Anda di halaman 1dari 20

CAD ( CORONARY ARTERY DISEASE )

A. PENGERTIAN
Penyakit arteri koroner adalah penyempitan atau penyumbatan arteri koroner,
arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah melambat, jantung
tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri
dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama
sekali, akibatnya adalah serangan jantung (kerusakan pada otot jantung).

B. ETIOLOGI
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian
paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan
merupakan bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-
faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah :
1. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit jantung
koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita serangan jantung
ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.
2. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat
operasi (bagi wanita).
Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara fisiologis
ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit janting koroner
apalagi ketika usia wanita itu telah menginjak usila (usia lanjut).
3. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil
kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang "buruk" dalam
segi diet keluarga.
4. Diabetes.
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level gula
darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.

1
5. Merokok.
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit jantung
koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak dinding (endotel)
pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya
terjadi sumbatan pembuluh darah.
6. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung
terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya
arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang merupakan penyebab penyakit
arteri/jantung koroner.
7. Kegemukan (obesitas)
Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari banyaknya lemak
yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang obesitas lebih menyimpan
kecenderungan terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal terjadinya penyakit
jantung koroner.
8. Gaya hidup buruk
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang rutin
serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang terkena pneyakit
jantung koroner.
9. Stress
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang
tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.

C. MANIFESTASI KLINIS
Ada beberapa gejala yang lebih spesifik, antara lain:

1. Nyeri Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut
iskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang
berlebihan menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak
di dada atau perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak

2
mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau
ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang yang
mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali
(suatu keadaan yang disebut silent ischemia).
2. Sesak nafas, merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung.
Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-
paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner).
3. Kelelahan atau kepenatan, Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran
darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan
penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk
mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap
atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan.
4. Palpitasi (jantung berdebar-debar)
5. Pusing & pingsan, Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung
yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa
menyebabkan pusing dan pingsan.

D. PATOFISIOLOGI
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima
arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu
absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam
pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke
lumen pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan
menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran
darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan
cenderung terjadi pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan bagaimana
terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang
merupakan komplikasi tersering aterosklerosis. Berbagai teori mengenai
bagaimana lesi aterosklerosis terjadi telah diajukan,tetapi tidak satu pun yang

3
terbukti secara meyakinkan. Mekanisme yang mungkin, adalah pembentukan
thrombus pada permukaan plak dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa
pembungkus plak pecah, maka febris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan
menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah.
Struktur anatomi arteri koroner membuatnya rentan terhadap mekanisme
aterosklerosis. Arteri tersebut terpilin dan berkelok-kelok saat memasuki
jantung, menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya ateroma.

4
E. PATHWAY

5
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. ECG menunjukan: adanya elevasi yang merupakan tanda dari iskemi, gelombang
T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang
mencerminkan adanya nekrosis.
2. Enzym dan Isoenzym Pada Jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan
mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan
mencapai puncak pada 36 jam.
3. Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan
konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
4. Whole Blood Cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah
serangan.
5. Analisa Gas Darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru
yang kronis atau akut.
6. Kolesterol atau Trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan
terjadinya arteriosklerosis.
7. Chest X-Ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma
ventrikiler.
8. Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau
kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
9. Exercise Stress Test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu
stress/ aktivitas.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit jantung koroner yang dapat terjadi antara lain:
 Serangan jantung
 Gagal jantung
 Angina tidak stabil
 Kematian mendadak

6
H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan penyakit jantung koroner tergantung jangkauan penyakit dan gejala yang
dialami pasien.
1. Perubahan Gaya Hidup.
Pola makan sehat dan seimbang, dengan lebih banyak sayuran atau buah-buahan,
penting untuk melindungi arteri jantung kita. Makanan yang kaya lemak,
khususnya lemak jenuh, dapat mengakibatkan kadar kolesterol tinggi, yang
merupakan komponen utama kumpulan yang berkontribusi terhadap penyempitan
arteri jantung. Olah raga teratur berperan penting untuk menjaga kesehatan
jantung. Olah raga membantu kita untuk menjadi fit dan membangun system
sirkulasi yang kuat. Ini juga membantu kita menurunkan berat badan. Obesitas
biasanya tidak sehat, karena mengakibatkan insiden hipertensi, diabetes mellitus,
dan tingkat lemak tinggi menjadi lebih tinggi, semua yang dapat merusak arteri
jantung.
2. Pengendalian Faktor Resiko Utama Penyakit Jantung Koroner.
Diabetes melitus, merokok, tingkat kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi
adalah empat faktor utama yang mengakibatkan resiko penyakit jantung koroner
lebih tinggi. Pengendalian keempat faktor resiko utama ini dengan baik melalui
perubahan gaya hidup dan/atau obat-obatan dapat membantu menstabilkan
progresi atherosklerosis, dan menurunkan resiko komplikasi seperti serangan
jantung.
3. Terapi Medis.
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang
paling umum diantaranya:
a. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan gumpalan
darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu mengurangi
resiko serangan jantung.

7
b. Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan darah,
sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.
C. Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian meningkatkan
aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada. Bentuk nitrat
bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet atau semprot
di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri dada secara cepat.
d. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril) and
Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan juga
membantu menurunkan tekanan darah.
e. Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin, Atorvastatin,
Rosuvastatin).
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein Densitas-
Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit jantung
koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut merupakan andalan terapi penyakit
jantung koroner.
4.Intervensi Jantung Perkutan.
Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang
menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik selangkang
atau pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung yang menyempit,
dimana itu kemudian dikembangkan untuk membuka penyempitan. Kemudian,
tube jala kabel kecil (cincin) disebarkan untuk membantu menahan arteri terbuka.
Cincin baik polos (logam sederhana) atau memiliki selubung obat (berlapis obat).
Metode ini seringkali menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan jantung akut.
Untuk penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat
meringankan gejala angina dengan sangat efektif. Umumnya, pasien dengan
penyakit pembuluh darah single atau double mendapat keuntungan dari metode
ini. Dengan penyakit pembuluh darah triple, atau keadaan fungsi jantung buruk,

8
prosedur bedah dikenal dengan Bedah Bypass Arteri Jantung sering merupakan
alternatif yang baik atau pilihan pengobatan yang lebih baik.

5. Operasi.
a. Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG).
CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada, lengan, atau
kaki untuk membangun rute baru untuk aliran darah langsung ke otot jantung. Ini
menyerupai membangun jalan tol parallel ke jalan yang kecil dan sempit.
Ini adalah operasi yang aman, dengan rata-rata resiko kematian sekitar 2%. Pasien
tanpa serangan jantung sebelumnya dan melakukan CABG sebagai prosedur elektif,
resiko dapat serendah 1 persen.
Operasi biasanya dilakukan melalui sayatan di tengah dada, ahli bedah memilih untuk
melakukan prosedur dengan jantung masih berdetk, menggunakan alat khusus yang
dapat menstabilkan porsi jantung yang dijahit.
b. Operasi Robotik.
Sebagai tambahan, NHCS juga mulai melakukan CABG melalui program operasi
robotic. Penggunaan instrument ini sekarang membolehkan operasi untuk dilakukan
menggunakan sayatan kecil keyhole di dinding dada.
Metode ini menghasilkan pemulihan lebih cepat, mengurangi nyeri, dan resiko infeksi
luka lebih rendah. Namun, ini sesuai untuk bypass hanya satu atau dua pembuluh
darah.
c. Revaskularisasi Transmiokardia.
Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk melakukan CABG,
prosedur disebut Revaskularisasi Transmiokardia juga tersedia di NHCS.
Pada prodesur ini, laser digunakan untuk membakar banyak lubang kecil pada otot
jantung. Beberapa lubang ini berkembang ke pembuluh darah baru, dan ini membantu
mengurangi angina.

