Anda di halaman 1dari 23

\ ..

/:.·

PERATURAN MENTERI SOSlAL REPUBUK 1NDONES1A

NOMOE 01 TAHUN 2013

TENT ANG

BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERJ SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan


Pemerintah Nomor 38.'fahun 2007 tent.ang Pembagian Urusan
Pemerint.ahan Antara Pemerint.ah, Pemerintahan Daerah
Provirisr, c\an Pemerintaban Dae-rah Kabupaten/Kota, pertu
disusun Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria:

b. bahwa sebagai salah satu upaya perlindungan sosial unruk


mencegah dim menangani risiko dari guncangan dan
kerentanan ~ osial seseorang, keluarga, kelompok, dan/ a tau
masyarakat akibat bencana diperlukan adanya bantuan sosial
bagi korban bencana; · ..

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagairnana dimaksud


dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Sosial tentang. Banruan Sosial Bagi Korban Bencana;

Mengingat l. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pernerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lernbaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan lfndang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan antara Pernerintah Pusat dan Pemerintaha:n Daerah
(Lembaran Negara Repu blik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lernbaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tcntang


Penanggjilangan Bencana ILembaran Negara Renublik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nornor 4723);

- .....
4. Undang-Undang , Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4967);

5. Uudang-Undang Nornor 7 Tahun 2012 ten tang Penanganan


Konflik Sosial (Lembaran Negara Republik .. Indouesia Tahun
2012 Nomor 11,6. Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5315);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang


Pembinaan dan . Pengawasan atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik lridone sia.Nomor 4593);

7. Peraturan Pemerintah Nornor 38 Tabun 2007 tentang


Pembagian Urusan Pernerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota · (Lernbaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tarnbahan Lernbaran Negara
Republik Indonesia Nornor 4737);

8. Peraturan Pemerintah Norn or 21 tahun 2008 ten tang


Penyelenggaraan .Penanggulangan Bencana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2008 tentang


Pendanaan dan Penanggulangan Bencana ( Lem baran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 43, Tambahan
Lernbaran Negara Republi.k Indonesia Nomor 4829);

10. Peraturan Pernerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang


Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara
/ Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294);

1 ~. Keputusan Presiden Nornor 84/P Tahun 2009 tentang


Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatujilid II;

12. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang


Pembentukan dan. Organisasi Kernenterian Negara yang telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden
Nornor 91Tahun2011;

:::
.. . . ~ . " .~

13. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang


Kedudukan, Tugas, rl:u1 Fungsi Kcmenterian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon · I
Kementerian Ne::;ara yang telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 20 l 1;

14. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2012 tentang Kerangka


Nasional Pengembangan Kapasitas Pemerintahan Daerah
(Lernbaran Negara Repu blik Indonesia Tahun 2012 Nomor
127);

15. Peraturan Mentcri- DaJarn Negeri Nomor 13 tahun 2006


ten tang Pedoman Pengelolaan Keua.ngan Dae rah
sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 59 Tanun 2007;

16. Peraturan Menteri SosiaJ Nomor 129 /HUK/2008 ten tang


Standar Pelayanan Minimal Bidang SosiaJ Daerah Provinsi
dan Daerah Kabupaten/Kota;

17. Keputusan Menteri Sosial Nornor 80/HUK/2010 tentang


Panduan Perencanaan Pembiayaan Pencapaian Standar
Pelayanan Minimal Bidang Sosial Daerah Provinsi dan
Daerah Kabupaten/Kota

13. Peraturan Menteri Sosial Nomor 86/HUK/2010 ten tang


Organisasi dan Tata· Kerja Kementcrian Sosial;

\9. '?e-ratu.raT1 'lvienteri :~osi.a\ Nomor 128 Tanun 2011 tentang


Kampung Siaga Bencana (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 693);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan PE:RATURAN M8NTERl SOSIAL TENTANG BANTUAN SOSlAL BAGl


KOREAN BENCANA.

BAB I
KETENT.UAN UMUM

Dalam Pera tu ran ini yang dimaksud dengan:

....... ···-·· ' ......


/

l. Bantuan Sosial adalah upaya yang dilakukan agar seseorang, keluarga,


kelompok, dan/ a tau masyarakat yang mengalami guncangan dan kerentanan
sosial dapat tetap hidup secar.. wajar.

2. Karban Bencana adalah orang atau sekelompok orang yang meriderita atau
meninggai dunia akibat bencana.

3. Bencana adalah peristiwa atau rahgkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan clan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor norialarn maupun faktor manu sia sehingga
mengakibatkan timbuinya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kemgian harta benda, dan dampak paikologis.

4. Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain 'berupa gempa
burni, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan , dan tanah
longsor. ·

5. Bencana nonalam adalah bencana ~·ang diakibatkan oleh peristiwa atau


rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gaga!
modernisasi, epidemi, dan wabah ·!-'ejiyakit.

6. Bencana Sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang rnelipu ti konflik
sosial antarkelompok atau antarkornunitas masyarakat, dan teror.

