Anda di halaman 1dari 15

DISUSUN

OLEH :

MARLINA SORONGAN

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI ANUGERAH INDONESIA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang empunya hidup yang sudah


memberikan kekuatan dan kesehatan bahkan oleh anugerah dan
perkenanan-Nya sehngga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.

Berteologi kontekstual adalah tugas dari tanggungjawab semua


umat Kristen. Oleh sebab itu pentingnya belajar teologi kontekstual.
Penulis hanya meringkas tulisan ini mengenani Teologi Kontekstual
dari hal-hal yang mencakup dalam berteologi kontekstual semoga
dapat bermanfaat.

Semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan ini penulis


mengucapkan banyak terimakasih semoga Allah sumber damai
sejahtera tetap melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Toraja, Juni 2018

Penulis.
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................... I

Kata Pengantar ........................................................................................ II

Daftar Isi.................................................................................................. III

Bab I. Pendahuluan ................................................................................. 1

Bab II. Sejarah Kontekstualisasi ............................................................. 2

Pengertian Kontekstualisasi ........................................................ 2

Amanat Agung ............................................................................ 3

Tantangan Injil Kristus ............................................................... 4

Penghambat Penginjilan ............................................................. 5

Model Pendekatan Kontekstualisasi ........................................... 7

Adat Dalam Firman Tuhan ......................................................... 8

Kontekstualisasi Yerussalem ...................................................... 8

Kontekstualisasi Di Athena ........................................................ 9

Sikap Kristen Menghadapi Tradisi Budaya ................................ 9

Sikap Kristen Memandang Tradisi Budaya ................................ 10

Pendekatan Dari Segi Pemberitaan ............................................. 11

Bab III. Kesimpulan ................................................................................ 12


BAB I
Pendahuluan

Berbicara tentang Teologi kontekstual adalah suatu cara atau


strategi menyampaikan dan meneladani kabar baik atau injil supaya
kita dapat memenangkan sebanyak mungkin orang atau bangsa-
bangsa bagi Tuhan Yesus Kristus.

Dalam berteologi kontekstual berarti kita masuk dalam suatu


petualangan yang tiada akhir kita akan selalu berada dalam konteks
yang terus berubah.

Belajar Teologi kontekstual adalah penting karena kita hidup


pada zaman dimana masyarakat dan lingkungan sudah berubah
dengan pesat dan perubahan itu tidak sampai di sini saja tetapi terus
menerus terjadi sepanjang waktu walaupun Yesus Kristus yang kita
beritakan tidak pernah berubah namun kontekstualisasi dengan
keadaan manusia dan lingkungan tempat kita berteologi perlu kita
untuk pemberitaan itu sehingga diterima dan berhasil mengangkat
taraf hidup massyarakat di mana teologi kita kembangkan.

Kita hidup dalam suatu lingkungan masyarakat yang kental


dengan perubahan-perubahan sosial,kebudayaan luhur,agama
lokal,dan adat istiadat sebagai identitas aslinya.

Sebagai Teolog kita mesti melakukan atau mempelajari Teologi


kontekstual dalam upaya berteologi yang tidak bertentangan dengan
budaya atau agama lokal melainkan membangun suatu konsep Teologi
yang relevan dengan kebudayaan namun tidak menghilangkan atau
nilai-nilai kekristenan itu sendiri.
BAB II
SEJARAH KONTEKSTUALISASI

Istilah kontekstualisasi telah digunakan dalam dunia teologi


pada akhir abab ke-20 kata ini ditambahkan pada perbendaharaan kata
dalam bidang misi dan teologi sejak diperkenalkan oleh Theological
Education Found (TEF) pada tahun 1972.

kontekstualiasasi dalam diskusi TEF adalah pendidikan Teologi


di negara-negara dunia ketiga. Namun para teolog menyadari bahwa
ide dari kontekstualisasi itu sendiri sebetulnya sudah ada jauh
ssebleum TEF bersidang yaitu terdapat dalam Alkitab. Contohnya
adalah inkarnasi Yesus dan pendekatan Paulus pada waktu ia
mengkomunikasikan Injil kepada orang bukan yahudi.

