Chapter2 (BAB 2)
Chapter2 (BAB 2)
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Konsep Belajar
Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari- hari hampir tidak pernah
terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanankan aktivitas
sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Dalyono (2009, hlm. 49)
mengatakan bahwa “belajar dapat didefinisikan suatu usaha atau kegiatan yang
bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan
tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya”.
Menurut Djamarah (2008, hlm. 13) “belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotor”. Adapun pengertian belajar menurut Slameto
(2003, hlm. 3) “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Ernes ER.Hilgard (dalam Riyanto 2010, hlm. 4), mendefinisikan belajar
sebagai “Learning is the process by which an activity originates or is charged
throught training procedures (whetherin the laboratory or in the natural
environments) as distinguished from changes by factor not attributable to training.”
Artinya, seseorang dapat dikatakan belajar kalau dapat melakukan sesuatu dengan
cara latihan-latihan sehingga yang bersangkutan berubah.Siagian (2008, hlm. 124)
berpendapat “Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada semua orang
yang berlangsung seumur hidup. Karena kompleksnya masalah belajar banyak
sekali teori yang menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi”. Menurut
Hamalik (2009, hlm. 27) “belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of
behavior through experiencing)”.
Dengan kata lain belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri
individu sebagai hasil dari pengalaman yang sebenarnya usaha dari individu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Interaksi yang dimaksud tidak lain adalah
7
8
seseorang yang disadari atau disengaja, (2) belajar merupakan interaksi individu
dengan lingkungannya, (3) hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.
Djamarah (2008, hlm. 15) mengatakan bahwa hakikat belajar adalah
perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan
ke dalam ciri- ciri belajar antara lain:
1. Perubahan yang terjadi secara sadar
Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan dalam
dirinya. Misalnya individu menyadari bahwa pengetahuan bertambah,
kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah.
2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung
terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan
menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau pun
proses belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia
akan mengalami perubahan dari tidak bisa menulis menjadi bisa menulis.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan- perubahan itu selalu bertambah dan
tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan
demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin
baik perubahan yang diperoleh.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja,
seperti berkeringat, keluar air mata, menangis, dan sebagainya tidak dapat
digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang aka
dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingk.ah laku yang benar-
benar disadari.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.
10
B E
Gambar 2.1
Interaksi Antara Person, Enveronment dan Behavior Menurut Bandura
Sumber: Yusuf dan Nurihsan 133
11
Menurut Thorndike (dalam Djamarah, 2008, hlm.24) ada tiga hukum belajar
yang utama yaitu:
1. Hukum efek, hukum ini menyebutkan bahwa keadaan memuaskan menyusul
respons memperkuat pautan antara stimulus dan tingkah laku. Sedangkan
keadaan yang menjengkelkan memperlemah pantauan itu. Thorndike
kemudian memperbaiki hukum efek itu, sehingga hukuman tidak sama
pengaruhnya dengan ganjaran dalam belajar.
2. Hukum Latihan, hukum ini menjelaskan keadaan seperti dikatakan pepatah
“latihan menjadi sempurna”. Dengan kata lain, pengalaman yang diulang-
ulang akan memperbesar peluang timbulnya repons (tanggapan) yang benar.
Akan tetapi pengulangan- pengulangan yang tidak disertai keadaan yang
memuaskan tidak akan meningkatkan belajar.
3. Hukum Kesiapan, hukum ini melukiskan syarat- syarat yang menentukan
keadaan yang disebut “memuaskan”, atau “menjengkelkan” itu. Secara singkat,
pelaksanaan tindakan sebagai respons terhadap suatu impuls yang kuat
menimbulkan kepuasan, sedangkan menghalang- halangi pelaksanaan
tindakan atau memaksanya menimbulkan kejengkelan.
Jadi, menurut Thorndike dasar dari belajar tidak lain adalah asosiasi antara
kesan panca indra dengan impuls untuk bertindak. Asosiasi ini dinamakan
connecting. Sama maknanya dengan belajar adalah pembentukan hubungan antara
stimulus dan respons, antara aksi dan reaksi. Antara stimulus dan respons ini akan
terjadi suatu hubungan yang erat bila sering dilatih. Berkat latihan terus menerus,
hubungan antara stimulus dan respons itu akan menjadi terbiasa atau otomatis.
