Anda di halaman 1dari 73

PEMANFAATAN SOUND CARD KOMPUTER UNTUK SIMULATOR

ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)

(Skripsi)

Oleh
Alvionita Rosyandi

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRAK

PEMANFAATAN SOUND CARD KOMPUTER UNTUK SIMULATOR


ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)

Oleh

Alvionita Rosyandi

Telah dilakukan penelitian untuk mendesain dan membuat simulator


elektrokardiografi (EKG) dengan memanfaatkan sound card komputer. Simulator
dibangun dari hasil konversi sinyal digital kelistrikan jantung menjadi sinyal analog.
Sampel sinyal jantung diambil dari database PhysioNet berupa data matriks (.txt).
Database sinyal jantung meliputi MIT-BIH Arrythmia Database (mitdb), MIT-BIH
Normal Sinus Rhytm Database (nsrdb), MIT-BIH ST Change Database (stdb), MIT-
BIH Supraventricular Database (svdb), dan MIT-BIH Long Term Database (ltdb).
Data format txt dikonversi menjadi audio wav dengan frekuensi sampling 1000 Hz
dan 8000 Hz. File digital audio format (.wav) dikonversi menjadi sinyal analog.
Tegangan yang dihasilkan masing-masing sampel analog sebesar 5 mV. Hasil
penelitian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan membandingkan grid
interval sampel analog terhadap sampel digital. Sinyal analog jantung ditampilkan
pada osiloskop dengan menggunakan kabel audio mono dan potensiometer untuk
memperkecil tegangan.

Kata kunci. Elektrokardiografi, simulator EKG, sound card,.

i
ABSTRACT

COMPUTER SOUND CARD USED FOR ELECTROCARDIOGRAM


(ECG) SIMULATOR

By

Alvionita Rosyandi

This conducted the research to design and create an electrocardiography


simulator (ECG) by using the computer sound card. Simulator has been built from
the conversion of the heart's electrical digital signals into analog signals. The
samples taken from the cardiac signals PhysioNet database in data matrix (.txt)
form. The heart signal database includes the MIT-BIH arrythmia Database
(mitdb), MIT-BIH Normal Sinus Rhythm Database (nsrdb), MIT-BIH ST Change
Database (stdb), MIT-BIH Supraventricular Database (svdb), and the MIT-BIH
Long Term Database (ltdb). The txt format data converted to wav audio with a
sampling frequency of 1000 Hz and 8000 Hz. Digital format audio (.wav) files
was converting into an analog signal. The voltage generated of each analog
samples at 5 mV. The results were analyzed qualitatively and quantitatively by
comparing the grid interval sampled analog to digital samples. Cardiac analog
signal displayed on the oscilloscope with mono audio cable and potentiometer to
minimize output voltage.

Keywords. ECG simulator, electrocardiography, sound card.

ii
PEMANFAATAN SOUND CARD KOMPUTER UNTUK SIMULATOR
ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)

Oleh

ALVIONITA ROSYANDI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

iii
iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama lengkap Alvionita Rosyandi dilahirkan


di kota Bengkulu pada tanggal 20 Agustus 1992 anak dari
Bapak (Alm) Andi Murni dan Ibu Rosmiyati. Penulis
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri
08 Pagi Pancoran Jakarta Selatan pada tahun 2004, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di SMP Al-Azhar 3 Wayhalim
Bandar Lampung pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA
Al-Azhar 3 Wayhalim Bandar Lampung pada tahun 2010.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan


Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN
pada tahun 2010. Selama menempuh pendidikan, penulis pernah menjadi Asisten
Praktikum Fisika Dasar I dan II, Asisten Praktikum Sains Dasar, Asisten
Praktikum Elektronika Dasar, Asisten Praktikum Asembler, Asisten Praktikum
Pemrograman Komputer, Asisten Praktikum Sistem Digital. Penulis pernah aktif
di kegiatan organisasi kemahasiswaan HIMAFI pada tahun 2011-2012.

Kerja Praktik (KP) penulis dilakukan di PT. Pertamina (Persero) TBBM Panjang
tahun 2013 dengan judul “Analisis Kerja Alat Uji Titik Nyala (Flash Point)
Cawan Terbuka dan Cawan Tertutup PT.Pertamina (Persero) TBBM Panjang”

Telah melakukan penelitian skripsi pada tahun 2016 dengan judul “Pemanfaatan
Sound Card Komputer untuk Simulator Elektrokardiografi (EKG)”.

vii
- MOTTO -

“Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah
adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan
kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.”
(QS: An-Nahl ayat 96)

“Semua impian kita dapat menjadi nyata, jika kita


memiliki keberanian untuk mengejarnya.”
-Walt Disney-

“Seseorang yang memiliki impian itu luar biasa. Namun,


seseorang yang hidup bersama impiannya itu mengagumkan.”
-Alvionita Rosyandi-

viii
Bismillahirrohmanirrohim

Kuniatkan karya berharga ini karena


Allah SWT

dan
Aku Persembahkan Karya Ini Untuk:

Mama tersayang yang menjadi penyemangat hidupku dan yang selalu


menyisipkan do’a untukku di setiap sujudnya

Kedua Uni terkasih, Terese Rosyandi dan Feriska Rosyandi yang selalu
mendukungku

Sahabat seperjuangan, Fisika Angkatan 2010

Almamater Tercinta.

ix
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT berkat rahmat dan hidayah Nya, penulis dapat
menyelesaikan kuliah serta skripsi dengan baik. Judul skripsi ini “Pemanfaatan
Sound Card Komputer untuk Simulator Elektrokardiografi (EKG)”. Shalawat
dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan pengikutnya.

Skripsi ini dilaksanakan dari bulan Maret 2016 sampai Juni 2016 bertempat di
Laboratorium Elektronika Dasar Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas
Lampung.

Penekanan skripsi ini adalah merancang dan merealisasikan simulator


elektrokardiografi (EKG) dengan memanfaatkan sound card komputer untuk
penggunaan yang lebih mudah, praktis dan ekonomis.

Penulis menyadari dalam penyajian laporan ini masih banyak kekurangan dalam
penulisan maupun referensi data. Semoga laporan ini dapat menjadi rujukan untuk
penelitian berikutnya agar lebih sempurna dan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan.

Bandar Lampung, Agustus 2016

Penulis.

x
SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya,

karena atas kuasa-Nya penulis masih diberikan kesempatan untuk mengucapkan terima

kasih kepada pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penelitian dan

skripsi ini, terutama kepada :

1. Bapak Arif Surtono, S.Si, M.Si, M.Eng, sebagai pembimbing I yang telah

memberikan waktu untuk diskusi berkepanjangan. Senantiasa memberi nasehat,

saran, serta solusi bagi penelitian ini, serta mendengarkan keluh kesah penulis

selama menyelesaikan tugas akhir.

2. Bapak Gurum Ahmad Pauzi, S.Si, M.T, sebagai pembimbing II yang senantiasa

memberikan nasehat dan saran dalam proses penyelesaian tugas akhir.

3. Bapak Drs. Amir Supriyanto, M.Si, sebagai penguji yang telah mengoreksi

kekurangan, memberi kritik dan saran selama penulisan skripsi.

4. Bapak Drs. Pulung Karo Karo, M.Si, selaku pembimbing akademik (PA) yang

telah senantiasa membimbing dan memberi nasihat dalam menyelesaikan studi.

5. Kepada orang tua yang selalu sabar menanti hingga penelitian ini selesai, serta

doa yang tiada putus-putusnya.

6. Uni Ishe, Uni Icka, Kak Widi, A’ Dani, terima kasih atas semua dukungannya

selama ini.

xi
7. Kak Catur, Kak Mardi, Mujiono, Kak Imam Nasiqin, terima kasih atas bantuan

dan semangat yang diberikan.

8. Sahabatku Mufli Fita Firna Sari, Siti Kholifah, Rita Budiati, Afrida Hafizhathul

Ulum, Siti Fadilah, Andry Nofrizal, Dede Iswadi, Ayu Sevtia Anggraini, terima

kasih untuk waktu-waktu curhat yang berharga serta perhatian kalian.

9. Teman-teman masa seperjuangan penelitian Helrita Maulina, Anisa Nurdina,

Devi Yulianti, Trunggana, Rini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta

memberkahi hidup kita. Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2016

Alvonita Rosyandi

xii
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ......................................................................................................... i

ABSTRACT....................................................................................................... ii

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... v

SURAT PERNYATAAN .................................................................................. vi

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vii

MOTTO ……….. .............................................................................................. viii

PERSEMBAHAN ............................................................................................ ix

KATA PENGANTAR....................................................................................... x

SANWACANA .................................................................................................. xi

DAFTAR ISI...................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xix

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 4
E. Batasan Masalah ........................................................................................ 4

xiii
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terkait....................................................................................... 6
B. Biolistrik .................................................................................................... 8
1. Kelistrikan sel ...................................................................................... 9
2. Potensial Listrik pada Permukaan Tubuh ............................................11
3. Hubungan Potensial Elektris Permukaan dengan Vektor Lead dan
Dipole ..................................................................................................13
4. Aktifitas Kelistrikan Jantung ...............................................................18
5. Sinus Node...........................................................................................19
6. Potensial Aksi Jantung ........................................................................20
C. Elektrokardiografi......................................................................................21
1. Prinsip dasar pengukuran Elektrokardiografi ......................................23
2. Sensor EKG .........................................................................................26
3. Karakteristik EKG ...............................................................................27
4. Gelombang EKG .................................................................................28
D. Kartu Suara (Sound Card) .........................................................................33
E. Potensiometer ............................................................................................38
F. MATLAB (Matrik Laboratory).................................................................39

III. METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................42
B. Alat dan Bahan .......................................................................................... 42
C. Prosedur Penelitian .....................................................................................42
1. Diagram Alir ........................................................................................42
2. Prosedur Penelitian ...............................................................................44

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Sampel Sinyal Elektrokardiografi (EKG) ...............................................48
B. Kalibrasi Sinyal Sinus.............................................................................58
C. Konversi Data .txt ke .wav......................................................................60
D. Pengujian Sampel Data Digital .wav menjadi Analog Suara .................63
E. Data Uji Penurunan Tegangan Keluaran ................................................66
F. Hasil Pengujian dan Analisis Kualitatif .................................................69
G. Hasil Perbandingan Data Digital dan Analog .........................................72

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .............................................................................................79
B. Saran........................................................................................................80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1. Potensial membran negatif (polarisasi) .................................................. 9

2.2. Depolarisasi dan Potensial aksi membran ............................................10

2.3. Repolarisasi sel .....................................................................................11

2.4. Perambatan potensial aksi jantung........................................................12

2.5. Distribusi ekipotensial dada ketika ventrikel terdepolarisasi separoh ..13

2.6. Pengembangan konsep vektor lead a) sifat linieritas, potensial di

titik Pberbanding lurus dengan dipole tiap sumbu, b) prinsip

superposisi, potensial di titik P merupakan penjumlahan dipole

tiap sumbu, c) aljabar vektor lead, potensial di titik P merupakan

perkalian skalar sumber dipole dan vektor lead ...................................14

2.7. Menentukan tegangan antara dua titik di dalam atau di permukaan

konduktorvolume bipolar lead, a) tegangan bipolar lead Vij b)

superposisi dipole satuan c) vektor aljabar bipolar lead.......................16

2.8. Sinus node, dan sistem Purkinje jantung ..............................................18

2.9. Debit ritmis dari sinus nodal serat ........................................................19

2.10. Durasi periode refrakter......................................................................21

2.11. Paramaeter isyarat pada EKG .............................................................22

2.12. Lead standar bipolar ...........................................................................24

2.13. Lead ekstremitas unipolar ditingkatkan..............................................25

xv
2.14. Lead unipolar dada .............................................................................26

2.15. (a) bagian-bagian Elektroda. (b) Elektroda ........................................27

2.16. Gelombang Q......................................................................................30

2.17. Gelombang R ......................................................................................30

2.18. Gelombang S ......................................................................................31

2.19. Morfologi gelombang kompleks QRS................................................31

2.20.Gelombang T .......................................................................................32

2.21. Sound card ..........................................................................................33

2.22. Bagian-bagian Sound Card.................................................................36

2.23. Sirkuit mixer chip ...............................................................................37

2.24. (a) Rangkaian potensiometer (b) simbol rangkaian potensiometer ....39

2.25. Proses pengambilan data menggunakan sound card ..........................41

3.1. Diagram alir penelitian .........................................................................43

3.2. Tampilan beranda Physionet.org ..........................................................44

3.3. Langkah ke Physiobank ATM ..............................................................44

3.4. Tampilan Physiobank ATM .................................................................45

3.5. Perancangan Simulator EKG................................................................46

3.6. Rancangan rangkaian Simulator EKG..................................................47

4.1. Perancangan Simulator menggunakan Sound Card .............................48

4.2. Tampilan awal PhysioNet.....................................................................49

4.3. Tampilan menuju PhysioBank..............................................................49

4.4. Tampilan PhysioBankATM..................................................................50

4.5. Arsip Database......................................................................................51

4.6. MIT-BIH Arrhythmia ...........................................................................52

xvi
4.7.MIT-BIH Normal Sinus Rhytm.............................................................52

4.8.MIT-BH ST Change ..............................................................................52

4.9.MIT-BH Supraventrikular .....................................................................53

4.10.MIT-BIH Long Term...........................................................................53

4.11. Macam-macam rekaman (records) .....................................................54

4.12. Pilihan lead sinyal EKG .....................................................................54

4.13. Bagian-bagian pada Toolbox..............................................................55

4.14. Describe Record..................................................................................56

4.15. Sample as text .....................................................................................56

4.16. Simpan data sampel sinyal EKG ........................................................57

4.17. Plot waveform sampel mitdb record:100 ECG-1 ...............................57

4.18. Sinyal Sinus pada Matlab ...................................................................58

4.19. Keluaran sinyal sinus pada osiloskop .................................................59

4.20. Pengkonversian sukses .......................................................................62

4.21. Data hasil konversi .............................................................................63

4.22. Line ou/in Sound Card .......................................................................65

4.23. Kabel Audio Mono .............................................................................66

4.24. Potensiometer .....................................................................................67

4.25. Sambungan keseluruhan rangkaian ....................................................67

4.26. Rancangan rangkaian Simulator EKG (1) Jack audio, (2) sound

card, (3) potensiometer, (4) osiloskop..............................................68

4.27. Sampel Supraventrikular dengan tegangan 5 mV ..............................69

4.28. Sampel nsrdb fs 8000 Hz (a) sampel analog, (b) sampel digital ........74

4.29. Sampel nsrdb fs 1000 Hz (a) sampel analog, (b) sampel digital ........74

xvii
4.30. Sampel ltdb fs 8000 Hz (a) sampel analog, (b) sampel digital ...........75

4.31. Sampel ltdb fs 1000 Hz (a) sampel analog, (b) sampel digital ...........75

4.32. Sampel mitdb fs 8000 Hz (a) sampel analog, (b) sampel digital........76

4.33. Sampel svdb fs 8000 Hz (a) sampel analog, (b) sampel digital..........77

4.34. Sampel stdb fs 8000 Hz (a) sampel analog, (b) sampel digital ..........77

xviii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Data penurunan tegangan sampel analog ..................................................68

2. Hasil Penelitian dan analisis kualitatif.......................................................70

xix
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jantung adalah organ penting dalam tubuh manusia yang difungsikan untuk

memompa darah ke seluruh tubuh. Pada proses pemompaan darah, otot jantung

akan berkontraksi akibat mendapatkan rangsangan elektris atau impuls. Impuls

ini berawal dari potensial aksi yang terjadi pada sel-sel otot jantung. Impuls akan

menyebar pada jantung hingga jaringan di sekeliling jantung. Sebagian kecil dari

impuls ini akan menyebar ke seluruh permukaan tubuh. Bila titik-titik tertentu

pada kulit ditempatkan elektroda, maka potensial listrik yang disebabkan oleh

adanya arus dari impuls tersebut akan dapat direkam. Rekaman ini dikenal dengan

istilah Elektrokardiogram.

Elektrokardiografi (EKG) merupakan sebuah instrumen medis yang digunakan

sebagai alat untuk memperoleh informasi seputar kerja jantung manusia.

Mekanisme kerja dari alat ini adalah mengukur potensial listrik sebagai fungsi

waktu yang dihasilkan oleh jantung. Perbedaan potensial tersebut kemudian

divisualisasikan sebagai sinyal pada layar monitor atau pada kertas perekam

(Busono dkk, 2004).

Sinyal elektrik jantung yang dihasilkan pada EKG umumnya merupakan sinyal

domain waktu dalam kertas rekaman yang disebut elektrokardiogram.


2

Kegunaan EKG ini sangat bermanfaat untuk mengetahui kondisi jantung pasien,

sehingga menjadikan alat ini sebagai peralatan standar bagi semua rumah sakit

(Busono dkk, 2004). Alat ini telah diaplikasikan untuk berbagai keperluan yakni

klinik, monitoring, dan pendeteksi gelombang QRS (Tompkins, 1993).

Kondisi jantung manusia tidak semuanya sehat. Ada beberapa jantung yang

mengalami kondisi berbeda misalnya infark miokard dan iskemi miokard (jantung

koronel), gangguan irama jantung atau arrhythmias, gangguan jantung karena

penyakit sistemik dan gangguan karena pengaruh obat-obatan yang berpengaruh

terhadap fungsi jantung. Sesuai fungsinya, monitor EKG dapat memperlihatkan

adanya kelainan-kelainan tersebut (Dubowik, 1999).

Namun dalam pengoperasiannya tentu akan ada faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil kerja monitor EKG ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut

diantaranya seperti akurasi alat. Jika akurasi alat diragukan maka hasil rekam

EKG yang keluar juga akan diragukan sehingga interpretasi terhadap EKG

tersebut menjadi kurang akurat. Akurasi hasil pengukuran yang diragukan

tentunya akan menimbulkan masalah dikemudian hari.

Pada era sekarang ini terdapat sebuah cara yang mampu menguji akurasi monitor

EKG sebelum difungsikan dalam bidang medis. Alat uji ini disebut dengan

simulator EKG. Simulator EKG merupakan rancangan simulasi yang bisa

digunakan untuk keperluan kalibrasi serta uji standar monitor EKG.

Dalam penelitian Michalek (2006) mengatakan simulator EKG bisa didesain

untuk memproduksi sinyal gelombang EKG yang tepat dan sama seperti
3

gelombang sinyal yang dimiliki impuls jantung manusia. Keluaran dari simulator

akan tampak pada LCD dengan akurasi yang hampir sama seperti pengujian alat

dengan menggunakan objek manusia secara langsung.

Dewasa ini tersedia sinyal referensi EKG berupa sinyal digital dengan berbagai

macam format file. Untuk menguji sebuah EKG monitor diperlukan keluaran

sinyal berupa sinyal analog. Simulator EKG sebagai perantara perubahan sinyal

digital EKG tersebut menjadi sinyal analog EKG. Dalam perancangannya, sinyal

digital EKG akan dikonversi menjadi sinyal analog EKG dengan memanfaatkan

rangkaian D/A konverter (Lucena, 2006).

Penelitian ini bertujuan untuk merancang simulator EKG dengan memanfaatkan

perangkat komputer untuk mengirim sinyal digital EKG melalui pemanfaatan

sistem kartu suara atau sound card. Sound card dikenal fungsinya sebagai

perangkat keras di setiap perangkat komputer guna mengeluarkan suara atau

merekam suara. Pemanfaatan fungsi soundcard yang mampu mengkonversi sinyal

digital berupa data waveform (.wav) atau MPEG-1 Audio Layers 3 (mp3) ini

dimanfaatkan untuk mengeluarkan sinyal digital EKG berupa data .wav menjadi

sinyal analog. Hasil keluaran dari perangkat ini akan ditampilkan di osiloskop.

Manfaat simulator EKG hasil penelitian ini adalah dapat menyediakan alternatif

simulator EKG yang dijual di pasar peralatan medis karena dapat direalisasikan

hanya berbentuk laptop sehingga harganya lebih murah. Selain itu juga

bermanfaat untuk penelitian instrumentasi medis ketika akan menguji sebuah

rangkaian perekam sinyal EKG.


