Anda di halaman 1dari 23

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN

NOMOR 23 TAHUN 2001


TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PELALAWAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PELALAWAN,

Menimbang :

a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Pelalawan dengan


memanfaatkan Ruang Wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras
seimbang dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan pertahanan keamanan, perlu disusun Rencana Tata Ruang
Wilayah;
b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antara sektor,
daerah, dan masyarakat maka rencana tata ruang wilayah merupakan arahan
lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, masyarakat dan
atau dunia usaha;
c. bahwa dengan di tetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun1997
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang dijabarkan kedalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Propinsi Riau, maka Rencana Tata Ruang Wilayah tersebut
perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
dan huruf c serta sebagai pelaksanaan Undang–undang Nomor 24 Tahun 1992
tentang Penataan Ruang, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pelalawan;

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pemerintah Daerah Otonom


Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara
Tahun 1956 Nomor 25);
2. Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra
Tingkat I Sumatera Barat, Jambi, dan Riau (Lembaran Negara Tahun 1958
Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1616);
3. Undang–undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3507);
4. Undang–undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
5. Undang-undang Nomor 53 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten
Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak,
Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kota
Batam (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3902);
6. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang–undang
Nomor 53 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten
Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun,
Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singgingi dan Kota Batam (Lembaran
Negara Tahun 2000 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3968);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi
Vertikal di Daerah (Lembaran Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 337);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 366);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara Repulik Indonesia Tahun 1997 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3721);
10. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung;
11. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan
Perundang-undangan, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan
Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai
Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PELALAWAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN TENTANG RENCANA


TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PELALAWAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Pelalawan.


2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang
lain sebagai Badan Eksekutif Daerah.
3. Kepala Daerah adalah Bupati Pelalawan.
4. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara
sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan makhluk lainnya melakukan
kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.
5. Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
6. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
7. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
8. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait padanya yang batas dan sistimnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan atau aspek fungsional.
9. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya.
10. Kawasan Lindung adalah kawasan yang di tetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam,
sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan
pembangunan berkelanjutan.
11. Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia dan sumber daya buatan.
12. Kawasan Tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara Nasional mempunyai
nilai strategi yang penataan ruangnya diprioritaskan.
13. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat pemukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial dan
kegiatan ekonomi.
14. Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya termasuk pengelolaan sumber daya
alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial dan
kegiatan ekonomi.

B A B II
RUANG LINGKUP
Pasal 2

Ruang Lingkup Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Pelalawan ini mencakup strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten
sampai dengan batas ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara menurut peraturan
perundang – undangan yang berlaku.

Pasal 3

Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi :

a. Tujuan Pemanfaatan Ruang Wilayah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat


dan pertahanan keamanan yang diwujudkan melalui strategi pelaksanaan
pemanfaatan ruang wilayah untuk tercapainya pemanfaatan ruang yang
berkualitas;
b. Rencana Struktural dan pola pemanfaatan ruang wilayah;
c. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah;
d. Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah.

BAB III
AZAS, TUJUAN DAN STRATEGI
Bagian Pertama
Azas dan Tujuan
Pasal 4

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pelalawan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 meliputi disusun berazaskan :

a. Pemanfaatan Ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan
berhasil guna, selaras, seimbang dan berkelanjutan;
b. Keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum.

Pasal 5

Tujuan Pemanfaatan Ruang Wilayah sebagaimana di maksud dalam Pasal 3 huruf a


Peraturan Daerah ini yaitu :

a. Terwujudnya pemanfaatan ruang wilayah yang serasi dan seimbang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan daya dukung dalam pengembangan wilayah – wilayah
kecamatan, tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan;
b. Terwujudnya strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah
sebagaimana dimaksud dalam huruf a ke dalam strategi dan struktur pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten disesuaikan dengan perkembangan pembangunan yang
terjadi baik pada tingkat nasional maupun provinsi;
c. Terwujudnya kembali pokok – pokok kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten yang ada, dalam rangka mewujudkan suatu tata ruang wilayah
kabupaten yang berkualitas dan berwawasan lingkungan;
d. Terwujudnya keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar
kawasan di dalam wilayah kabupaten (kawasan perkotaan/pusat kegiatan,
kawasan pemukiman/hunian, kawasan pedesaan, dan kawasan khusus);
e. Terwujudnya peningkatan fungsi dan peran kabupaten dalam perimbangan
wilayah yang lebih luas. Dalam hal ini pengembangan kawasan Budidaya dan
Non Budidaya serta aspek satu kesatuan wilayah;
f. Terwujudnya Pedoman Perencanaan Pembangunan Pemerintah Daerah
Kabupaten dalam pengembangan potensi – potensi Daerah, Pengembangan
kegiatan Sosial Ekonomi.

Bagian Kedua
Strategi Pelaksanaan
Pasal 6
1. Untuk mewujudkan tujuan pemanfaatan Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud
pada Pasal 5 ditetapkan srategi pelaksanaan Pemanfaatan Ruang Wilayah;
2. Strategi Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi :
a. Pengelolaan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya;
b. Pengelolaan Kawasan Perdesaan, Kawasan Perkotaan dan Kawasan
tertentu yang berlokasi di Daerah;
c. Sistim kegiatan Pembangunan dan sistim permukiman pedesaan dan
perkotaan;
d. Sistim prasarana transportasi, Telekomunikasi, Energi, Pengairan dan
prasarana Pengelolaan Lingkungan;
e. Penatagunaan Tanah, penatagunaan Air, Penatagunaan Udara dan
Penatagunaan Sumberdaya Alam Lainnya.

