Anda di halaman 1dari 14

1.

TUJUAN
 Mengetahui cara kerja Power Supply
 Mengetahui fungsi fungsi komponen pada power supply
 Mengetahui cara mengukur dan memasang komponen power supply
 Mampu membuat Power Supply secara sederhana

2. WAKTU DAN TEMPAT

Pratikum ini dilaksanakan pada


Tanggal : 18 Juli 2018
Hari : Rabu
Pukul : 07.00 – 09.15 WIB
Tempat : Gedung AK ruang 1.07 Politeknik Negeri Malang

3. DASAR TEORI

Rangakaian catu daya berfungsi untuk menyediakan arus dan tegangan tertentu sesuai dengan
kebutuhan beban dari sumber daya listrik yang ada. Untuk catu daya DC, akan diperlukan suatu
rangkaian yang dapat mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC.

3.1 POWER SUPPLY


Adaptor/catu daya adalah sumber tegangan DC yang digunakan untuk memberikan tegangan
atau daya kepada berbagai rangkaian elektronika yang membutuhkan tegangan DC agar dapat
beroperasi. Rangkaian pokok dari catu daya tidak lain adalah suatu penyearah yakni suatu
rangkaian yang mengubah sinyal bolak-balik (AC) menjadi sinyal searah (DC). Sumber daya
diperoleh dari baterai, solar sel, generator AC/DC, dan jala-jala listrik PLN.
Berbagai sumber daya tersebut akan kita bahas salah satunya tipe catu daya yang terjadi
melalui suatu proses pengubahan dari tegangan AC (bolak-balik) ke DC (searah). Proses
pengubahan dimulai dari penyearahan oleh dioda, penghalusan tegangan kerut (Ripple
Voltage Filter) dengan menggunakan kondensator dan pengaturan (regulasi) oleh rangkaian
regulator. Pengaturan meliputi pengubahan tingkat tegangan atau arus. Pada teknik regulasi
pembuatan catu daya, kita mengenal teknik regulasi daya linier dan teknik regulasi switching.

3.2 PENYEARAH (RECTIFIER)


Tegangan arus searah biasanya dibutuhkan untuk mengoperasikan peralatan elektronik,
misalnya pesawat amplifier, peralatan control elektronik, peralatan komunikasi dan
sebagainya. Catu daya arus searah (DC) dapat diperoleh dari baterai atau sumber daya
listrik 220/240 VAC 50 Hz yang dirubah menjadi arus searah melalui rangkaian penyearah
(rectifier). Pada sistem rangkaian penyearah ada 4 fungsi dasar yang dibahas, yaitu :
3.2.1 Transformasi tegangan yang diperlukan untuk menurunkan tegangan yang diinginkan.
3.2.2 Rangkaian penyearah, rangkaian ini untuk mengubah tingkat tegangan arus bolak-balik ke
arus searah.
3.2.3 Filter, merupakan rangkaian untuk memproses fluktuasi penyearahan yang
menghasilkan keluaran tegangan DC yang lebih rata.
3.2.4 Regulasi, adalah parameter yang sangat penting pada catu daya dan regulator tegangan
dengan bahan bervariasi.
Prinsip penyearah (rectifier) yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar 2.1 berikut ini.
Transformator (T1) diperlukan untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala listrik pada
kumparan primernya menjadi tegangan AC yang lebih kecil pada kumparan sekundernya.

Gambar 2.1 Rangkaian Penyearah Sederhana


Pada rangkaian ini, dioda (D1) berperan hanya untuk mengubah arus AC menjadi arus DC dan
meneruskan tegangan positif ke beban (R1). Peristiwa ini disebut dengan penyearah setengah
gelombang (half wave). Untuk mendapatkan penyearah gelombang penuh (full wave) diperlukan
transformator CT (Center Tap) seperti pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh

Tegangan positif fasa yang pertama diteruskan oleh D1 sedangkan fasa yang berikutnya
dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan transformator CT sebagai common ground. Dengan
demikian beban R1 mendapat suplai tegangan gelombang penuh seperti gambar di atas. Untuk
beberapa aplikasi seperti untuk mencatu motor DC yang kecil atau lampu pijar DC, bentuk
tegangan seperti ini sudah cukup memadai walaupun tegangan ripple dari kedua rangkaian di
atas masih sangat besar.

