Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Disusun oleh :
Harapan kami semoga hasil yang telah dicapai dalam makalah ini dapat
bermanfaat.Untuk penyempurnaan penulisan, diharapkan saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan selanjutnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
a. Konsep ke Tuhanan .................................................................................... 31
B. ANALISA DATA ...................................................................................... 36
C. INTERVENSI KEPERAWATAN ............................................................. 40
BAB V................................................................................................................... 47
PENUTUP ............................................................................................................. 47
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 47
B. SARAN ...................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 48
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumor otak dalam pengertian umum berarti benjolan, dalam istilah
radiologisnya disebut lesi desak ruang/ Space Occupying Lesion (SOL).
Neoplasma sistem saraf pusat umumnya menyebabkan suatu evaluasi
progresif disfungsi neurologis. Gejala yang disebabkan tumor yang
pertumbuhannya lambat akan memberikan gejala yang perlahan
munculnya, sedangkan tumor yang terletak pada posisi yang vital akan
memberikan gejala yang muncul dengan cepat (Harsono, 1999 dalam
jurnal Primary Brain Tumor With Hemiparese Dextra And Parese Nerve
II, III, IV, VI oleh Radinal dan Neilan tahun 2014).
Tumor atau neoplasma susunan saraf pusat dibedakan menjadi
tumor primer dan tumor sekunder atau metastatik. Tumor primer bisa
timbul dari jaringan otak, meningen, hipofisis dan selaput myelin. Tumor
sekunder adalah suatu metastasis yang tumor primernya berada di luar
susunan saraf pusat, bisa berasal dari paru-paru, mamma, prostat, ginjal,
tiroid atau digestivus. Tumor ganas itu dapat pula masuk ke ruang
tengkorak secara perkontinuitatum, yaitu dengan melalui foramina basis
kranii, seperti misalnya pada infiltrasi karsinoma anaplastik dari
nasofaring (Stephen, 2012 dalam jurnal Primary Brain Tumor With
Hemiparese Dextra And Parese Nerve II, III, IV, VI oleh Radinal dan
Neilan tahun 2014).
Berdasarkan data statistik, angka insidens tahunan tumor
intrakranial di Amerika adalah 16,5 per 100.000 populasi per tahun,
dimana separuhnya (17.030) adalah kasus tumor primer yang baru dan
separuh sisanya (17.380) merupakan lesi-lesi metastasis. Di Indonesia
masih belum ada data terperinci yang berkaitan dengan hal ini, namun dari
1
2
TINJAUAN TEORI
4
5
4. Batang otak
Batang otak terdiri atas diensefalon, mid brain, pons, dan medulla
oblongata. Merupakan tempat berbagai macam pusat fital seperti
prnapasan, pusat Vasomotor, pusat kegiatan jantung, pusat muntah,
bersin, dan batuk.
Dari batang otak keluar 12 pasang saraf kranial, yaitu:
a. Neuron olfaktorius, berfungsi sebagai saraf sensasi penghidu.
b. Neuron oktikus, berfungsi untuk penglihatan.
c. Neuron okulomotorius, berfungsi sebagai saraf untuk mengangkat
bola mata.
d. Neuron Troklearis, berfungsi sebagai pemutar bola mata.
e. Neuron Trigeminus (Neuron optalmikus,neuron maksimalis dan
neuron mandibularis) berfungsi mengurus sensai umum pada
wajah dan sebagian kepala, bagian dalam hidung, mulut, gigi, dan
meninges.
f. Neuron abdusens, mensyarafi mesentarium rektus ratelaris.
g. Neuron fasialis, berfungsi untuk sensasi umum dan pengecapan,
dan untuk otot wajah atau mimik.
h. Neuron statoakustikus, saraf pendengaran dan saraf keeimbangan.
i. Neuron glosofaringeus, khusus mengurus pengecapan di lidah.
j. Neuron vagus, terdiri dari tiga komponen yaitu: komponen motoris
yang mensyarafi otot-otot faring dan otot-otot pita suara,
komponen sensori yang mengurus perasaan dibawah faring, dan
komponen saraf parasimpatis yang mensyarafi sebagian alat-alat
dalam tubuh.
k. Neuron asesorius, mengurus mesenterium trapezius dan
mesenterium sternokleidomastoideus.
l. Neuron hipoglosus, mengurus otot-otot lidah.