4

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengubah data sinyal EKG format .mat menjadi data format .wav

agar dapat dikeluarkan melalui sound card komputer.

2. Bagaimana membuat simulator EKG dengan memanfaatkan fungsi sound

card pada perangkat komputer.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendesain dan membuat simulator EKG sederhana berbasis perangkat

komputer.

2. Memanfaatkan perangkat keras sound card yang disediakan setiap perangkat

komputer sebagai media konversi sinyal digital EKG menjadi sinyal analog

EKG.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dihasilkannya suatu prototipe EKG simulator

yang dapat digunakan untuk mengkalibrasi alat rekam jantung

(Electrocardiographs Monitors). Simulator EKG dirancang dengan

memanfaatkan sound card yang tersedia di semua perangkat komputer untuk

penggunaan yang lebih praktis dan ekonomis.

E. Batasan Masalah

Untuk menghindari bahasan masalah menjadi lebih jauh, penelitian ini dibatasi

pada:
5

1. Perancangan alat ini hanya digunakan untuk menguji kebenaran sinyal analog

EKG terhadap sinyal digital EKG yang sudah melalui tahap pengkonversian

dengan memanfaatkan sound card pada perangkat komputer,

2. Simulasi yang dilakukan hanya mencakup lima sinyal EKG dengan diagnosa

yang berbeda-beda, yaitu MIT-BIH Arrhythmia, MIT-BIH Normal Sine

Rhytm, MIT-BIH Supraventrikular, MIT-BIH ST Change, MIT-BIH Long

Term.
6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terkait

Lucena (2006) merancang simulator EKG yang difungsikan untuk tes/uji,

demonstrasi dan perbaikan alat EKG monitor. Perancangan ini membangun

sembilan ritme penting EKG dan kalibrasi gelombang kotak.Teknik ini digunakan

untuk menghasilkan sinyal menggunakan mikrokontroler dengan nilai program

memori yang relatif kecil, hal ini menjadi kelebihan dari alat yang

dirancang.Kualitas sinyal simulator EKG yang tepat bisa digunakan untuk

pemeliharaan kualitas EKG.Kesederhanaan alat ini menjadisebuah keuntungan

dibandingkan dengan EKG simulator yang sudah ada sebelumnya.

Pada penelitian Husain (2002) berjudul An Electrocardiogram Simulator and

Amplifier, mengatakan EKG sangat penting sebagai alat diagnosa medis untuk

mengukur beda potensial pada permukaan tubuh secara akurat. Pada pengukuran

beda potensial tubuh ditemukan tegangan dan noisemeski nilainya sangat kecil.

Dengan menggunakan aktif ground, high pass filter, low pass filter, dan penguat

beda tegangan dua tingkat, sinyal tetap bisa dideteksi di tengah-tengah keadaan

noisetersebut. Elemen paling penting dari rangkaian untuk bisa mendapatkan

sinyal EKG yang baik adalah dengan aktif ground. Aktif groundmampu

menghilangkan pemindahan arus listrik pada tubuh. Sementara itu, high pass filter
7

digunakan untuk memfilter keadaan tegangan yang dibentuk oleh elektroda. Beda

amplifier dengan impedansi input besar dan common mode yang besar. Mode

rejecton ratio digunakan untuk menjelaskan perbedaan sinyal dari tegangan

common mode yang ada.

Penelitian berjudul Development of an Analog ECG Simulator Using Standalone

Embedded System oleh Das, dkk (2012) merupakan contoh lain dalam penelitian

terkait simulator EKG. Pada penelitian tersebut simulator memiliki sistem kerja

perangkat lunak yakni data ptb-db array dalam format .mat digunakan sebagai

input data untuk perangkat lunak program. Selanjutnya, data array diperkuat dan

kuantisasi beresolusi 8-bit. Setelah itu data array ditransmisikan pada tingkat baud

konstan dengan port serial dari komputer pribadi menggunakan RS-232 protokol.

Berikutnya perancangan perangkat keras dengan sistem tertanam mandiri yang

terdiri dari empat komponen yaitu, MAX232 converter, Atmel 89C2051 Unit

mikrokontroler (MCU), digital ke analog converter (DAC 0808) dan konverter

arus ke tegangan (menggunakan LM324). Sistem mandiri ini mengubah 8-bit data

serial menjadi data paralel 8-bit, maka menjadi sinyal analog dalam kisaran dari 0-

5 volt. Dari penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan salah satunya efek noise

yang tidak dihapus dari sinyal ECG simulasi menyebabkan perlunya dilakukan

denoising. Selain itu sistem ini juga mampu menghasilkan jenis lain dari sinyal

biomedis seperti EEG dan EMG dengan menggunakan faktor amplifikasi yang

tepat untuk database.

Penelitian Deshmukh (2014) berjudul Simulation of ECG Signals Using Advanced

Virtual Instrumentation system Based on LAB VIEW merupakan penelitian


8

simulator EKG dengan memanfaatkan kehadiran program LabVIEW. Penggunaan

sistem instrumentasi virtual berbasis LabView-11 jauh lebih bermanfaat untuk

akuisisi dan studi dari berbagai jenis elektrokardiogram virtual. Jadi software

membuat sistem yang efisien dan dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran

sinyal ECG di tingkat laboratorium dengan lebih interaktif dan sederhana.

Instrumentasi virtual menyediakan fleksibilitas untuk peneliti biomedis. Dapat

membuat aplikasi menggunakan bahasa grafis intuitif, mudah untuk

menyesuaikan instrumen dan menambahkan fungsi baru dengan memodifikasi

kode LabVIEW. Sistem eksperimental EKG menganalisis ini berdasarkan

instrumen virtual sangat membantu untuk meningkatkan inisiatif belajar dan

meningkatkan pemahaman teoritis pengetahuan.

B. Biolistrik

Biolistrik merupakan fenomena sel. Sel-sel jaringan tubuh manusia mampu

menghasilkan potensial listrik dengan muatan positif pada permukaan luar sel dan

muatan negatif pada permukaan dalam bidang sel (Carr, 2001).

Di seluruh permukaan atau membran neuron dalam sel terdapat beda potensial

(tegangan) yang disebabkan adanya ion negatif yang lebih di bagian dalam

membran daripada di luar. Pada kondisi ini, neuron dikatakan terpolarisasi.

Bagian dalam sel biasanya mempunyai tegangan 60-90 mV lebih negatif daripada

di bagian luar sel. Beda potensial ini disebut potensial istirahat neuron.
9

1. Kelistrikan sel

Sel mempunyai lapisan yang disebut membran sel, di dalam sel ini terdapat ion

Na, K, Cl dan protein (A-). Sel mempunyai kemampuan memindahkan ion dari

satu sisi ke sisi yang lain. Kemampuan sel ini disebut akifitas listrikan sel.

Dalam keadaan biasa konsentrasi ion Na+ lebih besar di luar sel dari pada di

dalam sel. Potensial di dalam sel relatif bernilai negatif dibandingkan potensial di

luar sel, dalam keadaan ini disebut potensial membran negatif. Jika konsentrasi

ion Na+terdapat banyak di dalam sel daripada di luar sel, perbedaan potensial

listrik di dalam sel lebih positif daripada di luar sel, keadaan ini disebut potensial

membran positif.

Membran otot pada keadaan istirahat yakni tidak adanya proses konduksi impuls

listrik, konsentrasi Na+lebih banyak di luar sel dari pada di dalam sel. Apabila

perbedaan potensial diukur dengan galvanometer akan mencapai -90 mV,

membran sel ini disebut dalam keadaan polarisasi seperti terlihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Potensial membran negatif (polarisasi) (Gabriel, 1996).


10

Jika terjadi suatu rasangan terhadap membran, maka beberapa ion Na+ akan

masuk dari luar sel ke dalam sel. Di dalam sel akan menjadi kurang negatif dari

pada di luar sel dan potensial membran akan meningkat. Keadaan ini disebut

dengan depolarisasi.

Rangsangan yang cukup kuat mencapai titik tertentu sehingga dapat menimbulkan

depolarisasi membran pada titik tertentu dinamakan nilai ambang. Pada keadaan

ini potensial membran akan naik dengan cepat mencapai overshoot +40 mV.

Terjadinya depolarisai membran secara tiba-tiba disebut dengan potensial aksi,

yang berlangsung kurang dari 1 ms. Potensial aksi ditunjukkan pada gambar 2.2.

Potensial Aksi

Gambar 2.2. Depolarisasi dan Potensial aksi membran (Gabriel, 1996).

Potensial aksi yang berarti bahwa begitu nilai ambang tercapai, peningkatan

waktu dan amplitudo dari potensial aksi akan selalu sama. Setelah potensial aksi

mencapai puncak mekanisme pengaturan dalam sel membran dengan cepat

mengembalikan ion Na+ keluar sel sehingga mencapai potensial membran

istirahat (-90mV). Proses ini disebut repolarisasi seperti gambar 2.3.


11

Gambar 2.3. Repolarisasi sel (Gabriel, 1996).

2. Potensial Listrik pada Permukaan Tubuh

Aktivitas jantung diketahui dengan mengukur aktivitas elektris atau

teganganlistrik pada permukaan tubuh. Karena untuk melihat atau mendeteksi

mekanisme kontraksi jantung sebagai wujud kerja jantung secara langsung belum

ditemukan metodenya oleh para ahli. Secara fisika tegangan listrik (beda

potensial) terjadi disebabkan oleh adanya sumber pembangkit listrik. Oleh karena

itu jantung dapat dikatakan sebagai sumber pembangkit listrik yang tertutup di

dalam dada dan perut, sehingga kita sulit mengukur kelistrikan jantung secara

langsung. Informasi untuk diagnostik jantung dapat diperoleh dengan mengukur

potensial listrik yang dihasilkan jantung di berbagai tempat pada permukaan

tubuh. Rekaman potensial listrik jantung pada permukaan disebut

elektrokardiogram (EKG) (Surtomo, 2012).

Hubungan antara aksi pompa jantung dan potensial listrik pada kulit dapat

dipahami dengan meninjau perambatan potensial aksi di dalam dinding jantung

seperti pada gambar 2.4.