7. Perlindungan Sosial ada.J.ah semua upaya yang diarahkan untuk mencegah dan
menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga,
kelompok dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi
sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.

8. Bantuan Langsung adalah bant.uan yang diberikan langsung dan dirasakan


Iangsung oleh seseorang, keluarga, kelompok, dan/ atau rnasyarakat yang
mengalami guncangan dan kerentanan sosial e kibat bencana agar dapat tetap
hidup secara wajar.

9. Penyediaan Aksesibilitas adalah leyanan yang diberikan secara tidak langsung


kepada korban bencana alam dan Zatau masyarakat yang tinggal di daerah
rawan bencana baik pada pra, saat maupun pa1'ca bencana berupa penyediaan
rujukan, jejaring kemitraan, fasilitas dan i.nformasi.

4
lO. Penguat:an Kelembagaan adalah layanan yang diberi.kan kepada
institusiy lern baga yang bertanggurrgjawab dalam penanggulangan bencana th
daerah dengan penyediaan dukungan sarana dan prasarana, supervisi dan
evaluasi, pengernbangan sistem, · pemberian bimbingan dan pengembangan
sumber daya manusia; pengernbangan kapasitas kepemimpinan dan
kelembagaan untuk menunjang pelaksanaan penanggulangan bencana.

11. Lembaga Kesejahteraan Sosial .adalah organisasi sosial atau perkumpulan


sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk
oleh masyarakat, baik yang berbadari bukurn maupun yang tidak berbadan
hukum

Pasal 2

Bantuan sosial diberikan kepada seseorang, keluarga, kelompok dan/atau


masyarakat yang mengalami guncangan dan kerentanan sosial akibat bencana
dengan tujuan agar kelangsungan' hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan
kebutuhan dasar minimal melalui pemulihan kqµgi,sL .. :SP~i?-1 psikologis,
meningkatkan kemampuan ekonomi, dan mcmbuka informasi dan /atau akse s
terhadap surnber dan potensi kesejahteraan sosial .

. Pasal 3

Pemberian bantuan sosia1 kepada korban bencana harus berpedoman pada


prinsip-prinsip:
a. 'jY;i.ori.tas kepada kelom pok rentan;
b. nondiskriminasi;
c. cepat; dan/at:au
d. tepat.

BAB II
BANTU:\i\J SOSii\L

Bagian Kesa.tu
Um11m

Pasal 4

(1) Bantuan sosi.al dapat bersifat semcntara dan/atau berkelanjutan.

5
(2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayai ( 1) dilaksanakan dalam
bentuk:
a. bantuan langsung;
b. penyediaan aksesibilitas; dan Zarau
c. penguatan kelembagaan.

Bagian Kedua
Bantuan Langsung

Pasal 5

Jenis bantuan langsung yang diberikari kepada korban bencana sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a, berupa:
a. sandang, pangan, dan papan;
b. pelayanan kesehatan;
c. penyediaan tempat penampungan sementara;
d. pelayanan terapi psikososial di rumah perlindungan;
e. bahan bangunan rurna.h clan/atau uang tunai melalui transfer bank;
f. keringanan biaya pengurusan dokurnen kependudukan dan kepemilikan;
g. penyediaan kebutuhan pokok murah; .
h. penyediaan dapur umum, air bersih, dan sanitasi yang sehat;
i. penyediaan pemakaman;
J. santunan bagi korban bencana berupa uang duka bagi ahli waris dan Zatau
biaya pengobatan rumah sakit; dan/at;au
k. bantuan pernulihan ekonomi dasar berupa bantuan usaha ekonomi produktif
melalui transfer uang bagi korban.

Pasal 6

(1) Bantuan Jangsung dalam bcntuk sandang sebagaimana dimaksud dalam Pasai
5 1'ru:ro.·f a: reniici dQ:n; ..
a. pakaian lalri-laki dewasa;
b. pakaian dan kebutuhan khusus percmpuan dewasa;
c. pakaian anak laki-laki dan perernpuan;
d. pakaian seragam sekolah anak laki-laki;
e. pakaian seragam sekolah anak perempuan;
f. pakaian lainnya sesuai kebutuhan ..
g. selim u t; d<.. '1/a tau
h. kiduiare.

t2) Bantuan langsung da1am bentuk pangan sebagaimana dimak.sud dalam Pasa1 ~
huruf a terdiri atas :
a. beras;
b. mie instan;
6
,•

c. ikan/daging kernasan;
d. kecap kemasan;
e. sam bal kemasan
f. minyak goreng kernasan
g. makanan siap saji; dan/atau
h. makanan lainnya sesuai kebutuhan_.

Pasal 7

(1) Bantuan langsung dalam bentuk papan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf a terdiri atas :
a. relokasi hunian; dan Zatau
b. hunian sementara.

(2) Relokasi hunian sebagairnana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat diberikan
dalam bentuk bahan bangunan rumah danj' atau uang tunai melalui transfer
bank.

(3) Hunian .sernentara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi
pembuatan barak, pemanfaatan gedung-gedung sckolah, balai desa. dan
fasilitas umum lainnya.