Orang yang pertama kali memperkenalkan istilah tersebut


adalah Shoki Coe,seseorang teolog Asia asal Taiwan. Meski baru
muncul pada tahun 1972,kelahiran teolog kontekstual tidak pernah
bisa dilepaskan dari krisis yang melanda dunia teologi,khususnya
teologi misis yang melanda gereja pada tahun 1950-an

PENGERTIAN KONTEKSTALISASI

Teologi kontekstual terdiri dari dua kata yaitu teologi dan


konteks. Secara etimologi Teologi berasal dari bahasa yunani yaitu :
Theo,artinya Dewa, Ilah Tuhan dan Logos yang diartikan sebagai
Ilmu,jika dilihat dari asal katanya tersebut maka teologi merupakan
ilmu yang mempelajari tentang Tuhan. Pada masa sekarang Teologi
merupakan atau di pandang sebagai ilmu yang mempelajari secara
sekaligus tentang manusia. Konteks adalah
keadaan,waktu,kondisi,tempat,dan historis serta manusia yang
hidupnya di dalam lingkungan maupun kebudayaan yang terus
menerus berubah.

Teologi Kontekstual ini merupakan suatu konsep ilmu Teologi


yang dipelajari dan diterapkan sehingga bisa sesuai dan menjawab
kebutuhan masyarakat dimana Teologi itu dikembangkan.
Jadi pengertian dari Teologi kontekstual adalah ilmu Teologi
yang penerapannya selalu relevan dengan situassi,kondisi dan keadaan
mannusia yang ada dan hidup pada masa itu dan masa yang terus
berubah.

AMANAT AGUNG

Perintah untuk memberitakan injil atau yang sering disebut


Amanat Agung Yesus Kristus adalah perintah Yesus yang terakhir
yang ditulis di Matius 28:19-20 ,”karena itu pergilah,jadikanlah semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak
dan Roh Kudus dab ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah,Aku enyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhr zaman.

Amanat Agung secara komplit berisi mandat yang diapit oleh


kedua janji. Janji pertama merupakan motivasi dasar dari Amanat
Agung itu sendiri.”kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga
dan di bumi”, Amanat Agung Kristus didasarkan atas kenyataan
bahwa Ia,Tuhan yang bangkit,telah menang dan segala kuasa di sorga
dan di bumi ada di dalam tangan-Nya. Janji ini melegakan dan
memberi penghiburan,sehingga dalam tantangan dan penderitaan
sebesar apapun yang mungkin dalam ketaatan kita pada perintah ini
kita tahu Ia tetap memegang kendali kemudia janji yang kedua,”Dan
ketahuilah,Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman”,Yesus tahu kelemahan dan keterbatasan kita sehingga Ia
selalu bersama dengan kita dan kita tidak pernah sendirian menjalani
perintah ini yaitu Amanat Agung Yesus

TANTANGAN INJIL KRISTUS

1. Paulus memberikan peringatan ,”Hati-hatilah,supaya jangan


ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu
menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia,tetapi tidak
menurut Kristus (Kol 2:2-8),peringatan ini diberikan kepada jemaat
kolose yang juga relevan bagi jemaat di segala tempat dan disegala
zaman
Filsafat yang kosong dan palsu dapat dengan mudah diterima
karena sumbernya sangat terpercaya yaitu menurut ajaran turun-
temurun. Kita seringkali beranggapan bahwa orang tua yang
mengajarkan filsafat tersebut tidaklah mungkin salah,apalagi
filsafat tersebut sudah diajarkan kepada kita sejak kecil
Filsafat yang kosong dan palsu sering tidak terdeteksi dan
begitu menawan kita selain karena diajarkan secara turun-temurun
,juga karena bersumber dari roh-roh dunia. Zaman di mana kita
hidup mendukung filsafat ini. Terlihat bahwa sampai zaman ini pun
filsafat yang kosong dan palsu sangatlah banyak dan kita
menentukannya dengan begitu saja tanpa memikirkan kebenarannya
dari sudut pandang Firman Tuhan. Filsafat yang kosong dan palsu
tidaklah mungkin sesalan dengan Kristus.
Filsafat yang kosong dan palsu sering tidak terdeteksi dan
begitu menawan kita selain karena diajarkan secara turun-
temurun,juga karena bersumber dari roh-roh didunia. Zaman di
mana kita hidup mendukung filsafat ini. Terlihat bahwa sampai
zaman ini pun filsafat yang kosong dan palsu sangatlah banyak dan
kita menentukan dengan begitu saja tanpa memikirkan
kebenarannya dari sudut pandang Firman Tuhan. Filsafat yang
kosong dan palsu tidaklah mungkin sejalan dengan Kristus.
2. Dalam perjalanan hidup manusia timbullah kebudayaan.
Injil diberitakan di tengah-tengah dunia yang penuh kebudayaan
yang bentuknya berlapis-lapis. Pada hakekatnya kebudayaan adalah
keseluruhan gagasan dan karya manusia melalui pembelajaran dan
pembiasaan beserta keseluruhan hasil budi dan karyanya itu,tidak
ada masyarakat tanpa budaya dan tidak ada kebudayaan yang statis.
Meski demikian sikap kritis dan hati-hati sangat diperlukan. Tugas
kita adalah menguji ,apakah kebudayaan itu sesuai dengan
kebenaran Firman Tuhan. Dalam proses pengujian itu kita harus
mampu melakukan pemisahan mana yang “terang” dan mana yang
“gelap”,mana yag perlu disingkirkan mana yang dapat dipakai dan
mana yang perlu diperbarui.
3. Disini kita melihat bahwa pengaruh tradisi yang turun temurun dan
pengaruh roh-roh di udara sangat berperan dalam pembentukan dan
dan daya pikat kebudayaan premodial,dimana mereka akan
memegang teguh hal-hal seperti tradisi,adat istiadat,kepercayaan
maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertamanya.
4. Dalam budaya premodial umat yahudi kita melihat hal yang sama
sehingga dikritik oleh Tuhan Yesus. Mrk.7:6-8. Yesus dengan tegas
mengatakan bahwa dari luar mereka seakan-akan adalah seorang
yang taat kepada Tuhan,namun kenyataannya mereka lebih
berpegang kepada adat istiadat manusia ketimbang mematuhi
peritah Tuhan.

