Disusun Oleh:
Kelompok 6
A. Latar Belakang
Permasalahan yang sering terjadi dalam dalam proses pemberian obat salah satunya
adalah terjadinya tipe kesalahan yang terus terulang. Sebagai contoh adalah dimana seorang
pasien mendapatkan pengobatan overdosis untuk golongan obat yang memiliki indeks terapi
sempit seperti digoksin ataupun theophiline sehingga pasien tersebut keracunan atau bahkan
meninggal. Contoh lain yaitu untuk asam mefenamat dan asam traneksamat dimana kedua obat
tersebut memiliki penyebutan yang hampir sama, apabila seorang pasien yang sedang
mengalami perdarahan dan membutuhkan asam traneksamat malah diberikan asam mefenamat
maka pasien tersebut tidak akan sembuh, bahkan dapat membahayakkan nyawa pasien tersebut.
Tingginya angka kejadian medication error pada pasien di tempat pelayanan
kesehatan mendorong pemerintah untuk meningkatkan pengawasan terhadap faktor-faktor
yang memicu terjadinya medication error salah satunya yaitu pengelolaan terhadap obat high
alert. Pemerintah melalui Permenkes RI No.1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, disebutkan Rumah Sakit harus berperan secara kritis untuk
memastikan keselamatan pasien dalam hal ini termasuk pengawasan terhadap obat high alert.
Selain itu pada permenkes RI no 58 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di
rumah sakit disebutkan, Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan Obat untuk
meningkatkan keamanan, khususnya Obat yang perlu diwaspadai (high-alert medication).
Sehingga setiap rumah sakit wajib memperhatikan pengawasan dan pengelolaan obat high alert
untuk meminimalkan medication error dan meningkatkan keselamatan hidup pasien.
B. Tujuan
Mengetahui cara penataan dan penyimpanan (pengelolaan) obat High Alert di Depo
Farmasi Rawat Jalan dan Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Prof. Dr.
Margono Soekarjo.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) (Anonim, 2011). Kelompok
Obat high-alert diantaranya:
a. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
b. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2 meq/ml atau yang lebih pekat,
kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium sulfat 50% atau
lebih pekat).
c. Obat-obat sitostatika (Anonim, 2014).
Menurut ISMP (Institute for Safe Medication Practices) tahun 2014, high-alert
medication adalah obat yang memiliki risiko tinggi yang menyebabkan kerugian pada pasien
secara signifikan ketika penggunaannya salah.
Tatalaksana pengelolaan high-alert medication untuk meningkatkan keselamatan
pasien adalah sebagai berikut:
1. Membuat daftar obat-obatan baik yang aman maupun yang harus diwaspadai (high
allert)
2. Memberi label yang jelas pada obat-obat high allert
3. Membatasi akses masuk dimana hanya orang tertentu yang boleh masuk ke dalam
tempat penyimpanan obat high allert untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja
atau kurang hati-hati (restricted area)
4. Obat/konsentrat tinggi tidak boleh diletakkan di dalam ruang pelayanan
5. Tempat pelayanan obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip tidak boleh
diletakkan di dalam satu rak atau disandingkan (Salmon, 2012).
3
BAB III
PEMBAHASAN
Pada standar prosedur operasional yang telah ditentukan, setiap obat high alert yang
masuk dan diterima di gudang farmasi sentral Rumah Sakit diberi tanda “Obat High Alert”
4
pada kotak pembungkus (box obat). Sedangkan penandaan pada tiap sediaan obat (ampul, vial,
atau obat oral) dilakukan di masing-masing depo farmasi sebelum obat diberikan.
5
A B
Gambar 3. A. Lemari penyimpanan obat HA B. Kulkas penyimpanan obat HA
6
obat high alert di instalasi rawat jalan RSMS sudah sesuai dengan standar prosedur operasional
pengelolaan obat high alert yang sudah dibuat.
A B
Gambar 4. A. Lemari penyimpanan obat HA B. Kulkas penyimpanan obat HA
7
8
Gambar 5. Daftar obat high allert di depo farmasi rawat jalan
dan depo farmasi IGD RSMS
9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan obat high alert di depo farmasi rawat jalan dan IGD di Rumah Sakit
Margono Soekarjo sudah sesuai dengan standar prosedur operasional (SPO) pengelolaan obat
high alert, dimana penyimpanan obat high alert dipisahkan dari obat lainnya, serta memiliki
label “HIGH ALERT” dengan tulisan berwarna putih dan memiliki dasar merah yang bertujuan
mempermudah pengenalan obat tersebut sehingga dapat meminimalkan terjadinya medication
error.
B. Saran
Perlu meningkatkan kerapihan dalam penyimpanan obat high alert baik dalam lemari
maupun lemari es, serta memperhatikan pemberian label agar label terlihat dengan jelas.
10
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011, Permenkes Nomor 1691 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., Jakarta
Anonim, 2014, Permenkes 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Rumah
Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia., Jakarta.
Anonim, 2014. ISMP List of High-Alert Medications in Acute Care Setting, Institute for Safe
Medication Practices, United States.
Salmon, N., and DiLeonardi, B.C., 2012, High Allert Medications: Safe Practices, AMN
Healthcare Education Services, RN.Com.
11