportunity and threat), atau dengan ranking group. Selama ini
metoda yang paling banyak digunakan adalah metoda Delphi. Metoda ini menggunakan
teknik survai dengan seperangkat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada peserta yang
relatif homogen. Belakangan para pengambil keputusan banyak menggunakan analisis
SWOT atau ranking group.

3. Penentuan alternatif pemecahan masalah


Dalam menetapkan alternatif pemecahan masalah hal yang paling utama harus
diketahui adalah penyebab (risk faktor) timbulnya masalah. Menurut Blum, analisis
masalah digambarkan sebagai adanya masukan (input) terhadap masalah dan keluaran
(output) dari masalah. Masukan adalah gambaran terhadap penyebab timbulnya
masalah yang dapat berupa penyebab primer, sekunder dan tertier. Keluaran adalah
konsekuensi yang ditimbulkan oleh masalah yang juga dapat berupa konsekuensi
primer, sekunder dan tertier. Dari indentifikasi faktor penyebab masalah, maka akan
dapat ditetapkan (disusun) berbagai alternatif pemecahan masalah dengan melihat
sumber daya (tenaga, dana, waktu, teknologi, peralatan/logistik dan kelompok
sasaran). Dari beberapa alternatif yang sudah diidentifikasi, maka dapat dipilih
alternatif pemecahan yang terbaik dengan mempertimbangkan faktor pendukung dan
faktor penghambat.

Jenis-jenis pemecahan masalah yang bisa ditawarkan antara lain menyangkut bidang
pendidikan, biomedis, usaha-usaha mikro, pelatihan, psikologis, ekonomi, dan
hukum yang dampak ungkitnya menyangkut kesehatan baik langsung maupun tidak
langsung.

4. Pembuatan rencana kerja operasional (RKO)


Rencana kerja operasional (RKO) mencakup 4 komponen utama yang dapat
dikemukakan dalam bentuk pertanyaan:

Mengapa?
Diskripsi tentang masalah: latar belakang masalah (penyebab), besarnya masalah,
sifat masalah dan apa yang terjadi seandainya masalah tidak ditanggulangi.

Apa?
Diskripsi tentang tujuan dan apa yang ingin dicapai
Tujuan harus dapat diukur dengan jelas berdasarkan target waktu dan sasaran.

Bagaimana?
Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah. Metode dalam hal ini
menyangkut banyak aspek yaitu: siapa yang mengerjakan (penanggung jawab), siapa
atau apa sasarannya, berapa sasarannya, apa bentuk kegiatannya, apa isi kegiatannya,
frekuensi kegiatan, berapa lama, di mana, target pencapaian, teknologi yang
digunakan, dan jumlah biaya serta sumbernya.

Evaluasi?
Cara untuk mengukur keberhasilan dari suatu kegiatan. Dalam hal ini perlu dijelaskan
tolok ukur keberhasilan, misalnya berupa keluaran (output), dampak, efektifitas, unit
cost, dan peran serta masyarakat.

5. Implementasi kegiatan
Implementasi kegiatan mencakup pembagian tugas, mematuhi jadwal kegiatan,
penggerakan staf atau masa, koordinasi dan komunikasi, meningkatkan motivasi
(internal dan eksternal) dan melakukan pemantauan (monitoring) serta pengendalian
(supervision).
Keberhasilan implementasi kegiatan akan sangat ditentukan oleh beberapa hal yaitu: (1)
model kepemimpinan (terbuka, tertutup, otoriter, paternalistik, friendship), (2) interaksi
antar staf (interaktif, komunikatif, represif, curiga), dan (3) faktor lingkungan
(hubungan lintas sektor, kondisi sosial masyarakat, status ekonomi, kebijakan/peraturan
dan kondisi sosial politik)

Selama implementasi kegiatan perlu dilakukan pemantauan dan pengendalian sebagai


suatu langkah penilaian formatif (formative evaluation) untuk melihat perkembangan
pelaksanaan kegiatan, sehingga bila terjadi penyimpangan, maka sesegera mungkin
dapat diupayakan perbaikan. Penilaian disini mencakup masukan (input), proses dan
keluaran (output). Dalam kegiatan pemantauan dan pengendalian diusahakan
memberikan bimbingan dan umpan balik kepada staf yang terlibat dalam pelaksanaan
kegiatan.

6. Evaluasi kegiatan
Penilaian disini berbeda dengan penilaian pada saat pelaksanaan program. Penilaian
disini berkaitan dengan tujuan yang tercantum dalam RKO. Yang dinilai adalah hasil
(outcome) kegiatan dan dampak (impact) kegiatan sebagai penilaian akhir (summative
evaluation).
Langkah-langkah evaluasi kegiatan mencakup:
a. Pengumpulan data
Cara pengumpulan data hampir sama dengan pengumpulan data awal sewaktu
identifikasi masalah, hanya saja ruang lingkup datanya jauh lebih sempit dan hanya
terkait dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan.
b. Analisis data
Cara analisis data dapat dilakukan secara manual atau dengan menggunakan
komputer.
c. Penyajian data
Penyajian data: dapat berupa tabel, grafik dan narasi
d. Menarik kesimpulan dan memberikan rekomendasi.
Kesimpulan: target tercapai, sebagian berhasil atau gagal yang dinyatakan dengan
persen (%).
Rekomendasi: mempertimbangkan keberhasilan, faktor penunjang dan faktor
penghambat.

