Anda di halaman 1dari 5

BAB 2

KEADAAN UMUM

2.1.Nikel Laterit

Nikel laterit merupkan salah satu sumber nikel dan feronikel yang penting, dimana endapan
ini merupakan hasil dari pelapukan intensif dari batuan ultra basa pembawa Ni-Silikat, dan pada
umumnya terdapat pada daerah sekitar khatulistiwa. (Gambar 2.1)

Gambar 3.1. lokasi keterdapatan nikel laterit utama (Glesson et al, 2003)

Pada batuan ultrabasa misalnya peridotit sebagian besar teridir dari mineral olivine dan
piroksen, yang mengandung kurang dari 45% berat silica dan mengandung magnesium yang
tinggi dengan kadar besi yang cukup besar. Adapun pada batuan beku peridotit merupakan
kelompok batuan yang paling banyak mengandung nikel jika dibandingkan dengan gabro, diorite
dan granit (tabel 2.1)

Tabel 2.1. Unsur yang terkandung dalam batuan beku (Joseph. R. bold, 1979)

Presentase Kadar
Batuan Fe-O + Mg
Ni (%) Al + si (%)
(%)
Peridotit 0.200 43.5 45.9
Gabro 0.016 16.6 66.1
Diorite 0.004 11.7 33.4
Granit 0.002 4.4 78.7
Adapun kelompok batuan yang termasuk dalam batuan peridotit adalah batuan dunite,
Harzburgit, Wherlite dan Lherzolite. Dari kelompok batuan ini dibedakan berdasarkan komposisi
mineralnya. Batuan yang termasuk mineral-mineral minor pada peridotit adalah plagioklas,
spinel (biasanya varietaschromite), garnet (khususnya varietas pyrope), amphibole dan
phlogopite.

2.1.1. Genesa Endapan Nikel

Proses terbentuknya endapan nikel sekunder (laterit) dinilai dengan proses pelapukan
pada batuan peridotit. Batuan tersebut banyak mengandung olivine, magnesium silikat dan besi
silikat yang pada umumya mengandung ,3 % nikel. Batuan peridotit sangat mudah terpengaruh
oleh prose pelapukan di mana air tanh yang kaya CO2 yang berasal dari udara luar dan tumbuh-
tumbuhan akan menghancurkan olivin. Penguraian olivine, magnesium, besi, nikel da silikat ke
dalam larutan, cenderung membentuk suspense koloid dari partikel-partikel silika.

Larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida.
Endapan tersebut akan menghilankan air dengan membentuk mineral-mineral seperti goethite
(FeO(OH)), hematite (Fe2O3), dan kobalt, sehingga besi oksida mengendap dekat dengan
permukaan air tanah. Magnesium dan nikel silikat tertinggal di dalam larutan selama air tanah
bersifat asam, tetapi jika bereaksi dengan batuan dan tanah amak zat-zat tersebut cenderung
mengendap sebagai hidrosilikat.

Adanya erosi air tanah asam dan erosi di permukaan akan melarutkan mineral-mineral
yang telah terendapkan. Zat-zat tersebut terbawa ke tempat yang lebih dalam, sehingga terjadi
pengayaan pada bijih nikel. Kandungan nikel pada saat terendapkan akan semakin bertambah
banyak dan selama itu magnesium tersebar pada aliran air tanah. Proses pengayaan bersifat
kumulatif, dimana proses dimulai dari batuan yang mengandung 0,25% nikel, sehingga akan
menghasilkan 1,5 % bijih nikel.

Endapan nikel laterit dapat dibagi menjadi dua jenis : ferrous ferugineous dan nickel
silicate (nikel laterit silica). Nikel laterit pertama memiliki kandungan besi 40 % Fe dan ni + 1
%. Dan nikel laterit silica mempunyai kandungan esi < 35 % Fe, dan Ni mencapai 15 %, terdapat
pada nickel garnierite, terbentuk di bagian zona saprolit. Endapan nikel laterit silica merupakan
endapan yang terbentuk oleh proses residual silica bijih nikel yang berasosiasi dengan batuan
ultramafik dunit, peridotit, serpentinit-harzburgit pada lingkungan tropis-subtropis berumur
Mesozoikum-Kuarter. Keterdapatan nikel di Indonesia umumnya sebagai endapan nikel laterit
silica hasil pelapukan residual batuan dasar Kompleks Ofiolit/Ultramafik, yang terakumulasi
pada batuan peridotit serpentinit dan harzburgit.

Selain itu, endapan nikel juga terkonsentrasi pada morfologi dengan karakteristik ideal.
Morfologi ideal ini berpengaruh terhadap efektifitas proses pelapukan dan tingkat erosi yang
diakibatkan oleh dinamika iklim tropis. Morfologi ini umumnya berbentuk dataran (plato)
dengan kemiringan lereng rendah atau daerah bergelombang dengan kemiringan lereng dibawah
30º C. pembagian pengayaan nikel laterit berdasarkan kemiringan lereng. Tipe endapan nikel
laterit di Sulawesi, ditentukan terakumulasi pada lapisan saprolit dan limonit. Endapan nikel
akan terakumulasi di bagian bawah saprolit dan kadarnya akan meningkat + 30 %, dengan
kisaran kadar Ni 1,5 – 3 %.

Potensi sumber daya dan cadangan bijih nikel laterit Indonesia sekitar 4,2 miliyar ton
(2011), atau sepertiga dari sumber daya nikel laterit dunia yang mencapai 12,5 miliyar ton.
Secara nasional tahun 2010 produksi bijih nikel mencapai 5,6, juta ton, nikel matte 79 ribu ton
dan ferronikel 18 ribu ton. Pada tahun 2011 produksi bijih nikel meningkat hingga 7,5 juta ton.
Pada tahun 2012 diperkirakan produksi bijih nikel nasional mencapai 34 juta ton. Sedangkan
produksi nikel matte diperkirakan mencapai 70 ribu ton dan ferronickel mencapai 19 ribu ton.
Masih tingginya nilai ekspor bahan mentah menjadi slah satu penyebab tidak terserapnya
produksi bijih nikel nasional oleh industry dalam negeri.
Gambar 3.2. Peta Geologi Kabupaten Konawe dan kabupaten Konawe Utara (Moetamar,
2007 modifikasi dari Rusmana, 1993)

2.1.2. kk

2.2. Luas Wilayah IUP Operasi Produksi

Lokasi rencana kegiatan penambangan bijih nikel yang akan dilaksanakan oleh PT.
F1B214038 terletak di Desa Amorere , Kecamatan Asera, kabupaten Konawe Utara, Provinsi
Sulawesi Tenggara. Kegiatan ini didasarkan SK Bupati Konawe Utara No. 540/KEP/253/2018
Tentang Persetujuan Penggabungan Izin Usaha Operasi Produksi Antara PT. F1B214038 dengan
seluas 300 Hektar. Area tambang IUP PT. F1B214038 pada saat eksploitasi dibagi menjadi 5
blok. Blok – blok tersebut adalah , blok A, blok b, blok c, blok d dan blok e.

2.3. Sumber Daya dan Cadangan

Anda mungkin juga menyukai