Gambar 2.3 Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang Dengan Filter C


Gambar diatas adalah rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor (C) yang
diparalel terhadap beban (R). ternyata dengan filter ini bentuk gelombang tegangan keluarnya bias
menjadi rata. Gambar 2.4 menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaian penyearah
setengah gelombang dengan filter kapasitor. Garis B-C kira-kira adalah garis lurus dengan
kemiringan tertentu, dimana pada keadaan ini arus untuk beban (R1) dicatu oleh tegangan
kapasitor. Sebenarnya garis B-C bukanlah garis lurus tetapi eksponensial sesuai dengan sifat
pengosongan kapasitor.
Gambar 2.4 Bentuk Gelombang Dengan Filter Kapasitor
Kemiringan kurva B-C tergantung dari besar arus (I) yang mengalir ke beban (R). jika arus I = 0
(tidak ada beban) maka kurva B-C akan membentuk garis horizontal. Namun jika beban arus
semakin besar, kemiringan kurva B-C akan semakin tajam. Tegangan yang keluar akan
berbentuk gigi gergaji dengan tegangan ripple yang besarnya adalah :

Vr = VM –VL

Dan tegangan DC ke beban adalah Vdc = VM + Vr/2. VM/R adalah beban I, sehingga terlihat
hubungan antara beban arus (I) dan nilai kapasitor (C) terhadap tegangan ripple (Vr).
Perhitungan ini efektif untuk mendapatkan nilai tegangan ripple yang diinginkan.
Vr = I T/C

Jika arus beban (I) semakin besar, maka tegangan ripple akan semakin besar. Sebaliknya jika
kapasitansi (C) semakin besar, tegangan ripple akan semakin kecil. Lebih sederhana biasanya
dianggap T=Tp, yaitu periode 1 gelombang sinus dari jala-jala listrik yang frekuensinya 50
Hz. Jika frekuensinya 50 Hz maka T = Tp = 1/f = 1/50 = 0.02s. Ini berlaku untuk penyearah
setengah gelombang. Untuk penyearah gelombang penuh, frekuensi gelombangnya 2x lipat
sehingga T = 1/2 Tp = 0.01s.
Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat dengan menambahkan kapasitor pada
rangkaian gambar 2.2 bisa juga dengan menggunakan transformator non CT tetapi dengan
merangkai 4 dioda seperti pada gambar 2.5 dibawah ini.

Gambar 2.5 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh Dengan Filter C

Contoh, desain rangkaian penyearah gelombang penuh dari catu jala-jala listrik 220V/50Hz
untuk menyuplai beban sebesar 0.5 A sehingga nilai kapasitor yang diperlukan memiliki
tegangan ripple yang tidak ≤ 0.75 Vpp. Jika rumus dibolak-balik maka diperoleh,
C = I.T/Vr = (0.5) (0.01)/0.75 = 6600 uF

Untuk kapasitor yang sebesar ini banyak tersedia tipe Elco yang memiliki polaritas dan
tegangan kerja maksimum tertentu. Tegangan kerja kapasitor yang digunakan harus lebih
besar dari tegangan keluaran Power Supply.

3.3 ELCO (ELEKTROLIT KONDENSATOR)


Elco dalam suatu rangkaian elektronika berfungsi untuk mengetahui nilai kapasitas
sebuah elco didalam satuan µF (mikro farad), mengurangi tegangan riak, sebagai kapasitas
polar. Dalam kapasitas polar mempunyai 2 kutub yang berlawanan pada setiap kakinya,
sehingga didalam pemasangan komponen tidak bisa terbalik maupun salah didalam
pemasangan.

Gambar 2.5 Bentuk Elco atau Kondensator (Kapasitor Elektrolit)


Elco atau kondensator (kapasitor elektrolit) yaitu komponen yang mempunyai 2 kaki, yaitu kaki
(-) dan kaki (+). Elco dapat menyimpan arus listrik searah DC. Rangkaian elco biasanya
digunakan dalam power supply regulator dan rangkaian lainnya. Kapasitor elco dibagi
menjadi 2 tipe, yaitu kapasitor polar dan kapasitor bipolar (non polar). Pembagian ini
didasarkan pada polaritas dari masing-masing kapasitor.
Kerusakan umum yang sering ditemukan pada fungsi elco terlebih pada kapasitor
elektrolit yaitu kering (kapasitasnya berubah), konsleting listrik dan meledak yang
dikarenakan salah didalam pemasangan tegangan positif dan negatifnya bila batas
maksimum voltase dilampui, juga dapat menyebabkan ledakan. Setiap elco mempunyai
tegangan kerja yang berbeda-beda, umumnya batas maksimal tegangan yang diperbolehkan
untuk suatu elco tertulis pada badannya. Tegangan kerja pada elco bisa dinyatakan dalam
satuan volt. Kapasitor juga dapat digunakan untuk mencegah percikan bunga api pada sebuah
saklar.

3.4 FILTER
Penyearah tanpa filter menghasilkan keluaran sinyal output yang berupa pulsa,
walaupun nilai rata-rata dari sinyal ini tidak nol, akan tetapi sinyal ini masih belum dapat
dipakai sebagai sumber daya atau catu daya untuk peralatan elektronika seperti pesawat
radio, tape, computer dan lain-lain. Oleh karena itu diperlukan rangkaian tambahan untuk lebih
menghaluskan atau meratakan sinyal keluaran tersebut. Rangkaian ini disebut dengan filter.
Setiap gelombang keluaran hasil penyearahan baik yang tanpa filter maupun yang dengan
filter terdiri atas komponen DC dan AC (Ripple), akan tetapi sumber tegangan baterai/aki
tidak mempunyai komponen AC. Semakin baik kualitas suatu catu daya berarti semakin kecil
perbandingan antara nilai komponen AC (Ripple) terhadap komponen DC. Ukuran ini disebut
dengan istilah Faktor Ripple (r).

tegangan ripel (rms)


r = ------------------------------------
tegangan dc

Ur (rms)
r = ----------------------- x 100 %
U dc
Faktor lain yang juga penting dalam menentukan kualitas suatu catu daya adalah regulasi
tegangan (V.R). Tegangan keluaran suatu catu daya dalam keadaan ada beban cenderung
lebih kecil disbanding dengan tegangan keluaran dalam keadaan tanpa beban. Semakin kecil
perbedaan tersebut, semakin baik kualitas suatu catu daya. Demikian pula sebaliknya. Regulasi
tegangan bisa didefinisikan sebagai berikut :
Udc tanpa beban – Udc beban penuh U.R. =
-------------------------------------------------
Udc beban penuh
UNL – VFL
% U.R. = ----------------- x 100 %
VFL
Suatu penyearah tanpa filter akan menghasilkan tegangan keluaran yang juga terdiri atas
komponen DC dan AC. Penyearah setengah gelombang menghasilkan tegangan DC dan AC
sebesar :
Udc = 0.318 Vm
Ur (rms) = 0.385 Vm
Oleh karena itu faktor ripel (r) dari penyearah setengah gelombang adalah r = 121 %
sedangkan penyearah gelombang penuh menghasilkan tegangan DC dan AC sebesar :
Udc = 0.636 Vm
Ur (rms) = 0.308 Vm
Oleh karena itu faktor ripel (r) dari penyearah gelombang penuh adalah r = 48 %.
Filter yang banyak digunakan dalam rangkaian catu daya adalah filter kapasitor (C). Filter C ini
sangat sederhana yaitu dengan cara menambahkan secara paralel komponen C pada
penyearah. Semakin besar nilai kapasitor yang digunakan, semakin baik faktor ripplenya atau
semakin halus/kecil komponen AC (ripple)nya. Pada penyearah gelombang penuh dengan
filter C, nilai tegangan ripple dapat ditentukan sebagai berikut:

Vdc
Vr(rms) = --------------- sehingga faktor ripplenya diperoleh :
4√3.f.R.C

1
r = --------------- x 100 %
4√3.f.R.C

Untuk memperoleh keluaran catu daya yang lebih halus dapat digunakan filter RC, yakni
gabungan antara komponen C dan R. Rangkaian dasar filter RC dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
3.5 IC. (INTEGRATED CIRCUIT)
Regulator tegangan dengan menggunakan komponen utama IC (Integrated Circuit)
mempunyai keuntungan karena lebih praktis dan umumnya menghasilkan penyetabilan
tegangan yang lebih baik. Fungsi-fungsi seperti pengontrol, sampling, komparator, referensi
dan proteksi yang tadinya dikerjakan oleh komponen diskrit, sekarang semuanya dirangkai dan
dikemas dalam IC. Ada beberapa jenis IC yang menghasilkan tegangan keluaran tetap baik
positif maupun negatif, ada pula yang menghasilkan tegangan keluaran yang bisa diatur. IC
regulator tegangan tipe LM78xx (series) menghasilkan tegangan tetap positif, sedangkan tipe
LM79xx (series) menghasilkan tegangan tetap negatif.

