JUDUL PERCOBAAN
“Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe2+ dan
Fe3+”.
B. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan mahasiswa dapat mengetahui:
1. Prinsip dasar permanganometri.
2. Standarisasi larutan.
3. Menetapkan campuran Ferro dan Ferri.
C. LANDASAN TEORI
Sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat disebut larutan. Zat
terlarut dan pelarut adalah dua istilah yang sering dipakai dalam pembahasan
larutan. Komponen utama larutan disebut pelarut dan komponen yang lain disebut
zat terlarut. Dalam larutan dikenal komposisi atau konsentrasi larutan yang
menyatakan jumlah zat terlarut dalam suatu larutan. Dalam kimia, yang paling
umum menyatakan komposisi/konsentrasi larutan adalah molaritas, molalitas dan
fraksimol. Selain itu, ada beberapa konsentrasi yang lain seperti persen (%) dan
part permilion (ppm) atau bagian perjuta (bpj) (Tim Dosen Kimia Dasar,2013:17).
Dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang konsentrasinya diketahui
secara pasti, disebut sebagai larutan standar (standard solution), ditambahkan
secara bertahap kelarutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi
kimia antara kedua larutan tersebut berlangsung sempurna. Jika diketahui volume
larutan standar dan larutan tidak diketahui yang akan digunakan dalam titrasi,
maka dapat menghitung konsentrasi larutan tidak diketahui itu (Chang, 2004:111).
Dalam banyak prosedur analitis analitnya berada dalam lebih dari satu
keadaan oksidasi harus diubah ke suatu keadaan oksidasi tunggal sebelum
dititrasi. Suatu contoh dalam penetapan besi dalam suatu bijih. Sekali bijih itu
sudah dilarutkan, besi berarti baik dalam keadaan oksidasi +2 maupun +3. Besi itu
harus direduksi sempurna menjadi keadaan +2 sebelum dititrasi oleh zat
pengoksidasi. Reagen redoks yang digunakan dalam tahap ini harus mampu
mengubah analit dengan lengkap dan cepat menjadi keadaan oksidasi yang
diinginkan (underwood dan Day, 1986: 290).
Menurut (Khopkar, 1990: 54), terdapat dua jenis indikator redoks:
a). Indikator spesifik: yaitu indikator yang bereaksi hanya dengan salah satu
komponen yang berhubungan dalam titrasi. Contoh: amilum dan KSCN.
b). Indikator redoks asli: yaitu indikator yang peka terhadap potensial sistem.
Reaksi separuh sel menyebabkan perubahan warna dapat dijelaskan dengan
persamaan berikut:
0,0591 [ln red]
ln ox + ne = ln red jika E = Eo – log
n [ln ox]
Biasanya konsentrasi suatu pereaksi berubah 100 kali lipat, yaitu harga (ln red) /
(ln ox) berubah dari 0,1 ke 10 maka:
0,0591
E = Eo ± . berarti suatu indikator akan menunjukkan perubahan warna yang
n
V1+V2+V3
V =
3
(5,5+5,5+5,6) mL
=
3
= 5,533 mL
2. Penetapan campuran Ferro dan Ferri
a. - 25 mL larutan sampel Fe2+ dan Fe3+ (kuning) + 25 mL H2SO4 (bening)
dititrasi dengan larutan KMnO4
larutan bening larutan berwarna coklat (V1 = 5,2 mL).
- 25 mL larutan sampel Fe2+ dan Fe3+ (kuning) + 25 mL H2SO4 (bening)
dititrasi dengan larutan KMnO4
larutan bening larutan berwarna coklat muda (V2 = 5,3
mL).
- 25 mL larutan sampel Fe2+ dan Fe3+ (kuning) + 25 mL H2SO4 (bening)
dititrasi dengan larutan KMnO4
larutan bening larutan coklat kemerahan (V3 = 5,3 mL).
V1+V2+V3
V =
3
(5,2+5,3+5,3) mL
=
3
= 5,27 mL
b. – 25 mL larutan sampel Fe2+ dan Fe3+ (kuning) + 10 mL HCl pekat (bening)
± 70oC
larutan berwarna orange larutan berwarna kuning + beberapa
tetes SnCl2 5% larutan berwarna hijau dinginkan larutan berwarna hijau
+ 10 mL HgCl2 5% (bening) larutan berwarna hijau titrasi dengan larutan KMnO4
larutan berwarna coklat (V1 = 6,2 mL).