HAMBATAN

1. Tegatisme
Tegatisme adalah menempatkan peraturan-peraturan di atas
Allah dan keperluan-keperluan manusia. Kaum legatis percaya
bahwa ketaatan secara suatu tuntutan,secara doktrin,ini adalah
pandangan yang pada hakekatnya berlawanan dengan konsep
anugerah. Mereka yang berpegang pada pandangan legalistik ini
bahkan mungkin gagal melihat tujuan utama dari taurat,khususnya
tujuan dari taurat,khususnya tujuan dari Taurat Musa di Perjanjian
Lama yang sebenarnya menjadi “penuntun” atau “guru” yang
membela manusia kepada Kristus (Gal. 3:24).
2. Institutionalisme
Intitutionalisme dapat melumuhkan bahkan kadang-kadang
mematikan utusan-utusan injil Yesus Kristus. Hamba-hamba
Tuhan yang terikat dengan organisasi ini akan menyampaikan
firman Allah adalah usaha sambilan,tenaga,dan harta sebagian
besar disedot untuk kegiatan-kegiatan da usaha-usaha sekunder.
Yang primer yaitu penginjilan sedunia tak terbiayai.
3. Theologia Sembang-Sinkretisme
Secara etimologis,sinkretisme berasal dari kaa syin dan
kretiozein atau kerannyhai,yang berarti mencampurkan elemen-
elemen yang saling bertentangan,adapun pengertiannya adalah
suatu gerakan dibidang filsafat dan teologi untuk menghadirkan
sikap kompromi pada hal yang agak berbeda dan bertentangan.
Sinkretisme berusaha menyatukan perbedaan-perbedaan dan
pertentangan-pertentangan yang signifikan disini beberapa paham
yang berlainan,paham disini bisa berupa aliran,kepercayaan,bahkan
agama.

4. Thelogia Sumbang-Universalisme
Dalam bahasa latin ditemukan kata universum yang berarti
“alam semesta dunia”. Dari kata itu dibentuk kata sifatnya yaitu
“universalis” yang artinya umum,mencakup semua,menyeluruh.
Dalam bahasa inggris,kata. Latin universalis menjadi universal.
Kata ini dapat berarti konsep umum yang dapat diterapkan pada
sisi manapun. Dari kata universalis dan universal itulah istilah
universalisme berasal.
Universalisme adalah paham yang mengajukan bahwa
manusiaakan diselamatkan dan restitusi bagi segala sesuatu sudah
terjamin. Setidak-tidaknyaada 4(empat) sumber bagi paham ini ;
pertama,Theistic Naturalism , kedua , Oriental Mystic Monism ;
ketiga , Logostrilosophy dan keempat , Al Inclusive Ide.
Paham universalisme meniadakan azas-azas dasar
kekristenan yaitu pentingnya perpalingan dari dosa dan beriman
kepada Kristus.
5. Theologia Sumbang-Bidat atau Nabi Palsu sepanjang abad
Firman Tuhan menyatakan bahwa pada akhir-akhir zaman
akan muncul nabi-nabi palsu,ajaran sesat dan anti kristus yang
kesemuanya melahirkan aliran-aliran sesat , sekilas ajaran-ajaran
yang mereka ajarkan terlihat benar namun pada akhirnya
menyimpang dari kebenaran Alkitab. Aliran-aliran sesat itu sendiri
dikenal dengan istilah lain yaitu Bidat.
Ciri-ciri bidat adalah menghadirkan kebenaran baru atau
wahyu baru yang menggantikan kebenaran atau wahyu
sebelummnya,menghadirkan penafsiranbaru , menghadirkan
sumber otoritas tertulis baru , selain Alkita , menggambarkan yesus
yang lain , memakai istilah Alkitab dengan makna non Alkitab ,
menghadirkan doktrin baru dan atau pengakuan baru , membuat
kepalsuan-kepalsuan , mengkultuskan pemimpin , tidak bertahan
lama.