Pa~8

Bantuan langsung dalam bentuk pelayanan kesehaian sebagaimana dirriaksud


dalam Pasal 5 huruf b terdiri atas :
a. pertolongan pertama pada korban bencana; rtan /arau
b. pemberian rujukan;

Pasal 9

Bantuan Jangsung dalarn bentuk penyediaan tempat penampungan sernentara


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c terdiri atas :
a. tenda pengungsi;
b. tenda keluarga;
c. tenda dapur um um;
d. tenda gulung;
e. tenda logistik;
f. veltbed;
g. matras/tikar/aJas tidur; dan/atau
h. kelengkapan tempat periarnpungan sementara lainnya sesuai kebutuhan.

1
Pasal 10

Bantuan langsung dalam bentuk pelayanan terapi psikososial di tempat


perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d terdiri atas sarana
dan prasarana pelayanan psikososial korban bencana.

Pasa! 11

(1) Bantuan langsung dalam bentuk bahan bangunan rumah dan/atau uang
tunai meiai. ·.i transfer bank sebagaimana dimaksucl dalam Pasal 5 rrurui e,
diberikan kej.ada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, korban
bencana, dan ahli waris korbr.n bencana yang meninggal dunia.

(2) Bantuan langsung dalam bentuk uang tunai dilaksanalcan sesuai dengan
kemampuan keuangan negara.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bantuan langsung bahan bangunan ruman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri Sosial.

Pasal 12

Bantuan langsung dalam bentuk keringanan biaya pengurusan dokumen


kependudukan dan kepemilikan senag-urnana dnnaksud dalam Pasru 5 hum{ 1,
berupa aksesibilitas melalui pem berian rekornendasi, dan I at.au SU rat keterangan
dari dinas/instansi sosial setcmpat. ·

Pasal 13

Bantuan langsung dalam bentuk penyediaan kebutuhan ...... J?.ol.c9)c rnurah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf g, dilakukan melalui pasar murah
dan bazar. T ,

Pasal 14

Bantuan langsung dalam bentuk penyediaan dapur umum, air bersih, dan sanitasi
yang sehat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf h terdiri atas :
a. pendirian dapur umum lapangan; ··
b. penyiapan logistik; :
c. penyiapan tenaga pelaksana clapur umurn;
d. perlengkapan makan;
e. penycdiaan toilet umurn; dan/ atau
f. perlengkapan dapur lainnya sesuai kebutuhan.
8
Pasal 15

(1) Bantuan langsung dalam bentuk penyediaan pemakaman sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 5 huruf i beru pa penyediaan biaya pemakaman bagi
korban bencana.

(2) Biaya pemakaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
dinas/instansi sosial provinsi atau kabupaten/kota sesuai dengan lingkup
kewenangannya.

Pasal 16

Santunan bagi korban bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf j


meliputi uang duka bagi ahli waris dan biaya pengobatan rumah sakit .
.. ..• . '·• ,,,

'.
Pasal 17

Bantuan pemulihan ekonomi dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf k


meliputi bantuan usaha ekonomi produkti.f berupa transfer uang bagi korban.

Bagian Ketiga
Penyediaan Aksesibihtas

Pasal ·18

(1) Penyediaan aksesibilitas sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf


b merupakan layanan yang diberikan kepada korban bencana.

(2) Penyecliaan aksesibilitas sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) dapat diberikan
kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana.

(3) Penyediaan aksesibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dan ayat (2)
meliputi:
a. melakukan rujukan;
b. mengadakan jejaring kemitraan;
c. menyediakan fasilitas; dan/atau
d. menyediakan informasi.

Pasal 19

Penyecliaan aksesibilitas dalam bentuk rujukan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal lB ayat (3) huruf a oerupa rujukan pernberian pe1ayanan kepada instansi
lain yang berwenang sesuai dengan tugas dan fungsmya.
9
.•

Pasa\?.p

Penyediaan aksesibilitas dalam bentuk mengadakan jejaring kemitraan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) huruf b meliputi kerja sama
dengan instansi, lembaga terkait, Lernbaga Kescjahteraan Sosial, Lembaga
Kesejahteraan Sosial Asing, dan/atau dunia usaha.

Pasal 2.1

Penyediaan aksesibilitas dalam bentuk : menyediakan fasilitas sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) h uruf c rneliputi kemudahan untuk memperoleh
alat transportasi, a.lat komunikasi, dan/atau fasilitas kesehatan.

Pasal 22

Penyediaan aksesibilitas dalam bentuk menyediakan informasi scbagairnana


dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) huruf d rneliputi kemudahan untuk memperoleh
peta rawan bencana, data lembaga pelayanan, data kejadian bencana, data korba.n
bencana, dan/atau data penerima bantuan sosial.

Bagian Keernpat
Penguatan Kelembagaan

Pasal 23

(1) Penguatan kelembagaan seba.gaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c
merupakan layanan yang diberikan kepada Lembaga Kesejahteraan Sosial ~'ang
bergerak di bidang penanggulangan bencana.