Pada gambar diatas terlihat bahwa IC regulator tipe LM7812 akan menghasilkan tegangan
keluaran tetap sebesar positif 8 V. IC jenis ini mempunyai 3 buah terminal, yakni input,
output dan ground. Ada beberapa spesifikasi tegangan pada beberapa IC regulator seri LM78xx
dan 79xx

Regulator 3 terminal adalah “Integrated Voltage Regulator Circuit” yang dirancang untuk
mempertahankan tegangan outputnya tetap dan mudah untuk dirangkai. Keuntungannya
adalah :
1. Membutuhkan penambahan komponen luar yang sangat sedikit, ukuran kecil.
2. Mempunyai proteksi terhadap arus hubung singkat.
3. Mempunyai automatic thermal shutdown.
4. Mempunyai tegangan output yang sangat konstan.
5. Mempunyai arus rendah.
6. Mempunyai ripple output yang sangat kecil.
7. Pembiayaan rendah.
3.6 OSCILLOSCOPE
Oscilloscope (Osiloskop) adalah Alat Ukur yang mana dapat menunjukkan kepada Anda
‘Bentuk’ dari sinyal listrik dengan menunjukkan Grafik dari Tegangan terhadap Waktu pada
layarnya. Itu seperti layaknya voltmeter dengan fungsi kemampuan lebih, penampilan tegangan
berubah terhadap waktu.Sebuah graticule setiap 1cm grid membuat anda dapat melakukan
pengukuran dari tegangan dan waktu pada layar (screen).
Osiloskop biasanya digunakan untuk mengitung besarnya frekuensi atau tegangan
(amplitudo) dari suatu gelombang atau sinyal listrik. Umumnya orang akan menggunakan
osiloskop untuk mengamati bentuk suatu gelombang sinusoidal dari rangkaian atau sumber listrik
arus bolak balik atau AC (Alternating Current) sehingga dapat mengitung langsung besarnya
amplitudo gelombang dari puncak bawah sampai puncak atas, oleh sebab itu sering dikenal
dengan istilah tegangan peak to peak (Vpp). Namun untuk melakukan perhitungan dan
mendapatkan hasil yang akurat maka harus dipastikan terlebih dahulu bahwa osiloskop yang akan
kita gunakan telah terkalibrasi atau belum.
PERANCANGAN
Dalam proses ini dilakukan dengan cara menuangkan ide dan gagasan berdasarkan teori teori
dasar yang mendukung. Proses perancangan dapat dilakukan degnan cara pemilihan komponen
berdasarkan target perencanaan yang telah ditentukan sesuai dengan keinginan penggunaan power supply
(pengapplikasian), hal ini juga dapat dilakukan dengan mempelajari karakteristik dan fungsi dari tiap tiap
komponen sehingga dapat dibuat alat yang telah direncanakan sesuai dengan yang diharapkan. Pada tahap
ini diperlukan juga konsep analisis dan perancangan yang akan dilakukan.
1. PENGANTAR

Dalam percobaan ini penulis merancang alat yaitu adaptor yang digunakan pada HP Samsung,
dengan spesifikasi tegangan input sebesar 100-240 V, frekuensiny 50-60 Hz, dan arus input yang
digunakan sebesar 0.15 A. tegangan output sebesar 5 V dan arus outputnya 1A
2. SPESIFIKASI
 Target perencanaan yang kami gunakan berdasarkan spesifikasi adaptor diatas :
 Tegangan input = 100 - 240 V (standart 220 V)
 Frekuensi = 50 Hz
 Tegangan Output =5V
 Arus =1A
 Beban yang digunakan dalam percobaan
 Resistor 5W 470 Ohm
 IC Regulator yang digunakan sesuai dengan target perencanaan
 LM7805C
o Tegangan Maksimum = 35 V
o Tegangan Minimum = tegangan output + 3
=5+3V
=8V
3. PERHITUNGAN
 Pada Trafo
 Menentukan Tegangan Sekunder Trafo ( A-B)
o Tegangan trafo yang digunakan = 12 V (Vrms)
o Tegangan Puncak (Vpeak) = 12 x √2
= 16.97 V
 Pada Diode
 Menentukan Tegangan setelah Diode (C-D)
Rugi tegangan dalam diode = 0.7 V
o Dalam Trafo Non CT melalui 2 diode = 2 x 0.7 V
= 1.4 V
o Tegangan setelah diode (siklus rectifier) = 16.97 – 1.4
= 15.57 V
 Pada Capasitor
 Memenentukan besar capasitor
 Besar Vripple yang digunakan tidak boleh lebih dari 1 V
o Denga V ripple = Vmaks – Vmin
= 15.57 – Vmin
o Vmin = 14.57 V
o Vripple = I T/C