Pasal 7

Untuk menjamin kelestarian lingkungan dan keseimbangan pemanfaatan sumber daya


alam, sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan maka strategi pemanfaatan
kawasan lindung adalah sebagai berikut :

a. Pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan


bawahnya (kawasan lindung gambut/konservasi, lindung bakau dan hutan suaka
marga satwa). Untuk memudahkan pengendalian maka diperlukan :
1. Adanya peraturan – peraturan yang jelas dan tegas serta mengikat bagi
kawasan Lindung;
2. pengendalian dilakukan secara ketat untuk kegiatan budidaya yang telah
ada di kawasan tersebut, namun demikian kegiatan tersebut tidak dapat
diperluas;.
3. pengembalian fungsi Hidroorologi kawasan lindung yang telah mengalami
kerusakan;
4. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya yang akan merusak
kelestarian kawasan , khususnya Hutan Suaka Margasatwa;
5. Pemantauan dan Pengendalian terhadap kegiatan yang diperbolehkan di
kawasan lindung.
b. Pengelolaan bagi kawasan lindung setempat (sempadan sungai, sempadan pantai
dan sempadan danau), meliputi :
1. Adanya Peraturan – peraturan yang jelas dan tegas serta mengikat bagi
kawasan Lindung;
2. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya baru yang akan
mengganggu;
3. Pengendalian dilakukan secara ketat untuk kegiatan yang telah ada;
4. Pengamanan Daerah aliran Sungai, Daerah Pantai, Daerah Danau.
c. Pengelolaan bagi kawasan Lahan Kritis meliputi :
1. Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah;
2. Pengendalian kegiatan di Sektor Kawasan.
Pasal 8

Untuk mengakomodasikan kegiatan produksi (perkebunan kelapa sawit, pertanian


tanaman pangan lahan kering, pertanian tanaman pangan lahan basah/persawahan,
perikanan hutan produksi dan peternakan), permukiman (kota dan desa), kawasan industri
(penataan kawasan industri dan pengembangan kegiatan Industri pengolahan kelapa
Sawit), kawasan pariwisata, kawasan pertambangan dan pelabuhan khusus, strategi
pemanfaatan Ruang Kawasan Budidaya sebagai berikut :

a. Kawasan Budidaya Non Pertanian :


1. Kawasan Permukiman di Wilayah Kabupaten Pelalawan terdiri atas
kawasan permukiman kota dan Desa.
2. Kawasan Permukiman Desa :
a. Pengembangan permukiman transmigrasi dalam bentuk penataan
kawasan permukiman yang sudah ada;
b. Pengembangan Desa – desa Pusat Pelayanan dengan Peningkatan
penyediaan prasarana dan sarana utama dan penunjang.
3. Kawasan Permukiman Kota :
a. Penataan ruang kota dengan penyusunan rencana tata ruang kota
khususnya untuk kota – kota kecamatan;
b. Penataan permukiman baru kota yang sudah ada;
c. Pengembangan Permukiman baru Kota disesuaikan dengan
peruntukan lahannya;
d. Penyediaan sarana dan prasarana penunjang Permukiman Kota.
4. Pada Kawasan baru, Pemerintah Kabupaten Pelalawan lebih
mengutamakan penyediaan lahan matang (siap bangun). Lahan – lahan ini
akan menjadi bank- lahan cadangan yang berfungsi mengarahkan
perluasan kawasan terbangun.
b. Kawasan Pusat Pemerintahan.
Strategi Pengembangan Kawasan Pusat Pemerintahan :
1. Pusat Pemerintahan Pada Kecamatan dan atau desa Strategis hendaknya di
prioritas guna merangsang kegiatan Masyarakat;
2. Penyusunan Rencana Teknik Ruang Kawasan Pusat Pemerintahan yang
lebih terinci;
3. Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana utama dan
penunjang;
4. Perlu adanya peraturan – peraturan bangunan khusus di kawasan tersebut
sebagai pedoman bagi para perancang bangunan.
c. Kawasan Pariwisata.
Pengembangan kawasan Pariwisata diarahkan pada obyek wisata budaya
(Kecamatan Pelalawan dan Kecamatan Pangkalan Kuras), dan Wisata Alam
(Pemandangan Alam di Kecamatan Langgam, Danau Tanjung Putus di Pangkalan
Kerinci, Danau Tasik Besar di Kecamatan Teluk Meranti, Air Panas di
Kecamatan Pangkalan Lesung, Suaka Marga satwa di Kecamatan Kerumutan,
Kawasan Konservasi Gajah di Kecamatan Pangkalan Kuras dan Kecamatan
Langgam serta wisata kejadian alam Bono di Kecamatan Teluk Meranti).
Strategi yang diterapkan bagi pengembangan kawasan pariwisata adalah sebagai berikut :

1. Penyusunan Studi Pengembangan Kawasan Pariwisata;


2. Penyusunan Paket Wisata Terpadu;
3. Penataan Kawasan Pariwisata melalui Peningkatan dan Penyediaan
Prasarana dan sarana;
4. Pengembangan Objek Wisata yang berada pada kawasan Lindung di
harapkan tetap memperhatikan fungsi utama kawasan;
5. Pembangunan pusat informasi wisata, bekerjasama dengan biro – biro
perjalanan.

d. Kawasan Industri.
Strategi yang diterapkan bagi Pengembangan Kawasan Industri yang ditetapkan
di luar Wilayah Ibukota Kabupaten Pelalawan :
1. Penataan Ruang untuk Kawasan Industri terdiri dalam bentuk Rencana
yang lebih rinci;
2. Penyediaan Prasarana utama dan penunjang serta pendukung;
3. Pembatasan Pengembangan Industri, terutama Industri yang berpotensi
mencemari lingkungan di sekitarnya dan mewajibkan Industri yang
bersangkutan melakukan pengolahan Limbah Industri sampai batas aman
lingkungannya sebelum membuang Limbah tersebut.
e. Kawasan Pertambangan.
Strategi yang diterapkan dalam Penggunaan lahan bagi pengembangan untuk
kawasan Pertambangan adalah :
1. Pemantauan dan Pengendalian intensitas kegiatan Pengusahaan
Pertambangan;
2. Untuk kawasan pertambangan yang berada di kawasan lindung dilakukan
pemantauan dan pengendalian agar tidak mengganggu fungsi utama
kawasan (lindung), dan kewajiban untuk pengembalian fungsi lindung
pada bekas kawasan Pertambangan.
f. Kawasan Pengembangan Bandar Udara.
Strategi Pengembangan Kawasan Bandar Udara dilakukan dengan penetapan
peraturan dalam kaitannya dengan :
1. Penetapan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP);
2. Penetapan kawasan perletakan peralatan telekomunikasi dan navigasi;
3. Penetapan ambang batas pencemaran udara, air dan kebisingan akibat
operasi bandar udara.
g. Kawasan Pelabuhan Khusus .
Strategi Pengembangan Kawasan Pelabuhan Khusus adalah sebagai berikut :
1. Perlu adanya studi kelayakan;
2. Pembangunan prasarana dan sarana penunjang;
3. Guna memperlancar transportasi antar pulau, selain pelabuhan khusus
perlu membangun Pelabuhan Penyeberangan bekerjasama dengan BUMN.
h. Kawasan Budi daya Pertanian.
1. Kawasan Tanaman Pangan Lahan Basah.
Strategi dalam pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan lahan
basah adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan produksi pertanian tanaman pangan lahan basah
(persawahan) yang sudah ada dengan pola Intensifikasi,
ekstensifikasi dan Diversifikasi;
b. Pengembangan prasarana pengairan;
c. Memperluas jaringan pemasaran pertanian melalui KUD dalam
pengadaan bibit unggul, pupuk dan obat – obatan.
2. Kawasan Tanaman Pangan Lahan Kering.
Strategi yang perlu di terapkan dalam pengembangan kawasan pertanian
tanaman pangan lahan Kering adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan produksi pertanian palawija, sayuran dan buah –
buahan yang sudah ada;
b. Memperluas jaringan pemasaran pertanian melalui KUD.
i. Kawasan Tanaman Tahunan.
Strategi Pengembangan Tanaman Tahunan/ Perkebunan adalah sebagai berikut :
1. Rehabilitas perkebunan kelapa sawit, karet, kelapa dan aneka tanaman
yang terlantar;
2. Peningkatan kuantitas dan kualitas produksi perkebunan kelapa sawit,
karet, kelapa dan aneka tanaman yang terlantar;
3. Pengembangan lahan perkebunan baru yang telah memiliki izin lokasi
dengan melakukan tindakan konversi tanah dan air;
4. Penyelesaian masalah tumpang tindih penggunaan/ penguasaan lahan.
j. Kawasan Hutan Produksi/ HTI.
Strategi yang perlu di lakukan dalam pengembangan kawasan Hutan Tanaman
Produksi/ HTI adalah sebagai berikut :
1. Pengusahaan hutan produksi;
2. Pengembangan zona penyangga pada kawasan hutan produksi;
3. Pemantauan dan pengendalian kegiatan penguasaan hutan produksi
4. Pengembangan pola hutan tanaman industri;
5. Reboisasi dan rehabilitasi lahan;
6. Penyelasaian masalah tumpang tindih lahan.
k. Kawasan Peternakan.
Strategi yang perlu dilakukan dalam pengembangan kawasan peternakan adalah
sebagai berikut :
1. Pengembangan kawasan peternakan diarahkan ke kawasan lahan pertanian
yang kurang produktif.
2. Peningkatan produksi dan populasi ternak baik ternak besar (ruminansia)
maupun ternak kecil (non ruminansia) serta unggas.
l. Kawasan Perikanan.
Strategi yang perlu dilakukan dalam pengembangan kawasan perikanan adalah
sebagai berikut :
1. Pemeliharaan sumber air untuk menjaga kelangsungan usaha
pengembangan perikanan.
2. Pengembangan perikanan budidaya, baik perikanan tangkapan, perikanan
sungai maupun perikanan laut.
3. Menjaga kelestarian sumber hayati perikanan perlu diatur mengenai jenis
dan alat tangkapnya.
4. Peningkatan produksi ikan pada lahan perikanan yang sudah ada.
5. Pengaturan Pembuangan Limbah (rumah tangga dan industri) agar tidak
mencemari usaha Perikanan.

Pasal 9

Untuk meningkatkan dan keterpaduan pengembangan wilayah maka strategi


pengembangan kawasan Perdesaan adalah sebagai berikut :

a. Pengembangan Kawasan Perdesaan perlu mempertimbangkan keberadaan sektor-


sektor strategis dan tingkat kepentingannya terhadap wilayah dalam hal potensi
maupun permasalahan serta ketersediaan dan kesiapan Investasi untuk
mendukungnya;
b. Peningkatan dan pembangunan sistim transportasi yang akan menghubungkan
antara kawasan perdesaan dengan kawasan lainnya serta peningkatan sarana dan
prasarana penunjang permukiman.

Pasal 10

Untuk meningkatkan keterkaitan dan keterpaduan pengembangan wilayah maka strategi


pengembangan kawasan perkotaan adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan prasarana penunjang kegiatan utama untuk memacu proses


perkembangan kegiatan – kegiatan pada kawasan Perkotaan;
b. Menyiapkan Rencana Tata Ruang Kota Kecamatan yang mampu mengakomodasi
kencenderungan perkembangan kegiatan yang akan di kembangkan.

Pasal 11

Strategi Pengembangan Kawasan Khusus adalah :

a. Melaksanakan studi kelayakan;


b. Menyiapkan prasarana penunjang kegiatan utama untuk memacu proses
perkembangan kegiatan-kegiatan pada kawasan khusus;
c. Mengundang investor untuk menanamkan modalnya pada kawasan khusus;
d. Penempatan wilayah konsesi pertambangan.

Pasal 12

Strategi Pembangunan Daerah meliputi :

a. Pengembangan struktur tata ruang;


b. Sistim transportasi;
c. Kependudukan;
d. Penggunaan lahan;
e. Sistim pelayanan prasarana dan pengembangan wilayah prioritas.

Pasal 13

Strategi Kawasan permukiman adalah sebagai berikut :

a. Kawasan Permukiman Desa :


1. Pengembangan Pemukiman transmigrasi dalam bentuk penataan kawasan
permukiman yang sudah ada;
2. Pengembangan desa-desa pusat pelayanan dengan peningkatan penyediaan
prasarana dan sarana penunjang;
3. Meningkatkan keterkaitan kawasan perdesaan dengan kawasan-kawasan
perkotaan, terutama antara sentra produksi dengan pusat-pusat
pertumbuhan Perkotaan.
b. Kawasan Permukiman Kota.
1. Penataan ruang kota dengan penyusunan rencana tata ruang kota
khususnya untuk kota-kota kecamatan;
2. Penataan pemukiman kota yang sudah ada;
3. Pengembangan permukiman baru kota di sesuaikan dengan peruntukan
lahannya;
4. Penyediaan sarana dan prasarana penunjang permukiman kota.

Pasal 14

Strategi pengembangan sistim prasarana wilayah yang perlu di lakukan adalah sebagai
berikut :

a. Peningkatan sistim pelayanan prasarana wilayah yang sudah ada, meliputi; air
bersih, air buangan, drainase, listrik dan telepon;
b. Pembangunan sistim pelayanan air bersih, air buangan, drainase, listrik dan
telepon bagi wilayah atau kecamatan yang belum terlayani oleh prasarana tersebut
secara bertahap;
c. Pembangunan lokasi TPA dengan melakukan study Sistem Manajemen
Persampahan dan pemilihan lokasi TPA terlebih dahulu.

BAB IV
RENCANA STRUKTUR DAN POLA PEMANFAATAN
RUANG WILAYAH
Bagian Pertama Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Wilayah
Paragraf 1
Umum
Pasal 15
1. Rencana struktur pemanfaatan ruang wilayah sebagaimana di maksud dalam Pasal
3 huruf b diwujudkan berdasarkan sistem kegiatan pembangunan dan sistem
permukiman perdesaan serta sistem permukiman perkotaan sebagaimana di
maksud pada Pasal 6 huruf c serta prasarana transportasi, telekomunikasi, energi,
pengairan, dan prasarana pengelolaan lingkungan sistem sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf d.
2. Rencana struktural pemanfaatan ruang wilayah sebagaimana di maksud dalam
Pasal 3 huruf b meliputi permukiman perdesaan, permukiman perkotaan dan
prasarana sebagaimana di maksud pada ayat (1) Pasal ini.

Paragraf 2
Sistem Permukiman Perdesaan
Pasal 16

Pengembangan perdesaan lebih ditujukan pada pembangunan pertanian dan peningkatan


hubungan yang serasi antara perdesaan dengan pusat-pusat pertumbuhan.

Pasal 17

Sistem permukiman Perkotaan di Kabupaten Pelalawan terdiri dari Kota yang berfungsi
sebagai :

a. Kota orde I Kabupaten, yaitu Ibukota Kabupaten ( Kota Pangkalan Kerinci).


Fungsi utama Kota :
1. Ibukota dan pusat pemerintahan kabupaten serta kecamatan;
2. Pusat perdagangan dan jasa skala kabupaten, kecamatan dan lokal;
3. Pusat pendidikan skala kabupaten, kecamatan dan lokal;
4. Pusat peribadatan skala kabupaten, kecamatan dan lokal;
5. Pusat pelayanan kesehatan skala kabupaten, kecamatan dan lokal;
6. Pusat pelayanan sarana taman dan lapangn olah raga skala kabupaten,
kecamatan dan lingkungan.
7. Pusat pelayanan sarana komunikasi dan transportasi darat, sungai dan laut
skala regional, kota dan lokal.
b. Kota orde II Kabupaten, yaitu Pelalawan, Langgam, Sorek Satu, Pangkalan
Bunut, Teluk Meranti dan Teluk Dalam.
Fungsi utama Kota :
1. Ibukota dan pusat pemerintahan kecamatan;
2. Pusat rekreasi budaya skala pelayanan kabupaten;
3. Pusat perdagangan dan jasa skala kecamatan dan lokal;
4. Pusat pendidikan skala kecamatan dan lokal;
5. Pusat peribadatan skala kecamatan dan lokal;
6. Pusat pelayanan sarana taman dan lapangan olah raga skala kecamatan dan
lingkungan;
7. Pusat pelayanan sarana transportasi skala lokal.
c. Kota orde III Kabupaten, yaitu Pangkalan Lesung, Ukui Satu dan Kerumutan.
Fungsi utama Kota :
1. Ibukota dan pusat pemerintahan kecamatan;
2. Pusat perdagangan dan jasa skala kecamatan dan lokal;
3. Pusat pendidikan skala kecamatan dan lokal;
4. Pusat peribadatan skala kecamatan dan lokal;
5. Pusat pelayanan kesehatan skala kecamatan dan lokal;
6. Pusat pelayanan sarana taman dan lapangan olah raga skala kecamatan dan
lingkungan;
7. Pusat pelayanan sarana komunikasi dan transportasi skala lokal.