Pemahaman
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah
pemahaman. Dalam taksonomi Bloom. Kesanggupan memahami setingkat lebih
tinggi dari pada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak
selalu dinyatakan sebab, untuk dapat memahami, perlu lebih dahulu mengetahui
dan mengenal.
18
Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraki pada situasi kongkrit atau situasi
khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.
Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi.
Sintesis
Penyatuan unsur- unsur atau bagian- bagian ke dalam bentuk menyeluruh
disebut sintesis. Berpikir berdasarkan pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman,
berpikir aplikasi, dan berpikir analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen
yang satu tingkat lebih rendah dari pada devergen. Dalam berpikir konvergen,
pemecahan atau jawabannya akan sudah diketahui berdasarkan yang sudah
dikenalnya. Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan
orang lebih kreatif. Dengan kemampuan sintesis orang mungkin menemukan
hubungan kausal atau urutan tertentu, atau menemukan abstraknya atau
operasionalnya.
Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin
dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materiil, dll.
Dilihat dari segi tersebut maka dalam evaluasi perlu adanya suatu kriteria atau
standar tertentu. Mengembangkan kemampuan evaluasi yang dilandasi
pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintetis akan mempertinggi mutu evaluasi.
2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu
sebagai berikut:
Receiving/ attending (penerimaan), yakni semacam kepekaan dalam
menerima rancangan (stimulasi) dari luar yang dating kepada siswa dalam
bentuk masalah, situasi, gelajala dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran
inginan untuk menerima stimulus, control dan seleksi gejala rangsangan dari
luar.
Responding (jawaban), yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap
stimulasi yang dating dari luar. Hal ini mencakup tepatan reaksi, perasaan,
kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang dating kepada dirinya.
19
kecenderungan alami dan lebih jauh lagi itu adalah cara di mana seseorang
mendekati pemikiran dan di mana ia merasakan yang terbaik dan
memproses informasi. (Svarcova, 2016, hlm. 178)
Gaya belajar dihargai sebagai salah satu sumber daya yang paling penting
untuk mengatasi akademisi dan mengacu pada: bagaimana mendekati tugas
belajar, strategi belajar yang memungkinkan untuk memenuhi tugas, apa
yang stabil dalam pendekatan untuk tugas-tugas belajar, apa karakteristik
individu ketika mereka belajar. (hlm.1668)
Rezaeinejada (2015) mengungkapkan:
itu orang yang memiliki satu gaya tidak pernah akan menjadi pembelajar yang
ideal”.
Dari beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa gaya belajar
adalah cara belajar yang paling disukai oleh siswa dalam belajar sehingga siswa
mampu menyerap, mengatur, dan mengolah informasi yang dipelajari yang
diterapkan tentunya berbeda antara satu siswa dengan siswa yang lain. Hal ini
tergantung dengan kebutuhan dan kebiasaan masing-masing siswa.
2. Social yang terdiri dari belajar sendiri, belajar berpasangan, belajar dengan
teman sebaya, belajar tim, dan belajar Karena otoritas seseorang.