7
untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna bila apabila
tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah
intrakranial, volume cairan cerborspinal, kandungan cairan intrasel dan
mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi ulkus/serebulum.herniasi timbul bila girus medalis
lobus temporalis bergeser keinterior melalui insisura tentorial oleh massa
dalam hemister otak. Herniasi menekan ensefalon menyebabkan
kehilangan kesadaran dan menekan saraf ke tiga. Pada herniasi serebulum
tonsil sebelum bergeser kebawah melalui foramen magnum oleh suatu
massa poterior, (Suddart, Brunner. 2001)
F. KLASIFIKASI
Stadium tumor berdasarkan sistem TNM (stadium TNM). Terdiri dari
3 kategori, yaitu: T ( tumor primer ), N ( nodul regional, metastase ke
kelenjar limfe regional ) dan M ( metastase jauh ).
Kategori T:
Tx = syarat minimal menentukan indeks T tidak terpenuhi.
Tis = Tumor in situ.
T0 = Tidak ditemukan adanya tumor primer.
T1 = Tumor dengan f maksimal < 2 cm.
T2 = Tumor dengan f maksimal 2 – 5 cm.
T3 = Tumor dengan f maksimal > 5 cm.
T4 = Tumor invasi keluar organ.
Kategori N:
N0 = Nodul regional negative.
N1 = Nodul regional positif, mobile ( belum ada perletakan ).
N2 = Nodul regional positif, sudah ada perlekatan.
N3 = Nodul jukstregional atau bilateral.
Kategori M:
Mo = Tidak ada metastase organ jauh.
M1 = Ada metastase organ jauh.
16
I. PENATALAKSANAAN
Menurut Ns. Laurent dalam artikelnya Askep Pasien dengan
Tumor Otak tahun 2016, penatalaksanaan untuk tumor otak:
1. Pilihan terapi tumor otak seperti halnya pada kanker jenis lain, yaitu
operasi, kemoterapi, dan radioterapi.
2. Obat-obatan lain untuk mengontrol gejala termasuk obat untuk
mengontrol edema otak atau akumulasi cairan
3. Diuretik untuk mengurangi pembengkakan otak
4. Analgesik untuk mengurangi rasa sakit
5. Antasida untuk mengurangi stres ulkus
6. Antikonvulsan untuk mengurangi kejang
Menurut Dr. Dito dan Dr. Fritz dalam bukunya yang berjudul 45
Penyakit dan Gangguan Saraf tahun 2014, solusi direkomendasikan dokter
sesuai keadaan penderita. Dilakukan operasi bila memang diperlukan. Bila
tumor otak menyebar, maka dokter akan melakukan terapi dengan teknik
stereotactic radiosurgery (SRS) atau bahkan whole brain radiation therapy
(WBRT). Caranya adalah dengan menembakkan sinar radiasi tepat ke sel
target di otak untuk mencegah sel-sel tumor otak itu tumbuh dan
berkembang biak.
Bila terdapat pembengkakan otak yang menyertai tumor ganas, maka
dokter akan merekomendasikakortikosteroid (terutama deksametason).
Penggunaan obat steroid harus dibuatkan SOP (prosedur sistematis)
tertulis oleh masing-masing RS. Laporan pemeriksaan jaringan (histologis)
haruslah mengacu ke konsensus (misal sistem WHO atau Daumas
Duport).
Selain cara radiasi, dokter dapat pula merekomendasikan kemoterapi.
Selama kemoterapi, otak akan dimonitor dengan MRI untuk mengamati
adanya perbaikan. Penggunaan kemoterapi harus sesuai indikasi dan
rekomendasi dokter, mengingat banyak efek sampingnya. Radioterapi juga
dapat digunakan sesuai rekomendasi dokter. Jangka waktu dari operasi
hingga dimulainya radioterapi idealnya minimum 4 minggu.
22
J. FOKUS PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : sakit kepala pagi hari, anoreksia, nyeri, diare,
muntah, papiladema, perubahan status mental dan malaise.
b. Riwayat ksehatan sekarang : kejang, gangguan berjalan, kabur
penglihatan, perubahan kepribadian, perubahan kemampuan
mengingat, kelemahan vokal, dan afasia.
c. Riwayat kesehatan masa lalu : masalah pernafasan, masalah
eliminasi dan berkemih, gangguan tidur dan integritas kulit.
2. Pemeriksaan fisik
a. Saraf
Kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia, penurunan atau
kehilangan memory,afek tidak sesuai, berdesis.
b. Penglihatan
Penurunan lapang pandangan, penglihatan kabur.
c. Pendengaran
Tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi.
d. Sistem pernafasan
Irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas,
disfungsi neuromaskuler.
e. Sistem hormonal
Amenorea, rambut rontok, DM.
f. Motorik
Hiperekstensi, kelemahan sendi.