(2) Penguatan kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaku kan
dengan kegiatan :
a. menyediakan dukungan sarana dan prasarana;
b. melakukan supervisi dan evaluasi;
c. melakukan pengernbangan sistern;
d. rnemberikan bimbingan dan pengernbangan sumber daya manusia;
dan/atau
e. mengembangkan kapasitas kepernimpinan dan kelembagaan.

Pasal 2~

Penguatan kelembagaan dalam bentuk menyediakan dukungan sarana clan


prasarana sebagaimana dimaksud dalam , Pasal 23 ayat (2) huruf a melipu ti
penyediaan :
a. mobilitas penang.;u1angan bencana;

10
b. tempat penyimpanan bantuan sosial; dan j atau
c. peralatan pendukung penanggulangan bencana.

Pasal 25

Penguatan kelembagaan dalam bentuk supervisi dan evaluasi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf b. meliputi kegiatan :
a. peninjauan danpengkajian ke lokasi bencana; dan/atau
b. melakukan pengawasan da1am pemberian bantuan sosial yang telah
disalurkan. .

Pasal26

Penguatan kelembagaan dalarn bentuk melakukan pengembangan sistern


sebagaimana d1maksud dalam Pasal '23 ayat \2) huruf c rneupuu penyechaan ·.
a. sistem pendataan yang akurat sesuai kebut:.ihan;
b. sistem pengendalian bantuan sosial; dan/atau
c. fasilitas pengembangan sistem bantuan sosial.

Pasai 27

Penguatan kelembagaan dalam bentuk mernberikan bimbingan dan pengernhangan


sumber daya manusia sebagaimana dimak sud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf d
meliputi : ·
a. penyedi.a.an sumber daya manusia pen<;nggulangan bencana yang menyalurkan
bantuan sosial;
b. pelaksanaan peningkatan kapasitas bagi sumber daya manusia;
c. pelaksanaan birnbingan teknis bagi. sumber daya manusia; dan/atau
d. kegiatan lain disesuaikan dengan kebutuhan.

Pasal 28

Penguatan kelembagaan dalam bentuk rriengembangkan kapasitas kepermrnpinan


dan kelembagaan sebagaimana di:naksud dalam Pasal '23 ayat \2) huruf e meliputi
penyelenggaraan kegiatan pernantapan perugas logistik, petugas hunian
sementara, dan/atau pendamping sosialj.psikososial.

11
. '

EiAB Ill
PROSEDUR DAN MEKANISME

Bagian Kesatu
~'/rrram

Pasal29

(1) Bantuan sosial korban bencana dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan
mekanisme.
(2) Prosedur dan rnekanisme sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi;
a. bantuan langsung;
b. penyediaan aksesibilitas; dan
c. pengi, vtan kelembagaan.

Bagian Kedua
Bantuan Langsung

Pasal 30

Prosedur bantuan langsung meliputi : ·


a. kepala dinas/ inr.iansi sosial kabupaten/kota mengajukan permohonan
penarnbahan bantuan sosial seperti bufferstock logistik dan kebutuhan lain
kepada kepala dinas/instansi sosial provinsi sesuai kebutuhan dengan
melampirkan laporan kejadian bencana dan data korban bencana;
b. dalam hal bantuan sosial diantaranya buffersto-ck· · togtstilt" di gudang
kabupaten/kota telah menipis atau habis digunakan, maka kepala dinas/
instansi sosial kabupaten/kota dapat mengajukan tambahan kepada kepala
dinas/instansi sosial provinsi dengan melampirkan bukti pertanggungjawaban
penggunaan berupa Berita Acara Serah Terirna barang yang telah disalurkan
kepada masyarakat korban bencana,
c. kepala dinas soaialj instansi sosial provinsi mengajukan permohonan tambahan
kepada Menteri Sosial c.q. Direktur .Je nderal Perlindungan dan .Jaminan Sosial
sesuai kenutuhan; dan

d. dalam hal bantuan sosia1 di gudang provinsi telah menipis atau habis
d.igunakan, maka kepala dinas/instansi sosial provinsi dapat mengajukan
kepada Menteri c.q. Direktur .Jenderal Perlindungan dan Jami.nan Sosial dengan
melampirkan bukti pertanggungjawaban penggv.naan.

12
Pasa,1 31

Mekanisme bantuan langsung meliputi :


a. penyaluran bantuan langsung berupa sandang, pangan, dan papan, pelayanan
kesehatan, penyediaan tempat penarnpungan sementara, pelayanan ierap.
psikososial di rumah perlindungan, uarig tunai, keringanan biaya pcngurusan
dokumen kependudukan dan kepemilikan, penyediaan kebutuha.n pokok
murah, penyediaan dapur umurn, air bersih, dan sanitasi yang sehat, darr/ arau
penyediaan pemakaman kepada korban 'oencana <li'laksanakan o1eh petugas
dinas/instansi sosial provinsi dan kabupaterr/kota dengan melibatkan petugas
kecamatan dan kelurahan atau desa atau narna lain yang sejenis di tempat
tinggalnya; dan ·· · · -·-·· · ···

b. penyaluran bantuan langsung kepada korban bencana dibuatkan Betita Acara


Serah Teri.ma yang diketahui oleh camat atau 1urah atau kepala desa atau narna
lain yang sejenis di tempat tinggalnya. ·

Bagian Ketiga
Penycdiaan Aksesibilitas

Pasal 32

Prosedur penyediaan aksesibilitas meliputi ;


a. kepala d.inas/instansi scsial kabupaten/kota rnengajukan perrnohonan
bantuan aksesibilitas berupa rujukan, jejaring kernitraan. fasilitas dan
infot+naai kepada kepala dinas/instansi sosial provinsi sesuai kebutuhan
dengan melanpirkan laporan kejadian bencana dan data korban bencana;
b. kepala dinasyinstansi sosial provinsi merekornendasikan perrnohonan bantuan
berupa rujukan, jejaring kernirraan, fasilitas dan informasi kepada Menteri
Sosial c.q. Direlctur Jenderal Perlindu ngan dan Jaminan Sosial sesuai
kebutuhan;
c. Menteri c.q. Direktur Jenderal Pcrlindungan dan .Jarninan Sosial
memerintahkan Direkrur Perlindungan Sosial Korba.n Bencana .t\lam/Direktur
Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial u ntuk mclakukan penilaian dan
kajian terhadap permohonan yang diajukan;

d. Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alarn/Direktur Perlindungan


Sosial Korban Bencana Sosial melakukan penilaian dan kajian terhadap
permohonan bantuan aksesibilitas berupa rujukan, jejaring kernitraan, fasilitas
dan informasi; dan

13 .
e. berdasarkan hasil penilaian dan kajian,· Direktur Perlindungan Sosial Karban
Bencana Alam/Di.rektur Perlind ungarr Sosial Karban Bencana Sosial
merealisasikan bantuan aksesibilitas sesuai kebutuhan dan kemampuan
pemerintah.

Pasal 33

Mekanisme penyediaan aksesibilitas meliputi :


a. penyaluran bantuan aksesibilita.s berupa rujukan, jejaring kernitraan, fasilitas
dan informasi kepada korban bencana d.ilaksanakan oleh petugas dinas/
instansi sosial provinsi dan kabupaten/kata de-igan melibatkan petugas
kecamatan dan kelurahan atau desa atau nama lain yang sejenis di ternpat
tinggalnya; dan

b. penyaluran bantuan aksesibilitas kepada korban bencana dibuatkan Berita


Acara Serah Terima yang diketahui oleh camat atau lurah atau kepala desa atau
nama lain yang sejenis di ternpat tinggalnya.

Bagian Keempat
Penguatan Kelem bagaan

Pasal 34
1Pi·6seaur. perlguat:a11 J{:ere:moagaan :rt1eHpl'.1ti:
a. kepala dinas/instansi sosial kabupaten/kata rnengajukan perrnohonan
bantuan penguatan kelernbagaan berupa, sarana dan prasarana, supervisi dan
evaluasi, pengernbangan sistcm, bimbingan dan pengembangan sumber dana
manusia serta kepemimpinan dan kelerobagaan kepada kepala dinas/inst::msi
sasial provinsi; ·

b. kepala dinas/instansi sosial provinsi merekomendasikan perrnohonan bantuan


penguatan kelembagaan berupa sarana dan prasarana, supervisi dan evaluasi,
pengembangan sistem, birnbingan dan pengembangan sumber dana manusia
serta kepemimpinan dan kelembagaan Menteri Sasial c.q. Direktur Jencieral
Perlindungan dan Jaminan Sasial;
c. Menteri c.q. Direktur Jenderal Perlindungan dun Jaminan So sial
memerintahkan Direktur Perlindungan ~.JsiaJ Korban Bencana Alam/Direktur
Perlindungan Sosial Karban Bencana Sosial untuk melakukan penilaian dan
kajian terhadap permohonan yang diajukan;

14.
d. Direktur Perlindungan Sosial Karban Bencana Alarn /Direktur Perlindungan
Sosial Korbar. Bencana Sosial melakukan penilaian dan kajian terhadap
permohonan bantuan penguatan kelernbagaan berupa sarana dan prasarana,
supervisi dan evaluasi, pengem+angan sistern, bimbingan dan pengembangan
sumber dana manusia serta kepemimpinan dan kelembagaan; dan

e. berdasarkan hasil penilaian dan kajian, Direktur Perlindungan Sosial Korban


Bencana Alam/Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial
merealisasikan bantuan permohonan bantuan penguatan kelembagaan berupa
sarana dan prasarana, supervisi dan evaluasi, pengernhangan sistem,
bimbingan dan pengembangan surnber dana manusia serta keperrurnpinan dan
kelembagaan sesuai keoutuhan dan keroampuan pemerintah.