12

Gambar 2.4. Perambatan potensial aksi jantung (Cameron, 1978).

Aliran arus listrik (ion) di dalam perut/dada menimbulkan potensial listrik pada

tubuh yang dianggap sebagai medium resistor, seperti pada gambar 2.4.

Distribusi potensial listrik seluruh jantung ketika ventrikel terdepolarisasi separuh

ditunjukkan dengan garis-garis ekipotensial (garis putus-putus) pada gambar 2.5.

Tegangan listrik diukur pada permukaan tubuh yang nilainya tergantung pada

letak elektrode. Elektroda pada titik A, B dan C menunjukkan potensial sesaat

(saat itu). Garis-garis potensial pada gambar 2.5 sama seperti garis potensial yang

diperoleh dari dipole listrik, dimana garis-garis potensial pada siklus jantung juga

dapat direpresentasikan dengan dipole-dipole listrik. Namun dipole listrik pada

saat yang berbeda selama siklus jantung akan berubah ukuran dan arahnya. Model

dipole listrik jantung ini pertama kali diusulkan oleh A.C Waller pada tahun 1889.
13

Gambar 2.5. Distribusi ekipotensial dada ketika ventrikel terdepolarisasi separoh


(Cameron, 1978).

Potensial listrik yang diukur pada permukaan kulit merupakan proyeksi sesaat

vector dipole listrik dalam arah tertentu. Begitu vektor dipole listrik tersebut

berubah terhadap waktu maka potensial proyeksi juga berubah (Surtono, 2012).

3. Hubungan Potensial Elektris Permukaan dengan Vektor Lead dan

Dipole

Vektor lead menyatakan besar dan arah dipole listrik yang diperoleh dari

tegangan (potensial) aksi / aktivitas jantung.


14

Gambar 2.6. Pengembangan konsep vektor lead a) sifat linieritas, potensial di


titik P berbanding lurus dengan dipole tiap sumbu, b) prinsip
superposisi, potensial di titik P merupakan penjumlahan dipole tiap
sumbu, c)aljabar vektor lead, potensial di titik P merupakan
perkalian skalar sumber dipole dan vektor lead (Malmivou, 1995).

Untuk mengetahui hubungan potensial listrik pada permukaan tubuh dengan

vector lead dan dipole listrik, kita telaah potensial listrik pada titik P di

permukaan konduktor volume yang disebabkan oleh dipole satuan (unit dipole) I

(suatu vector satuan pada arah sumbu x) pada lokasi yang tetap Q, seperti pada

gambar 2.6. Diasumsikan pada titik P, potensial p yang disebabkan oleh dipole

satuan adalah cx. Dengan asumsi bersifat linier, maka potensial p oleh sumber

dipole pxi magnitude sembarang adalah

= (2.1)
15

dimana :

p= potensial listrik di titik P.

cx = potensial dipole listrik satuan pada sumbu x.

p x= sumber dipole listrik pada sumbu x.

Persamaan ini juga berlaku untuk dipole-dipole pada arah y dan z.

Asumsi sifat linier ini membuat berlakunya prinsip superposisi, yaitu sembarang

dipole ̅ dapat diurai ke dalam tiga komponen saling tegak lurus ̅, ,̅

sehingga potensial elektris pada titik P oleh dipole ̅ yang terletak di titik Q

adalah

= + + (2.2)

Koefisien cx, cy, cz diperoleh dengan memasangkan dipole-dipole satuan terkait.

Pada titik Q sepanjang sumbu x, y dan z dan dengan mengukur potensial terkait.

Persamaan 2.1 dan 2.2 merupakan hubungan linier, yaitu jika sumber dikuatkan

sebesar c maka tegangan yang dihasilkan berlipat sebesar c. Persamaan 2.2 dapat

disederhanakan jika koefisien Cx, Cy, Cz diartikan sebagai komponen vektor ̅ .

Vektor ini disebut aljabar vektor lead, merupakan perkalian skalar sumber dipole

dan vektor lead sehingga persamaan 2.2 menjadi,

= ̅ ∙ = | ̅| ∙ | ̅| cos (2.3)

dimana :

c = vektor lead EKG.

p = dipole listrik sembarang.


16

Vektor lead adalah koefisien transfer tiga dimensi yang melukiskan bagaimana

sumber dipoleelektris pada titik tetap Q di dalam konduktor volume

mempengaruhi potensial elektris pada titik di dalam atau di permukaan konduktor

volume relatif terhadap potensial pada titik acuan (reference). Jadi nilai vektor

lead bergantung pada letak Q dipole listrik ̅ , letak titik medan P, bentuk

konduktor volume, distribusi resistivitas konduktor volume.

Konsep vektor lead di atas merupakan tinjauan tegangan lead yang diukur relatif

terhadap acuan yang jauh (remote reference) dan cocok untuk kasus unipolar

lead. Untuk kasus bipolar lead yang dibentuk oleh pasangan lead/elektrode (tidak

ada ektrode yang jauh), hubungan vektor lead seperti gambar 2.7.

Gambar 2.7. Menentukan tegangan antara dua titik di dalam atau di permukaan
konduktor volume bipolar lead, a) tegangan bipolar lead Vij b)
superposisi dipole satuan c) vektor aljabar bipolar lead (Malmivou,
1995).
17

Untuk setiap lokasi Po .... Pn dari P, yang berada di dalam atau di permukaan

konduktor volume, dapat ditentukan vektor lead, ̅ . . . ̅ untuk dipole ̅ pada

lokasi yang tetap, sehingga sesuai dengan persamaan 2.3 diperoleh :

= ̅ ∙ ̅ = | | ∙ | ̅ | cos (2.4)

keterangan :

= potensial listrik di titik i

̅ = vektor lead EKG ke-i

p = dipole listrik

Maka beda potensial antara sembarang dua titik Pi dan Pj pada permukaan

konduktor volume adalah

= − = ∙ ̅= ∙ | ̅ | ∙ cos (2.5)

dimana :

= beda potensial listrik antara titik i dan titik j

= vektor lead EKG resultan dari vektor lead ci dan cj

P = dipole listrik

Jadi berdasarkan persamaan 2.5 dapat dikatakan bahwa tegangan elektris pada

permukaan tubuh merupakan:

1. Beda potensial istrik antara titik-titik dimana elektroda dipasang.

2. Proyeksi magnitude dipole listrik ̅ pada vektor lead .


18

4. Aktifitas Kelistrikan Otot Jantung

Jantung adalah organ penting dalam tubuh manusia yang difungsikan untuk

memompa darah keseluruh tubuh. Proses pemompaan darah terjadi karena otot

jantung berkontraksi akibat mendapat rangsangan elektris atau impuls.

Rangsangan elektris berawal dari potensial aksi yang terjadi pada sel-sel otot

jantung (Bronzino, 1995).

Sistem ritmis dan konduktif jantung rentan terhadap kerusakan akibat penyakit

jantung, terutama karena iskemia jaringan jantung akibat aliran darah koroner.

Hasilnya jantung memiliki ritme yang abnormal dan efektivitas pemompaan

jantung bermasalah.

Gambar 2.8. Sinus node, dan sistem Purkinje jantung (Guyton, 2006).

Gambar 2.8 menunjukkan sistem yang mengontrol kontraksi jantung. Terdapat

node sinus (SA node) yang menghasilkan impuls ritmis normal yang mengalir ke

atrioventrikular (A-V) node. A-V Simpul menunda impuls dari atrium sebelum

melewati ventrikel. A-V bundle yang akan melakukan impuls dari atrium ke

ventrikel, dari cabang bundle kiri ke kanan, hingga ke seluruh bagian ventrikel.
19

5. Sinus Node

Sinus nodal (sinoatrial node) terhubung langsung dengan otot atrium, sehingga

setiap potensial aksi yang dimulai di sinus node akan menyebar ke dinding otot

atrium. Sinus node biasanya mengontrol laju detak seluruh jantung. Gambar 2.9

menunjukkan potensial aksi direkam dari dalam sinus nodal selama tiga detak

jantung dan dengan perbandingan otot ventrikel potensial aksi serat tunggal.

Gambar 2.9. Debit ritmis dari sinus nodal serat(Guyton, 2006).

Resting membrane potential dari sinus nodal memiliki nilai negatif sekitar -55

hingga -60 mV. Sementara serat otot ventrikel berada pada kisaran -85 sampai -90

mV. Penyebab nilai negatif yang rendah ini karena membran sel dari serat sinus

secara alami menuju natrium dan kasium ion.

Otot jantung memiliki tiga jenis saluran ion membran yang memiliki peran

penting dalam perubahan tegangan potensial aksi yakni,

(1) Fast sodium channel

(2) Slow sodium-calcium channel


20

(3) Pottasium channel.

Fast sodium channel selama beberapa detik bertanggung jawab atas lonjakan dari

potensial aksi pada otot ventrikel. Kemudian plateau dari potensial aksi ventrikel

terjadi akibat slow sodium-calcium channel, yang berlangsung selama 0,3 detik.

Akhirnya pottasium channel memungkinkan terjadinya difusi sejumlah ion.

Ketika potensial mencapai tegangan ambang sekitar 40 mV, soidum-calcium

channel akan aktif sehinggal menyebabkan potensial aksi (Guyton, 2006).

6. Potensial Aksi Jantung

Potensial aksi pada otot jantung disebabkan terbukanya dua channel yakni the

same fast channel dan slow calcium channel. Segera setelah timbulnya potensial

aksi, premeabilitas membran otot jantung untuk ion kalium menurun. Ketika

sodium-calcium channel terjadi ada akir 0,2 hingga 0,3 detik dan fluk ion berhenti,

premeabilitas membran untuk ion kalium uga menngkat pesat. Cepat hilangnya

kalium dari serat segera mengembalikan potensial membran ke tingkat resting-

nya, dengan begini potensial aksi berakhir.

Kecepatan dari sinyal konduksi pada jantung sekitar 0,3 sampai 0,5 m/sec.

Periode refrakter normal ventrikel adalah 0,25-0,30 detik. Periode refrakter otot

atrium jauh lebih pendek dari itu untuk ventrikel, sekitar 0,15 detik untuk atrium

dibandinan dengan 0,25-0,30 detik untuk ventrikel.