K. KOMPLIKASI
Menurut Ariani (2012) komplikasi tumor otak:
1. Edema serebral
2. Hidrosefalus
3. Herniasi otak
4. Epilepsi
5. Metastase ke tempat lain.
BAB III
KASUS
23
24
PERTANYAAN:
1. Jelaskan konsep penyakit yang dialami pasien diatas meliputi definisi,
klasifikasi, etiologi, tanda dan gejala, komplikasi penyakit tumor otak
2. Pengkajian apa lagi yang harus dilakukan pada pasien diatas,
3. Apa factor risiko tumor otak pada kasus di atas?.
4. Rumuskan diagnose keperawatan yang muncul pada pasien diatas dengan
membuat bagan analisa data
5. Susunlah rencana asuhan keperawatan
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Data Demografi Identitas Pasien dan Keluarga
Nama : Ny. K
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan. Mekar Wangi Moh. Toha
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Nomor RM : 113760
Diagnosa Medis : SOL Cerebelum
Tanggal Masuk RS : 4 Oktober 2018
Tanggal Pengkajian : 5 Oktober 2018
Penanggung Jawab Klien :
Nama : Tn. W
Umur : 50 Tahun
Hubungan Dengan Klien : Suami
Pekerjaan : Pegawai swasta
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri kepala berat
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dikaji, klien mengeluhkan kepala terasa pusing sekali,
terasa berat, batuk namun tidak dapat mengeluarkan dahak. Kurang
lebih 2 minggu SMRS, pasien mengalami kejang yang disertai
sakit kepala yang hebat dan baal pada wajah sebelah kiri. Menurut
keluarga, saat kejang wajah pasien menoleh ke kiri, mata mendelik
25
26
Nadi: 87
Suhu: 360 C
b. Antropometri
Berat badan sekarang : Tidak terkaji
Berat badan dahulu : Tidak terkaji
Tinggi badan : Tidak terkaji
IMT : Tidak terkaji
c. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Pernafasan
Pernafasan cuping hidung (-), tidak terpasang alat bantu nafas,
batuk disertai dahak dengan usaha untuk mengeluarkannya,
karena sulit keluar dahak, suara paru ronchi, bentuk dada tidak
terkaji, pola nafas, suara nafas dan retraksi otot bantu napas
tidak terkaji.
2) Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah dan nadi tidak terkaji, Tidak ada kebiruan pada
bagian dada, suara jantung normal, suara jantung tambahan
tidak terkaji, CRT tidak terkaji, akral tidak terkaji, JVP tidak
terkaji, konjungtiva anemis tidak terkaji.
3) Sistem Integument
Adanya luka bekas operasi tidak terkaji, terpasang infus terapi
cairan pada IV line tidak terkaji
4) Sistem Musculoskeletal
Adanya deformitas tidak terkaji, tidak ada penggunaan alat
bantu berjalan, tidak terdapat oedema, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada masa. ROM tidak terkaji, Gangguan tonus otot tidak
terkaji, terjadinya kelemahan otot tidak terkaji.
5) System Perkemihan-Genital
Pemasangam folley kateter tidak terkaji, kebersihan alat genital
tidak terkaji, warna urine tidak terkaji, jumlah urine tidak
terkaji, Perubahan pola berkemih tidak terkaji.
28
6) Sistem Pencernaan
Perasaan mual dan muntah tidak terkaji, kesimetrisan abdomen
tidak terkaji, warna abdomen tidak terkaji, tidak ada asites, luka
di abdomen tidak terkaji, Tidak ada spider navy, kebersihan
lidah tidak terkaji, adanya sariawan tidak terkaji, kondisi gigi
dan mulut tidak terkaji, Auskultasi: peristaltik usus tidak
terkaji. Pola buang air besar (Inkontinensia) tidak terkaji. Nafsu
makan tidak terkaji, sensasi pada lidah tiak terkaji, kesulitan
menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal) tidak
terkaji.
7) Sistem Persepsi-Sensori
Klien merasa pusing dan sakit kepala, Kelemahan Tinitus tidak
terkaji, Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan
tidak terkaji akan tetapi 6 bulan SMRS klien merasa pandangan
menjadi buram yang awalnya sedikit kabut gelap, Penurunan
memori tidak terkaji, kehilangan kemampuan masuknya
rangsang visual tidak terkaji akan tetapi 6 bulan SMRS klien
tidak dapat membedakan wajah orang dalam jarak dekat, Tidak
mampu merekam gambar tidak terkaji, Tidak mampu
membedakan kanan/kiri tidak terkaji
8) Sistem Persyarafan Afasia motorik tidak terkaji,
Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral
a. Nervus I (Olfaktorius): Tidak terkaji. Kaji apakah klien
dapat membedakan bau.
b. Nervus II (Optikus): Tidak terkaji, kaji apakah klien dapat
melihat objek benda berupa papan nama dengan jarak 30cm,
6 bulan SMRS klien tidak dapat membedakan wajah oarng
dalam jarak dekat
c. Nervus III, IV, V (Okulomotoris, troclearis, dan
abdusen): Tidak terkaji. Kaji respon pupil klien terhadap
cahaya (miosis ketika terkenan cahaya dan medriasis ketika
29
b. Minum
Frekuensi
Jenis
Keluhan
2. Eliminasi
a. BAB
Frekuensi
Konsistensi
Bau Tidak terkaji Tidak terkaji
Warna
Keluhan
b. BAK
Frekuensi
Warna
Bau Tidak terkaji Tidak terkaji
Keluhan
3. Istirahat tidur
a. Siang
Tidak terkaji Tidak terkaji
b. Malam
4. Personal hygiene
a. Mandi
Tidak terkaji Tidak terkaji
b. Keramas
c. Gosok gigi
5. Olahraga Tidak terkaji Tidak terkaji
31
5. Data Psikologis
a. Status Emosi
Tidak terkaji
b. Konsep Diri
1) Gambaran Diri
Tidak terkaji
2) Harga Diri
Tidak terkaji
3) Peran Diri
Tidak terkaji
4) Identitas Diri
Tidak terkaji
5) Ideal Diri
Tidak terkaji
c. Pola Koping
Tidak terkaji
d. Gaya Komunikasi
Tidak terkaji
6. Data Sosial
a. Pendidikan dan Pekerjaan
Klien bekerja sebagai ibu rumah tanggan dan riwayat pendidikan
terakhir SMP.
b. Gaya Hidup
Klien mengatasi adanya keluhan sakit dalam dirinya dengan cara
pergi berobat ke rumah sakit.
c. Hubungan Sosial
Tidak terkaji
7. Data Spiritual
a. Konsep ke Tuhanan
Tidak terkaji
32
b. Ibadah Praktik
Tidak terkaji
c. Makna Sehat – Sakit Spiritual
Tidak terkaji
d. Support Spiritual
Kaji hubungan klien dengan Allah, spirit dari siapa saja,
melaksanakan sholat saat sehat-sakit, sakit menurut agama klien
seperti apa.
33
8. Data Penunjang
a) Laboratorium
pH 7.46 - 7.35-7.45 -
b) CT-ScanHasil
Maligna
Hidrosefalus
9. Terapi
B. ANALISA DATA
Diagnosis
NO. DATA ETIOLOGI TTD
Keperawatan
1. Ds: Etiologi: Nyeri Kronis
- klien mengatakan Factor genetic
nyeri dikepala seperti Paparan bahan kimia
ditekan-tekan.
Pertumbuhan sel
- klien mengeluhkan
otak abnormal
kepala terasa pusing
sekali, terasa berat
bagian ubun-ubunnya, Masa dalam tengkorak
seperti ditusuk-tusuk, bertambah
hilang timbul.
- baal pada wajah Mendesak ruang fontanel
(ruang tengkorak)
sebelah kiri
- keluarga mengatakan
ayah klien meninggal Penurunan darah ke otak
karena kanker
Do:
- hasil CT Scan: massa Traksi & pergeseran
primer cerebellum struktur peka nyeri
kanan, maligna dan (arteri, vena, sinus vena,
saraf otak) dalam rongga
hidrosefalus
intra kranial
- Riwayat hipertensi (-)
- DM (-)
- jantung (-) Nyeri kepala
- alergi obat atau
makanan (-)
- riwayat kejang (+)
- nyeri (+)
pengkajian nyeri:
P : klien mengeluh
nyeri kepala
Q: nyeri kepala terasa
pusing sekali, terasa
berat, seperti ditusuk-
tusuk
R: pada bagian sutura
(ubun-ubun)
S: tidak terkaji
T: nyeri hilang timbul,
diperberat terutama saat
37
Diagnosis
NO. DATA ETIOLOGI TTD
Keperawatan
batuk kelemahan
setinggi tubuh (-)
- klien mengeluhkan
pendengaran pada
telinga kanan
berkurang
- klien berobat ke
puskesmas
hasil anamnesa dokte
r: klien mengalami
sakit kepala biasa,
hanya diberi obat
sakit, dan sakit kepala
sedikit, membaik.