Pasal 35

Mekanisme penguatan kelembagaan melij.uti :


a. penyaluran bantuan penguatan kelembagaan berupa sarana dan prasarana,
su pervisi dan evaluasi, pengembangan ~istem, bimbingan dan pengernbangun
surnber dana manusia serta kepernimpinan dan kelembagaan dilaksanakan
oleh Menteri c.q. Direkrur Jenderal Perundungan dan Jaminan Sos1al kepada
dinas/instansi sosial provin si clan kabupateny kota;

b. penyaluran bantuan penguatan kelernhagaan berupa sarana dan prasarana


kepada dinas/instansi sosial provinsi dan kaocpaterr/kota dibuatkan Berita
Acara Perjanjian Pinjarn Pakai Barang Mjlik Negara; dan
..
c. bantuan penguatan kelembagaan kepada dinas/instansi sosial provinsi dan
kabupaten/kota dilakukan secara berkelanjutan.

BAB IV
KEWENANGA.i"\/

Bagian Kesatu
Pernerintah

Pasal :36

Menteri mempunyai kewenangan :


a. rnerumuskan dan menetapkan kebijak~ dan program bantuan sosial;
b. melaksanakan bantuan sosial bagi korban bencana melalui Unit Pelaksana
Teknis dengan 1embaga-lembaga sesuaidengan standar lembaga;

15 .
c. menetapkan nonna, standar, prosedur, ·dan kriteria penyelenggaraan bantuan
sosial bagi korban bencana yang diselerrggarakan oleh lembaga bantuan sosiaJ
bagi korban bencana;
, ~1)' 11tsosirl~ai
b~~)\k>l?rbnc\~tcriw,)rfffff=\) fi8J~i?nt1) 2 i~~N\q~~) 8~~?'iei1~~)~~'Yi~~~) ) ~)~~~\
agi or an 6encana secara nasicnai; aan
1~~i

e. peningkatan bantua.n sosial,

Bagian Kedua
Provinsi

Pasal 37

Gubemur memiliki kewenangan :


a. mengoordinaaipelaksanaan kebijasan, prngram, dan kegiatan penyelenggaraan
bantuan sosial bagi korban bencana antar Satuan Kerja Perangkat Daerah clan
antar kabupaten/kota di wilayahnya;
b. melakukan keva sama dengan provinsi lain dan kabupaten/kota di provinsi
lain, serta fasilicasi kerja sama an tar- kabupaten/kota di wilayahnya dalarn
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan,
c. menguatkan kapasitas kelembagaan tennasuk peningkatan sumber daya
manusia untuk pelaksanaan bantuan sosial bagi korban bencana;
d. membina dan mengawasi terhadap penyelenggaraan bantuan sosial bagi korban
bencana kabupaten/kota;
e. memfasilitasi pelaksanaan kebijakan, 'program, dan kegiata:n···pel-a:ksanaan
bantuan sosial bagi korban bencana;
f. menghimpun hasil pendataan penyelenggaraan bantuan sosial bagi korban
bencana lingkup provinsi; dan
g. menyediakan pelayanan bantuan sosial bagi korban bencana.

Bagian Ketiga
Kabupaten-' Kota

Pasal 38

Bupati/walikota memiliki kewenangan :


a. mengoordinasi pelaksanaan kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan
bantuan sosial bagi korban bencana di wilayah kabupaten/kota;
b. melakukan kerja sama dengan kabupaten/kota dalarn satu provinsi dan kerja
sama antar kabupaten/kota di provinsi lainnya dalarn pelaksanaan ke bijakan
program kegiatan bantuan sosial bagi korban bencana sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; ·
c. menguatkan kapasitas kelembagaan termasuk peningkatan sumber daya
manusia untuk pelaksanaan bantuan sosial bagi korban bencana;
16
d. memfasilitasi pelaksanaan kebijakan, P.rograrn, dan kegiatan pelaksanaan
bantuan sosial bagi korban bencana;
e. melaksanakan pendataan penyelenggaraan bantuan sosial bagi korban
bencana;
f. menyediakan pelayanan bantuan sosial bagi korban bencana; dan
g. menyediakan dan menetapkan lahan untuk relokasi.

BAB'V
PENDANAAN

Pasal 39

(1) Pendanaan untuk pelaksanaan bantuan sosial bagi korban bencana meliputi :
a. Anggaran Pendapatan Belanja Negara;
b. anggaran pendapatan belanja daerah provinsi;
c. anggaran pendapatan belanja daerah kabu paten/ kota;
d. sumbangan masyarakat; dan/atau
e. sumber pendanaan yang sah se suai dengan ketentuan peratu ran
perundang-undangan.

(2) Pengalokaaianpendanaan sebagaimana dimaksud -pada ayat (1\ huruf a, huruf


b, dan huruf c dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintahan daerah provinsi,
dan pemerintahan daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Bantuan sosial bagi korban bencana sebagaimana dimaksud pada ayaL (l)
huruf d dan huruf e dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB VI

PEMANTAUAN DAN EVA LUASI

Bagian Kesatu
Pernantauan

Pasa/40

Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota melalcukan


pemantauan dan evaluasi terhadap 'keberadaan nan pelaksanaan tugas dari
bantuan sosial bagi korban bencana.

17
,... ,.. • •• •••-•• ' •I 'I I

Pasala l

Pemantauan sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 40 bertujuan untuk mengetahui:


a. kegiatan yang dilaksanakan; .
b. permasalahan yang timbul dalam proses kegiatan;
c. metode dan teknik yang digunakan untuk mericapai tujuan kegiatan;
d. perubahan perilaku klien; dan
e. peningkatan kualitas hidup.

Pasal 42

(1) Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota melakukan


pemantau.an untuk rcenjarnin emergi, kesinambungan, dan efektivitas
langkah-langkah secara terpadu dalarn pelaksanaan kebijakan, program, dan
kegiatan bantuan sosial bagi korban bencana.

(2) Pernantauan sebagairnana dimaksud pada ayat (1), untuk mengetahui


perkembangan dan hambatan dalam pelak sanaan kebijakan, program, dan
kegiatan bantuan sosial bagi korban bencana.

(3) Pemantauan dilakukan secara berkala me!alui koordinasi dan pernantauan


langsung terhadap pelaksanaan dalarn ke bijakan, program, dan kegiatan
bantuan sosial bagi korban bencana.

(4) Pemantauan dilakukan dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan


kebijakan, program dan kegiatan bantuan sosial bagi korban bencana.

Bagian Kedua
Evaluasi

Pasal 42

(1) Menteri, gubemur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenarigannya


melakuk.an evaluasi pelaksanaan kebijakan, program, dan kegiatan bantuan
sosial bagi korban- bencana pada setiap akhir tahun anggaran.

(2) Hasil evaluasi pelaksanaan kebijakan, ·program, dan kegiatan bantuan sosiaJ
bagi korban bencana sebagaimana dimaksud pacla ayat (1), digunakan u ntu k
perencanaan tahun berikutnya dalam rangka perbaikan program.

l3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat \2), dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

18
BAB VII
PEMBINtV\N DAN PENGAWASAN

Pasal 44

(1) Menteri Sosia1 melakukan pembinaan dan pengawasan atas bantuan sosiaJ
bagi korban bencana di seluruh wilayah Indonesia.

(2) Gubemur melakukan pembinaan dan pengawasan atas bantuan sosiaJ bagi
korban bencana kepada pemerintah daerah kabupaten/kota.

(3) Bupati/walikota melakukan pernbinaan. dan pengawasan atas ban tu an sosial


bagi korban bencana kepada kecamatar:.

Pasal 45

Masyarakat dapat melakukan pengawasan terhadap kegiatan bantuan sosiaJ bagi


korban bencana sesuai dengan mekarnsrne dan kctentuan peraturan perundang-
undangan.

BABV'ill
PELAPORAN

Pasal 46

(1) Bupati/walikota berkewajiban menyampaikan l ::ioran pelaksanaan kebijakan,


0

program, dan kegiatan penyelenggaraan bantuan sosial bagi korban bencana


yang diselenggarakan oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial di bidang
penanggulangan bencana kepada guber.nur.

(2) Gubernur berkewajiban menyampaika.n Iaporan pelaksanaan kebijakan,


program, dan kegiatan bantuan sosiai' bagi korban bencana di daerahnya
kepada Menteri Sosial dan Menteri Dalam Negeri.

(3) Setiap Lembaga Kesejahteraan Sosial di bidang penanggulangan. bencana wajib


membuat laporan tertulis mengenai pelaksariaan kegiatan setiap akhir ta.bun
penyelenggaraan kegiatan bantuan sosial bagi korban bencana kepada
instansi sosial setempat.

(4) Pelaporan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
dilakukan setiap tahun.

19
. .

(5) Bentuk dan tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilaksanakan sesua.i dengan ketentuan peratu ran perundang-undangan

BAB IX
KETENTUAN PEi'l"UTVP

Pasal 47 ·

PPrAh1r;::1n ini rlih1rnt ~PhAP'Ai Nn+rn a ~t;::inrl;::ir Prn~Pri111· rl;::in KritPri::i ,·:;ino-
mengatur mengena.i Bantuan Sosial Bagi Ko~ban Bencana yang rnenjadi acuan
bagi pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.