Kontraksi otot jantung terjadi beberapa milidetik setelah potensial aksi dimulai

dan terus berkontraksi sampai beberapa milidetik sampai potensial aksi berakhir.

Oleh karena itu, durasi kontraksi otot jantung terutama fungsi dari durasi ponsial
21

aksi, termasuk plateau sekitar 0,2 detik pada otot atrium dan 0,3 detik pada otot

ventrikel.

Durasi dari periode refrakter ditunjukkan pada gambar 2.10.

Gambar 2.10. Durasi periode refrakter (Guyton, 2006).

C. Elektrokardiografi

Untuk mengetahui aktivitaselektris otot jantung diperlukan pencatatan atau

perekaman pada permukaan tubuh. Elektrokardiogram adalah grafik atau

gambaran rekaman aktivitas elektris otot jantung. Rekaman ini dapat dilihat pada

alat yang disebut elektrokardiografi. Dengan meletakkan elektroda dipermukaan

tubuh, pada tempat yang sesuai, tegangan listrik yang dihasilkan dapat direkam.

Grafik rekaman tegangan listrik yang dihasikan otot-otot jantung selama siklus

jantung inilah yang disebut elektrokardiogram. Elektrokardiogram diperoleh

sesuai dengan depolarisasi dan repolarisasi serambi dan bilik (Feldman, 1999).

Untuk memperoleh elektrokardiogram beberapa elektroda dipasang pada

permukaan tubuh.
22

Gambar 2.11. Parameter pada isyarat EKG (Feldman, 1999).

Elektrode berfungsi sebagai sensor yang mengubah besaran kimia dari energi

ionis menjadi besaran elektris. Perekaman ini akan menampilkan keadaan

depolarisasi dan repolarisasi otot jantung, berupa gelombang P yang disebabkan

oleh depolarisasi serambi, gelombang QRS terjadi disebabkan karena repolarisasi

bilik dan gelombang T juga disebabkan oleh repolarisasi bilik, seperti

diperlihatkan pada gambar 2.11. Dari grafik ini dokter akan mendapatkan

informasi tentang aktivitas elektris otot jantung untuk membantu diagnosis

tentang keadaan jantung.

Standar klinis elektrokardiogram terdiri dari tiga yaitu menggunakan 12 lead,

vectorcardiogram dan monitoring EKG. Penggunaan 12 lead (sandapan) dapat

digunakan untuk menganalisa kesehatan jantung pasien. Vectorcardiogram

merupakan salah satu teknik pengambilan sinyal jantung menggunakan

konfigurasi segitiga Einthoven yang hanya menggunakan 3 lead. Monitoring EKG

digunakan untuk memantau kondisi kesehatan jantung pasien dalam jangka waktu
23

yang panjang, metoda ini hanya menggunakan 1 atau2 elektroda yang

ditempelkan pada titik tertentu.

1. Prinsip Dasar Pengukuran Elektrokardiografi

Untuk mendapatkan sinyal jantung manusia dilakukan dengan cara menempelkan

elektroda ditubuh manusia. Istilah “lead” didefinisikan sebagai susunan spasial

sepasang elektroda atau suatu pasangan elektroda yang merupakan kombinasi

beberapa elektroda melalui jaringan resistif (resistive network). Satu lead ditandai

“+” dan yang lain ditandai “-“. Penempatan elektroda menentukan arah rekaman

lead yang disebut sumbu lead atau sudut lead. Sumbu ditentukan oleh arah dari

elektroda negatif ke elektroda positif. Alat EKG menghitung besarnya beda

potensial listrik antara elektroda positif dan elektroda negatif (Bao, 2003). Dalam

lead 12 lead dikelompokkan menjadi 3, yaitu sebagai berikut :

a) Lead Standar Bipolar atau dikenal dengan lead Einthoven, yaitu lead I, lead II

, dan lead III.

b) Lead standar unipolar (Augmented Extremity Leads), yaitu lead aVR,aVL dan

aVF.

c) Lead Precordial(Lead Dada) atau lead Wilson, yaitu V1,V2,V3,V4,V5 dan

V6.

a. Lead Standar Bipolar

Lead standar bipolar merekam perbedaan potensial dari 2 elektrode. Lead ini

terlihat seperti gambar 2.12.


24

Gambar 2.12. Lead standar bipolar (Widodo,2000)

 Lead I = merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan

kiri (LA). Tangan kanan pada potensial (-) dan tangan kiri pada potensial (+).

 Lead II : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri

(LF). Tangan kanan pada potensial (-) dan kaki kiri pada potensial (+).

 Lead III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri

(LF). Tangan kiri pada potensial (-) dan kaki kiri pada potensial (+).

b. Lead Standar Unipolar (Augmented Extremity Leads)

Lead ini mengukur tegangan suatu titik ukur terhadap tegangan rerata dua titik

lainnya, menggabungkan kombinasi dua polar sehingga menghasilkan aVR, aVL

dan aVF seperti gambar 2.13.


25

Gambar 2.13. Lead Ekstremitas unipolar ditingkatkan (Widodo,2000)

Lead aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang dibuat bermuatan

positif dengan RA dan LF yang dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke

arah -30 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral

jantung dapat dilihat juga oleh Lead aVL.

LeadaVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang dibuat bermuatan

positif dengan RA dan LA dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah

positif 90 derajat (tepat ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior

jantung selain lead II dan III dapat juga dilihat oleh Lead aVF.

Lead aVR dihasilkan dari perbedaan antara muatan RA yang dibuat bermuatan

positif dengan LA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah

berlawanan dengan arah listrik jantung -150 derajat (ke arah ekstrem).

Lead - lead ini belum cukup sempurna untuk mengamati adanya kelainan di

seluruh permukaan jantung. Oleh karena itu, sudut pandang akan dilengkapi

dengan lead prekordial (lead dada).


26

c. Lead Precordial ( Lead Dada )

Lead prekordial V1, V2, V3, V4, V5, dan V6 ditempatkan secara langsung di

dada. Karena terletak dekat jantung, 6 lead itu tidak memerlukan augmentasi.

Terminal sentral Wilson digunakan untuk elektrode negatif, dan lead-lead tersebut

dianggap unipolar. Lead prekordial memandang aktivitas jantung di bidang

horizontal. Sumbu kelistrikan jantung di bidang horizontal disebut sebagai sumbu

Z. Penempatan prekordial lead ditunjukkan pada gambar 2.14.

Gambar 2.14. Lead unipolar dada

Lead V1, V2, dan V3 disebut sebagai lead prekordial kanan sedangkan V4, V5,

dan V6 disebut sebagai lead prekordial kiri.

2. Sensor EKG

Sensor yang digunakan untuk mendeteksi denyut jantung adalah sensor elektroda

seperti tampak pada gambar 2.15. Elektroda adalah sensor/tranduser yang

mengubah energi ionis dari sinyal jantung menjadi enegi elektris untuk akuisisi

dan pengolahan datanya (Aston, 1991). Elektroda ini ditempelkan pada

permukaan kulit pasien pada lokasi yang sudah ditentukan yang disebut sandapan
27

atau leads. Elektroda yang dipakai adalah jenis tempel dengan bahan dari perak

klorida (AgCl).

(a) (b)
Gambar 2.15. (a) bagian-bagian Elektroda. (b) Elektroda (Komang, 2009).

3. Karakteristik EKG

Komite elektrokardiografi perkumpulan jantung Amerika (Committee on

Electrocardiography of American Heart Association, AHA) dan banyak

organisasi lainnya telah membuat rekomendasi untuk standarisasi EKG. Beberapa

rekomendasi untuk desain instrumentasi EKG antara lain adalah:

1) Instrumen mempunyai kemampuan mendeteksi sinyal lemah dalam

rentang 0,05 – 10 mV, sedangkan sinyal EKG normal adalah 2 mV.

2) Impedans masukan antara elektroda dan latar (ground) hendaknya kurang

dari 5 MΩ pada frekuensi 10 Hz, sementara sinyal EKG mempunyai

impedans sumber tinggi.

3) Respon frekuensi instrumen hendaknya dalam rentang 0,05 Hz – 150 Hz.

4) Instrumen tidak mengijinkan arus bocor lebih dari 10 μA mengalir

melewati pasien.

5) Dibuat isolasi agar pasien terpisah dari rangkaian AC.

6) Instrumen hendaknya memiliki CMRR tinggi pada bagian penguat

awal(Bao, 2003).
28

Untuk memenuhi rekomendasi tersebut maka desain sistem instrumen EKG

umumnya terdiri atas lima pokok tahapan/bagian, yaitu (Chen, et.all, 2008):

1) Tahap pertama adalah suatu elektrode (transduser), misalnya Ag-AgCl,

yang mengubah sinyal EKG ke dalam tegangan elektris (dalam orde mV).

2) Tahap kedua adalah suatu penguat yang berfungsi untuk memperkuat

sinyal yang lemah dari elektrode. Biasanya digunakan penguat

instrumentasi dan dalam instrumentasi medik disebut penguat bioelektrik

(biopotensial). Penguat bioelektrik dibutuhkan memiliki nilai CMRR yang

tinggi, minimal 90 dB, agar dapat memperkecil derau tegangan bersama

(common mode noise).

3) Tahap ketiga adalah isolasi, yang berfungsi mengamankan pasien dari

bahaya kejutan listrik.

4) Tahap keempat adalah penapis (tapis), berfungsi untuk menapis berbagai

derau yang mengganggu sinyal EKG murni. Penapis yang digunakan

adalah tapis pelewat bidang agar melewatkan sinyal pada jangkauan

frekuensi sinyal EKG, 0,05 Hz – 150 Hz.

5) Tahap kelima adalah penampil sinyal EKG, dapat berupa osiloskop atau

display monitor lainnya.

4. Gelombang EKG

Elektrokardiogram atau sinyal EKG merupakan sinyal AC dengan bandwith

antara 0.05 Hz sampai 100 Hz (Najeb, 2005). Parameter isyarat EKG seperti

tampak pada gambar 2.11 di bagian sebelumnya, terdiri atas sebuah gelombang P,

gelombang QRS dan gelombang T.