Rujukan:
1. Anonim, Problem Solving for Better Health (PSBH), Dreyfus Health Foundation,
Februari 1998
2. Blum, Hendrik L., Planning for Health, Human Science Press Inc., 1981
3. Morley, David, Paediatric Priorities in the Developing World, Butterworth & Co
Ltd, 1973.
RANKING GROUPS (KELOMPOK RANKING)
Suatu teknik wawancara kelompok (a group interview technique)

Kegunaan
 Mengukur kebutuhan (need assessment),
 Mengidentifikasi masalah
 Menentukan solusi masalah.

Spesifikasi
 Ada seorang pemimpin kelompok
 Peserta hanya 5-6 orang (latar belakang sama atau berbeda)
 Waktu untuk wawancara paling lama 2 jam
 Dapat merumuskan berbagai masalah di masyarakat, serta alternatif solusinya.
 Anggota kelompok bekerja sama untuk membuat ranking dari masalah ataupun
alternatif solusinya.
 Hasilnya berupa daftar masalah atau berupa solusi masalah yang telah disusun
berdasarkan ranking (urutan prioritas).

Keuntungan ranking groups


 Sampel kecil (5-6 orang)
 Relatif murah
 Cepat dalam pelaksanaan
 Pemahaman dan praktik hanya perlu beberapa hari saja
 Hasilnya berupa daftar ranking masalah atau alternatif solusinya
 Dapat digunakan bersamaan dengan survai untuk memperoleh pengertian yang
lebih baik terhadap masalah serta solusinya

Keterbatasan ranking groups


 Sampel kurang representatif
 Terkadang sulit membuat kelompok
 Membutuhkan seorang pemimpin kelompok yang kuat
 Hasilnya dapat bias karena pandangan pemimpin kelompok
 Data kualitatif yang dihasilkan tidak rinci

Nara sumber (peserta) ranking groups


 Para pelaku kesehatan
 Para profesional di bidang kesehatan
 Staf administrasi pelayanan kesehatan
 Kepala desa
 Pimpinan organisasi sosial masyarakat
 Pegawai pemerintah
 Para pemimpin partai politik
 Perwakilan lembaga swadaya masyarakat (LSM)
Teknis pelaksanaan ranking groups
Persiapan:
 Lembar flipchart atau papan tulis
 Spidol atau kapur dan penghapus
 Kertas untuk menulis dengan balpoin atau pensil
 Kartu petunjuk kosong (5 lembar untuk setiap peserta) bila diperlukan.

Langkah 1: Penyampaian tujuan (Welcome and statement of purpose)


 Pimpinan kelompok dan peserta saling memperkenalkan diri
 Pimpinan kelompok menuliskan tujuan pertemuan di papan atau di kertas flipchart

Contoh 1:
Tujuan sesi ini adalah untuk mengidentifikasi berbagai masalah kesehatan masyarakat
yang dihadapi puskesmas dan membuat urutan prioritas tentang masalah mana yang
harus didahulukan pemecahannya.

Contoh 2:
Tujuan sesi ini adalah untuk menyusun suatu daftar faktor risiko penyebaran DBD
(demam berdarah dengue) dan membuat daftar urutan prioritas tentang faktor risiko
mana yang harus didahulukan pemecahannya.

Langkah 2: Periode tenang (Silent period)


 Memberikan kesempatan kepada setiap peserta untuk memikirkan masalahnya atau
solusi terhadap suatu masalah tanpa bicara dengan peserta lain.
 Pimpinan kelompok mengajukan pertanyaan kepada kelompok dengan cara
menuliskan di kertas flipchart atau papan tulis.
 Pimpinan kelompok minta kepada peserta untuk menuliskan ide, gagasan atau
masalahnya pada secarik kertas dan tekankan agar tanpa bicara dengan peserta lain.
 Setelah itu berikan waktu 5-10 menit untuk menuliskannya pada secarik kertas.
 Dalam periode ini tidak ada tanya-jawab.

Langkah 3: Membuat daftar jawaban peserta


(Listing the responses of the participants)
 Setiap peserta diberikan kesempatan yang sama untuk menyampaikan ide, gagasan
atau masalahnya tanpa komentar dari peserta lainnya.
 Pimpinan kelompok menuliskannya di kertas flipchart atau papan tulis
 Pimpinan kelompok menanyakan kepada setiap peserta apakah tidak ada lagi ide,
gagasan atau masalah lain untuk melengkapi daftar yang sudah dituliskan.
Langkah 4: Mendiskusikan daftar jawaban peserta (Discussing the
list)
 Tujuannya untuk klarifikasi setiap jawaban peserta sehingga tidak lagi ada
kebingungan.
 Pimpinan kelompok menyampaikan kepada peserta apakah ada pertanyaan atau
komentar
 Pimpinan kelompok mulai menanyakan berurut dari item pertama dalam daftar
sampai item terakhir dan jika ada ide, gagasan atau masalah yang sama dari
beberapa peserta, maka dilakukan penggabungan (ditulis sekali saja)
 Diskusi untuk setiap item harus sesingkat mungkin dan yakinkan bahwa setiap
peserta sudah memahami.