Rumus ini mengatakan, jika arus beban I semakin besar, maka tegangan ripple akan semakin
besar. Sebaliknya jika kapasitansi C semakin besar, tegangan ripple akan semakin kecil. Untuk
penyederhanaan biasanya dianggap T=Tp, yaitu periode satu gelombang sinus dari jala-jala listrik yang
frekuensinya 50Hz atau 60Hz. Jika frekuensi jala-jala listrik 50Hz, maka T = Tp = 1/f = 1/50 = 0.02 det.
Ini berlaku untuk penyearah setengah gelombang. Untuk penyearah gelombang penuh, tentu saja
frekuensi gelombangnya dua kali lipat, sehingga T = 1/2 Tp = 0.01 det.
𝐼
V ripple =
4√3𝑓.𝑐

𝐼
C = 4√3𝑓.𝑉𝑟𝑖𝑝𝑝𝑙𝑒
1
= 4√3.100.1

= 0.001443376 F
= 1443.376 µF
 Dalam kemungkinannya tegangan PLN dapat menjadi 190V dan 240V
 Dengan menggunakan angka transformasi yang digunakan yaitu 220/12 sebagai berikut :
 Angka transformasi : 220
12
=
18.33
1
= 18.33 ∶ 1
 Pada tegangan 190 V
 Pada trafo
 Menentukan Tegangan Sekunder Trafo ( A-B)
o Tegangan trafo yang digunakan = 190 / 18.33 V (Vrms)
= 10.36 V
o Tegangan Puncak (Vpeak) = 10.36 x √2
= 14.66 V
 Pada Diode
 Menentukan Tegangan setelah Diode (C-D)
o Rugi tegangan dalam diode = 0.7 V
o Dalam Trafo Non CT melalui 2 diode = 2 x 0.7 V
= 1.4 V
o Tegangan setelah diode (siklus rectifier) = 14.66 – 1.4
= 13.26 V
 Pada tegangan 240 V
 Pada trafo
 Menentukan Tegangan Sekunder Trafo ( A-B)
o Tegangan trafo yang digunakan = 240 / 18.33 V (Vrms)
= 13.09 V
o Tegangan Puncak (Vpeak) = 13.09 x √2
= 18.52 V
 Pada Diode
 Menentukan Tegangan setelah Diode (C-D)
o Rugi tegangan dalam diode = 0.7 V
o Dalam Trafo Non CT melalui 2 diode = 2 x 0.7 V
= 1.4 V
o Tegangan setelah diode (siklus rectifier) = 18.52 – 1.4
= 17.12 V
4. PERHITUNGAN PADA OSILOSCOP
 Pada trafo
 Menentukan tegangan sekunder trafo (A-B)
o Tegangan yang terbaca = 3.6 div
o Batas tegangan = 5V/div
o Tegangan puncak (Vpeak) = 3.6 x 5
= 18 V
 Tegangan puncak teori menggunakan AVO = 12.5 √2
= 17.67 V
 Pada Diode
 Menentukan tegangan seteah Diode (C-D)
o Tegangan yang terbaca =3.6 div
o Batas tegangan = 5 V/div
o Tegangan puncak (Vpeak) = 3.6 x 5
= 18 V
 Menentukan frekuensi setelah Diode dengan gelombang penuh
o Yang terbaca = 5 div
o Batas ukur = 2 ms/div
o Periode =2x5
= 10 ms
o Frekuensi = 1/10-2
= 100 Hz
 Pada Capasitor
 Tegangan setelah capasitor = 16 V
o Yang terbaca = 3.4 div
o Batas ukur = 5 V/div
o Tegangan puncak (Vpeak) = 3.4 x 5
= 17 V
o Tegangan Output = 17 / √2
= 12.02 V
 Menentukan arus yang mengalir pada capasitor ke beban
o Beban yang digunakan = 470 ohm
o Arus capasitor = 17 x 470
= 0.036 A

ALAT DAN BAHAN


1. Transformator non CT 3 A : 1 buah
2. Diode : 4 buah
3. Capasitor : 1 buah
4. IC regulator : 1 buah
5. Solder : 1 buah
6. Timah : secukupnya
7. Kabel : secukupnya
8. Steker AC : 1 buah
9. Gunting : 1 buah

5. RANGKAIAN PERCOBAAN

Input
IC
Step down transformer Rectifier Smoother Voltage Regulator
6. GAMBAR RANGKAIAN.

V peak = 16.97 V
Vs trafo t

V max = 15.57 V
V diode t

V max = 15.57 V
V min = 14.57 V
t

Y A

C E
IC
L
O
A
D

Z B
D F

7. TABEL DATA PERENCANAAN

NO KETERANGAN TEGANGAN TEGANGAN DIODA KAPASITOR TEGANGAN


INPUT SEKUNDER OUTPUT
1 Teori 220 V Vrms=12V 15.57V 12 V
Vpeak=16.97V
2 Percobaan 225 V Vrms = 12,5V 11 V 12,02V 12,02V
Vpeak = 17,67V Vpeak=16,27V Vpeak=17V
NO KETERANGAN PERCOBAAN
Frekuensi Tegangan Gelombang

1 TRAFO SEKUNDER 50 Hz 18 V

2 DIODA 100 Hz 18 V

3 KAPASITOR 17 V

4 OUTPUT 17 V
8. ANALISIS
Berdasarkan data yang diambil diatas terdapat berbagai gelombang yang keluar dari tegangan
output PLN 225 V.hal ini dikarenakan perbandingan suatu lilitan dari transformator yang bisa
mempengaruhi perbandingan tengangannya. Tegangan yang dihasilkan oleh transformator dari
sumber masih berbentuk gelombang AC dan harus disearahkan (rectifier)dengan dioda kemudian
menuju kapasitor untuk proses penyaringan.
Saat melakukan percobaan dan mengukur menggunakan voltmeter, dari tegangan sumber yang
terukur pada sisi primer sebesar 225 V dan pada sisi sekunder sebesar 12,5 V, maka didapatkan
tegangan puncak/Vpeak pada trafo sekunder 17,67 V. Kemudian tegangan melewati dioda sebesar
11 V, dan Vpeaknya sebesar 16,27 V. Lalu tegangan melewati kapasitor sebesara 12,02 V, dan
Vpeaknya 17 V.
Setelah melakukan percobaan dan diukur menggunakan osciloscope,tegangan sumber yang
terukur pada sisi primer 225 V dan pada sisi sekunder sebesar 18 V memiliki frekuensi 50 Hz dan
menunjukkan grafik gelombang penuh dan masih tegangan AC. Tegangan melewati dioda sebesar
18 V memiliki frekuensi 100 Hz pada osciloscope menunjukkan grafik setengah gelombang karena
sudah disearahkan oleh dioda. Kemudian tegangan setelah kapasitor sebesar 17 V dan menunjukkan
grafik gelombang DC.

9. KESIMPULAN
Dari percobaan yang kami laukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Kami mengetahui cara kerja power supply yakni alat yang menyuplai energi listrik satu atau
lebih untuk beban listrik. Alat ini berfungsi sebagai penyaluran energi listrik atau bentuk
energi jenis apapun yang sering digunakan untuk menyalurkan energi litrik.
2. Kami mengetahiu pirnsip kerja power supply mempunyai tegangan 220 V dari listrik PLN
kemudian kami menggunakan transformator non CT 3 Ampere sebagai penurun tegangan
dengan tegangan output 12 V, setelah itu kami menggunakan rectifier 4 dioda untuk
mengubah teganga AC menjadi DC. Kami menggunakan kapasitor 6800 µF untuk membuat
gelombang tegangan DC menjadi tegangan Dc sempurna. Dan kami menggunakan IC
regularor LM 7805 sebagai stabilizer.
3. Setelah melakukan percobaan praktikum kami dapat membuat perencanaan pembuatan power
supply dengan baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai