BAB 1
PENDAHULUAN
ke seluruh tubuh yang ditandai dengan sesak nafas pada saat beraktifitas dan/atau
penyakit gagal jantung (decompensatio cordis) oleh dokter atau belum pernah
napas pada saat aktifitas dan sesak napas saat tidur terlentang tanpa bantal dan
mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara berkembang.
Di Indonesia usia penderita gagal jantung relative lebih muda dibanding Eropa dan
(AHA) pada tahun 2013, saat ini sudah mencapai lebih dari 23 juta populasi dan 5.8
juta populasi diantaranya berada di Negara Amerika Serikat, dengan populasi yang
Menurut Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013, mengatakan bahwa angka
kejadian gagal jantung di Indonesia yang terdiagnosis oleh dokter mencapai 0.13%
populasi, dan yang terdiagnosis dengan gejala mencapai 0.3% populasi di Indonesia
dengan estimasi perkiraan penduduk pada tahun 2013 yang berusia diatas 15 tahun
2
sebesar 180 juta jiwa. Prevalensi gagal jantung berdasarkan kasus yang terdiagnosis
Jawa Timur (0,19%) dan Jawa Tengah (0,18%). Prevalensi gagal jantung berdasarkan
diagnosis dan gejala tertinggi di Nusa tenggara Timur (0,8%), diikuti Sulawesi
laporan terbaru oleh Central of Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun
2014, terjadi peningkatan jumlah populasi yang meninggal akibat gagal jantung,
yakni 81,4 per 100.000 populasi menjadi m4 per 100.000 populasi. Penyakit gagal
jantung masih menjadi masalah pada populasi di Negara berkembang, salah satunya
adalah sebagai beban dalam bidang ekonomi, baik dari segi perawatan rawat jalan
maupun lama perawatan rawat inap yang lama akan berdampak pada pembiayaan
yang meningkat dan berujung pada beban ekonomi dari masing-masing individu dan
keluarga(1).
tentunya memiliki dampak buruk bagi sosioekonomi dari penderita, maka dari itu
dibutuhkan suatu pemahaman terhadap penyakit ini agar dapat digunakan untuk
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. AL
Usia : 66 tahun
No. MR : 466222
Suku : Ende
Agama : Katolik
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Petani
Jaminan : BPJS
Alamat : Bakunase
keluhan sesak nafas sejak 3 jam SMRS. Sesak nafas bukan yang pertama
kalinya. Sesak nafas pasien muncul saat pasien sedang berbaring dan berkurang
bila berbaring dengan 2 bantal atau dengan perubahan ke posisi duduk. Selain
sesak nafas pasien juga mengeluhkan nyeri dada -+ 2 jam SMRS. Nyeri dada
dirasakan seperti tertekan, hilang timbul, tidak menjalar dan tidak dapat
ditunjuk secara pasti pada satu titik tempat. Nyeri tersebut awalnya muncul
dengan intensitas dan frekuensi nyeri yang ringan dan semakin memberat.
timbul durasi nyeri berkisar antara 5-10 menit. Saat ini pasien tidak ada
keluhan batuk, demam, mual, muntah, nyeri perut, keringat dingin atau lemah
Pasien pernah mengalami keluhan sesak nafas dan nyeri dada pada
bulan April 2018 dan pasien di rawat inapkan selama 1 minggu. Riwayat
e. Riwayat pengobatan.
f. Riwayat kebiasaan.
Pasien mengatakan bahwa ia pernah merokok sejak usia muda dan sudah
g. Riwayat sosial.
keluarga yang tinggal di tempat lain cukup baik. Hubungan pasien dan
keluarganya dengan para tetangga pun dikatakan pasien cukup baik, dan sering
saling membantu.
h. Riwayat Makanan.
i. System Review.
lain.
normal
hormonal sebelumnya
Berat badan : 70 kg
Tanda vital
Nadi : 76 x/menit
Suhu : 37 °C
Pernapasan : 29 x/menit
SpO2 : 96 %
langsung (+/+),
(-/-),
(-)
prominen
Pulmo
Paru-paru anterior :
P: Taktil fremitus kiri dan kanan normal dan simetris, tidak terdapat
P: Sonor pada kedua lapangan paru, batas paru hepar terletak pada linea
Paru-paru posterior :
P: Taktil fremitus kiri dan kanan normal dan simetris, tidak terdapat
Jantung
tidak teraba,
Abdomen
P: Nyeri tekan (-), tidak teraba massa, hepar tidak teraba, lien Schuffner
Darah Rutin
RDW-SD 39,8 fL 37 – 54
Neutrofil 76,9 % 50 – 70 H
Limfosit 15,6 % 20 – 40 L
2.5 Diagnosis
Heart Failure
(NSTEMI)
2.6 Tatalaksana
Ruangan
IVFD NS 20 tpm
O2 asal canul
Aspilet 80 mg (1-0-0)
Clopidogrel 75 mg (1-0-0)
ISDN 5 mg 3x1
Irama : Sinus
Normal Axis
ST depresi di V4-V6
Kesimpulan : Cardiomegaly
BAB III
13
TINJAUAN PUSTAKA
tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri penting
dari definisi ini adalah gagal didefinisikan relatif terhadap kebutuhan metabolik
tubuh, dan penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara
keseluruhan(6)
jantung coroner (PJK) dan hipertensi, meskipun hampir semua bentuk penyakit
jantung (kelainan katup, kardiomiopati) serta beberapa penyakit di luar jantung dapat
menyebabkan gagal jantung.(7)
dimana seorang pasien harus memiliki tampilan berupa: gejala gagal jantung (nafas
pendek yang tipikal saat istirahat atau saat melakukan aktivitas disertai/tidak
kelelahan); tanda retensi cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki), adanya
bukti objektif dari gangguan sitruktur atau fungsi jantung saat istirahat.(8)
3.2 Etiologi Gagal Jantung
Gagal jantung dapat terjadi tanpa faktor pencetus yang diketahui, tetapi lebih
sering dengan satu atau lebih faktor, seperti hipertensi yang tidak terkendali,
14
gangguan ritme atau ketidakpatuhan dengan obat / diet. Sejumlah besar klasifikasi
tumpang tindih AHF berdasarkan kriteria yang berbeda telah diusulkan. Dalam
prakteknya klasifikasi yang paling berguna adalah yang didasarkan pada presentasi
berisiko tinggi terhadap komplikasi dan untuk mengarahkan manajemen pada target
tertentu. Penyebab pemicu gagal jantung, antara lain:(9)
15
a. Emboli paru. Pasien yang tidak aktif secara fisis dengan curah jantung rendah
mempunyai risiko tinggi membentuk trombus dalam vena tungkai bawah atau
panggul. Emboli paru dapat berasal dari peningkatan lebih lanjut tekanan
b. Infeksi. Pasien dengan bendungan pembuluh darah paru juga lebih rentan
jantung kronik.
pemisahan yang terjadi antara kontraksi atrium dan ventrikel yang khas pada
normal, (4) bradikardi yang nyata disertai blok atrioventrikuler komplit dan
16
yang seringkali muncul sebagai akibat endocarditis infektif, dapat sendiri atau
Penambahan asupan sodium, penghentian obat gagal jantung yang tidak tepat,
transfuse darah, kegiatan fisis yang terlalu berat, kelembapan atau panas
lingkungan yang berlebihan dapat memicu gagal jantung pada pasien dengan
beberapa hipertensi yang berasal dari ginjal atau karena penghentian obat
g. Infark miokard. Pada pasien dengan penyakit jantung iskemik kronik tetapi
baru yang terjadi dapat lebih mengganggu fungsi ventrikel dan memicu gagal
jantung.
3.3 Patofisiologi(10,11)
Curah jantung (CJ) adalah volume darah yang dipompa oleh masing-masing
ventrikel per menit. Selama suatu periode waktu, volume darah yang
mengalir melalui sirkulasi paru sama dengan volume yang mengalir melalui
sirkulasi sistemik. Dua penentu curah jantung adalah kecepatan denyut (heart
rate) dan isi sekuncup (stroke volume). Karena itu regulasi curah jantung
17
bergantung pada kontrol atas kecepatan jantung dan isi sekuncup. Jantung
disarafi oleh kedua divisi sistem saraf otonom, yaitu simpatis dan
atrium, khususnya nodus SA dan AV. Saraf simpatis jantung juga menyarafi
memanjang dan kontraksi atrium lebih lemah. Efek-efek ini sesuai karena
sistem parasimpatis mengontrol kerja jantung pada situasi tenang dan rileks
sistem saraf simpatis yang mengontrol kerja jantung pada situasi darurat atau
jantung memompa keluar lebih banyak darah. Semakin besar dan semakin
teregang atau semakin besar pengisian diastol, semakin besar pula besar
Volume Diastolik Akhir (VDA) dan semakin teregang jantung semakin besar
18
kebutuhan akan pasokan dan pembuangan zat sisa. Defek primer pada gagal
aliran darahnya yang menurun, menahan lebih banyak garam dan air di tubuh
merosotnya kontraktilitas, jantung mencapai suatu titik dimana organ ini tidak
lagi dapat memompa keluar isi sekuncup yang normal meskipun dilakukan
Forward failure terjadi ketika jantung gagal memompa darah dalam jumlah
failure terjadi bersamaan ketika darah yang tidak dapat masuk dan dipompa
keluar oleh jantung terus terbendung disistem vena. Kongesti disistem vena
Backward failure sisi kiri menyebabkan edema paru karena darah terbendung
antara udara dan darah diparu. Fungsi ginjal tertekan dan semakin menahan
garam dan air di tubuh sewaktu pembentukan urin serta retensi cairan
arteri besar. Tekanan darah arteri disebut afterload karena merupakan beban
kerja yang dibebankan kepada jantung setelah kontraksi dimulai. Jika tekana
arteri terus-menerus tinggi (tekana darah tinggi) atau jika katup keluar
serat otot jantung). Hal ini memungkinkan jantung berkontraksi lebih kuat
Sementara itu tanda dan gejala gagal jantung berdasarkan PERKI :(7)
a. Gejala khas gagal jantung : sesak nafas saat istirahat atau aktivitas, kelelahan,
edema tungkai
b. Tanda khas gagal jantung : takikardia, takipneu, ronki paru, efusi pleura,
Rontgen toraks dapat mendeteksi kardiomegali, kongesti paru, efusi pleura, dan
dapat mendeteksi penyakit atau infeksi paru yang menyebabkan atau memperberat
sesak nafas. Kardiomegali dapat tidak ditemukan pada gagal jantung akut dan kronik.
(7)
Tabel . Abnormalitas Foto Thorax yang umum ditemukan pada gagal jantung
filtrasi glomerulus, glukosa, tes gungsi hati, dan urinalisis. Pemeriksaan tambahan
yang bermakna jarang dijumpai pada pasien dengan gejala ringan sampai sedang
penurunan fungsi ginjal sering dijumpai terutama pada pasien dengan terapi
Konsentrasi peptide natriuretic yang normal sebelum pasien diobati mempunyai nilai
prediktif negative yang tinggi dan membuat kemungkinan gagal jantung sebagai
paruh yang panjang, penurunan tiba-tiba tekanan dinding ventrikel tidak langsung
klinisnya disertai dugan sindroma coroner akut. Peningkatan ringan kadar troponin
kardiak sering pada gagal jantung berat atau selama episode dekompensasi gagal
Tabel . Abnormalitas pemeriksaan laboratorium yang umum ditemukan pada gagal jantung
antara pasien disfungsi sistolik dengan pasien fungsi sistolik normal adalah fraksi
3.7 Penatalaksanaan
Terdapat 3 tatalaksana yang harus dikerjaan pada evaluasi awal pasien sesak nafas
mendadak yang dicurigai gagal jantung akut;
Rekomendasi terapi pasien gagal jantung akut
26
27
28
Sebelum pasien dipulangkan, harus dipastikan bahwa episode gagal jantung sudah
teratasi dengan baik, terutama tanda dan gejala kongesti sudah harus hilang, dan
dosis diuretic oral yang stabil sudah tercapai selama minimal 48 jam. Selain itu
29
regimen obat gagal jantung (ACEI/ ARB, penyekat β dengan atau tanpa MRA sudah
dioptimalkan dosisnya dengan baik, dan yang tidak kalah pentingnya adalah edukasi
kepada pasien dan keluarga.
30
DAFTAR PUSTAKA
6. Pedoman tata laksana gagal jantung; 1fst ed. Jakarta: Indonesia, Pedoman
tatalaksana gagal jantung; 2015
7. Price SA, Wilson LM. Disfungsi Mekanis Jantung dan Bantuan Sirkulasi
dalam Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. 6th Ed. Jakarta;
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013. p. 6339.
8. Silbernagl S, Lang F. Jantung dan Sirkulasi dalam Buku Teks dan Atlas
Berwarna Patofiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012. p. 224
9. 2016 ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic
heart failure. 2016; 212922000 p
10. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 6th ed. Jakarta: EGC.
2011.
11. Lilly LS. Pathophysiology of Heart Disease. 5th ed. Harvard Medical School.
2013
31