Langkah 5: Membuat urutan prioritas (Ranking)


 Setiap peserta diminta memilih (voting) 5 (lima) item yang dianggap paling penting
dan sekaligus menuliskannya pada secarik kertas berdasarkan urutan prioritas, dari
prioritas no1 s.d. no.5.
 Peserta diminta untuk memberi nilai 5 untuk item prioritas no.1, nilai 4 untuk item
prioritas no.2, nilai 3 untuk item prioritas no.3 dan seterusnya.
 Pimpinan kelompok melakukan tabulasi (dengan tally) terhadap jawaban peserta.
 Jumlahkan nilai pada setiap item sehingga akan diperoleh nilai ranking untuk setiap
item dalam daftar.
 Item yang memperoleh nilai tertinggi dalam daftar (misalnya 25) akan menempati
ranking 1 (prioritas I), nilai di bawahnya ranking 2 (prioritas II) dan seterusnya.

Langkah 6: Mendiskusikan daftar ranking (Discussing the ranked list)


 Tujuannya yaitu memberikan kesempatan kepada para peserta untuk menyampaikan
pendapatnya terhadap daftar ranking yang baru dibuat.
 Pimpinan kelompok minta kepada peserta untuk mendiskusikan daftar ranking yang
baru dibuat.
 Pimpinan kelompok mencatat setiap komentar dari peserta untuk melengkapi
laporan.

Langkah 7: Penutup (Closing)


 Ucapan terima kasih dan sampaikan bahwa semua informasi yang mereka berikan
akan sangat berguna.

Langkah 8: Analisis dan menulis laporan (Analysis and write-up)


 Sebagian besar analisis sudah dikerjakan selama pelaksanaan ranking group dan
laporan mencakup beberapa hal yaitu:
 Bagaimana cara pemilihan peserta dan siapa saja pesertanya
 Situasi yang mungkin berpengaruh terhadap pelaksanaan ranking group
 Daftar ranking (prioritas)
 Ringkasan tentang komentar kelompok (setuju atau tidak setuju)
ANALISIS SWOT

Analisis SWOT adalah satu cara analisis untuk menunjang sistem pengelolaan
(manajemen), khususnya dalam proses pengambilan keputusan. Dengan analisis SWOT
para pengelola program diharapkan mampu mengidentifikasi berbagai faktor yang
dianggap akan berpengaruh, baik langsung maupun tidak langsung terhadap pencapaian
suatu tujuan (keberhasilan suatu program).

Pemahaman tentang SWOT


S = Strength (kekuatan/kemampuan)
Berbagai faktor (internal) yang dianggap sebagai kekuatan atau kemampuan untuk

menunjang pencapaian suatu tujuan (keberhasilan suatu program).

Spesifikasi: sumber daya (tenaga, dana, sarana dan peralatan) yang telah dimiliki,
kebijakan (policy), kepemimpinan, sistem pengelolaan (cara kerja) yang efektif dan
efisien, kemampuan advocacy dan penguasaan teknologi.
W = Weakness (kelemahan)
Berbagai faktor (internal) yang dianggap sebagai kelemahan atau faktor penghambat dalam mencapai suatu tujuan.

Spesifikasi: kurangnya sumber daya (tenaga, dana, sarana dan peralatan),


lemahnya sistem pengelolaan, kebijakan yang kurang kondusif, kepemimpinan,
dan kurangnya penguasaan teknologi.
O = Opportunity (kesempatan atau peluang)
Berbagai faktor (eksternal) yang dianggap sebagai kesempatan atau peluang untuk
meraih sukses atau mencapai tujuan.
Spesifikasi: peran serta masyarakat, sistem sosial, status ekonomi, kebijakan, peraturan (perundangan), situasi lintas sektor,
dll.
T = Threat (ancaman)
Berbagai faktor (eksternal) yang dianggap sebagai ancaman dan diyakini akan dapat menggagalkan pencapaian tujuan.
Spesifikasi: peran serta masyarakat, sistem sosial, status ekonomi, kebijakan, peraturan (perundangan), situasi lintas sektor,
globalisasi, dll.

Analisis SWOT memberikan kemudahan dalam mengatur strategi pemecahan masalah,


karena berbagai variabel (faktor) yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan dapat
diidentifikasi secara lebih rinci. Strategi pemecahan masalah dapat dirumuskan secara
lebih spesifik dan lebih komprehensif (menyeluruh) dengan melihat keterkaitan faktor-
faktor yang tercakup dalam komponen S-W (strength-weakness) dan faktor-faktor yang
ada dalam O-T (opportunity-threat).

Matrix analisis SWOT


S = STRENGTH W = WEAKNESS
(KEKUATAN) (KELEMAHAN)
▪ sumber daya ▪ sumber daya
FAKTOR INTERNAL
▪ manajemen ▪ manajemen
DAN EKSTERNAL
▪ kepemimpinan ▪ kepemimpinan
▪ teknologi ▪ teknologi
▪ advocacy ▪ advocacy

O = OPPORTUNITY
STRATEGI SO: STRATEGI WO:
(KESEMPATAN)
▪ sumber daya
▪ kepemimpinan ▪ surveilans ▪ pelatihan
▪ kebijakan ▪ usaha pencegahan ▪ lokakarya
▪ masyarakat ▪ proyek fisik ▪ promosi kesehatan
▪ lintas sektor ▪ pengembangan program ▪ penambahan tenaga
▪ dll. ▪ dll.

T = THREAT
STRATEGI ST: STRATEGI WT:
(ANCAMAN)
▪ sumber daya
▪ kepemimpinan ▪ tour of duty ▪ mutu pelayanan
▪ kebijakan ▪ pembinaan ▪ perbaikan sumber daya
▪ masyarakat ▪ penambahan sarana ▪ peran serta masy.
▪ lintas sektor ▪ advocacy ▪ teknologi
▪ dll. ▪ dll.
Contoh: Analisis SWOT kegiatan KIA di Puskesmas Mawar.

Puskesmas Mawar merupakan Puskesmas rawat-inap yang sudah operasional belasan


tahun.

Visi: Desa sehat tahun 2005

Misi: Meningkatkan mutu pelayanan (quality assurance) kesehatan ibu dan anak (KIA)
di Puskesmas.

Tujuan:
Tujuan Umum: Meningkatkan mutu pelayanan KIA di Puskesmas berdasarkan sumber
daya yang ada.
Tujuan khusus:
1. Meningkatkan profesionalisme (kapasitas) petugas (bidan dan pembantu bidan)
2. Memperbaiki sistem pengelolaan KIA agar lebih efektif dan efisien.
3. Meningkatkan kemampuan rujukan KIA
4. Meningkatkan mutu pelayanan KIA (pemeriksaan ibu hamil, konseling,
penyuluhan)

Sasaran:
1. Staf Puskesmas, kususnya bidan dan pembantu bidan.
2. Masyarakat, khususnya ibu-ibu (wanita usia subur, ibu hamil dan ibu melahirkan)

S = Strength (kekuatan/kemampuan)
• SDM: 2 orang bidan D3 dan 2 orang pembantu bidan pendidikan SPK.
• Perlengkapan medis sangat memadai (KIA kit, vaksin TT, alat untuk periksa
Hb, sarana penyuluhan dan beberapa perlengkapan lainnya)
• Pimpinan Puskesmas bijaksana dan terbuka

W = Weakness (kelemahan)
• Bidan dan stafnya kurang menguasai teknik konseling
• Bidan dan stafnya tidak paham tentang pentingnya data KIA dan manfaatnya.
• Sikap mental kurang terpuji, misalnya menggiring pasien ke klinik pribadi.
• Pembantu bidan kurang terampil dalam melaksanakan tugasnya.
• Kebijakan kurang kondusif: membebaskan biaya jasa pelayanan.

O = Opportunity (peluang/kesempatan)
• Kepemimpinan yang bijaksana dalam artian sangat mendorong inisiatif setiap
staf
• Desentralisasi bidang kesehatan memungkinkan Puskesmas untuk mengusulkan
biaya berdasarkan kebutuhan yang rasional (target based budgetting)
• Kondisi masyarakat cukup baik dilihat dari sosial ekonomi dan peran serta
mereka.

T = Threat (ancaman)
• Banyaknya pesaing, khususnya bidan praktek swasta di sekitar Puskesmas
• Sikap mental yang kurang terpuji (menggiring pasien ke klinik pribadi)

STRATEGI:
Strategi S-0:
▪ Lokakarya atau pelatihan membuat usulan proyek
▪ Mengembangkan program untuk sasaran masyarakat (penyuluhan, meningkatkan
peran kader, menarik dana masyarakat)

Strategi W-O:
▪ Pelatihan (training) keterampilan teknis operasional (kemampuan konseling dan
penyuluhan)
▪ Pelatihan sistem informasi manajemen (identifikasi masalah, pengumpulan data,
analisis data dengan komputer dan presentasi data)

Strategi S-T:
▪ Pemberian insentif (materi dan non materi)
▪ Pemindahan tugas (tour of duty)

Strategi W-T:
▪ Meningkatkan kualitas pelayanan

-------------analisis masalah--------------
PEDOMAN DISKUSI KELOMPOK RANKING GROUP

Langkah 1: Penyampaian tujuan (Welcome and statement of purpose)


oleh Pimpinan Kelompok

Kelompok 1 dan 2:
Tujuan sesi ini adalah untuk mengidentifikasi berbagai masalah kesehatan masyarakat
yang dihadapi puskesmas dan membuat urutan prioritas tentang masalah mana yang
harus didahulukan pemecahannya.
Kelompok 3 dan 4:
Tujuan sesi ini adalah untuk menyusun suatu daftar faktor risiko penyebaran DBD
(demam berdarah dengue) dan membuat dafar urutan prioritas tentang faktor risiko
mana yang harus didahulukan pemecahannya.

Langkah 2: Periode tenang (Silent period)


Setiap kelompok diberikan waktu 10 menit untuk menuliskan apa yang diminta pada
langkah 1 pada secarik kertas dan dalam periode ini tidak ada tanya-jawab.

Langkah 3: Membuat daftar jawaban peserta


(Listing the responses of the participants)
Pimpinan kelompok menuliskannya di kertas flipchart atau papan tulis semua ide atau
gagasan dari setiap peserta dan menanyakan kepada peserta apakah yang disampaikan
sudah lengkap. Waktunya 10 menit

Langkah 4: Mendiskusikan daftar jawaban peserta (Discussing the


list)
Klarifikasi setiap jawaban peserta sehingga tidak lagi ada kebingungan dan setiap
peserta boleh bertanya atau menyampaikan komentar. Ide atau gagasan yang
maksudnya sama disatukan. Waktu 15 menit

Langkah 5: Membuat urutan prioritas (Ranking)


Setiap peserta diminta memilih (voting) 5 (lima) item yang dianggap paling penting dan
sekaligus menuliskannya pada secarik kertas berdasarkan urutan prioritas, dari prioritas
no.1 s.d. no.5. menurut pendapat sendiri-sendiri dan kemudian diberi bobot terbalik 1-5

Langkah 6: Mendiskusikan daftar ranking (Discussing the ranked list)


Kesempatan diberikan kepada para peserta untuk menyampaikan pendapatnya terhadap
daftar ranking yang baru dibuat.
Langkah 7: Penutup (Closing)
Ucapan terima kasih atas semua informasi yang dberikan dan tentunya akan sangat
berguna untuk memecahkan berbagai masalah di masyarakat.

--------------Analisis Masalah-------------
TEHNIK-TEHNIK MOTIVASI
Oleh: I Wayan Kandera

Tingkah laku seseorang berubah secara permanen disebabkan oleh adanya motivasi
orang itu untuk mengubah. Seluk beluk motivasi ini penting sekali diketahui karena
tujuan pendidikan kesehatan masyarakat (PKM) adalah untuk merangsang
perubahan perilaku.
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti kebutuhan, keinginan, dorongan
atau impuls. Jadi motivasi berarti dorongan untuk berbuat sesuatu. Motivasi agar
bangkit dapat dirangsang dengan tehnik-tehnik tertentu yang sangat penting diketahui
oleh para pendidik kesehatan masyarakat. Salah satunya yang merupakan dasar tehnik
motivasi adalah teori Hirarki Kebutuhan ( Need Hirarchy Theory) dari Abraham
Maslow. Teori ini berdasarkan atas dua asumsi:
1. Kebutuhan seseorang tergantung kepada apa yang telah dimilikinya.
2. Kebutuhan itu mempunyai hirarki diliat dari kebutuhannya.

Menurut Maslow, ada 5 katagori kebutuhan manusia yaitu:


1. Kebutuhan pisik: Merupakan kebutuhan dasar manusia untuk kelangsungan
hidupnya, yaitu makan, minum, pakian, perumahan, dsb. Dalam kehidupan sehari-
hari sering dihubungkan dengan uang, sebab uang dapat dipakai untuk memenuhi
kebutuhan itu.
2. Kebutuhan akan rasa aman: Berarti kebutuhan atas perlindungan dari kesakitan,
keselamatan keluarga dan keselamatan kerja.
3. Kebutuhan sosial: Dalam kehidupan manusia, perlu mengadakan hubungan sosial
dengan orang lain, saling memberi atau menerima, saling mencintai dan rasa
memiliki. Kebutuhan ini dapat dipenuhi melalui kelompok-kelompok formal
ataupun informal.
4. Kebutuhan akan harga diri: Kebutuhan ini akan tercapai bila seseorang merasakan
dapat menyelesaikan sesuatu yang berguna (feeling of achievement), mendapat
penghargaan, pengakuan, kebebasan, status dan kekuasan. Pada taraf ini seseorang
ingin untuk dikenal sebagai salah seorang yang terbaik dari kelompoknya.
5. Aktualisasi diri: Kebutuhan tertinggi dalam hirarki Maslow. Kebuthan ini
mendorong seseorang mengembangkan potensinya secara maksimal, apapun jenis
potensi itu. Kepuasan teerletak pada keberhasilan seseorang untuk
mengekspresikan dirinya secara maksimal seperti yang dikehendakinya
Tema: Hirarki Kebutuhan
Aktualisasi
diri
Kebutuhan akan
harga diri
Kebutuhan
sosial

Rasa aman
Kebutuhan
fisik

Teori hirarki ini ternyata mendapatkan atau menimbulkan banyak kritik, oleh karena
sulit dibuktikan bahwa kebutuhan manusia menuruti suatu hirarki tertentu, meskipun
secara umum disepakati bahwa kebutuhan itu sendiri terdiri dari dua tingkat yaitu
kebutuhan biologis dan kebutuhan selain biologis. Intensitas hirarki kebutuhan yang
lebih tinggi tidak semata-mata timbul karena telah terpenuhinya hirarki kebutuhan
yang lebih rendah. Kebutuhan manusia bersifat elastis sehingga kriteria cukup itu akan
bersifat sanagt relatif pada setiap individu.

Walaupun banyak kritik terhadap teori Maslow, teori ini sangat bermanfaat dalam
menjelaskan mekanisme motivasi seseorang. Dengan mengetahui mekanismenya maka
dapatlah dicari cara-cara untuk merangsang motivasi. Secara garis besar teori Maslow
menyimpulkan bahwa motivasi untuk memenuhi kebutuhan pada tingkat yang lebih
tinggi akan timbul jika kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi. Misalnya untuk
motivasi memunculkan motivasi tentang kesehatan pada seseorang, maka kebutuhan
fisiknya (makan, minum, sandang, dan perumahan) harus telah terpenuhi sebelumnya.