Paragraf 4
Sistem Prasarana dan Utilitas
Pasal 18

Prasarana Wilayah dan Utilitas terdiri dari :

a. Air Bersih
Dalam merencanakan sistem penyediaan air bersih di kecamatan-kecamatan perlu
pertimbangan hal-hal sebagai berikut :
1. Tersedianya air baku yang cukup untuk melayani semua penduduk untuk
setiap kecamatan;
2. Faktor jarak pelayanan erat kaitannya dalam penyediaan air bersih dengan
menggunakan sistem jaringan perpipaan;
3. Kondisi geografis wilayah kabupaten.
b. Air Buangan.
Air buangan di Kabupaten Pelalawan akan di kelola dengan sistem sanitasi
setempat menggunakan tangki septik dengan bidang resapan untuk daerah tidak
rawan banjir dan tangki septik dengan evapotranspirasi daerah rawan banjir.
c. Drainase.
Sistem drainase yang akan di buat untuk membuang air permukaan yang
berlebihan sehingga tidak terjadi genangan air serta menjaga sumber-sumber daya
air agar seimbang baik permukaan maupun air tanah dengan pendekatan
hidroekosistem.
d. Kelistrikan.
Konsep pelayanan listrik perlu mempertimbangkan adanya kawasan permukiman
yang terpencar dan membentuk cluster-cluster serta adanya kendala kondisi
geografis berupa sungai, sehingga pelayanan listrik di Kabupaten Pelalawan
belum mungkin di gunakan sistem jaringan dari satu sumber pembangkit listrik,
dengan pembangunan PLTD.
e. Telepon.
Menggunakan 4 Sistem Pelayanan Yaitu :
1. Sistem pelayanan telepon menggunakan jaringan kabel;
2. Sistem pelayanan telepon dengan menggunakan sistem radio;
3. Sistem pelayanan telepon menggunakan jaringan kabel atau radio;
4. Sistem pelayanan antar STO menggunakan sistem pelayanan microwave radio
link.
f. Persampahan.
Perlunya di rencanakan suatu sitem pengelolaan yang terpadu yang dapat
mencakup seluruh aspek yang terdapat di dalamnya, meliputi ; Pengumpulan
sampah di sumber dan pengumpulan sampah di TPS, pengolahan pengangkutan
dan pemindahan serta pembuangan akhir.

Bagian Kedua
Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah
Pasal 19

Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah sebagaimana di maksud dalam Pasal 3 huruf
b mengambarkan sebaran Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya.

Pasal 20

Rencana Kawasan Lindung di Kabupaten Pelalawan terdiri dari :

a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya yang terdiri dari :


1. Kawasan lindung;
2. Kawasan lindung gambut.
b. Kawasan perlindungan setempat yang terdiri dari dari :
1. Sempadan pantai;
2. Sempadan sungai.
3. Sempadan danau
c. Kawasan Suaka Alam.
1. Kawasan suaka alam (cagar alam dan suaka marga satwa)
2. Kawasan lindung bakau;
3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya;
4. Taman nasional dan taman wisata alam.
d. Kawasan lahan kritis.
e. Kawasan Rawan Bencana.
1. Kawasan rawan bencana alam.
2. Kawasan rawan bencana alam tanah longsor.

Pasal 21

Rencana Kawasan Budidaya meliputi :

a. Pengembangan kawasan hutan budidaya pada kawasan rencana pengembangan


hutan produksi yaitu :
1. Hutan produksi terbatas;
2. Hutan produksi tetap.
b. Pengembangan kawasan pertanian yaitu :
1. Kawasan perkebunan;
2. Kawasan hutan tanaman industri (HTI).
c. Pengembangan Kawasan Permukiman yaitu :
1. Kawasan permukiman desa;
2. Kawasan permukiman kota.
d. Pengembangan kawasan pemerintahan.
e. Pengembangan Kawasan Pariwisata menurut jenis objek wisata meliputi :
1. Kawasan wisata alam.
a. Kejadian alam bono Kecamatan Teluk Meranti;
b. Pemandangan alam di Kecamatan Langgam;
c. Suaka marga satwa di Kecamatan Kerumutan;
d. Danau Tanjung Putus di Kecamatan Pangkalan Kerinci;
e. Konversi Gajah di Kecamatan Pangkalan Kuras dan Langgam;
f. Air Panas di Kecamatan Pangkalan Lesung.
2. Kawasan wisata cagar budaya dan ilmu Pengetahuan:
a. Istana Pelalawan di Kecamatan Pelalawan;
b. Equator di Kecamatan Pangkalan Kuras.
f. Pengembangan kawasan industri.
1. Kawasan industri besar;
2. Kawasan industri menengah;
3. Kawasan industri kecil / rumah tangga.
g. Pengembangan kawasan pertambangan.
h. Kawasan bandar udara dan pelabuhan khusus.
1. Bandar Udara.
2. Pelabuhan Khusus.

BAB V
RENCANA UMUM TATA
RUANG WILAYAH
Bagian Pertama
Umum
Pasal 22

1. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah sebagaimana di maksud dalam Pasal 3


huruf c di wujudkan berdasarkan rencana struktural pemanfaatan ruang wilayah
sebagaimana dimaksud pada bagian pertama Bab IV dan rencana pola
pemanfaatan ruang wilayah sebagai mana dimaksud pada bagian kedua Bab IV.
2. Untuk mewujudkan rencana umum tata ruang wilayah sebagaimana di maksud
pada Pasal 22 ayat (1), ditetapkan penetapan lokasi dan palaksanaan pemanfaatan
ruang wilayah.