MODEL PENDEKATAN KONTEKSTUAL

1. Model Okomodasi (Kpr. 17:28)


Okomodasi ialah sikap menghargai dan terbuka terhadap
kebudayaan asli yang dilakukan dalam sikap,kelakuan,dan
pendekatan praktis dalam tugas misionaris baik secara teolog
maupun secara alamiah.

2. Model Adaptasi
Model ini menggunakan bentuk atau pemahaman yang ada
dalam suatu budaya untuk menjelaskan suatu pemahaman dalam
kekristenan. Tujuan dari model ini adalah unutk mengekspresikan
dan menerjemahkan Alkitab dalam istilah setempat (indigenous
terms).

3. Model Transformasi
Model ini berakar pada pemahaman Richard Nieburh
mengenai Allah dan kebudayaan. Bila seseorang dibaharui oleh
Allah,maka kebudayaan tersebut juga ikut dibaharui.

ADAT DALAM FIRMAN TUHAN

1. Adat istiadat kafir yag melawan Fiman Allah (Kis. 16:21,Hak.


18:7)
2. Adat istiadat atau kebiasaan yag tidak bertentangan dengan Firman
Allah (1 Kor. 11:2-16)
3. Adat istiadat kafir yang dicampur dengan Firman Tuhan (1 Raja.
17:40)
4. Adat istiadat yang netral (Hak. 11:39-40,Yoh. 2:6 ; 19:40)
5. Adat istiadat yang merupakan hukum alam sesuai dengan Firman
Tuhan (Yes. 28:23-29)
6. Adat istiadat yang menyempitkan FirmanTuhan (Kis. 6:14 ; 15:1-2
; 21:21 ; 26:2-3 ; 28:17, Gal. 1:13-14)
7. Adat istiadat yang memutarbalikkan Firman Allah (Mat. 15:1-
20,Mrk. 7:1-23)
8. Nabi Elia,Sadrakh,Mesakh,dan Abednego menolak tradisi orang
Babel (1 Raj. 18:20-46 ; Dan. 3:1-30).

KONTEKSTUALISASI DI YERUSSALEM
(Kisah Para Rasul 15)

Menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa,seseorang


tidak dapat diselamatkan jikalau tidak disunat,(Kis. 15:1). Paulus dan
Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat ini(Kis.
15:2). Menurut Paulus manusia diselamatkan karena iman kasih
karunia Allah(Kis. 15:7,9,11,14). Menurut Paulus untuk menjadi
orang yang percaya pada atau tradisi,yang penting adalah mau percaya
Yesus dan bertobat.

KONTEKTUALISASI DI ATHENA
(Kisah Para Rasul 17:22-34)
Pengenjilan Paulus di Athena tidak mengatip Alkitab secara
langsung walaupun pemberitaannya sangat Alkitabiah dimana Paulus
selalu dimulai dengan perkataan bahwa Allah sebagai pencipta segala
sesuatu,dan dilanjutkan dengan Allah sebagai pemelihara akan segala
sesuatu dan selalu diakhiri dengan Allah sebagai hakim akan segala
sesuatu.
SIKAP KRISTEN MENGHADAPI TRADISI BUDAYA

1. Sikap Menolak(Antagonis)
Sikap yang melihat pertentangan yang tidak terdamaikan antara
agama Kristen dan kebudayaan,sehingga menolak dan
menyingkirkan kebudayaan pada semua ungkapannya.
2. Sikap Menyesuaikan Diri (Akomodasi)
Sikap yang menyetujui atau menyesuaikan diri dengan
kebudayaan yang ada,terjadilah sinkritisme salah satu sika demikian
ditujukan untuk membawa orang pada cara berpikir,cara hidup dan
berkomunikasi atau berhubungan dengan orang lain sedemikian rupa
dengan orang lain sedemikian rupa sehingga seolah-olah semua
agama sama saja.
3. Sikap Menguasai(Dominasi)
Sikap didalam menghadapi kebudayaan kafir sekalipun,umat
Kristen bisa melakukan akomodasi secara penuh dan menjadikan
kebudayaan kafir itu sebagai bagian iman,namun kebudayaan itu
disempurnakan dan disesuaikan oleh seikramen yang menjadi
anugerah ilahi.
4. Sikap Mendua(Dualisme)
Sikap yang memisahkan iman dan kebudayaan dimana
kehidupan kaum beriman kepercayaan kepada karya Allah kepada
Tuhan Yesus Kristus,namun anusia tetap berdiri di dalam
kebudayaan kafir. Peran penebusan Tuhan Yesus yang hidup di
dalam iman tidak lagi berarti menghadap kebudayaan.
5. Sikap Menguduskan
Sikap ini tidak menolak namun tidak juga menerima,tetapi
sikap kenyakinan yangteguh bahwa kejatuhan manusia ke dalam
dosa tidak menghilangkan kasih Allah atas manusia. Manusia dapat
menerima kebudayaan selama hasil itu memuliakan Allah,tidak
menyembah berhala,mengasihi sesama dan kemanusiaan. Setidakya,
bila kebudayaan itu bertentangan dengan firman Allah akan ditolak.
SIKAP KRISTEN MEMANDANG TRADISI BUDAYA

1. Sikap menolak jelas tidak mungkin,karena manusia hidup dalam


lingkungan masyarakat dan keluarga,juga manusia tidak terlepas dari
sejarah.
2. Sikap menyesuaikan diri dari sinkretis memang kelihatannya aman-
aman saja,namun perlu disadari bahwa manusia yang sudah
dikandung dalam dosa itu memiliki kecenderungan dosa dalam
dirinya,sehingga manusia akan cenderung memegang adat istiadat
dan mengabaikan hukum Allah.
3. Sikap menguasai jelas tidak mungkin.
4. Sikap mendua ini menjadikan seorang Kristen hidup menyembah
Allah dan menyembah nenek moyang.
5. Sikap menguduskan adalah sikap yang terbiak,sikap yang selektif
menolak aspek-aspek tradisi budaya yang tidak sesuai dengan iman
Kristen dan menguduskan hal-hal yang tidak bertentangan dengan
iman Kristen,dengan demikian ia dapat mendahulukan Tuhan di atas
tradisi budaya.

PENDEKATAN DARI SEGI PEMBERITAAN

1. Pendekatan Apologetika Positif


Apologetika merupakan bagian dari misi kita menjelaskan
orang-orang yang terhitung. Apologetika positif adalah suatu usaha
mendirikan kebenaran injil secara positif,tetapi menyakinkan dulu
sekaligus mengungkapkannya.Tujuan utama berdebatan tetapi untuk
berdialog dan memenangkan jiwa.
2. Pendekatan Polemik Tidak Langsung
Penyampaian kebenaran Firman Tuhan Allah dengan sasaran
menyatakan ketidakbeneran yang beredar di masyarakat di indonesia
secara tidak langsung dan dengan menjauhkan serangan terhadap
suatu golongan.
3. Penyertaan (Kehadiran) Yang Menyakinkan (Persuasiuo Presence)
Hal ini merupakan metode para utusan injil dengan
kehadirannya di suatu tempat melihat kesempatan-kesempatan dan
pintu-pintu yang terbuka melalui sarana-sarana sosial,pendidikan,dll.
4. Pendekatan Dengan Beberapa Sarana/Kunci
a. House hold-Evangelism(Penginjilan keluarga)
b. Church Planting(Pendirian jemaat baru di desa-desa)
c. Pendidikan Teologia
d. Pendidikan umum
e. Sarana-sarana sosial
f. Penyegaran Rohani(Kebangunan Rohani ke dalam)
g. Public Evangelism(Penginjilan Publik Massal)
h. Penginjilan Pribadi
i. Penginjilan Massa-Massa
j. Penginjilan Persekutuan
k. Life Style Evangelism
BAB III
KESIMPULAN

Setalah membahas dan menulis tentang Teologi


Kontekstualisasi penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam
belajar teologi kontekstual perlu mempelajari semua aspek
yang berhubungan dengan kehidupan manusia sebagai sasaran
seorang teolog memberitakan Injil Kristus.
Seorang teolog harus mengetahui tradisi atau budaya di
mana ia memberitakan Injil Kristus sehingga seorang teologi
dapat berstrategi untuk memenangkan jiwa-jiwa.
Dalam pemberitaan Injil Kristus tentunya tidak akan
terlepas dari tantangan dan hambatan,oleh ssebab itu
pemberita injil bisa menjadi saksi dan pelayan Tuhan yang
efektif,cakap dan bijaksana dalam menghadapi tantangan yang
berkaitan dengan misi Kristen

Anda mungkin juga menyukai