38
Diagnosis
NO. DATA ETIOLOGI TTD
Keperawatan
2. Ds: Stasis vena cerebral Perubahan
- Klien merasa persepsi
pandangan menjadi Pembengkakan sensori visual
buram, yang awalnya Papilla saraf optikus
sedikit kabut gelap
- Klien tidak dapat Kompresi saraf optikus
membedakan orang
wajah orang dalam
dalam jarak dekat. Gangguan penglihatan
- Klien mengeluhkan
pendengaran pada
telinga kanan
berkurang.
Do:
- mata merah (-)
- berair (-)
- pandangan ganda (-)
39
Diagnosis
NO. DATA ETIOLOGI TTD
Keperawatan
3. Ds: Tumor serebelum Resiko tinggi
- Klien mengalami injury
kejang yang disertai G3 fungsi serebelum
sakit kepala yang
hebat dan baal pada
Pusing, ataksia, Otot-otot
wajah sebelah kiri tidak terkoordinasi
- Menurut keluarga,
saat kejang wajah
pasien menoleh ke
kiri, mata mendelik ke Tumor korteks motorik
atas diikuti kejang
kaku seluruh tubuh,
Perubahan Kepekaan
kejang berlangsung Neuron
selama 1 jam
Kejang
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri Kronis b.d Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan nyeri: 1. Pengenalan segera
peningkatan tindakan keperawatan intensitas, karakteristik, meningkatkan intervensi dini
tekanan selama 3 x 24jam, lokasi, lamanya, faktor yang dan dapat mengurangi beratnya
intrakranial nyeri yang dirasakan memperburuk dan serangan.
berkurang atau dapat meredakan. 2. Meningkatkan rasa nyaman
diadaptasi oleh klien 2. Instruksikan pasien/ keluarga dengan menurunkan
dengan kriteria hasil: untuk melaporkan nyeri vasodilatasi.
Klien dengan segera jika nyeri 3. Akan melancarkan peredaran
mengungkapkan timbul. darah, dan dapat mengalihkan
nyeri yang 3. Berikan kompres dingin pada perhatian nyerinya ke hal-hal
dirasakan kepala. yang menyenangkan.
berkurang atau 4. Mengajarkan teknik relaksasi 4. Analgesik memblok lintasan
dapat dapat dan metode distraksi. nyeri, sehingga nyeri berkurang
diadaptasi 5. Kolaborasi pemberian 5. Merupakan indikator/derajat
ditunjukkan analgesik. nyeri yang tidak langsung yang
41
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
penurunan skala 6. Observasi adanya tanda- dialami.
nyeri. Skala: 2 tanda nyeri non verbal seperti
Klien tidak ekspresi wajah: gelisah,
merasa menangis/meringis,
kesakitan. perubahan tanda vital.
Klien tidak 7. Nyeri merupakan
gelisah pengalaman subjektif dan
harus dijelaskan oleh pasien.
Identifikasi karakteristik
nyeri dan faktor yang
berhubungan merupakan
suatu hal yang amat penting
untuk memilih intervensi
yang cocok dan untuk
mengevaluasi keefektifan
dari terapi yang diberikan.
2. Resiko cedera Dalam waktu 3x24 31 Kaji tekanan darah 1. Untuk mengetahui pasien
42
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
berhubungan iagnosa tidak menjadi pasien saat pasien mengakami hipotensi
dengan adanya masalah mengadakan perubahan ortostatik ataukah tidak.
agen neoplasma aktualdengan kriteria posisi tubuh. 2. Untuk menambah
hasil : 32 Diskusikan dengan klien pengetahuan klien tentang
1. Pasien dapat tentang fisiologi hipotensi ortostatik.
mengidentifik hipotensi ortostatik.
asikan 33 Ajarkan teknik-teknik 3. Melatih kemampuan klien
kondisi- untuk mengurangi dan memberikan rasa
kondisi yang hipotensi ortostatik. nyaman ketika mengalami
menyebabkan hipotensi ortostatik.
vertigo.
2. Pasien dapat
menjelaskan
metode
pencegahan
penurunan
aliran darah di
43
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
otak tiba-tiba
yang
berhubungan
dengan
ortostatik.
3. Pasien dapat
melaksanakan
gerakan
mengubah
posisi dan
mencegah
drop tekanan
di otak yang
tiba-tiba.
4. Menjelaskan
beberapa
episode
44
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
vertigo atau
pusing.
Gangguan persepsi Dalam waktu 3x24 1. Kaji respon pupil: 1. Perubahan pupil
3. sensori visual jam klien mampu 2. Inspeksi pupil dengan menunjukkan tekanan pada
berhubungan mempertahankan senter kecil untuk syaraf okulomotorius atau
dengan aneurisma fungsi penglihatan mengevaluasi ukuran, optikus.
dan mencegah konvigurasi, dan reaksi 2. Reaksi pupil diatur oleh
kerusakan yang lebih terhadap cahaya. syarafokulomotorius (syaraf
parah dengan kriteria 3. Evaluasi tatapan klien cranial III) pada batng otak.
Hasil: untuk menentukan 3. Gerakan mata konjugasi
l. Mempertahankan apakah terdapat diatur dari bagian korteks
lapang pandang tanpa konjugasi (berpasangan, dan batang otak.
kehilangan lebih saling bekerja sama) atau 4. Syaraf cranial VI atau
lanjut apakah gerakan mata syaraf abdusen mengatur
1. abnormal. gerakan abduksi dan
4. Evaluasi kemampuan adduksi mata. Syaraf cranial
mata untuk melakukan IV atau syaraf troklearis
45
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
abduksi dan adduksi. juga mengatur gerakan
5. Pastikan derajat atau mata.
tipe kehilangan 5. Mempengaruhi harapan
penglihatan. masa depan pasien dan
6. Dorong pilihan intervensi.
mengekspresikan 6. Intervensi dini mencegah
perasaan tentang kebutaan bagi pasien dalam
kehilangan atau menghadapi kemungkinan
kemungkinan kehilangan atau mengalami kehilangan
penglihatan. penglihatan sebagian atau
7. Lakukan tindakan total. Meskipun kehilangan
untuk membantu pasien penglihatan telah terjadi tak
menangani keterbatasan dapat diperbaiki kehilangan
penglihatan. Misalnya, lanjut dapat dicegah.
kurangi kekacauan, atur 7. Menurunkan bahaya
perabot, ingatkan keamanan sehubungan
memutar kepala ke dengan perubahan lapang
46
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
subjek yang terlihat, pandang atau kehilangan
perbaiki sinar suram dan penglihatan dan akomodasi
masalah penglihatan pupil terhadap sinar
malam. lingkungan
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tumor otak dalam pengertian umum berarti benjolan, dalam istilah
radiologisnya disebut lesi desak ruang/ Space Occupying Lesion (SOL).
Neoplasma sistem saraf pusat umumnya menyebabkan suatu evaluasi
progresif disfungsi neurologis dibedakan menjadi tumor primer dan tumor
sekunder atau metastatik. Tumor primer bisa timbul dari jaringan otak,
meningen, hipofisis dan selaput myelin. Tumor sekunder adalah suatu
metastasis yang tumor primernya berada di luar susunan saraf pusat, bisa
berasal dari paru-paru, mamma, prostat, ginjal, tiroid atau digestivus.
Tumor otak adalah terdapatya lesi yang dtimbukan karena ada
desakan ruang baik jinak mupun ganas yag tumbuh diotak, meningen dan
tengkorak peyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui, tetapi
sekarang telah diadakan pnelitian mengeni herediter, sisa-sisa embryonal,
radiasi, virus, substansi-substansi zat karsinogenik, trauma kepala.
Penatalaksanaan pasien dengan tumor otak dapat dilakukan dengan
pembedahan, kemoterapi dan radioterapi.
B. SARAN
1. Perawat hendakya mampu memberikan asuhan keperawatan klien
dengan tumor otak secara hlistik di dasari dengan penegtahuan yang
mendalam mengenai penyakit tersebut
2. Klien dan keluarga hendaknya ikut berpartisipasi dalam
pentalaksanaan serta meningkatkan pengetahuan tentang tumor otak
yang dideritanya.
47
DAFTAR PUSTAKA
Amriosa, Neilan et al. (2014). Primary Brain Tumor With Hemiparese Dextra
And Parese Nerve II, III, IV, VI. Medula, Volume 2, Nomor 3, Maret 2014.
79-85.
Buku Kompas.
Anurogo, Dito dan Usman, S Frizt. 2014. 45 Penyakit dan Gangguan Syaraf.
Yogyakarta: ANDI.
48