Bagian Kedua
Penetapan Lokasi
Pasal 23

Penetapan lokasi sebagai mana di maksud dalam pasal 22 ayat 2 meliputi :

a. Kawasan lindung.
1. Kawasan lindung terletak di :
a. Kecamatan Kerumutan;
b. Kecamatan Teluk Meranti.
2. Kawasan lindung gambut terletak di :
a. Kecamatan Pelalawan;
b. Kecamatan Kerumutan;
c. Kecamatan Teluk Meranti;
d. Kecamatan Kuala Kampar.
3. Kawasan suaka alam.
a. Suaka marga satwa di Kecamatan Kerumutan dan Teluk Meranti;
b. Cagar budaya di Kecamatan Pelalawan yaitu Istana Kerajaan
Pelalawan dan Makam Sultan Mahmud Syah dan beberapa lokasi
yang didiami oleh Suku Petalangan (di wilayah Kecamatan
Pangkalan Kuras, Kecamatan Ukui, Kecamatan Pangkalan Lesung,
Kecamatan Langgam dan Kecamatan Pangkalan Kerinci).
4. Kawasan lahan kritis dan potensi kritis terletak diseluruh kecamatan dalam
Kabupaten Pelalawan.
5. Kawasan rawan bencana banjir dan erosi terletak di :
a. Kecamatan Langgam;
b. Kecamatan Pelalawan;
c. Kecamatan Teluk Meranti;
d. Kecamatan Kuala Kampar;
e. Kecamatan Pangkalan Kerinci.
b. Kawasan budidaya.
Kawasan budidaya terletak di :
1. Kawasan hutan produksi terbatas terletak di :
Kecamatan Kerumutan.
2. Kawasan lindung terletak di :
a. Kecamatan Langgam;
b. Kecamatan Bunut;
c. Kecamatan Kerumutan.
c. Kawasan Pertanian
1. Kawasan perkebunan terletak di Kecamatan Pangkalan Kerinci,
Kecamatan Pelalawan, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kecamatan
Langgam, Kecamatan Bunut, Kecamatan Kerumutan, Kecamatan Teluk
Meranti, Kecamatan Kuala Kampar.
2. Kawasan HTI / HTR terletak di Kecamatan Pangkalan Kerinci,
Kecamatan Pelalawan, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kecamatan
Langgam, Kecamatan Pangkalan Lesung, Kecamatan Ukui, Kecamatan
Bunut, Kecamatan Kerumutan, Kecamatan Teluk Meranti.
3. Kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering terletak di Kecamatan
Pangkalan Kuras, Kecamatan Langgam, Kecamatan Pangkalan Lesung,
Kecamatan Ukui Kecamatan Bunut, dan Kecamatan Kerumutan,.
4. Kawasan persawahan terletak di Kecamatan Teluk Meranti, Kecamatan
Kuala Kampar, Kecamatan Bunut, Kecamatan Langgam, dan Kecamatan
Pelalawan.
5. Kawasan Peternakan terletak di Kecamatan Pangkalan Kuras, Kecamatan
Langgam, Kecamatan Pelalawan, Kecamatan Kuala Kampar dan
Kecamatan Pangkalan Kerinci.
6. Kawasan Perikanan terutama budi daya perikanan darat (kolam), dan
keramba terdapat di Kecamatan Langgam, Kecamatan Bunut, Kecamatan
Kerumutan, Kecamatan Teluk Meranti, Kecamatan Pelalawan, Kecamatan
Pangkalan Kerinci, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kecamatan Pangkalan
Lesung dan Kecamatan Ukui; dan perikanan laut (tangkapan, tambak,
kerambah) terletak di Kecamatan Kuala Kampar.
d. Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman terletak di seluruh kecamatan di Kabupaten Pelalawan.
e. Kawasan Pusat Pemerintahan
1. Kawasan pusat pemerintahan terletak di Kecamatan Pangkalan Kerinci
sebagai Ibu Kota Kabupaten Pelalawan.
2. Kawasan pusat pemerintahan kecamatan terletak pada masing-masing
Ibukota Kecamatan.
f. Kawasan Pariwisata
1. Kawasan wisata alam terletak di Kecamatan Kuala Kampar, Kecamatan
Langgam, Kecamatan Kerumutan, Kecamatan Teluk Meranti, Kecamatan
Pangkalan Kerinci dan Kecamatan Pangkalan Kuras.
2. Kawasan wisata budaya dan iptek terletak di Kecamatan Pelalawan dan
Kecamatan Pangkalan kuras.
g. Kawasan Industri.
1. Industri pulp di Kecamatan Pangkalan Kerinci.
2. Industri pengolahan kelapa sawit di Kecamatan Pangkalan Kerinci,
Pangkalan Kuras, Kecamatan Teluk Meranti, Kecamatan Pangkalan
Lesung dan Kecamatan Ukui.
h. Kawasan Pertambangan
Kawasan pertambangan terletak di Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kecamatan
Langgam, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kecamatan Kerumutan, Kecamatan
Teluk Meranti dan Kecamatan Pangkalan Kerinci.
i. Kawasan Pelabuhan
Kawasan pelabuhan khusus terletak di Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kecamatan
Langgam, Kecamatan Kuala Kampar dan Kecamatan Pelalawan.

Bagian Ketiga
Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang Wilayah
Pasal 24

Pelaksanaan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) di


selenggarakan berdasarkan sistem kegiatan pembangunan pengelolaan kawasan serta
penata guna sebagaimana dimaksud dalam Pasal (6) peraturan daerah ini.

Pasal 25
Arahan pengembangan kawasan prioritas di tujukan pada daerah yang mempunyai
potensi untuk dikembangkan serta mempunyai aspek strategis.

Pasal 26

Tahapan Pengembangan dalam pemanfaatan ruang daerah secara garis besar menyangkut
eksploitasi dan alokasi sumber daya alam.

Pasal 27

Langkah-langkah pengelolaan kawasan lindung sebagai berikut :

a. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air dan iklim.


b. Mempertahankan keanekaragaman flora, fauna dan tipe ekosistem serta keunikan
alam.
c. Perlindungan terhadap kawasan suaka alam.
d. Perlindungan terhadap kawasan pantai berhutan bakau.
e. Perlindungan terhadap kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya.
f. Perlindungan terhadap kawasan Taman Nasional dan Taman Wisata Alam.
g. Melakukan pendataan / inventarisasi lahan kritis, longsor dan rawan erosi dan
bencana alam lainnya.
h. Pengembalian fungsi hidro-orologi kawasan lindung yang telah mengalami
kerusakan.

Pasal 28

Langkah–langkah pengelolaan kawasan budidaya sebagai berikut :

a. Pengembangan kegiatan utama serta pemanfaatan ruangnya secara optimal pada


tiap kawasan budidaya masing–masing.
b. Pengembangan prasarana pendukung tiap kawasan budidaya.
c. Pengendalian pemanfaatan ruang kegiatan budidaya yang dapat mengganggu
fungsi lindung.
d. Penanganan permasalahan tumpang tindih antar kegiatan budidaya.

Pasal 29

Langkah-langkah pengelolaan kawasan Perdesaan sebagai berikut :

a. Penataan kawasan permukiman yang sudah ada.


b. Pengembangan desa–desa pusat pelayanan dengan peningkatan penyediaan
prasarana dan sarana penunjang.
c. Strategi yang di tempuh padapertanian, sudah harus di nilai secara bertahap
dengan pengelolaan Agroindustri (buah-buahan, perkebunan dan pengelolaan ikan
laut).
d. Intensifikasi secara sektoral di arahkan kepada peningkatan produktivitas.
Pasal 30

Langkah-langkah pengelolaan kawasan Perkotaan sebagai berikut :

a. Penataan ruang kota dengan penyusunan rencana tata ruang kota khususnya untuk
kota-kota kecamatan.
b. Fungsi kota harus di tata kembali dalam rangka menentukan prioritas sesuai
dengan potensi wilayah.
c. Penyediaan sarana dan prasarana penunjang permukiman kota.

Pasal 31

Untuk menunjang pembangunan wilayah maupun daerah yaitu dengan upaya


pemanfaatan ruang yang berupa penata gunaan tanah, air, udara dan sumberdaya alam
lainnya yang terdapat disetiap wilayah berupa ; kawasan budidaya berupa pengembangan
kegiatan produksi hasil hutan, pertanian tanaman pangan, pariwisata dan kegiatan lainnya
sesuai dengan kriteria dan pengelolaan kawasan dengan penataan ruang.

BAB VI
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 32

1. Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3


huruf d didasarkan atas pengelolaan kawasan dan penatagunaan sebagai mana
dimaksud dalam Pasal 6.
2. Pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1) di
kawasan lindung, kawasan budi daya kawasan perdesaan, kawasan perkotaan, dan
kawasan tertentu dilaksanakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban
dalam pemanfaatan ruang, termasuk terhadap penguasaan pengunaan dan
pemanfaatan tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya.

BAB VII
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 33

Dalam kegiatan penataan ruang wilayah Kabupaten Pelalawan masyarakat berhak :

a. Berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang;
b. Mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah Kabupaten Pelalawan,
rencana tata ruang kawasan, rencana rinci tata ruang kawasan;
c. Menikmati manfaat ruang wilayah dan atau pertambahan nilai ruang sebagai
akibat dari penataan ruang;
d. Memperoleh pengantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang.
Pasal 34

1. Untuk mengetahui rencana tata ruang sebagaimana di maksud dalam Pasal 16,
selain masyarakat mengetahui rencana tata ruang wilayah Kabupaten Pelalawan
dari Lembaran daerah, masyarakat mengetahui rencana tata ruang yang telah di
tetapkan melalui pengumuman atau penyebar luasan oleh Pemerintah Kabupaten
Pelalawan pada tempat-tempat yang memungkinkan masyarakat mengetahui
dengan mudah.
2. Pengumuman atau penyebar luasan sebagai mana dimaksud pada ayat (1) Pasal
34 di ketahui masyarakat dari penempelan/ pemasangan peta rencana tata ruang
yang bersangkutan pada tempat-tempat umum dan kantor-kantor yang secara
fungsional menangani rencana tata ruang tersebut.

Pasal 35

1. Dalam menikmati manfaat ruang dan atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat
panataan ruang sebagaimana di maksud dalam Pasal 32, pelaksanaannya di
lakukan sesuai dalam Ketentuan Peraturan Perundang- undangan atau kaidah
yang berlaku.
2. Untuk menikmati dan memanfaatkan ruang beserta sumberdaya alam yang
terkandung di dalamnya, menikmati manfaat ruang sebagaimana di maksud pada
ayat (1), yang dapat berupa manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan di
laksanakan atas dasar pemilikan, penguasaan atau pemberian hak tertentu
berdasarkan ketentuan paraturan perundang-undangan ataupun atas hukum adat
dan kebiasaan yang berlaku atas ruang pada masyarakat setempat.

Pasal 36

1. Hak memperoleh penggantian yang layak atas kerugian terhadap perubahan status
semula yang di miliki oleh masyarakat sebagai akibat pelaksanaa rencana tata
ruang wilayah Kabupaten Pelalawan di selenggarakan dengan cara musyawarah
antara pihak yang berkepentingan.
2. Dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengenai pengantian yang layak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka penyelesaiannya di lakukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 37

Dalam kegiatan penataan ruang wilayah Kabupaten Pelalawan masyarakat wajib :

a. Berperan serta dalam memelihara kualitas ruang;


b. Berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;
c. Menaati rencana tata ruang yang telah di tetapkan.

Pasal 38
1. Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana di maksud
dalam Pasal 37 dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah,
baku mutu dan aturan-aturan penataan ruang yang di tetapkan dengan peraturan
perundang-undangan.
2. Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dipraktekkan masyarakat secara turun
temurun dapat diterapkan sepanjang meperhatikan faktor-faktor daya dukung
lingkungan, estetika lingkungan, lokasi dan struktur pemanfaatan ruang dapat
menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras dan seimbang.

Pasal 39

Dalam pemanfaatan ruang di daerah, peran serta masyarakat dapat berbentuk :

a. Pemanfaatan ruang daratan ruang lautan dan ruang udara berdasarkan peratuaran
perundang-undangan, agama, adat atau kebiasaan yang berlaku;
b. Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan wujud struktural dan
pola pemanfaatan ruang di kawasan pedesaan dan perkotaan;
c. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana tata ruang wilayah
Kabupaten Pelalawan;
d. Konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya untuk
tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas;
e. Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah Kabupaten Pelalawan;
f. Pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan dan atau kegiatan
menjaga memelihara dan meningkatkan fungsi hidup.

Pasal 40

1. Tata cara peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang di daerah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Pelaksanaan peranserta masyarakatsebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
koordinasikan oleh Kepala Daerah termasuk pengaturannya pada tingkat
Kecamatan sampai dengan desa/kelurahan.
3. Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
tertib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Pelalawan.

Pasal 41

Dalam pengendalian pemanfaatan ruang, peran serta masyarakat dapat berbentuk :

a. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Pelalawan termasuk


pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatann ruang.
b. Bantuan pemikiran atau pertimbangan untuk penertiban kegiatan pemanfaatan
ruang peningkatan kualitas pemanfaatan ruang.
Pasal 42

Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan di
daerah disampaikan secara lisan atau tertulis dari tingkat desa/kelurahan ke kecamatan
kepada Kepala Daerah atau pejabat yang berwenang.

BAB VIII
P E N Y I D I KAN
Pasal 43

1. Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten


Pelalawan mempunyai tugas melakukan penyidikan terhadap pelanggaran
Peraturan Daerah, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang :
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan
melakukan pemeriksaan;
c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal
diri tersangka;
d. Melakukan penyitaan benda atau surat;
e. Mengambil sidik jari dan memotret tersangka;
f. Memanggil orang untuk di dengar dan di periksa sebagai tersangka atau
saksi;
g. Mendatangkan ahli dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari
penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan
merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik
memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau
keluarganya;
i. Melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapat di pertanggung
jawabkan.
3. Penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat berita acara setiap tindakan dalam hal :
a. Pemeriksaan tersangka;
b. Pemasukan rumah;
c. Penyitaan barang;
d. Pemeriksaan tempat kejadian.

BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 44

1. Barang siapa yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam


Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta Rupiah).
2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB X
KETENTUAN LAIN – LAIN
Pasal 45

Rencana Tata Ruang Kabupaten Pelalawan sebagaimana di maksud dalam Pasal 2 di


gambarkan pada wilayah Kabupaten Pelalawan dengan tingkat ketelitian minimal
berskala 1: 250.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 46

Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana di maksud dalam Pasal 2 berfungsi sebagai
matra ruang dari pola dasar pembangunan Kabupaten Pelalawan untuk penyusunan
rencana pembangunan lima tahun daerah pada periode berikutnya.

Pasal 47

Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana di maksud dalam Pasal 2 di gunakan sebagai
pedoman bagi :

a. Perumusan kebijaksanaan pokok pemanfatan ruang di wilayah Kabupaten


Pelalawan;
b. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan antar kabupaten serta
antar sektor;
c. Penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan atau masyarakat di
Kabupaten;
d. Penyusunan rencana rinci di Kabupaten Pelalawan;
e. Pelaksanaan pembangunan dalam memanfaatkan ruang bagi kegiatan
pembangunan.

Pasal 48

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pelalawan menjadi dasar untuk penertiban
perizinan lokasi pembangunan.

Pasal 49

Ketentuan mengenai penataan ruang lautan dan ruang udara akan di atur lebih lanjut
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 50

Peninjauan kembali dan atau penyempurnaan rencana tata ruang wilayah sebagai
dimaksud dalam Pasal 2 dapat dilakukan minimal 5 ( lima ) tahun sekali.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 51

Pada saat mulai diberlakukannya Peraturan Daerah ini, maka semua rencana tata ruang
kawasan, rencana rinci tata ruang kawasan di daerah, dan sektoral yang berkaitan dengan
penataan ruang di daerah tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Pelalawan sesuai dengan Peraturan Daerah ini.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 52

Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pelalawan adalah 5 (lima) tahun
sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

Pasa 53

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah.

Pasal 54

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini


dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pelalawan.

Disahkan di Pangkalan Kerinci


pada tanggal 2 Juli 2001.
BUPATI PELALAWAN,

d.t.o.

T. AZMUN JAAFAR

Anda mungkin juga menyukai