9
I. PENGKAJIAN
1. Airway
periksa kepatenan jalan nafas, lihat jika terdapat kesulitan untuk bernafas.
2. Breathing
pasien umumnya mengeluh sesak nafas, terasa berat untuk bernafas (ampeg),
RR meningkat, adanya usaha untuk bernafas lebih kuat, dispneu, adanya
penggunaan otot bantu nafas, adanya nafas cuping hidung, pada beberapa
kondisi terdengar suara ronkhi dan wheezing pada saat auskultasi.
3. Circulation
Peningkatan HR, nadi terapa kuat dan cepat, pucat, diaphoresis, peningkatan
vena jugularis, TD dapat meningkat atau menurun, gamabaran EKG terdapat
4. Disability
periksa adanya penurunan kesadaran, keluhan pusing dan sinkop biasanya
terjadi.
5. Eksposure
Membuka baju dan penutup tubuh pasien untuk mencari adanya cidera.
6. Keluhan Nyeri Dada :
a. Paliatif/Profokatif
Nyeri dapat timbul secara tiba-tiba, dengan atau tanpa pemicu.
b. Quality
seperti ditekan, ditindih benda berat. Gejala juga biasanya disertai dengan
gejala lain yitu: mual, muntah, keringat dingin, dan berdebar-debar, sesak
nafas.
c. Regio
Pasien umumnya mengeluhkan adanya nyeri dada di tengah yang menjalar
ke lengan, rahang, atau leher, bahu, punggung belakang.
d. Scale
dapat dangat berat 8 – 10

10
e. Time
Nyeri biasanya dirasakan lebih lebih dari 30 menit dan tidak berkurang
setelah diberi nitrogliserin pada STEMI dan pada UAP dan N-STEMI
dapat berkurang dengan pemberiann nitrat.
7. Prosedur Diagnostik
a. EKG : Monitor EKG kaji adanya aritmia, Rekam EKG lengkap dah
perhatikan adanya T inverted, ST depresi atau Q patologis.
b. Laboratorium : darah rutin, CKMB, Trop T, fungsi ginjal, fungsi hati,
Profil lipid
c. Foto Thorak
d. Ekokardiogravi : Melihat fungsi jantung
e. Katertersai : melihat lokasi sumbatan

J. PEMERIKSAAN FISIK
1. Aktivitas dan Istirahat.
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan dan
dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).
2. Sirkulasi.
Mempunyai riwayat IMA, penyakit jantung koroner, CHF, tekanan darah tinggi,
diabetes melitus. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin
normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia. Suara jantung, suara jantung
tambahan mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan
kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau
muskulus papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate mungkin meningkat atau
menglami penurunan (tachy atau bradi cardia).
Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal. Edema: Jugular vena distension,
odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal jantung. Warna kulit
mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
3. Eliminasi.
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.

11
4. Nutrisi.
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah
dan perubahan berat badan.
5. Neuro Sensori.
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
6. Kenyamanan.
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau
dengan nitrogliserin. Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin
menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah. Karakteristik nyeri dapat di katakan
sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut
mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis,
penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan
warna kulit serta tingkat kesadaran.
7. Respirasi.
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan
penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan
respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler.
Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
8. Interaksi sosial.
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
9. Pengetahuan.
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke,
hipertensi, perokok.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d gangguan sirkulasi.
2. Nyeri b.d gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai oksigen ke jaringan
dan terpotongnya saraf akibat luka operasi.
3. Ansietas b.d rencana pembedahan yang kompleks.
4. Risiko infeksi b.d adanya port de entry (luka operasi).

12
5. Risiko kerusakan integritas kulit b.d luka operasi.
6. Kurang Pengetahuan tentang modifikasi gaya hidup b.d kurang informasi.

L. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil

Ketidakefektifan NOC NIC


perfusi jaringan Circulation status Peripheral Sensation
perifer Tissue Perfusion : Management
cerebral (Manajemen sensasi
Definisi : Penurunan perifer)
sirkulasi darah ke Kriteria Hasil : Monitor adanya daerah
perifer yang dapat Mendemonstrasikan tertentu yang hanya peka
mengganggu kesehatan status sirkulasi yang terhadap
ditandai dengan : panas/dingin/tajam/tumpul
Batasan Karakteristik Tekanan systole dan Monitor adanya paretese
: diastole dalam rentang lnstruksikan keluarga
Tidak ada nadi yang diharapkan untuk mengobservasi kulit
Perubahan fungsi Tidak ada ortostatik jika ada isi atau laserasi
motorik hipertensi Gunakan sarung tangan
Perubahan Tidak ada tanda tanda untuk proteksi
karakteristik kulit peningkatan tekanan Batasi gerakan pada
(warna, elastisitas, intrakranial (tidak lebih kepala, leher dan punggung
rambut, kelembapan, dari 15 mmHg) Monitor kemampuan
kuku, sensasi, suhu) Mendemonstrasikan, BAB
Indek ankle- kemampuan kognitif yang Kolaborasi pemberian
brakhial <0 span=""> ditandai dengan : analgetik

13
Perubahan Berkomunikasi dengan Monitor adanya
tekanan darah jelas dan sesuai dengan tromboplebitis
diekstremitas kemampuan Diskusikan menganai
Waktu pengisian Menunjukkan penyebab perubahan sensasi
kapiler > 3 detik perhatian, konsentrasi dan
Klaudikasi orientasi
Warna tidak Memproses informasi
kembali ketungkai saat Membuat keputusan
tungkai diturunkan dengan benar
Kelambatan Menunjukkan fungsi
penyembuhan luka sensori motori cranial
perifer yang utuh : tingkat
Penurunan nadi kesadaran membaik tidak
Edema ada gerakan gerakan
Nyeri ekstremitas involunter
Bruit femoral
Pemendekan jarak
total yang ditempuh
dalam uji berjalan 6
menit
Pemendekan jarak
bebas nyeri yang
ditempuh dalam uji
berjalan 6 menit
Perestesia
Warna kulit pucat
saat elevasi
Faktor Yang
Berhubungan :

14
Kurang
pengetahuan tentang
faktor pemberat (mis,
merokok, gaya hidup
monoton, trauma,
obesitas, asupan garam,
imobilitas)
Kurang
pengetahuan tentang
proses penyakit (mis,
diabetes,
hiperlipidemia)
Diabetes melitus
Hipertensi
Gaya hidup
monoton
Merokok

Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan dengan: § Pain Level, § Lakukan pengkajian nyeri
- Agen injuri (biologi, § pain control, secara komprehensif termasuk
kimia, fisik, psikologis), § comfort level lokasi, karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan Setelah dilakukan frekuensi, kualitas dan faktor
DS: tinfakan keperawatan presipitasi
- Laporan secara selama …. Pasien § Observasi reaksi nonverbal dari
verbal tidak mengalami ketidaknyamanan
DO: nyeri, dengan kriteria § Bantu pasien dan keluarga
- Posisi untuk hasil: untuk mencari dan menemukan
menahan nyeri - Mampu dukungan

15
- Tingkah laku mengontrol nyeri § Kontrol lingkungan yang dapat
berhati-hati (tahu penyebab nyeri, mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Gangguan tidur mampu menggunakan ruangan, pencahayaan dan
(mata sayu, tampak tehnik nonfarmakologi kebisingan
capek, sulit atau gerakan untuk mengurangi § Kurangi faktor presipitasi nyeri
kacau, menyeringai) nyeri, mencari § Kaji tipe dan sumber nyeri
- Terfokus pada diri bantuan) untuk menentukan intervensi
sendiri - Melaporkan bahwa § Ajarkan tentang teknik non
- Fokus menyempit nyeri berkurang farmakologi: napas dala,
(penurunan persepsi dengan menggunakan relaksasi, distraksi, kompres
waktu, kerusakan proses manajemen nyeri hangat/ dingin
berpikir, penurunan - Mampu mengenali § Berikan analgetik untuk
interaksi dengan orang nyeri (skala, mengurangi nyeri: ……...
dan lingkungan) intensitas, frekuensi § Tingkatkan istirahat
- Tingkah laku dan tanda nyeri) § Berikan informasi tentang nyeri
distraksi, contoh : jalan- - Menyatakan rasa seperti penyebab nyeri, berapa
jalan, menemui orang nyaman setelah nyeri lama nyeri akan berkurang dan
lain dan/atau aktivitas, berkurang antisipasi ketidaknyamanan dari
aktivitas berulang- - Tanda vital dalam prosedur
ulang) rentang normal § Monitor vital sign sebelum dan
- Respon autonom - Tidak mengalami sesudah pemberian analgesik
(seperti diaphoresis, gangguan tidur pertama kali
perubahan tekanan
darah, perubahan nafas,
nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan
autonomic dalam tonus
otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke

16
kaku)
- Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam
nafsu makan dan minum

Kecemasan NOC : NIC :


berhubungan dengan - Kontrol Anxiety Reduction (penurunan
- Faktor keturunan, kecemasan kecemasan)
Krisis situasional, - Koping - Gunakan pendekatan yang
Stress, perubahan status Setelah dilakukan menenangkan
kesehatan, ancaman asuhan selama - Nyatakan dengan jelas
kematian, perubahan ……………klien harapan terhadap pelaku pasien
konsep diri, kurang kecemasan teratasi dgn - Jelaskan semua prosedur dan
pengetahuan dan kriteria hasil: apa yang dirasakan selama
hospitalisasi § Klien mampu prosedur
DO/DS: mengidentifikasi dan - Temani pasien untuk
- Insomnia mengungkapkan gejala memberikan keamanan dan
- Kontak mata kurang cemas mengurangi takut
- Kurang istirahat § Mengidentifikasi, - Berikan informasi faktual
- Berfokus pada diri mengungkapkan dan mengenai diagnosis, tindakan
sendiri menunjukkan tehnik prognosis
- Iritabilitas untuk mengontol - Libatkan keluarga untuk
- Takut cemas mendampingi klien
- Nyeri perut § Vital sign dalam - Instruksikan pada pasien

17
- Penurunan TD dan batas normal untuk menggunakan tehnik
denyut nadi § Postur tubuh, relaksasi
- Diare, mual, ekspresi wajah, bahasa - Dengarkan dengan penuh
kelelahan tubuh dan tingkat perhatian
- Gangguan tidur aktivitas menunjukkan - Identifikasi tingkat
- Gemetar berkurangnya kecemasan
- Anoreksia, mulut kecemasan - Bantu pasien mengenal
kering situasi yang menimbulkan
- Peningkatan TD, kecemasan
denyut nadi, RR - Dorong pasien untuk
- Kesulitan bernafas mengungkapkan perasaan,
- Bingung ketakutan, persepsi
- Bloking dalam - Kelola pemberian obat anti
pembicaraan cemas:........
- Sulit berkonsentrasi

Risiko infeksi NOC : NIC :


Faktor-faktor risiko : § Immune Status - Pertahankan teknik aseptif
- Prosedur Infasif § Knowledge : - Batasi pengunjung bila perlu
- Kerusakan Infection control - Cuci tangan setiap sebelum
jaringan dan § Risk control dan sesudah tindakan keperawatan
peningkatan paparan Setelah dilakukan - Gunakan baju, sarung tangan
lingkungan tindakan keperawatan sebagai alat pelindung
- Malnutrisi selama…… pasien - Ganti letak IV perifer dan
- Peningkatan tidak mengalami dressing sesuai dengan petunjuk
paparan lingkungan infeksi dengan umum
patogen kriteria hasil: - Gunakan kateter intermiten
- Imonusupresi § Klien bebas dari untuk menurunkan infeksi kandung
- Tidak adekuat tanda dan gejala kencing

18
pertahanan sekunder infeksi - Tingkatkan intake nutrisi
(penurunan Hb, § Menunjukkan - Berikan terapi
Leukopenia, kemampuan untuk antibiotik:.................................
penekanan respon mencegah timbulnya - Monitor tanda dan gejala
inflamasi) infeksi infeksi sistemik dan lokal
- Penyakit kronik § Jumlah leukosit - Pertahankan teknik isolasi k/p
- Imunosupresi dalam batas normal - Inspeksi kulit dan membran
- Malnutrisi § Menunjukkan mukosa terhadap kemerahan,
- - Pertahan perilaku hidup sehat panas, drainase
primer tidak adekuat § Status imun, - Monitor adanya luka
(kerusakan kulit, gastrointestinal, - Dorong masukan cairan
trauma jaringan, genitourinaria dalam - Dorong istirahat
gangguan peristaltik) batas normal - Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
- Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam

19
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Sudarth, 2001. Buku keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Carpenito J.L. (2002). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta

Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan Edisi


3. EGC: Jakarta

Muttaqin, Arif. 2002. Askep Gangguan Persyarafan. Salemba Medika: Jakarta

Nenk, 2009. Asuhan Keperawatan Arteri koroner. Jakarta : DJAMBATAN

Price A Sylvia dan Wilson M Lorraine (2005). Patofisiologi.Jakarta.EGC

20

Anda mungkin juga menyukai