Teori lain yang mencoba menerangkan tentang motivasi adalah teori Dua Faktor
(Motivator Hygiene Theory) dari Hersberg. Teori ini menyatakan bahwa kepuasan
seseorang dalam mengerjakan suatu tindakan terletak bukan pada ketidak adaan faktor-
faktor yang menyebabkan ketidak puasan, melainkan karena adanya faktor-faktor
pemuas pada pekerjaan tersebut. Faktor-faktor yang menyebabkan ketidak puasan
biasanya berasal dari lingkungan (faktor kesehatan) dan faktor-faktor pemuas
(motivator) yang memang berasal dari pekerjaan itu sendiri.
Faktor-faktor tersebut antara lain:

Faktor kesehatan Motivasi


▪ Kebijakan superviasi ▪ Prestasi
▪ Kondisi kerja ▪ Pengakuan dan keberhasilan kerja
▪ Hubungan antar manusia ▪ Tanggung jawab
▪ Uang, status, rasa aman dll. ▪ Perasaan maju dan berkembang dll.

Jadi menurut teori ini, dalam memotivasi seseorang maka faktor-faktor motivator harus
mendapat perhatian utama. Selain teori-teori tersebut diatas, ada juga teori VROOM
yang mengusulkan teori tentang intensitas motivasi. Teori ini menyatakan bahwa
intensitas motivasi seseorang merupakan fungsi dari harapan, hasil dan nilai perbuatan
dalam mencapai hasil yang diharapkan.

M = E (H x N)

M = Motivasi, E = Expectation (pengharapan), H = Hasil, N = Nilai

Secara umum dikenal pula istilah-istilah lain dalam kaitan motivasi tersebut:
1. Motivasi internal (intrinsik) yaitu motivasi yang timbul karena dorongan murni dari
dalam individu sendiri.
2. Motivasi eksternal (ekstrinsik) yaitu motivasi yang timbul karena dorongan yang
berasal dari luar individu.

Kedua istilah tersebut tidaklah tepat benar karena semua motivasi sebenarnya berasal
dari dalam individu itu sendiri. Namun demikian penggolongan itu hanyalah untuk
memudahkan melihat cara-cara yang dapat dipakai untuk membangkitkan motivasi
tersebut. Secara praktis teori “dua faktor” dapat dikaitkan dengan penggolongan itu.
Dalam hal ini faktor motivator berhubungan dengan motivasi internal dan faktor
kesehatan berkaitan dengan motivasi eksternal.

Dalam praktik sehari-hari, motivasi sering dihubungkan dengan kekuatan hukuman dan
hadiah. Hukuman dihubungkan dengan tekanan, sedangkan hadiah dihubungkan
dengan dorongan. Jadi untuk merangsang motivasi seseorang, kedua faktor ini harus
dicari perimbangannya, sebab pemakaian secara sepihak saja akan dapat memperlemah
motivasi.
Setelah mempelajari beberapa aspek proses adopsi maka dapat dilihat bahwa kecepatan
proses adopsi ini akan bergantung pada beberapa faktor yaitu:
1. Atribut-atribut inovasi antara lain: keuntungan relatif, keserasian, kesederhanaan,
kemudahan dalam pekerjaan, dan kemudahan untuk melihat hasil motivasi itu.
2. Tipe keputusan yang diambil: opsional, kolektif dan otoritas.
3. Cara penyampaian informasi: ceramah, diskusi, dan penugasan.
4. Keadaan individu masyarakat secara umum: tradisional, lamban, cepat tanggap.

Intensitas komunikasi personal untuk masing-masing golongan individu pada setiap


tahap adopsi secara skematis digambarkan sebagai berikut:

Hubungan antara intensitas komunikasi personal dengan “adopters category”

100%
Lagarde

75% Early Majority

Late Majority
50%
Early Adopter
25% Late Adopter

Dalam ilmu manejemen Zaltman dan Duncan mengajukan beberapa strategi untuk
mengadakan perubahan. Strategi-strategi itu tampaknya relevan dengan strategi dalam
mengadakan perubahan-perubahan di bidang kesehatan. Strategi-strategi itu adalah:

1. Strategi fasilitatif
Strategi ini dijalankan dengan memberikan kemudahan-kemudahan dalam proses
pembaharuan. Teknik ini dipakai kalau sudah ada beberapa kondisi dalam masyarakat
misalnya:
a) Masyarakat telah memahami problem yang dihadapi.
b) Mereka juga sepakat mengenai cara-cara yang dipakai dalam pembaharuan.
c) Mereka terbuka terhadap saran-saran batuan-bantuan dari luar.
2. Strategi mendidik kembali
Cara ini dipakai dengan asumsi bahwa manusia selalu ingin memuaskan
kebutuhannya. Di samping itu manusia akan belajar kalau dia mau. Jadi dalam cara ini
mereka yang ingin diperbaharui telah terlihat sejak awal perencanaan perubahan.
Perubahan yang ditekankan adalah perubahan nilai-nilai, norma-norma yang telah
mereka pegang. Masyarakat harus terlibat dari saat mendefinisikan masalah, penetapan
cara-cara yang akan dipakai dan penetapan penilaian atas hasil-hasil yang dicapai.
Dengan cara ini faktor utamanya adalah usaha untuk mendorong perubahan dalam diri
seseorang dengan berusaha menghilangkan hambatan-hambatan dalam perkembangan
perubahan mereka.