– 25 mL larutan sampel Fe2+ dan Fe3+ (kuning) + 10 mL HCl pekat (bening)
± 70oC
larutan berwarna orange larutan berwarna kuning + beberapa
tetes SnCl2 5% larutan berwarna hijau dinginkan larutan berwarna hijau
+ 10 mL HgCl2 5% (bening) larutan berwarna hijau titrasi dengan larutan KMnO4
larutan berwarna coklat (V2 = 6,3 mL).
– 25 mL larutan sampel Fe2+ dan Fe3+ (kuning) + 10 mL HCl pekat (bening)
± 70oC
larutan berwarna orange larutan berwarna kuning + beberapa
tetes SnCl2 5% larutan berwarna hijau dinginkan larutan berwarna hijau
+ 10 mL HgCl2 5% (bening) larutan berwarna hijau titrasi dengan larutan KMnO4
larutan berwarna coklat (V3 = 6,2 mL).
V1+V2+V3
V =
3
(6,2+6,3+6,2) mL
=
3
= 6,2 mL
G. ANALISIS DATA
1. Standarisasi Larutan
Diketahui :
Massa H2C2O4 = 0,65 gram = 650 mg
Mr H2C2O4 = 126 g/mol = 126 mg/mmol
Volume titran = 5,533 mL
Ditanyakan :
N KMnO4 = ..... N ?
Penyelesaian :
𝑤 (𝑚𝑔) 𝑚𝑒𝑘 25 𝑚𝐿
×2 × 100 𝑚𝐿
𝑁 𝐾𝑀𝑛𝑂4 = 𝑀𝑟 𝑚𝑙
𝑉̅
650 𝑚𝑔 𝑚𝑒𝑘 25 𝑚𝐿
𝑚𝑔 × 2 𝑚𝑙 × 100 𝑚𝐿
126
𝑁 𝐾𝑀𝑛𝑂4 = 𝑚𝑚𝑜𝑙
5,533 𝑚𝐿
( 5,1587 × 2 × 0,25)𝑚𝑒𝑘
= 𝑚𝐿
5,533
2,58 𝑚𝑒𝑘/𝑚𝐿
=
5,533
𝑚𝑒𝑘
= 0,4662
𝑚𝐿
𝑁 𝐾𝑀𝑛𝑂4 = 0,4662 𝑁
𝑚𝑔
5,27 𝑚𝐿 × 0,4662 × 56
= 𝑚𝑚𝑜𝑙
25 𝑚𝐿
𝑚𝑔
( 6,25 − 5,27 )𝑚𝐿 × 0,4662 × 56
= 𝑚𝑚𝑜𝑙
25 𝑚𝐿
𝑚𝑔
0,96 𝑚𝐿 × 0,4662 × 56
= 𝑚𝑚𝑜𝑙
25 𝑚𝐿
H. PEMBAHASAN
Percobaan ini menggunakan prinsip kerja permanganometri. Dimana
permanganometri merupakan reaksi oksidasi-reduksi yang dilakukan berdasarkan
reaksi oleh kalium permanganat. Dalam percobaan ini dilakukan dua kegiatan,
yaitu : standarisasi larutan KMnO4 dan penetapan campuran Fe2+ dan Fe3+.
1. Standarisai Larutan KMnO4
Standarisasi oleh oleh larutan KMnO4 digunakan asam oksalat sebagai
larutan standar primer, karena asam oksalat kemurniannya tinggi, mudah larut
dalam air dan tersedia dengan mudah serta stabil dalam penyimpanannya.
Standarisasi larutan bertujuan untuk mengetahui konsentrasi larutan KMnO4 yang
sebenarnya, mengingat KMnO4 adalah larutan yang tidak stabil dalam
penyimpanannya sehingga konsentrasinya dapat berubah-ubah, atau dengan kata
lain larutan KMnO4 adalah larutan standar sekunder.
Hal pertama yang dilakukan dalam proses standarisasi ini adalah
melarutkan asam oksalat kedalam air untuk menghasilkan larutan asam okslat,
kemudian larutan asam oksalat yang bening ini ditambahkan dengan larutan
H2SO4 pekat menghasilkan larutan bening dan panas. Penambahan H2SO4
berfungsi memberi suasana asam karena dalam suasana asam reaksi tidak terjadi
bolak-balik sehingga Mn+7 dapat direduksi menjadi Mn+2 saat titrasi berlangsung,
kemudian panas yang terjadi saat penambahan H2SO4 pekat disebabkan karena
terjadinya reaksi eksoterm. Dimana reaksi eksoterm adalah reaksi kimia kimia
dengan sistem melepaskan kalor dari sistem ke lingkungan, setelah itu, larutan
dipanaskan untuk mempercepat terjadinya reaksi. Larutan kemudian dititrasi
dengan larutan KMnO4 menghasilkan larutan berwarna ungu. Disini titrasi
dilakukan tanpa ada penambahan indikator karena KMnO4 memiliki sifat yang
autokatalitik sehingga dapat menjadi indikator. Titarasi dihentikan setelah warna
ungu dari tetesan larutan KMnO4 sudah tidak hilang lagi.
Pada percobaan ini, titrasi dilakukan sebanyak tiga kali, tujuannya agar
diperoleh hasil yang lebih akurat. Hasil titrasi diperoleh volume rata-rata titran
sebesar 5,533 mL dengan normalitas sebesar 0,4662 N, ini menandakan bahwa
KMnO4 benar merupakan larutan standar sekunder yang konsentrasinya dapat
berubah-ubah, yang dimana konsentrasi awal KMnO4 sebelum distandarisasi
sebesar 0,1 N. Adapun reaksi yang terjadi :
𝑅𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 ∶ 𝑀𝑛𝑂4 − + 8 𝐻 + + 5 𝑒 − → 𝑀𝑛2+ + 4 𝐻2 𝑂 | × 2
𝑂𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖 ∶ 5 𝐶2 𝑂4 2− → 5 𝐶𝑂2 + 10 𝑒 −
Reaksi lengkapnya :
𝑂𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖 ∶ 𝐹𝑒 2+ → 𝐹𝑒 3+ + 𝑒 − | ×5
𝑂𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖 ∶ 5 𝐹𝑒 2+ → 5 𝐹𝑒 3+ + 5 𝑒 −
Reaksi lengkapnya :
2𝐾𝑀𝑛𝑂4 + 8𝐻2 𝑆𝑂4 + 10𝐹𝑒𝑆𝑂4 → 2𝑀𝑛𝑆𝑂4 + 5 𝐹𝑒2 (𝑆𝑂4 )3 + 𝐾2 𝑆𝑂4 + 8 𝐻2 𝑂
Percobaan kedua dilakukan untuk mengetahui kadar Ferri dalam
campuran. Pada tahap ini terlebih dahulu mereduksi SnCl2 dan HgCl2 lalu
kemudian dititrasi. Langkah pertama yang dilakukan adalah menambahkan HCl
pekat kedalam larutan sampel Fe3+ dan Fe2+ menghasilkan larutan berwarna
orange. Penambahan HCl berfungsi untuk memberikan suasana asam karena
dalam suasana asam lebih memudahkan dalam pengamatan titik akhir titrasi
dibandingkan dalam suasana basa atau netral, kemudian larutan dipanaskan
sampai suhu 700 C yang bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi,
kemudian larutan tersebut ditambahkan SnCl2 5 % yang berfungsi sebagai
reduktor yang mereduksi besi (III) menjadi besi (II), sedangkan Sn teroksidasi
dari Sn2+ menjadi Sn4+ menghasilkan larutan berwarna hijau, penambahan SnCl2
dilakukan dalam keadaan panas karena larutan KMnO4 dapat bereaksi pada suhu
tinggi, dan warna hijau yang dihasilkan menandakan bahwa terjadi reaksi reduksi.
Adapun reaksinya :
𝑆𝑛2+ + 2 𝐹𝑒 + → 𝑆𝑛4+ + 3 𝐹𝑒 2+
𝑂𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖 ∶ 𝐹𝑒 2+ → 𝐹𝑒 3+ + 𝑒 − |×5
𝑅𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 ∶ 𝑀𝑛𝑆𝑂4− + 8 𝐻 + + 5 𝑒 − → 𝑀𝑛2+ + 4𝐻2 𝑂
𝑂𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖 ∶ 5 𝐹𝑒 2+ → 5 𝐹𝑒 3+ + 5 𝑒 −
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep - Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
Tim Dosen Kimia Dasar. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Makassar:
FMIPA UNM.
Underwood dan Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta :
Erlangga.
TUGAS PENDAHULUAN