29

a. Gelombang P

Gelombang P terjadi selama depolarisasi atrium normal ketika vektor listrik utama

diarahkan dari nodus SA (sinoatrial) ke nodus AV (atrioventrikular), dan

menyebar dari atrium kanan ke atrium kiri. Vektor akan membentuk gelombang P

di EKG, yang tegak pada sadapan II, III, dan aVF karena aktivitas kelistrikan

umum sedang menuju elektrode positif di sadapan-sadapan itu, dan membalik di

sadapan aVR karena vektor ini sedang berlalu dari elektrode positif untuk sadapan

itu. Hubungan antara gelombang P dan kompleks QRS membantu membedakan

sejumlah aritmia jantung. Bentuk dan durasi gelombang P dapat menandakan

pembesaran atrium (Nazmah,2011).

b. Interval PR

Interval PR diukur dari awal gelombang P ke awal kompleks QRS. Interval PR

merupakan gambaran dari gelombang EKG yang menyatakan lamanya waktu

perjalanan yang diperlukan sebelum mendepolarisasi otot vertikal. Pada

pencatatan EKG, ini berhubungan dengan 3-5 kotak kecil atau 3 mm-5 mm atau

0,12 detik-0,20 detik. Jika interval PR kurang dari 3mm (<3mm) menandakan

adanya peningkatan perjalanan atau bypass untuk mendepolarisasi ventrikal. Dan

jika Interval PR lebih dari 5mm (>5mm) menandakan adanya AV blok atau Heart

blok ( Nazmah,2011).

c. Segmen PR

Segmen PR mulai dari akhir gelombang P sampai awal komplek QRS atau awal

gelombang Q. Segmen PR adalah bagian dari Interval PR yang menyatakan


30

berapa lama waktu yang diperlukan AV Node untuk menunda implus yang

diterimanya sebelum mendepolirisasi otot vertikal ( Nazmah,2011).

d. Gelombang Q

Gelombang Q adalah gelombang pada EKG yang menggambarkan adanya

aktivitas listrik jantung yang sedang terjadi di septal ventrikel, dengan

depolarisasi otot ventrikel. Gelombang Q merupakan gelombang yang terdefleksi

negatif pertama setelah gelombang P. Pada keadaan normal gelombang Q tidak

boleh melebihi 1/3 atau 25 % dari gelombang R. Jika gelombang Q melebihinya,

maka dinamakan dengan gelombang Q patologis ( Nazmah,2011).

Gambar 2.16. Gelombang Q

e. Gelombang R

Gelombang R adalah gelombang positif pertama setelah gelombang Q.

Gelombang R merupakan bagian gambaran gelombang EKG yang terjadi pada

saat otot ventrikel mengalami depolarisasi. Pada keadaan normal gelombang EKG

memiliki gelombang R kecil di V1 sampai V6( Nazmah,2011).

Gambar 2.17. Gelombang R


31

f. Gelombang S

Gelombang S adalah gelombang negatif kedua setelah gelombang R. Gelombang

S merupakan bagian dari gambaran gelombang EKG yang terjadi pada saat otot

ventrikel mengalami depolarisasi ( Nazmah,2011).

Gambar 2.18. Gelombang S

g. Kompleks QRS

Kompleks QRS adalah gambaran EKG yang menyatakan adanya proses

depolarisasi di kedua ventrikal sehingga kedua ventrikal bisa berkontraksi.

Kompleks QRS diukur mulai dari awal kompleks QRS atau awal gelombang Q

sampai dengan akhir kompleks QRS atau gelombang S. Pada prakteknya akan

ditemukan morfologi kompleks QRS yang bermacam-macam. Hal yang perlu

diperhatikan bahwa semua gelombang menyatakan gambaran depolarisasi dari

kedua otot ventrikal yang menyebabkan otot kedua ventrikal berkontraksi

(Nazmah,2011).

Gambar 2.19. Morfologi gelombang kompleks QRS.


32

h. Segmant ST

Segmen ST menghubungkan kompleks QRS dan gelombang T. Memiliki durasi

0,08-0,12 s (80-120 ms). Segmen ini bermula di titik persimpangan antara

kompleks QRS dan segmen ST dan berakhir di awal gelombang T. Namun,

karena biasanya sulit menentukan dengan pasti di mana segmen ST berakhir dan

gelombang T berawal, hubungan antara segmen ST dan gelombang T harus

ditentukan bersama ( Nazmah,2011).

i. Gelombang T

Gelombang T menggambarkan repolarisasi atau kembalinya ventrikel. Interval

dari awal kompleks QRS ke puncak gelombang T disebut sebagai periode refraksi

absolut. Separuh terakhir gelombang T disebut sebagai periode refraksi relatif.

Pada sebagian besar sadapan, gelombang T bernilai positif. Namun, gelombang T

negatif biasanya berada di sadapan aVR. Sadapan V1 bisa memiliki gelombang T

yang positif, negatif, atau bifase.

Gambar 2.20. Gelombang T

j. Interval QT

Interval QT merupakan gambaran EKG yang menyatakan waktu yang diperlukan

untuk mendepolarisasi otot vertrikel sampai otot ventrikal mengalami repolarisasi.


33

Interval QT diukur dari awal kompleks QRS ke akhir gelombang T. Interval QT

yang normal biasanya sekitar 0,40 s (Nazmah,2011).

Besar amplitudo sinyal EKGtergantung pada pemasangan elektroda dan pada

kondisi fisik pasien. Variabel-variabel klinis yang penting dari sinyal EKG antara

lain magnitudo, polaritas dan durasi waktu. Variasi dari tanda-tanda tersebut dapat

mengindikasikan sebuah penyakit (Aston, 1990).

D. Kartu Suara (SoundCard)

Kartu suara (sound card) adalah perangkat yang terhubung pada papan induk

(motherboard) sebagai alat untuk mengolah dan mengontrol suara, baik suara

yang masuk (merekam) dan suara yang keluar melalui speaker (Darma, dkk,

2009).

Gambar 2.21. Sound card (Darma, dkk, 2009).

Sound card atau sering disebut audio card, juga merupakan periferal yang

terhubung ke slot ISA atau PCI pada motherboard yang memungkinkan komputer

untuk memasukkan input, memproses dan menghantarkan data berupa suara.

Sound Card memiliki empat fungsi utama, yaitu sebagai synthesizer, sebagai

MIDI interface, pengonversi data analog ke digital (misalnya merekam suara dari
34

mikrofon) dan pengkonversi data digital ke bentuk analog (misalnya saat

memproduksi suara dari spiker). Berikut rincian fungsi utama dari kartu suara

yaitu:

a. Synthesizer/Sintesis (generasi suara dari sinyal digital), melalui teknologi

frequency modulation (FM) atau Sintesa lewat FM adalah cara yang paling

efektif untuk menghasilkan suara yang jernih. Suara disimulasikan dengan

menggunakan bilangan algoritma untuk menghasilkan sine wave atau

gelombang yang lentur sehingga menghasilkan suara yang mirip suara

sumber aslinya.

b. MIDI (Musical Instrument Digital Interface: standar protokol yang

memungkinkan perangkat elektronik berkomunikasi, kontrol dan sinkronisasi

satu sama lainnya. Dengan kata lain, MIDI memungkinkan pertukaran data

sistem).

c. Analog-ke-digital konverter (misalnya mengubah masukan sinyal analog

suara dari mikrofon ke mode digital).

d. Digital-ke-analog konverter (misalnya reconverts digital ke sinyal output

sinyal analog) (Pratama, 2012).

Perangkat ini telah banyak disertakan pada motherboard-motherboard sekarang,

atau dikenal dengan istilah onboard. Namun, jika motherboard tidak menyertakan

fasilitas ini, maka diperlukan sound card eksternal atau memasang perangkat

sound card sendiri agar dapat menikmati file sound yang dimiliki (Kurniawan,

2014).
35

Cara kerja sound card sebagai pemutar suara atau play sound yaitu data digital

suara berupa waveform .wav atau mp3 dikirim ke sound card. Data digital ini

diproses oleh DSP (Digital Signal Processing) yang bekerja dengan DAC (Digital

Analog Converter). Mengubah sinyal digital menjadi sinyal analog, yang

kemudian sinyal analog diperkuat dan dikeluarkan melalui speaker.

Sebaliknya terjadi pada saat merekam suara melalui microphone. Input suara

berupa analog diolah oleh DSP (Digital Signal Processing), dalam mode ADC

(Analog Digital Converter). Sinyal digital ini simpan dalam format waveformtable

atau biasa ditulis .wav dalam disk atau dikompresi menjadi bentuk lain seperti

mp3 (Lahawa, 2015).

Proses konversi audio ke dalam format digital dipecahkan menjadi serangkaian

snapshot, masng-masing adalah potongan informasi yang berlainan dari audio

terseut. Snapshot ini, atau disebut juga sample, bisa diputar dan dikonversi

kembali dari format digital ke analog sehingga menghasilkan suara. Kecepatan

saat sampel diambil disebut dengan sample rate. Semakin tinggi sample rate,

semakin tinggi pula kualitas suara yang dihasilkan, namun ukuran file juga

semakin besar(Tim Penerbit Andi, 2004).

Sound card termasuk aplikasi yang dirancang untuk berjalan di bawah sistem

operasi MS-DOS. Kekeliruan bisa terjadi pada sound card numbers. Pengertian

yang sering disalah artikan tentang “32 bit sound card” atau “64 bit sound card”.

32 berarti merupakan AWE32, Terratec Maestro 32, dan suara MIDI dapat

dimainkan pada satu titik. 64 berarti bahwa suara MIDI dapat dimainkan pada
36

satu titik di Terratec EWS64 (AWE64 bisa bermain 64 suara ketika jumlah daya

prosesor PC cukup untuk memainkan setengah dari suara-suara tersebut).

Gambar 2.22. Bagian-bagian Sound Card (Engdahl, 2016).

Dari gambar 2.17 tunjukkan bagian-bagian yang terdapat di dalam sound card

dengan keterangan sebagai berikut :

1) ROM termasuk sampel synthesizer wavetable ditetapkan.

2) RAM adalah instrumen wavetable down load synthesizer.

3) Wavetable membuat suara out dari sampel di ROM dan RAM.

4) CODEC melakukan A/D dan D/A konversi sinyal audio.

5) Fmsyntetizer memainkan suara FM (untuk orignal kompatibilitas Sound

Blaster/Adlib).

6) MIXER adalah mixer analog IC yang mencampur bersama-sama suara

dari berbagai masukan untuk (mikrofon, auxinput, syntetizerwavetable,

FMsyntetizer, CD-ROM audio,) untuk hasil akhir yang kemudian dikirim

ke line leveld an speaker output.

Soundcard saat ini memiliki banyak bagian untuk menghasilkan suara seperti,

D/A converter untuk pemutaran sampel, syntetizer, dll. Suara dari semua sumber

tersebut akan dicampur pada mixer chip seperti pada gambar 2.23.
37

Gambar 2.23. Sirkuit mixer chip (Engdahl, 2016).

Mixer chip memilikipengaturan gain untuk semua masukan dan volume output.

Jika masukan dari mixer chip terlalu tinggi, mixer tidak bisa menangani sinyal

tersebutr dan ini menyebabkan terjadi distorsi dalam mixer. Jika volume diputar

dan output terlalu tinggi juga menyebabkan output amplifer mampu mengalami

distorsi. Untuk beberapa alas an tertentu jalur SB32 dari Creative Labs mengatur

posisi gain input dan output amplifier sebanyak x2, yang menyebabkan sering

terjadi kebisingan dan distorsi. Gain tersebut dapat diatur menggunakan alat pada

card untuk x1 dandistorsi akan berhenti.

Saat menghubungkan sound card untuk amplifier eksternal (speaker amplifier)

selalu gunakan output line level bukan output spaker sebab speakeramplifer

menambah kebisingan dan distorsi suara (Engdahl, 2016).

Selain itu beberapa masalah lain yang juga sering muncul dalam penggunaan

sound card adalah sebagai berikut ini,


38

1) Kualitas untuk merekam suara kurang bagus, banyaknya noise yang

mengalahkan suara yang ingin direkam. Biasanya soundcard on board

hanya bisa merekam maksimal 16bit. Soundcard on board mempunyai

sample rate yang kecil, 44,1Khz.

2) Latency, atau beberapa orang menyebutnya delay.

3) Koneksi masih menggunakan jack 3,5 mm, sedangkan instrumen musik

menggunakan jack 1/4 atau kabel XLR atau kabel TRS.

4) Kualitas AD/DA konverter yang tidak diperuntukan untuk rekaman

professional. AD konverter adalah bagian dari soundcard yang mengubah

data analog menjadi data digital (Input). Sedangkan DA konverter

mengubah data digital menjadi data analog (output) (Pratama, 2012).

E. Potensiometer

Potensiometer adalah sebuah instrument yang dapat digunakan untuk mengukur

tge sebuah sumber tanpa menarik arus dari sumber itu. Potensiometer juga mampu

menyeimbangkan selisih potensial yang tidak diketahui terhadap sebuah selisih

potensial yang dapat diukur dan diatur.

Prinsip potensiometer secara skematik terlihat seperti gambar 2.22. sebuah kawat

hambatan ab yang memiliki hambatan total Rab disambungkan secara permanen

ke terminal-terminal sebuah sumber tge-nya ε1 diketahui. Sebuah kontak peluncur

c disambungkan melalui galvanometer G ke sumber kedua tge-nya ε2 yang akan

diukur. Sewaktu kontak c digerakkan sepanjang kawat hambatan, hambatan Rcb di

antara titik c dan titik b berubah. Jika kawat hambatan itu homogen, Rcb sebanding

dengan panjang kawat di antara c dan b. untuk menentukan nilai ε2 kontak c


39

digerakkan sampai didapatkan sebuah posisi dimana galvanometer itu tidak

memperlihatkan simpangan, ini bersesuaian dengan arus nol yang lewat melalui

ε2. Dengan I2 = 0, kaidah Kirchoff memberikan

ε2 = IRcb (2.6)

dengan I2 = 0, arus I yang dihasilkan oleh tge ε1 mempunyai nilai yang sama

berapapun nilai tge ε2. Untuk mengkalibrasi alat itu dengan mengganti ε2 dengan

sebuah sumber yang tge-nya diketahui, maka setiap tge ε2 yang tidak diketahui

dapat dicari dengan mengukur panjang kawat eb.

Istilah potensial juga digunakan untuk setiap resistor yang dapat diubah, biasanya

yang mempunyai elemen hambatan berbentuk lingkaran. Simbol untuk rangkaian

potensiometer diperlihatkan gambar 2.24 (b) (Young dan Freedman, 2003).

Gambar 2.24. (a) Rangkaian potensiometer, (b) simbol rangkaian potensiometer


(Young dan Freedman, 2003).

F. MATLAB (Matrik Laboratory)

MATLAB (Matrix Laboratory) merupakan bahasa pemrograman dengan

kemampuan tinggi untuk komputasi teknis, yang mengintegrasikan komputasi,

visualisasi dan pemrograman di dalam lingkungan yang mudah penggunaannya


40

dalam memecahkan persoalan dengan solusinya yang dinyatakan dengan notasi

matematik (Wijaya, 2007).

Dikatakan bahwa MATLAB adalah bahasa pemrograman tingkat tinggi karena

struktur bahasa pemrograman MATLAB sangat ringkas dan lebih mudah untuk

dipahami dibandingkan dengan bahasa mesin seperti bahasa Asembler, dan

bahasa tingkat menengah seperti C, C++, Java, Fortran.

Penggunaan MATLAB sangat luas, dapat digunakan untuk signal and image

processing, teknik komunikasi, control design, uji coba dan pengukuran,

financialmodeling and analysis, dan masih banyak lagi. Selain itu, MATLAB juga

bisa diintegrasikan dengan bahasa pemrograman lain seperti C, C++, Java,

FORTRAN, COM, Microsoft Excel (Stefandi, 2010).

Kegunaan lainnya dari MATLAB yakni sebagai matematika dan komputasi,

pengembangan algoritma, pemodelan, simulasi dan pembuatan ‘prototipe’,

analisis data, eksplorasi dan visualisasi, grafik untuk sains dan teknik dan

pengembangan aplikasi termasuk pembuatan antar muka grafis untuk penggunaan

GUI (Grafik User Interface) (Wijaya, 2007).

Dalam bahasa Matlab dikenal istilah data acquisition toolbox yang menyediakan

satu set lengkap alat untuk input analog, analog output, dan digital I/O dari

berbagai hardware akuisisi data PC yang kompatibel. Toolboxmemungkinkan

konfigurasi perangkat hardware eksternal,membaca data ke dalam MATLAB dan

simulink untuk analisislangsung, dan mengirimkan data.Data Acquisition Toolbox


41

juga mendukungsimulink dengan blok yang memungkinkan untuk memasukkan

data atau konfigurasi hardwarelangsung.

Salah satu fungsi lain dari data acquisition toolbox yaitu untuk pengaksesan

soundcard yang dapat dilakukan menggunakan fungsi-fungsi data acquisition

toolbox. Dalam lingkungan simulink, pengaksesan soundcard dapat dilakukan

menggunakan blok yang ada pada DSP Blockset. Blockset ini menyediakan solusi

yang kuat untuk pemodelan dan simulasi sistem elektronik di Simulink. Hal ini

cocok untuk pengembangan sistem multi-tingkat yang kompleks, seperti yang

ditemukan di otomotif, konsumen dan medis elektronik(The Mathworks, 2002).

Kegunaan lainnya yang berkaitan dengan pengolahan audio menggunakan Matlab

yakni dapat memperoleh data daribeberapa saluran input audio. Menghasilkan

data audio untuk beberapa saluran output audio. Mengkonfigurasi tingkat suara

kartu sampling dan pengaturan lainnya. Menganalisis data kartu suara seperti

yang diakuisisi. Selain dapat menerima atau mengambil data, juga dapat

dilakukan proses pengiriman data dengan mengakses audio file yang akan

digunakan. Gambar 2.25 menunjukkan diagram proses mendapatkan data dengan

sound card (The Mathworks, 2002).

Gambar 2.25. Pengambilan data menggunakan sound card (The Mathworks,


2002).
42

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2016 sampai dengan Mei 2016.

Perancangan alat penelitian dilakukan di Laboratorium Elektronika Dasar Jurusan

Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :


1. Perangkat komputer, sebagai pengolah sinyal digital sumber

elektrokardiografi.

2. kabel audio, sebagai media pengirim sinyal EKG ke osiloskop.

3. osiloskop, sebagai penampil keluaran sinyal EKG dari sound card

komputer.

4. Potensiometer, sebagai penurun tegangan.

C. ProsedurPenelitian

1. Diagram Alir Penelitian

Penelitian ini didasari oleh pengolahan sinyal digital yang bersumber dari

rekaman denyut jantung manusia. Prosedur yang dilaksanakan menyangkut proses


43

pengkonversian sinyal EKG digital tersebut menjadi sinyal analog. Adapun

diagram alir dari perancangan dan realisasi simulator EKG seperti pada gambar

3.1.

Mulai
Mulai

Sampel sinyal EKG

Konversi .mat ke .wav

Play sound .wav

Sound card

Kabel audio

Potensiometer

Osiloskop

Selesai

Gambar 3.1. Diagram alir penelitian.


44

2. Prosedur Penelitian

Prosedur yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini diawali dengan mengunduh data rekam jantung yang

tersimpan di dalam arsip website www.physionet.org. Pertama-tama

website diakses dan akan tampil beranda seperti tampak pada gambar 3.2.

Gambar 3.2. Tampilan beranda Physionet.org

2. Setelah tampilan pada gambar 3.2 muncul pilih PhysioNet dan akan

tampil berbagai pilihan, dari semua itu pilih PhysioBank, lalu PhysioBank

ATM. Seperti pada gambar 3.3.

Gambar 3.3. Langkah ke Physiobank ATM.


45

3. Setelah pilih menu Physiobank ATM akan tampil seperti gambar 3.4. Pada

penelitian ini dipilih masing-masing satu dari lima arsip yakni MIT-BIH

Arrythmia Database (mitdb), MIT-BIH Normal Sinus Rhytm Database

(nsrdb), MIT-BIH ST Change Database (stdb), MIT-BIH Supraventricular

Database (svdb), dan MIT-BIH Long Term Database (ltdb).