3. Strategi persuasif
Strategi ini memakai proses komunikasi yang sedemikian rupa sehingga
mempunyai daya tarik, masyarakat mau berubah ke arah yang diinginkan, dan dapat
dijalankan dengan membujuk masyarakat. Bujukan harus didukung oleh data yang
kuat, dan perlu juga dijelaskan keuntungan-keuntungan yang akan diproleh jika
masyarakat mau berubah. Selain itu kondisi sebagai persyaratan untuk strategi ini
adalah:
a) Perubahan yang dilaksanakan bersifat nasional dan tetap bisa dipertahankan.
b) Komitmen masyarakat yang rendah.
c) Masyarakat tidak menyadari hubungan antara kebutuhan dan cara untuk
memenuhi kebutuhan.
d) Masyarakat mempunyai kemampuan pesonal dan finansial untuk pembinaan
selanjutnya.
e) Ruang lingkup pembaharuannya luas dan memerlukan waktu yang panjang.
f) Adanya partisipasi masyarakat dalam mengambilan keputusan.

4. Strategi kekuatan.
Strategi ini berdasarkan asumsi bahwa untuk mengadakan perubahan diperlukan
pemaksaan. Paksaan bisa bersifat manipulasi ancaman atau hukuman. Prinsipnya, ada
ketergantungan masyarakat terhadap struktur kekuasaan. Cara ini diterapkan bila ada
kondisi-kondisi sebagai berikut:
a) Pengawasan dapat dilakukan dengan ketat.
b) Persepsi tentang perubahan yang akan dilaksanakan tidak jelas bagi masyarakat.
c) Dana masyarakat cukup, tetapi tidak digunakan.
d) Sebagian besar masyarakat setuju berubah, tetapi ada sebagian tidak setuju.
e) Keputusan yang diambil tidak populer.
f) Ruang lingkup pembaharuan tidak kompleks dan dalam skala kecil.
Hambatan-hambatan dalam perubahan/pembaharuan.

Salah satu hambatan utama untuk berubah ialah sikap menolak. Sikap ini akan
selalu mempertahankan keadaan dalam “status quo”. Semua pembaharuan akan
mengubah “status quo” itu menjadi keadaan tidak seimbang. Keadaan tidak seimbang
ini akan menyebabkan suatu ketidak-pastian.
Menurut Kurt Lewin maka untuk suatu keadaan seimbang selalu ada dua
kekuatan pendorong dan penghambat. Secara skematis dapat digambarkan sebagai
berikut:

Penghambat
+5
+4
+3
+2
+1
0
-1
-2
-3
-4
-5
Pendorong

Kekuatan pendorong akan memdesak ke arah perubahan dan sebaliknya. Yang


penting adalah bagaimana mengidentifikasi kedua kelompok inu, sebab untuk
mengendalikan perubahan dapat dengan memperlemah faktor penghambat dan
memperkuat faktor pendorong atau kedua aktivitas itu dijalankan secara serentak.

Sumber faktor penghambat dapat berasal dari:


a) Kultural meliputi nilai-nilai budaya.
b) Hambatan sosial meliputi hubungan antar manusia.
c) Hambatan organisasi sosial: hambatan yang berasal dari pemegang kekuasaan
yang menganggap pembaharuan akan mambahayakan organisasi.
d) Hambatan psikologis: hambatan-hambatan yang bersumber pada kejiwaan.

Sikap: pembentukan dan perubahannya.


Salah satu tahap perubahan yang paling kritis dalam proses perubahan adalah
perubahan sikap. Untuk memahami perubahan sikap, sebaiknya kita pelajari proses
pembentukan dan perubahan sikap itu secara lebih mendalam.
Sikap adalah kesiapan individu untuk melakukan suatu tindakan terhadap hal-
hal tertentu. Jadi sikap senantiasa ditujukan kepada suatu obyek (norma/inovasi), dan
individu akan bersikap setuju atau tidak setuju. Sesuai dengan sikap yang telah diambil
maka individu akan bertindak dalam bentuk suatu perilaku.
Sikap terbentuk dari norma-norma yang berlaku di sekeliling individu. Dengan
sendirinya faktor genetik juga berperan dalam pembentukan sikap itu meskipun
perannya tidak begitu jelas dan menonjol. Pada tahap pertama, individu akan mengenal
norma-norma yang berlaku di sekelilingnya. Norma-norma itu akan diseleksi, dan
beberapa diantaranya ditolak dan diterima (diadopsi). Jadi, proses pengambilan
keputusan juga berlaku dalam pembentukan sikap. Setelah norma itu diterima,
terjadilah kemudian proses internalisasi yang pada akhirnya membentuk sikap individu.
Seperti diketahui, norma selalu berubah dengan zamannya. Oleh karena itu,
sikap juga bisa berubah dan seberapa cepat sejalan dengan perubahan norma.
Masalahnya, seberapa cepat norma akan berubah dan seberapa cepat individu
menyesuaikan sikapnya terhadap perubahan norma. Hal ini sengatlah bergatung kepada
kecepatan individu dalam proses pengambilan keputusan. Percepatan perubahan ini
dapat dibantu dengan rekayasa yaitu menciptakan struktur sosial dan lingkungan yang
sesuai dengan arah perubahan yang diinginkan.

Peranan “change agent” dalam proses perubahan

Dalam suatu proses perubahan maka seorang change agent akan bertindak
sebagai manusia-manusia pembaharuan. Peranan mereka dalam perubahan pembaruan
adalah sebagai berikut:

a) Merangsang timbulnya kebutuhan untuk berubah (need of change)


Pada tahap permulaan seorang change agent harus mampu merangsang timbulnya
kebutuhan untuk berubah. Hali ni dapat dilakukan dengan jalan menganalisis
masalah-masalah yang ada, berkonsultasi, dan membujuk individu atau masyarakat
yang diharapkan untuk berubah. Seorang change agent harus mampu membeberkan
fakta-fakta secara luas dan mudah dipahami untuk meningkatkan kesadaran
individu atau masyarakat.

b) Membangun hubungan baik.


Begitu kebutuhan untuk berubah terbentuk, seorang change agent harus bisa
melakukan hubungan yang baik dengan individu atau masyarakat. Dia dapat
memperkuat hubungan itu dengan jalan meningklatkan kredibilitas, memelihara
dengan baik kepercayaan yang diberikan oleh individu / masyarakat, dan sekaligus
memperlihatkan simpati yang lebih mendasar kepada individu/masyarakat.
c) Menentukan problema (diagnose of problem) yang dihadapi individu /
masyarkat.
Seorang change agent harus mampu menganalisis masalah-masalah yang dihadapi
individu / masyarkat dan sekaligus menentukan penyebab timbulnya masalah-
masalah tersebut. Diagnosa problem harus disesuaikan dengan cara pandang dan
kermampuan masyarakat, atau dengan kata lain, seorang change agent harus
mampu memandang suatu masalah sesuai dengan persepsi masyarakat.

d) Memciptakan keinginan untuk berubah (create intent to change in the client)


Setelah mencari berbagai jalan untuk memecahkan masalah, seorang change agent
harus memotivasi individu / masyarakat yang menjadi sasaran untuk berubah. Jadi
pada tahap ini perannya adalah sebagai motivator.

e) Merangsang timbulnya tindakan untuk berubah (translate intention to action)


Pada tahap ini seorang change agent sejauh mungkin tetap berusaha untuk
mempengaruhi perilaku individu / masyarakat sesuai dengan rekomendasi-
rekomendasi yang telah deberikan. Jelasnya, seorang change agent harus berusaha
untuk mempengaruhi individu / masyarakat agar tetap taat terhadap program-
program yang telah disepakati bersama.

f) Mempertahankan perubahan dan menghentikan yang berlainan dengan


perubahan
Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengarahkan dan memperkuat pesan-pesan
perubahan dengan berbagai variass sehingga mereka yang belum berubah akan
bertindak lebih cepat. Yang sudah berubah agar mempunyai alasan-alasan yang
lebih kuat untuk mempertahankan perubahan yang sudah dicapai. Bantuan ini
sering dilakukan pada tahap mencoba atau pada tahap memperkuat perubahan.

g) Mempersiapkan pemutusan hubungan (achieve terminal relationship)


Tujuan akhir dalam proses perubahan adalah terbentuknya perilaku baru yang betul-
betul bersumber pada individu itu, meskipun pada permulaan memerlukan
rangsangan dari luar, seorang change agent harus membentuk rasa percaya diri
dalam individu / masyarakat sehingga rasa ketergantungan yang terus menerus pada
change agent dapat dihindari.

------------------------------
KARTU INFORMASI FOLLOW UP PBL PSBH
P. S. ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS UDAYANA

Nama Mahasiswa : ……………………………………........... N.I.M.: ……………………..


Judul proyek PSBH : …………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
Lokasi Proyek PSBH : ………………………………………
Apakah POA anda sudah dilaksanakan? Ya Belum
Jika “Ya”, kapan anda memulainya (tgl-bln-thn): ………………….
Jika “Belum”, kapan anda akan memulainya (tgl-bln-thn)?: ……………………
Apakah POA anda sudah dilaksanakan? Ya Belum
Jika “Ya”, tuliskan kapan selesainya (tgl-bln-thn): …………………..
Jika “Belum”, tuliskan perkiraan selesainya (tgl-bln-thn): ……………………
Langkah-langkah apa yang telah anda lakukan? (hasil: sebutkan angka persentasenya!)
…………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………..

Efek apa yang telah dirasakan oleh masayarakat atau tempat lingkungan POA dilaksanakan?
(misalnya ada perubahan perilaku, perubahan manajemen, dsb.)
…………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………..

Tujuan apa yang telah dicapai? (sebutkan persentasenya!)


…………………………………………………………………………………………………………..

Tujuan apa yang belum dicapai? Mengapa?


…………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………..
Tantangan apa yang anda rasakan dalam melaksanakan POA anda?
…………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………..

Apakah anda sudah dapat mengatasi tantangan tersebut? Caranya? Jika tidak, mengapa?
…………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………..

Komentar anda?
…………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………..

Anda mungkin juga menyukai