Pasal 48

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan mi


dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia, .... ·····-··

Ditctapkan di .Iakarta
pacta tanggal 7 Januari 20 l 3

. MENTERI SOSIAL
.REPUBLIK lNDONESIA,

.. TID

: SALIM SEGAF AL JUFRJ

Diundangkan di Jakarta
pad a tanggal 25 Januari 2013

MENTER! HUKUM DAN HAK ASASl MANUSli\


REPUBLIK INDONESIA,

TTD

AMIR SYAMSUDIN

BERJTA NEGARA REPUBLIK INDONl~SIA TAf-!UN 2013 NOMOR 151

20
10. Penguatan Kelembagaan adalah layanan yang diberikan kepada
institusi/lembaga yang bertanggungjawab. dalam penanggulangan bencana di
daerah dengan penyediaan dukungan sarana dan prasarana, supervisi dan
evaluasi, pengembangan sistem, pemberian bimbingan dan pengembangan
sumber daya manusia; pengernbangan kapasitas kepernimpinan dan
kelembagaan untuk menunjang pelaksanaan penanggulangan bencana

11. Lembaga Kesejahteraan Sosial adalah organisasi sosial atau perkumpulan


sosial yang melaksanakan penyeleriggaraan kesejahteraan sosial yang diberituk
oleh masyarakat, baik yang berbadan huku m maupun yang tidak berbadan
hukum

Pasal 2

Bantuan sosial diberikan kepada seseorang, keluarga, kelompok dan/atau


masyarakat yang mengalami guncangan dan kerentanan sosial akibat bencana
dengan tujuan agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan
kebutuhan dasar minimal melalui penrulihan kondisi sosial psikologis,
meningkatkan kemampuan ekonomi, dan mern buka informasi dan/ a tau akses
terhadap sumber dan potensi kesejahteraan sosial.

Pasal 3

Pemberian bantuan sosial kepada korban bencana harus berpedoman pada


pnnsip-prinsip:
a. prioritas kepada kelompok rentan ,
b. nonc.iskriminasi;
c. cepai; dan/ atau
d. tepat.

BAB Ii
BANTUAN SOSIAL

Bagian Kesatu
Urn um

Pasal 4~

(l) Bantuan sosial dapat bersifat sernentara dan/atau berkelanjutan.

5
'

(2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalarn
bentuk:
a. bantuan langsung;
b. penyediaan aksesibilitas; dan/atau
c. penguatan kelembagaan.

Bagian Kedua
Bantuan Langsung

Pasal 5

.Ienis bantuan langsung yang diberikan kepada korban bencana sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a, beru pa:
a. sandang, pangan, dan papan; :
b. pelayanan kesehatan; .
c. penyediaan tempat penarnpungan sernentara:
d. pelayanan terapi psikososial di rurnah perlindu ngan;
e. bahan bangunan rumah dan/atau uang .tunai melalui transfer bank:
f. keringanan biaya pengurusan dokumen kependudukan dan kepernilikan:
g. penyediaan kebutuhan pokok murah; ·
h. penyediaan dapur umum, air bersih, dan sanitasi yang sehat;
i. penyediaan pemakaman; .
J. santunan bagi korban bencana berupa uang duka bagi ahli waris dan/atau
biaya pengobatan rumah sakit; dan/atau.
k. bantuan pernulihan ekonorni dasar berupa bantuan usaha ekonomi produ kuf
melalui transfer uang bagi korban.

Pasal 6

(1) Bantuan langsung daJam bentuk sandang sebagaimana dirnaksud dalam Pasal
5 huruf a terdiri atas :
a. pakaian laki-laki dewasa;
b. pakaian dan kebutuhan khusus perempuan dewasa;
c. pakaian anak laki-Iaki dan perernpuan;
d. pakaian seragam sekolah anak laki-Iaki;
e. pakaian seragam sekolah anak perempuan;
f. pakaian lainnya sesuai kebutuhan.
g. selimut; dan/atau
h. kidiuare.

(2) Bantuan langsung dalam bentuk pangan sebagaimana dimaksuc:Cdalam Pasal 5


huruf a terdiri atas : ·
a. beras;
b. rme instan;
6
'\

·.• I'

c. ikan/daging kemasan;
d. kecap kema, 'ln;
e. sarn bal kemas 'ill
f. minyak goreng kemasan
g. makanan siap saji; dan/atau
h. ma.kanan lainnya sesuai kebutuhan.

Pasar7

(1) Bantuan langsung dalam bentuk papan sebagaimana dimaksud dalarn Pasal
5 huruf a terdiri atas :
a. relokasi hunian; dan/atau
b. hunian sementara.

(2) Relokasi hunian sebagairnana dirnaksud pada ayat (1) huruf a riapat diberikan
dalam bentuk bahan bangunan rumah dan/atau uang tunai melalui transfer
bank.

(3) Hunian sementara sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) huruf b meliputi
pembuatan bara.k, pemanfaatan gedung-gedung sekolah, balai desa. dan
fasilitas umum lainnya.

Pasal 8.

Bantuan langsung dalam bentuk pelayanan kesehatan sebagaimana dirnaksud


dalam Pasal 5 huruf b terdiri atas :
a. pertolongan pertama pada korban bencana; dan/atau
b. pemberian rujukan;

Pasal 9

Bantuan langsung dalarn bentuk penyedia.an tempat penampungan sementara


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 hurur'c terdiri atas :
a. tenda pengungsi; ·
b. tenda keluarga;
c. tenda dapur umurn;
d. tenda gulung;
e. tenda logistik;
f. veltbed;
g. matras/tikar/alas tidur; dan/atau
h. kelengkapan tempat penampungan serneritara lainnya sesuai kebu tuhan.

Anda mungkin juga menyukai