3. Lingkungan yang terdiri dari suara, cahaya, suhu dan wilayah kerja.
4. Fisik yang terdiri dari waktu, penyerapan dan mobilitas.
5. Indra yang terdiri dari auditori, visual, dan kinestetik.
6. Dominasi berpikir yang terdiri dari analitis, holistis dan gaya berpikir.
7. Pemprosesan otak lebih mengoptimalkan otak kanan atau otak kiri.
Secara garis besar faktor yang mempengaruhi gaya belajar dibagi menjadi
dua yaitu: faktor internal (yang terjadi di dalam individu. Misalnya, sikap) dan
faktor eksternal (yang terjadi di luar individu. Misalnya, lingkungan)
Gaya belajar yang tepat akan memungkinkan seorang siswa menguasai ilmu
dengan lebih mudah dan lebih cepat sesuai dengan kapasitas tenaga dan pikiran
yang dikeluarkan. Dengan kata lain, gaya belajar yang tepat tersebut akan
memungkinkan siswa belajar lebih efektif dan efisien. Gaya belajar perlu diketahui
oleh siswa dan diterapkan oleh guru. Pengetahuan mengenai gaya belajar sangat
diperlukan sebagai dasar dalam mencari gaya belajar yang tepat atau selaras dengan
prinsip-prinsip belajar. Diharapkan siswa akan dapat menemukan gaya belajar yang
sesuai dengan diri mereka dan juga sesuai dengan bidang studi yang sedang
dipelajari. Dengan demikian, siswa akan memperoleh keberhasilan dalam proses
belajar dengan lebih mudah dan cepat sesuai dengan harapan.
yang telah diajarkan. Oleh karena itu dengan selalu mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru, siswa akan selalu mengulang dan melatih apa yang telah
dipelajarinya di sekolah, sehingga siswa akan terbiasa mempelajarinya di
rumah dan akan lebih paham dan mengerti dengan pelajaran yang sudah
diajarkan di sekolah.
Siswa yang mampu membentuk kebiasaan belajar yang baik tentunya akan
mudah dalam menerima dan memahami pelajaran, baik yang disampaikan oleh
guru di sekolah maupun yang dipelajari dari buku pelajaran. Siswa yang
mempunyai kebiasaan belajar yang baik maka pada akhirnya akan memperoleh
hasil belajar yang baik. Selain kebiasaan belajar yang baik ada juga kebiasaan
belajar yang kurang baik. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) mengatakan
bahwa:
Kebiasaan belajar yang kurang baik meliputi belajar pada akhir semester,
belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya
untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin, bergaya jantan seperti
merokok dan bergaya minta belas kasihan tanpa belajar. Kebiasaan belajar
yang kurang baik akan menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Oleh
karena itu kebiasaan belajar yang kurang baik harus dihindari. Hal ini dapat
dilakukan dengan mendisiplinkan diri dalam belajar yaitu menggunakan
cara-cara efektif dalam belajar seperti pembuatan jadwal, membaca dan
membuat catatan, konsentrasi, dan lain sebagainya. (hlm. 48)
Menurut Suryabrata (2006, hlm. 85) ada cara- cara dalam membentuk
kebiasaan belajar yang baik, yaitu: (1) Menyusun jadwal belajar yang baik, (2)
Kontinuitas dalam belajar, (3) Belajar mandiri di luar jam pelajaran sekolah, (4)
Mengalokasikan waktu belajar untuk mempersiapkan materi pelajaran, (5)
Menyediakan waktu belajar untuk mengulang materi yang telah didapat di sekolah.
Hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar sehingga memiliki
Kebiasaan Belajar yang baik menurut Nana Sudjana (2004, hlm. 165-173) yaitu:
1. Cara mengikuti pelajaran. Cara mengikuti pelajaran antara lain, membaca dan
mempelajari materi yang sudah dipelajari dan materi selanjutnya yang akan
dipelajari, mencatat hal yang tidak jelas untuk ditanyakan kepada guru,
memeriksa keperluan belajar sebelum berangkat, konsentrasi saat guru
menerangkan materi, dan mencatat pokok-pokok materi yang disampaikan
oleh guru.
28
2. Cara belajar mandiri. Cara belajar mandiri antara lain, mempelajari kembalin
catatan hasil pelajaran disekolah, membuat pertanyaan dan berlatih
menjawabnya sendiri, belajar pada saat tertentu yang paling memungkinkan.
3. Cara belajar kelompok. Cara belajar kelompok antara lain, memilih teman yang
cocok untuk bergabung dalam kelompok, membahas persoalan satu persatu,
serta menuliskan kesimpulan dari diskusi.
4. Cara mempelajari buku pelajaran. Cara mempelajari buku pelajaran antara lain,
menentukan bahan yang ingin diketahui, membaca bahan tersebut, memberi
tanda pada bahan yang diperlukan, membuat pertanyaan dari bahan tersebut.
5. Cara menghadapi ujian. Cara menghadapi ujian antara lain, memperkuat
kepercayaan diri, membaca pertanyaan dengan mengingat jawabannya,
mendahulukan menjawab pertanyaan yang lebih mudah, memeriksa jawaban
sebelum dikumpulkan.
Menurut Sumadi (dalam Nurmalia, 2016, hlm. 60) kebiasaan belajar yang
baik dapat dilakukan oleh siswa, dengan mempedomani asas-asas sebagai berikut:
(a) Melakukan semua kegiatan belajar di tempat yang sama, dalam kamar sendiri
kalau mungkin; (b) Tidak melakukan usaha belajar pada kamar yang dipergunakan
untuk rekreasi; (c) Jangan bersaing dengan pengganggu-pengganggu perhatian; (d)
Lakukan belajar terhadap suatu mata pelajaran atau bahan ajaran pada waktu yang
sama setiap hari; (e) Jangan belajar dalam posisi yang terlalu santai; (f) Berbuat
sesuatu ketika melakukan belajar; (g) Pergunakan waktu yang cukup untuk belajar.
(h) Segeralah mulai belajar setelah duduk menghadapi meja belajar; (i) Jangan
terlampau banyak aktivitas di luar pelajaran; (j) Buat contoh-contoh guna
memeriksa pemahaman bahan ajaran; (k) Carilah kegunaan praktis dari
pengetahuan yang diperoleh, terlebih pengetahuan yang baru; (l) Pada awal setiap
mata pelajaran, usahakan memperoleh gambaran menyeluruh mengenai isinya.;
(m) Curahkan perhatian penuh sehingga ada keinginan untuk mencapai sesuatu,
dan selalu ingin belajar.; (n) Latihlah kebiasaan untuk belajar tuntas.
kebiasaan belajar seseorang karena latihan yang baik dalam belajar akan membantu
proses pembelajaran agar berjalan dengan baik. Selain itu juga, hasil yang
didapatkan juga akan memuaskan karena proses dalam pembelajaran dikatakan
lancer. (Yusuf, 2006, hlm. 16)
Sularti (2008, hlm. 33) mengemukakan faktor ekstern dan intern seorang
individu yang dapat mempengaruhi kebiasaan belajar. Faktor ekstern yang sering
berpengaruh pada kebiasaan belajar adalah sebagai berikut:
a. Sikap Guru
Guru yang kurang memahami dan mengerti tentang kondisi siswa, guru
yang tidak adil, kurang perhatian. Khususnya pada anak- anak yang kurang cerdas
atau pada siswa yang memiliki gangguan emisi atau lainnya. Guru yang sering
marah jika siswa tidak dapat mengerjakan tugas.
b. Keadaan ekonomi orang tua
Siswa tidak sekolah atau alpa dapat disebabkan siswa tidak memiliki uang
transportasi untuk ke sekolah Karena lokasi sekolah yang sangat jauh dari rumah,
atau siswa tidak dapat mengerjakan tugas karena tidak memiliki buku LKS, dan
kesulitan belajar di rumah karena tidak memiliki buku paket dan kelengkapannya.
c. Kasih sayang dan perhatian orang tua
Siswa malas pada umumnya berasal dari keluarga yang broken home, orang
tua bercerai, memiliki ibu atau ayah tiri, sehingga orang tua kurang dapat
mencurahkan perhatian dan kasih sayang pada anaknya.
Selain faktor ekstern terdapat faktor intern yang juga mempengaruhi
individu tersebut, yaitu:
a. Minat, motivasi dan cita- cita
Pada umumnya siswa yang memiliki kebiasaan malas belajar atau sering
tidak masuk sekolah karena tidak memiliki cita- cita.
b. Pengendalian diri dan emosi
Siswa malas dapat disebabkan siswa tersebut tidak dapat menolak ajakan
teman, perasaan takut, kecewa atau tidak suka kepada guru, emosi yang tidak stabil
seperti mudah tersinggung, mudah marah, mudah putus asa.
30
d) Hasil belajar akan lebih maksimal. Dengan kecermatan yang tinggi dan usaha
belajar yang teratur dan ringan akan meningkatkan hasil belajar.
e) Menjadikan seseorang menjadi lebih konsisten dalam kegiatannya sehari-hari.
Dengan demikian peranan kebiasaan belajar sangat menunjang untuk
memperoleh hasil belajar yang baik. Dengan melakukan kebiasaan belajar ilmu
yang diperoleh dapat dimengerti dan dikuasai dengan sempurna. Kebiasaan belajar
akan menjadikan siswa lebih disiplin terhadap waktu karena setiap kegiatan
kesehariannya telah tersusun dengan baik dan konsisten.
bermakna bagi siswa dalam proses belajar mengajar yang ada di sekolah, baik itu
dalam lingkungan sosial maupun lingkungan nonsosial.
Menurut Hasbullah (2006, hlm. 34-35) Fungsi Lingkungan Sekolah antara lain:
1. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan
Mengembangkan pribadi anak didik secara menyeluruh, menyampaikan
pengetahuan dan melaksanakan pendidikan kecerdasan.
35
suasana kelas diakui sebagai kondisi lingkungan kelas yang kondusif untuk
terlaksanya kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan.
Lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan sekolah yang di dalamnya
dihiasi dengan tanaman atau pepohonan yang dipelihara dengan baik. Apotik hidup
mengelompokkan dengan baik dan rapi sebagai laboratorium alam bagi siswa.
Sejumlah kursi dan meja belajar teratur rapi yang ditempatkan di bawah pohon-
pohon tertentu agar siswa dapat belajar mandiri di luar kelas dan berinteraksi
dengan lingkungan. Kesejukan lingkungan membuat siswa betah tinggal berlama-
lama di dalamnya. Begitulah lingkungan sekolah yang dikehendaki. Bukan
lingkungan sekolah yang gersang, pengap, tandus, dan panas yang berkepanjangan.
Oleh karena itu, pembangunan sekolah sebaiknya berwawasan lingkungan, bukan
memusuhi lingkungan. (Djamarah, 2008, hlm. 178)
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Hlm.52-55
Tahun 2014
ISSN 2502-
5872
antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.” Menurut Yusuf dan
Nurihsan (2008, hlm. 133) menyatakan bahwa:
teori sosial Bandura didasarkan kepada formula bahwa tingkah laku
manusia merupakan hasil interaksi timbal balik yang terus menerus antara
faktor- faktor internal (kognisi, persepsi, dan faktor lainnya yang
mendukung kegiatan manusia) dan eksternal (lingkungan). karena itu teori
ini menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan
melalui sistem kognitif orang tersebut. (hlm. 133)
Dalam teori Konektivisme Thorndike menyebutkan bahwa belajar adalah
proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain
yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang
dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan
atua gerakan/tindakan.
Menurut Thorndike (dalam Djamarah, 2008, hlm.24) ada tiga hukum
belajar yang utama yaitu: (1) Hukum efek, hukum ini menyebutkan bahwa keadaan
memuaskan menyusul respons memperkuat pautan antara stimulus dan tingkah
laku. (2) Hukum Latihan, Secara singkat hukum ini berpegang pada hal-hal yang
sama dan belajar terjadi melalui latihan dari tindakan tertentu. (3) Hukum
Kesiapan, Secara singkat, pelaksanaan tindakan sebagai respons terhadap suatu
impuls yang kuat menimbulkan kepuasan, sedangkan menghalang- halangi
pelaksanaan tindakan atau memaksanya menimbulkan kejengkelan.
Berdasarkan dengan grand teori yang dikemukakan oleh Thorndike
sebelumnya adanya stimulus yang ditangkap melalui alat indra sesuai dengan salah
satu variabel yang diteliti yaitu gaya belajar. Gaya belajar merupakan salah satu
faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Nasution (2008,
hlm. 93) gaya belajar atau “learning style” siswa yaitu “cara siswa bereaksi dan
menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar.”
Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2000, hlm. 100) gaya belajar
merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian
mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika
menghadapi informasi, melihat, mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek
memproses informasi sekunsial, analitik, global atau otak kiri-otak kanan, aspek
lain adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan belajar.
43
dengan cara berjalan atau melihat langsung, (i) menggunakan jari untuk
menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca.
Berdasarkan ciri- ciri tersebut dapat kita ketahui bahwa gaya belajar setiap
individu berbeda. Hal ini tentunya dapat membantu individu untuk mengetahui
lebih condong kemana diatara ketiga gaya belajar di atas. Dengan begitu setiap
individu bisa menentukan cara belajar yang sesuai dengan gaya belajarnya agar
menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.
Selain gaya belajar faktor internal lainnya adalah Kebiasaan belajar.
Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi hasil
belajar. Menurut Djaali (2011, hlm. 128), “Kebiasaan belajar merupakan cara atau
teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca
buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan”.
Adapun kebiasaan belajar yang dapat mempengarui hasil belajar adalah: (1)
pembuatan jadwal dan pelaksanaan belajar, (2) Membaca dan membuat catatan, (3)
Mengulangi bahan pelajaran, (4)Konsentrasi, (5) Mengerjakan tugas. Dari kelima
aspek tersebut merupakan kebiasaan belajar yang baik yang sedikit demi sedikit
harus diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Karena kebiasaan belajar itu muncul
tidak secara cepat satu atau dua hari melainkan proses dari pembiasaan diri untuk
melakukan hal- hal yang tadinya tidak dilakukan secara rutin menjadi rutin
dilakukan setiap harinya.
Berdasarkan pemaparan dari teori Albert Bandura hasil belajar siswa juga
dipengaruhi oleh faktor eksternal yang salah satunya adalah lingkungan sekolah.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2009) mengemukakan bahwa:
Lingkungan Sekolah memiliki peran penting bagi perkembangan belajar
siswa. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan
sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber belajar, media
belajar dan seterusnya. Lingkungan sosial yang menyangkut hubungan
siswa dengan teman-temannya, guru-gurunya serta staf sekolah yang lain,
lingkungan sekolah juga menyangkut lingkungan akademis yaitu suasana
dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, berbagai kegiatan
ekstrakulikuler dan lain-lain. (hlm. 164)
Waktu belajar siswa jika dibandingkan dengan di rumah lebih cenderung
lebih lama menghabiskan waktu belajar di sekolah. Hal ini sesuai dengan
PERMENDIKBUD No. 23 Tahun 2017 yang menjelaskan bahwa waktu sekolah
45
dilaksanakan selama 8 jam per hari atau 40 jam dalam 5 hari selama satu minggu.
Dengan demikian lingkungan sekolah haruslah diperhatikan baik sarana dan
prasarana yang memadai untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.
Menurut Slameto (2010, hlm. 64-69) fakto-faktor yang mempengaruhi
lingkungan sekolah adalah sebagai berikut:
1. Keadaan sekolah tempat belajar Keadaan sekolah tempat belajar turut
mempengaruhi siswa dalam menerima pelajaran tersebut dengan baik.
2. Kualitas guru dan metode mengajar guru Metode mengajar guru yang
kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.
3. Relasi guru dengan siswa Di dalam relasi guru dengan siswa yang baik,
siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang
diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik – baiknya.
4. Relasi siswa dengan siswa Menciptakan relasi yang baik antar siswa akan
memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.
5. Keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah Alat pelajaran yang lengkap
dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan
kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya,
maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
Lingkungan sekolah perlu untuk diperhatikan oleh banyak pihak, baik pihak
siswa maupun sekolah agar proses belajar dapat berlangsung dengan baik dan
lancar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
keadaan sekolah yang tenang dan nyaman, memiliki sarana dan prasarana yang
memadai, terkelola dengan baik, akan sangat mendorong semangat belajar para
siswanya.
Berdasarkan penjelasan yang sudah dipaparkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat
digolongkan menjadi dua faktor yaitu faktor dari dalam diri siswa (internal) gaya
belajar, kebiasaan belajar dan faktor dari luar siswa (eksternal) yaitu lingkungan
sekolah siswa.
46
(X1)
(X2) (Y)
(X3)
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Keterangan:
X1 : Gaya belajar
X2 : Kebiasaan belajar
X3 : Lingkungan Sekolah
Y : Hasil belajar siswa