Gambar 3.4. TampilanPhysiobank ATM

Sinyal rekam yang dipilih merupakan format txt yang dapat diakses

menggunakan matlab atau program konverter yang lain.

4. Kemudian lakukan pengkonversian sinyal .txtmenjadi format .wav. Proses

konversi yang dilakukan pada Matlab dimulai dengan membuat program

konversi .txt to .wav.

5. Buka M-file pada Matlab sebagai ruang kerja. Tentukan frekuensi sample

rate yang akan digunakan.

6. Input file .txt ke dalam format program wavwrite dalam M-file. Setelah

running tidak terdapat eror, maka file audio telah tersimpan di dalam

folder Matlab pada komputer dalam format .wav..


46

7. Jika pengkonversian telah berhasil berikutnya dilakukan pengujian dengan

memutar hasil rekam .wav. Komputer terlebih dulu disambungkan kabel

audio mono dengan masing-masing sisi positif dan negatif kabel

terhubung dengan potensiometer. Hal ini berguna untuk memperkecil

tegangan keluar.

8. Terakhir, kabel audio mono dan potensiometer disambungkan ke probe

dan kutub negatif osiloskop.

Adapun perancangan keseluruhan simulator yang diinginkan pada penelitian ini

adalah seperti gambar 3.5.

2 3

Gambar 3.5.Perancangan Alat Simulator EKG


47

Keterangan:

1. Personal Komputer

2. Kabel Audio

3. Probe

4. Potensiometer

5. Osiloskop

Perancangan rangkaian dari penelitian ini seperti tampak pada gambar 3.6.

+
Perangkat
3
Komputer/
Laptop 2 Osiloskop
+

1 4

-
Gambar 3.6. Rancangan rangkaian Simulator EKG

Keterangan :

1. Jack audio

2. Kabel Sound Card

3. Potensiometer

4. Kabel Osiloskop
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Desain dan pembuatan simulator EKG sederhana berbasis perangkat

komputer dinyatakan berhasil setelah keluaran pada osiloskop

memperlihatkan kesamaan dengan sampel sinyal digital, dengan

keterangan sebagai berikut:

a. Penelitian cukup berhasil dengan tegangan akhir sebesar 5 mV sesuai

dengan referensi tegangan sinyal EKG.

b. Frekuensi sampling menentukan kerapatan gelombang sehingga

semakin kecil frekuensi sampling maka gelombang semakin

merenggang dan nilai time/div semakin besar.

c. Frekuensi sampling 1000 Hz tepat untuk menyempurnakan penelitian

ini, menghasilkan nilai time/div sebesar 0,2 dan jumlah div masing-

masing gelombang sampel analog mendekati jumlah grid interval

gelombang sampel digital.

d. Analisis secara kualitatif menunjukkan sinyal analog EKG memiliki

kemiripan yang hampir sama persis dengan sinyal digtal EKG.


80

2. Perancangan simulator ektrokardiografi (EKG) dengan memanfaatkan

sound card komputer telah direalisasikan dengan berbagai aspek

kesimpulan yakni:

a. Sinyal digital EKG tidak mampu ditampilkan dalam rentang frekuensi

sampling di bawah 1000 Hz.

b. Frekuensi sampling sebesar 8000 Hz menghasilkan keluaran

gelombang yang baik tetapi berada dalam rentang waktu yang jauh

dari referensi.

c. Hasil pengujian fungsi sound card komputer yang digunakan dengan

memanfaatkan sinyal sinus dinyatakan berhasil dengan frekuesi sinyal

sebesal 100 Hz dan frekuensi sampling 8000 Hz.

d. Sampel sinyal format .txt yang berisi matriks data rekam jantung

berhasil dikonversi menjadi format audio wav dalam rentang waktu 1

menit.

B. Saran

Adapun saran-saran untuk penelitain mendatang terkait dengan perancangan

rangkaian elektrokardiografi meliputi :

1. Memperhatikan kualitas osiloskop yang digunakan karena osiloskop yang

bagus akan menghasilkan keluaran yang lebih jernih.

2. Penggunaan osiloskop digital akan memberikan analisis secara kuantitatif

yang lebih mudah dan tidak hanya mengandalkan analisis kualitatif

dengan menyamakan visual sampel saja.


81

3. Penggunaan filter bisa jadi menekan gangguan-gangguan kecil pada

keluaran analog.

4. Pengembangan dan pengujian lebih lanjut terhadap lebih banyak sampel

yang disediakan PhysioNet.


DAFTAR PUSTAKA

Aston, Richard;. 1990. “Principles of Biomedical Instrument.” Merril: Toronto.

Bronzino, J.D. (995. “The Biomedical Engineering Handbook.” Florida: CRC Press
& IEEE Press.

Bao, Z. 2003. “Investigation of New ECG Amplifier Circuits and Heart Rate
Detector”. Master Thesis, Medical Electronics and Physics, Dept. of
Engineering, University of London

Busono, Pratindo., Susanto, Eddy., Wiewie., Sadeli Yuliana. 2004. “Algoritma untuk
Deteksi QRS Sinyal ECG”. Prosiding Semiloka Teknologi Simulasi dan
Komputasi serta Aplikasi 2004.+

Cameron, J.R &Skofronick, 1978, Medical Physics, John Wiley & Sons, Inc.,
Toronto, Canada Carr, J.J, and John, M Brown , 2001, Introduction to
Biomedical Equipment Technology, Prentice Hall, New Jersey, USA.

Chen, et al. 2008. “ECG Measurement System.” http://www.cisl.columbia.edu.


(diakses pada tanggal 25 September 2014. Pukul 13.30 WIB).

Darma et al. 2009. “Buku Pintar Menguasai Multimedia.” Jakarta: Mediakita.

Das, Sangita., Rajanshi Gupta,., Mitra, Madhuchhanda. 2012. “Development of an


Analog ECG Simulator using Standalone Embedded System”. International
Journal of Electrical, Electronics, and Computer Engineering.

Deshmukh, Anjali, dan Yogendra, Gandole. 2014. “Simulation of ECG Signal Using
Advanced Virtual Instrumentation system Based on LabVIEW”. International
Journal of Scienc and Research. Volume.3, No. 9.

Dubowik, K. 1999. Automated Arrhythmia Analysis –An Expert System for an


Intensive Care Unit. New Jersey: Prentice-Hall.
Engdahl, Tomi. “Sound Card Tips and Facts.”
http://www.epanorama.net/documents/pc/soundcard_tips.html (diakses
tanggal 2 Maret 2016, pukul 11:30).

Feldman, Henry. 1999. “A Guide to Reading and Understanding the EKG.” New
York: NYU School of Medcine.

Gabriel, J. F. 1996. “Fisika Kedokteran”. Jakarta: Penerbit Buku Kedoktran.

Gayakwad, R. A. 1993. “Op-Amp and Linear Integrated Circuit.” New Jersey:


Prentice –Hall.

Hussain, Daniar. 2002. “An Electrocardiogram Simulator and Amplifier.” HST-6.121


Laboratory report Jakarta.

Kurniawan, Bobi. 2014. “PerangkatKeras Komputer.” Jakarta: PT.Elex Media


Komputindo.

Lahawa, Wahyudin. “Sound Card Komputer.” http://wahyudinlahawa.smkn1-


galang.sch.id/sound-card-komputer/ (Diakses pada tanggal 2 Maret 2016,
pukul 11.10).

Lucena, Samuel E. 2006. “Ecg Simulator For Testing And Servicing Cardiac
Monitors And Electrocardiographs.” São Paulo State University of Brazil.

Malmivou, Jaakko and Plonsey,P. 1995. Bioelectromagnetism : Principles and


Aplications of Bioelectric and Biomagnetic Fields. Oxford University Press.
New York.

Michaelek, Paul J. 2006. “An Authentic ECG Simulator”. University of Central


Florida.

Najeb, J.M. 2005. “12-Channel USB Data Acquisition System For QT Dispersion
Analysis, Proceedings of the International Conference on Robotics, Vision.
Information and Signal Processing ROVISP.”

Nazmah, A. 2011. “Cara Praktis dan Sistematis Belajar Membaca Elektrokardiograf


(EKG).” Jakarta: Gramedia.

Pratama, Ilham A P. “Sound Card.”


http://ilhamadjiputrap.blogspot.co.id/2012/09/makalah-sound-card_608.html
(diakses tanggal 1 Maret 2016, pukul 10.20).
Simakov, Sergey. 2005. “Introducion to MATLAB Graphical User Interfaces”.
Edinburgh: Maritime Operation Division.

Splinter, Robert. 2010. “Handbook of Physics in Medicine and Biology”. Boca


Raton: CRC Press.

Stefandi, Andrias. 2010. “Kumpulan Proyek Fisika dengan Menggunakan


MATLAB.” Jakarta: Fiveritas.

Surtono, Arif. 2012. “Analisis Klasifikasi Sinyal EKG Berbasis Wavelet dan Jaringan
Syaraf Tiruan”. Tesis. Teknik, Teknik Elektro dan Teknologi Informasi,
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

The Mathworks, Inc. 2002. Data Acquisition ToolboxUser’s Guide, Ver.2, Online
Reference, The Mathworks, Inc, 2002, DSP Blockset User’s Guide, Ver.5,
Sixth printing, The Mathworks, Inc.

Tim Penerbit ANDI. 2004. “Mudah dan Cepat Mengolah AudioMenggunakan Cool
Edit 2000.” Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Tompkins, W J, and John G. Webster. 1998. “Interfacing Sensor to The IBM PC.”
New Jersey: Prentice- Hill.Inc.

Widodo, T.S. 2000. Instrumentation Ilmu Hayati. JurusanTeknikElektro. Univrsitas


Gajah Mada.

Wijaya, M., Agus, Prijono. 2007. “Pengolahan Citra Digital menggunakan


MATLAB.” Bandung: Informatika.

Williams, Arthur B, and Fred, J Taylor. 1988. “Electronic Filter Design Handbook.”
Singapore: McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai