Anda di halaman 1dari 5

OBSERVASI PRINSIP-PRINSIP ANTI KORUPSI

(Pemahaman Reformasi Birokrasi Dari Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran


Program D.IV Kebidanan)

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Sulastri Ulfah

Nurul Annisani Endang Fatimah

Nurul Huda Nur Ain Al-Munawwarah

Nurlina

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KEBIDANAN
2018
OBSERVASI REFORMASI BIROKRASI

A. Visi Prodi D.IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Makassar

Menjadi pusat pendidikan D.IV kebidanan yang unggul dalam deteksi dini

dan penanganan awal komplikasi/ kegawatdaruratan maternal dan neonatal,

mandiri, berdaya saing tinggi dan berkomitmen untuk menghasilkan lulusan

yang berkualitas serta berakhlak mulia pada tahun 2018.

B. Misi Prodi D.IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Makassar

1. Menghasilkan lulusan bidan yang unggul dalam deteksi dini dan

penanganan awal komplikasi/ kegawatdaruratan maternal dan neonatal,

kompetitif dan berakhlak mulia melalui peningkatan kualitas

penyelenggaraan pendidikan

2. Meningkatkan pengelolaan sumber daya dan menerapkan IPTEK

sehingga menghasilkan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat

3. Mengembangkan hubungan kemitraan lintas sector dan lintas program.

C. Reformasi Birokrasi

Reformasi birokrasi merupakan sebuah proses perubahan yang

dilaksanakan secara bertahap, sistematis dan berkesinambungan dalam

rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang bersih, meningkatkan

pelayanan publik, kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi dan

profesionalisme SDM aparatur.

D. Hasil Observasi Reformasi Birokrasi

Observasi dilaksankan pada tanggal 09 Oktober 2018. Adapun hasil

observasi yang didapat dari kelompok kami yaitu:

a. Implementasi e-learning melalui Vilep dalam pembelajaran merupakan

salah satu cara yang dilakukan oleh tim pengajar di prodi D.IV dalam
rangka meningkatkan kemampuan dan kualitas mahasiswa. Dengan

adanya metode e-Learning diharapkan mahasiswa mampu mengisi waktu

pembelajaran kapanpun dan dimanapun sesuai jadwal pembelajaran

sebenarnya ketika seorang dosen tidak sempat memasuki kelas dan

memberi materi pembelajaran. Metode ini dinilai sangat efektif untuk

mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam IT dan tentunya

membuat mahasiswa tidak merasakan kerugian ketika masuk kuliah

namun ternyata dosen berhalangan. Pada sisi lain dengan diterapkannya

program ini maka ada beberapa oknum dosen justru terlena dengan

memberi mahasiswa beban tugas yang berlebih pada mahasiswa. Waktu

pemberian tugas diluar waktu pembelajaran, dalam satu waktu

mahasiswa dituntut untuk melaksanakan tugas lebih dari kontrak awal

pada waktu yang bersamaan yang membuat mahasiswa menjadi

kelelahan disamping merupakan salah satu perilaku korupsi waktu dan

tentunya merugikan mahasiswa.

b. Program benchmarking merupakan salah satu program lanjutan dari

praktik komprehensif yang dituangkan dalam program praktik komunitas

komprehensif. Kegiatan itu dilakukan di luar negeri dan tentunya dengan

biaya yag tidak sedikit. Kurangnya komunikasi yang dilakukan oleh

pemberi kebijakan dengan penerima kebijakan dalam hal ini orangtua dan

mahasiswa bahwasanya apa yang sebenarnya dilakukan, apa manfaat

dan bagaimana mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh dari

kegiatan tersebut. Berdasarkan informasi bahwasanya mahasiswa

diberangkatkan untuk menambah wawasan terkait kemajuan IPTEK dan

kemajuan program yang diselenggarakan di negara tersebut dinilai


bermanfaat dari segi pengetahuan namun tidak halnya dengan segi

keterampilan sesuai dengan keadaan dan fasilitas yang ada di negara

kita. Kebijakan ini dianggap otoriter oleh sebagian mahasiswa yang

mereka merasa dirugikan karena mahasiswa diberi opsi yang dinilai tidak

sebanding dengan otoritas pemangku kebijakan. Kemudian program ini

dianggap tidak transparan dalam perincian dana yang digunakan selama

benchmarking dan adanya manupulasi dana. Kurangnya koordinasi

terkait izin pelaksanaan program dan menjadi beban bagi mahasiswa

untuk menutupi biaya keberangkatan dosen pendamping tanpa adanya

bantuan dana dari pihak direktorat seperti pada praktik sebelumnya.

c. Kalender Akademik kadang tidak sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan sebelumnya. Jadwal yang telah diberikan terlambat atau

melewati tanggal yang telah ditetapkan dengan berbagai alasan misalnya

nilai yang belum selesai direkap, keterlambatan dosen mengumpulkan

nilai, atau dari pihak mahasiswa yang masih bermasalah dengan nilainya

sehingga Mahasiswa lain merasa dirugikan karena tidak adanya

kepastian dan informasi yang simpangsiur diberikan.

d. Penataan sistem manajemen perpustakaan sepenuhnya belum

terlaksana dengan baik, dilihat dari sistem peminjaman buku terbaru yang

tidak dapat dipinjam karena buku tersebut belum diberi label dan juga

tempat penyimpanan barang atau loker mahasiswa tidak dipergunakan

sebagaimana mestinya, dimana pegawai perpustakaan menggunakan

sebagian loker tersebut untuk menyimpan barang pribadinya.

e. Reformasi Visi, Misi, Tujuan dan Program D.IV sejauh ini berjalan baik

sudah ada perbedaan antara D.III dan D.IV sesuai sasaran program
seperti pada implementasi kegiatan D.IV dalam praktik kegawatdaruratan

yang dilakukan untuk melatih kemampuan mahasiswa dalam mengadapi

kegawatdaruratan dengan deteksi dini yang tertuang dalam misi prodi.

Mahasiswa dibuat menjadi pribadi yang kompetitif dengan

dilaksanakannya OSCE setiap tahun, diadakannya kegiatan kuliah tamu

oleh narasumber yang ahli dibidangnya untuk menambah pengetahuan

baru dibidang pelayanan kesehatan. Kemudian mahasiswa dibuat

berakhlak mulia melalui peningkatan kualitas penyelenggaraan

pendidikan seperti pelaksanaan kajian Jum’at dengan menghadirkan

narasumber yang ahli dibidang keagamaan untuk meningkatkan

kesadaran diri mereka bahwa ilmu agama sebagai pondasi diri dalam

mengimplementasikan ilmu lain dan ilmu keagamaan diajarkan sama

pentingnya dengan ilmu terapan kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai