Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psoriasis merupakan penyakit kulit autoimun kronis yang mengakibatkan


proliferasi berlebihan di epidermis. Normalnya seseorang mengalami pergantian kulit
setiap 3- 4 minggu sekali, namun bagi penderita psoriasis akan mengalami masa
pergantian yang relatif cepat antara 2-3 hari sekali dan tidak merata hingga menyebabkan
timbulnya bercak-bercak merah pada kulit. Gambaran klinis dari psoriasis berupa kulit
bersisik yang berlapis berwarna keperakan, dengan dasar berwarna merah disertai rasa
gatal atau perih. Pasien dengan psoriasis berat biasanya cenderung merasa malu dalam
lingkungan sosialnya dan timbul ketakutan akan penularan, penolakan serta
penghindaran dari orang yang tidak terbiasa melihatnya. Penyakit inflamasi kronis pada
kulit dengan dasar genetik yang kuat ini ditandai dengan perubahan kompleks pada
pertumbuhan epidermis dan abnormalitas diferensiasi, berbagai biokimiawi, imunologi
dan vaskuler.
Psoriasis tidak membahayakan jiwa, tetapi sangat mengganggu kualitas hidup
(Gudjonsson dkk., 2012;Nestle, 2009). Psoriasis ditemukan diseluruh dunia dengan
prevalensi yang bervariasi dari 0,1 persen sampai 11,8 persen. Insiden tertinggi yang
dilaporkan di Eropa adalah terjadi di Denmark 2,9 persen (Gudjonsson dkk., 2012).
Prevalensi psoriasis pada kaukasia antara 1,5 sampai 3 persen, sedangkan di Asia
berkisar antara 0,1% sampai 0,3%. Berdasarkan hal tersebut, maka akan dibahas lebih
dalam terkait psoriasis beserta asuhan keperawatan yang dapat ditegakkan.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai pengertian Psoriasis Pustulosa
Generalisata
2. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai etiologi Psoriasis Pustulosa Generalisata
3. Mahasiswa mampu membuat dan menjelaskan mengenai pathway dan patofisiologi
Psoriasis Pustulosa Generalisata
4. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai manifestasi klinis Psoriasis Pustulosa
Generalisata
5. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai pemeriksaan penunjang pada Psoriasis
Pustulosa Generalisata
6. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Psoriasis Pustulosa
Generalisata
7. Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa yang tepat pada pasien dengan Psoriasis
Pustulosa Generalisata
8. Mahasiswa mampu menetapkan fokus intervensi pada pasien dengan Psoriasis
Pustulosa Generalisata
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Psoriasis adalah suatu penyakit kulit autoimun bersifat kronis yang ditandai
dengan adanya hiperproliferasi epidermis, diferensiasi keratinosit epidermis yang
berlangsung singkat dan inflamasi kulit disertai dengan fenomena tetesan lilin,
Auspitz dan Koebner (Gudjonsson dkk., 2012; Traub dkk., 2007). Karakteristik lesi
yang paling utama adalah adanya plak eritematoskuamosa berbatas tegas, umumnya
mengenai daerah ekstensor ekstremitas terutama siku dan lutut, kulit kepala,
lumbosakral, bokong dan genitalia(Gudjonsson dkk., 2012; Griffiths dkk., 2010).

Macam macam Psoriasis.


1. Psoriasis Vulgaris/Tipe Plakat Kronis/Chronic Stationary
Psoriasis Merupakan bentuk tersering (90% pasien), dengan karakteristik klinis
plakat kemerahan, simetris, dan berskuama pada ekstensor ekstremitas.
2. Psoriasis Guttata (Eruptif )
Guttata berasal dari bahasa Latin “Gutta” yang berarti “tetesan”, dengan lesi
berupa papul kecil (diameter 0,5-1,5 cm) di tubuh bagian atas dan ekstremitas
proksimal.
3. Psoriasis Plakat Berukuran Kecil
Pada tipe ini, lesi muncul pada usia yang lebih tua, kronis, berukuran lebih besar
(1-2 cm), dengan skuama lebih banyak dan tebal. Biasanya muncul pada lanjut
usia di beberapa negara Asia.
4. Psoriasis Inversa
Pada tipe ini muncul di lipatan-lipatan kulit seperti aksila, genitokruris, serta leher.
Lesi biasanya berbentuk eritema mengkilat berbatas tegas dengan sedikit skuama,
disertai gangguan perspirasi pada area yang terkena.
5. Psoriasis Eritrodermik
Tipe ini mengenai hampir seluruh bagian tubuh, dengan efloresensi utama
eritema. Skuama tipis, superfi sial, tidak tebal, serta melekat kuat pada permukaan
kulit di bawahnya seperti psoriasis pada umumnya, dengan kulit yang
hipohidrosis. Risiko hipotermia sangat besar karena vasodilatasi luas pada kulit.
6. Psoriasis Pustular
Psoriasis pustular memiliki beberapa variasi secara klinis seperti psoriasis pustular
generalisata (Von Zumbuch), psoriasis pustular annular, impetigo herpetiformis,
dan psoriasis pustular lokalisata (pustulosis palmaris et plantaris dan
akrodermatitis kontinua). Manifestasi klinis PPG ditandai dengan munculnya
erupsi pustula steril, berukuran 2-3 mm, dengan distribusi generalisata yang terasa
nyeri dan didahului dengan gejala sistemik berupa demam tinggi.1,2 Pada
awalnya kelainan kulit berupa makula eritema dengan sejumlah pustula yang
kemudian menyatu membentuk lake of pus. Erupsi timbul terutama pada badan,
ekstremitas, bantalan kuku, telapak tangan, dan telapak kaki.
7. Sebopsoriasis Sebopsoriasis ditandai dengan adanya plak eritematosa dengan
skuama berminyak pada area kulit yang seboroik (kulit kepala, glabella, lipatan
nasolabialis, perioral, serta sternum). 8. Napkin Psoriasis Bentuk ini biasanya
muncul pada usia 3-6 bulan di area kulit yang terkena popok (diaper area). 9.
Psoriasis Linear Bentuk yang jarang. Lesi kulit berupa lesi linear terutama di
tungkai, kadang muncul sesuai dermatom kulit tungkai. Kadang merupakan bentuk
dari nevus epidermal inflamatorik linear verukosa

2.2 Etiologi Psoriasis Pustulosa Generalista


Psoriasis pustulosa generalisata mempunyai beberapa faktor risiko, yaitu faktor
genetik, pemakaian atau penghentian kortikosteroid sistemik mendadak pada
penderita yang mempunyai riwayat psoriasis, obat-obatan seperti antimalaria, salisilat,
iodine, penisilin, β-blocker, INF-α, dan lithium. Obat topikal yang dapat menjadi
pencetus adalah yang bersifat iritan kuat seperti tar, antralin, dan kortikosteroid.
Faktor pencetus lain adalah kehamilan, sinar matahari, alkohol, merokok,
hipokalsemia sekunder akibat hipoparatiroidisme, stres emosional, infeksi bakteri dan
virus, serta idiopatik.
Pada faktor genetik, bila kedua orang tua mengidap psoriasis, risiko seseorang
mendapat psoriasis adalah 41%, 14% bila hanya dialami oleh salah satunya, 4% bila 1
orang saudara kandung terkena, dan turun menjadi 2% bila tidak ada riwayat
keluargaPsoriasis Susceptibility 1 atau PSORS1 (6p21.3) adalah salah satu lokus
genetik pada kromosom yang berkontribusi dalam patogenesis psoriasis. Beberapa
alel HLA yang berkaitan adalah HLA B13 dan HLA DQ9. HLA Cw6 merupakan alel
yang terlibat dalam patogenesis artritis psoriatika serta munculnya lesi kulit yang
lebih dini. HLA Cw6 akan mempresentasikan antigen ke sel T CD 8+.

2.3 Patofisiologis Psoriasis Pustulosa Generalista

Awalnya, psoriasis dianggap sebagai kelainan kulit akibat gangguan


hiperproliferasi keratinosit disertai diferensiasi abnormal epidermis. Sel target pada
psoriasis terdiri dari beberapa sel, terutama keratinosit. Secara histopatologik ada 3
faktor patogenik utama, yaitu diferensiasi abnormalitas keratinosit, hiperproliferasi
keratinosit, dan infiltrasi komponen sel radang. Terlihat siklus sel yang memendek
sekitar 1,5 hari pada proliferasi keratinosit. Fase maturasi dan pelepasan keratinosit
memerlukan waktu hanya sekitar 4 hari, sehingga keratinosit sel basal dapat
memperbanyak diri 10 kali lebih cepat dibandingkan orang normal (Johan & Amir,
2016).
Telah diketahui adanya hubungan bermakna antara HLA (human leukocyte
antigen) dengan psoriasis. Psoriasis pustulosa berhubungan dengan psoriasis tipe 2
dan HLA-B27. Analisis HLA spesifik dalam populasi mendapatkan bahwa
kerentanan terhadap psoriasis terletak pada ujung distal kromosom 17 dan disebut
sebagai psoriasis susceptibility(Psor) gene. Pertahanan sistem imun di kulit, secara
normal diperankan oleh limfosit-T (Johan & Amir, 2016).
Sel T yang teraktivasi akan berdiferensiasi menjadi sel T helper-1menghasilkan
berbagai jenis sitokin yang mampu merangsang berbagai sel di dekatnya, kemudian
mensekresi sitokin tambahan yang mengakibatkan timbal balik positif dalam
mempertahankan keadaan peradangan menahun. Proinflamatori atau sitokin sel T
helper-1(IL-1, IL-2, IFNγ, TNFα) mendominasi respons psoriatik sel T. Selain itu,
keratinosit yang teraktivasi juga akan melepaskan kemokin dan berbagai macam
growth factoryang akan menstimulasi neutrofi l, perubahan vaskuler, dan hiperplasia
keratinosit. Peningkatan kemotaksis PMN dan leukosit lebih banyak terdapat pada
psoriasis pustulosa dibandingkan psoriasis vulgaris. Adanya faktor pencetus,
menyebabkan migrasi PMN dari pembuluh darah ke epidermis dan mempengaruhi
keratinosit untuk melepaskan sitokin. Adanya mutasi pada gen yang mengkode anti-
inflamatori sitokin, IL-36 reseptor antagonis, berkaitan dengan psoriasis pustulosa
generalisata yang di-turunkan secara autosomal resesif (Johan & Amir, 2016).

Keterangan:
Panel A. Kulit normal dari individu sehat mengandung sel Langerhans di epidermis, sel dendritik (D)
dewasa, dan sel memori T (T ) pada dermis.
Panel B. Kulit normal dari individu yang ber manifestasi psoriasis dengan sedikit dilatasi dan peningkatan
kelengkungan kapiler, sedikit peningkatan jumlah sel mononuklear dermal dan sel mast (M). Sedikit
peningkatan ketebalan epidermis. Pada psoriasis plak yang kronis, intensitas perubahan tergantung pada
kematangan lesi.
Panel C. Zona transisi lesi yang sedang berkembang ditandai dengan peningkatan progresif dilatasi dan
kelengkungan kapiler, jumlah sel mast, makrofag (MP), sel T, dan degranulasi sel mast (panah kecil). Di
dalam epidermis, ada peningkatan ketebalan dengan rete ridges makin menonjol, pelebaran ruang
ekstraseluler, diskeratosis sementara, pengurangan lapisan granular dan parakeratosis. Sel Langerhans (L)
mulai keluar dari epidermis, sedangkan sel-sel epidermis dendritik inflamasi (I) dan CD8+ sel T(8) mulai
memasuki epidermis.
Panel D. Lesi sepenuhnya berkembang, di tandai dengan dilatasi kapiler sepenuhnya dan peningkatan
aliran darah, banyak makrofag di membran basal dan pe ning katan jumlah sel T (terutama CD4+) dan sel
dendritik (D) di dermis. Lesi epidermis matang dengan peningkatan (sekitar se puluh kali lipat)
hiperproliferasi keratinosit, tetapi tidak kehilangan lapisan granular dengan pemadatan di atas stratum
korneum dan parakeratosis, peningkatan jumlah CD8+ sel T dan akumulasi neutrofi l dalam stratum
korneum (mikroabses Munro’s

2.4 Manifestasi Klinis Psoriasis Pustulosa Generalista

Manifestasi klinis PPG tipe von Zumbuch dimulai dengan kulit menjadi merah,
disertai rasa terbakar dan adanya gejala konstitusi seperti demam, menggigil, malaise,
sefalgia, artralgia, anoreksia, dan nausea. Beberapa jam kemudian timbul kelompok
pustula superfisial bersifat steril dengan diameter 1-2 mm sampai 2-3 mm. Daerah yang
paling sering terkena adalah batang tubuh, ekstremitas, daerah flexural,dan anogenital.
Wajah biasanya jarang terkena. Pustula dapat terjadi pada mukosa bukal, lidah, dan di
bawah kuku yang menyebabkan pelepasan kuku. Pustula-pustula ini dalam waktu singkat
bersatu membentuk lake of pus yang kemudian kering dan mengelupas dengan kulit
eritem ringan. Pustula pada kuku dapat menghasilkan onikodistrofi dan defluvium
unguium. Artritis sering menyertai penyakit ini baik akut maupun kronis, terjadi pada
sepertiga kasus. Episode pustul akan terjadi dalam harian atau minggu, sehingga
menyebabkan ketidaknyamanan dan kelelahan. Telogen effluvium dapat terjadi dalam 2-
3 bulan. Remisi psoriasis pustulosa ditandai dengan hilangnya gejala sistemik kemudian
menjadi eritroderma atau lesi psoriasis vulgaris.

2.5 Pemeriksaan Penunjang


PPG tipe von Zumbuch terutama ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala
klinis. Pada pemeriksaan laboratorium darah lengkap pada pasien psoriasis pustulosa
generalisata dapat ditemukan adanya peningkatan LED, leukositosis (leukosit dapat
mencapai 20.000/mm), hipoalbuminemia, hipokalsemi, peningkatan ureum dan kreatinin,
serta kultur dan pemeriksaan sediaan apus pustula. Pada pemeriksaan sediaan apus
pustula tidak didapatkan bakteri Gram positif ataupun Gram negatif.
Pada pemeriksaan histopatologis psoriasis pustulosa stadium awal, terdapat
inflamasi di daerah dermis dengan dilatasi kapiler, infi ltrat PMN dan sel mononuklear di
perivaskuler disertai edema epidermal. Fase berikutnya terjadi migrasi sel-sel PMN dari
bagian papila dermis ke epidermis dan beragregasi. Dapat ditemukan adanya kojog’s
spongiform pustules, yaitu akumulasi neutrofil di bawah stratum korneum dan
pembengkakan atau perusakan keratinosit yang dapat ditemui pada lesi kulit psoriasis.
Perubahan histopatologi pada psoriasis yang dapat terjadi pada epidermis ataupun dermis
adalah sebagai berikut: hiperkeratosis (penebalan lapisan stratum korneum),
parakeratosis (terdapatnya inti pada stratum korneum), akantosis (penebalan lapisan
stratum spinosum dengan elongasi rete ridge epidermis), granulosit neutrofi lik
bermigrasi melewati epidermis membentuk Munro Microabses di bawah stratum
korneum, peningkatan mitosis pada stratum basalis, edema pada dermis disertai infi ltrasi
sel-sel PMN, limfosit, monosit dan neutrofil, pemanjangan dan pembesaran papilla
dermis.
Penatalaksanaan
Umum
1. Penjelasan mengenai penyakit kepada pasien dan rencana tatalaksana.
2. Rawat inap
3. Tirah baring
4. Hindari faktor pencetus
5. Keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pengobatan promotif
Menenangkan pasien dan memberikan dukungan emosional adalah hal yang sangat tidak
terhingga nilainya. Menekankan bahwa psoriasis tidak menular serta suatu saat akan
mengalami psoriasis akan remisi spontan dan tersedianya pengobatan yang bervariasi
untuk setiap bentuk dari psoriasis.
Pengobatan preventif
Menghindari atau mengurangi faktor pencetus, yaitu stres psikis, infeksi fokal, endokrin,
seta pola hidup lain yang dapat meningkatkan resiko penurunan sistem imun seperti seks
bebas sehingga bisa tertular penyakit AIDS.
Pengobatan kuratif:
Topikal:
1. Preparat ter mempunyai efek anti radang. Ada tiga jenis: (a) Fosil Iktiol/Kurang efektif
untuk psoriasis, (b) Kayu (Oleum kadini dan oleum ruski) Sedikit memberikan efek
iritasi, (c) Batu Bara (Liantar dan Likuor karbonis detergen); Pada Psoriasis yang telah
menahun lebih baik digunakan ter yang berasal dari batu bara dengan konsentrasi 2-5%
dimulai dengan konsentrasi rendah, jika
tidak ada perbaikan konsentrasi dinaikkan. Supaya lebih efektif, maka daya penetrasinya
harus dipertinggi dengan cara menambahkan asam salisilat dengan konsentrasi 3% atau
lebih. Untuk mengurangi daya iritasinya, dapat dibubuhi seng oksida 10% sebagai
vehikulum dalam bentuk salap.
2. Kortikosteroid; Harus dipilih golongan kortikosteroid yang potensi dan vehikilumnya
baik pada lokasinya misalnya senyawa flour. Jika lesinya hanya beberapa dapat pula
disuntikkan triamsinolon asetonid intralesi. Pada setiap muka didaerah lipatan digunakan
krem. Ditempat lain digunakan salap. Pada daerah muka lipatan dan genitalia eksterna
dipilih potensi sedang. Bila digunakan potensi kuat pada muka dapat memberikan efek
samping, diantarnya teleangiektasi, sedangkan di lipatan berupa striae atrofikans. Pada
bagian tubuh dan ekstremitas digunakan salap dengan potensi kuat atau
sangat kuat bergantung pada lama penyakit. Jika telah terjadi perbaikan potensi dan
frekuensinya dikurangi.
3. Ditranol (Antralin); Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2%-0,8% dalam pasta
atau salap. Penyembuhan biasanya terjai dalam waktu 3 minggu.
4. Etetrinat (Tegison,Tigason); digunakan bagi psoriasis yang sukar disembuhkan dengan
obat -obat lain. Dosis bervariasi. Pada bulan pertama diberikan 1 mg/kg berat badan. Jika
belum terjadi perbaikan dosis dapat di naikkan menjadi 0,5 mg/kg berat badan.
5. Pengobatan dengan penyinaran; Digunakan sinar ultraviolet artifisial, di antaranya
sinar A sebagai yang dikenal sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan tersendiri
atau kombinasi dengan psoralen (8- metoksipsoralen,metoksalen) dan disebut PUVA
atau bersama-sama dengan preparat Ter yang dikenal sebagai pengobatan cara
Goeckeman.(Rook Arthur 1999:1469- 1532)
Pengobatan Sistemik.
Kortikosteroid hanya dapat digunakan pada psoriasis eritrodermik, psoriasis pustulosa
generalisata dan psoriasis artrits. Dosis permulaan 40-60 mg prednison sehari. Jika telah
sembuh dosis di turunkan perlahan-lahan, kemudian diberi dosis pemeliharaan.
Penghentian obat secara mendadak akan menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi
psoriasis pustulosa generalisata. Obat Sitostatik biasanya digunakan Metotreksat
pemberian per os 2 hari berturut-turut dalam seminggu dengan dosis sehari peroral 12,5
mg. Dapat pula di berikan secara intramuskuler dengan dosis 15-25 mg/minggu. Efek
samping pada hati ginjal dan sumsum tulang belakang. Levodova. Dosis 2 x 250 mg -3 x
500 mg, efek samping berupa mual muntah, anoreksia, hipotensi, gangguan psikis dan
pada jantung. DDS (Diamino Difenil Sulfan) dipakai sebagai pengobatan psoriasis
pustulosa tipe barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari. Efek samping anemia hemolitik,
methemoglobin dan agranulositosis.
Phototherapy dapat mendeplesi sel limfosit T secara selektif, terutama di epidermis,
melalui apoptosis dan perubahan respons imun Th1 menjadi Th2.
1. Sinar Ultraviolet B (290-320 nm)
Terapi UVB inisial berkisar antara 50-75% minimal erythema dose (MED). Tujuan
terapi adalah mempertahankan lesi eritema minimal sebagai indikator tercapainya dosis
optimal. Terapi diberikan hingga remisi total tercapai atau bila perbaikan klinis lebih
lanjut tidak tercapai dengan peningkatan dosis.
2. Psoralen dan Terapi Sinar Ultraviolet A
(PUVA) PUVA merupakan kombinasi psoralen dan longwave ultraviolet A yang dapat
memberikan efek terapeutik, yang tidak tercapai dengan penggunaan tunggal keduanya.
3. Excimer Laser
Diindikasikan untuk tatalaksana pasien psoriasis dengan plak rekalsitran, terutama di
bahu dan lutut.
4. Terapi Fotodinamik
Terapi fotodinamik telah dilakukan pada beberapa dermatosis infl amatorik termasuk
psoriasis. Meski demikian, terapi ini tidak terbukti memuaskan.

2.6 Pengkajian fokus


a. Pola Persepsi Kesehatan
- adanya riwayat infeksi sebelumya.
- Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
- Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin, jamu.
- adakah konsultasi rutin ke dokter.
- hygiene personal yang kurang.
- lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
b. Pola nutrisi metabolik
- Pola makan sehari:jumlah makanan, waktu makan, berapa kali seharimakan.
- Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu/ berminyak, pedas.
- jenis makanan yang disukai.
- Nafsu makan menurun.
- Muntah-muntah
- Penurunan berat badan.
- turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan
- Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih
c. Pola eliminasi
- sering berkeringat.
- tanyakan pola berkemih dan bowel
- Pola aktivitas dan latihana
- Pemenuhan sehari-hari terganggu
- Kelemahan umum, malaise
- toleransi terhadap aktivitas rendah
- mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
- Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
d. Pola tidur dan istirahat
- Kesulitan tidur pada malam hari karena stres
- mimpi buruk.
e. Pola Persepsi dan Konsep diri
- Perasaan tidak percaya diri atau minder
- Perasaan terisolasi.
f. Pola reproduksi seksualitas
- gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
- Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
g. Pola mekanisme Koping dan toleransi terhadap stress
- emosi tidak stabil
- ansietas, takut akan penyakitnya
- disorientasi, gelisah
h. Pola sistem Kepercayaan
- Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
- agama yang dianut
i. Pola Persepsi Kognitif
- Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
- Pengetahuan akan penyakitnya.

2.7 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit ditandai dengan
adanya gatal, rasa terbakar pada kulit, ansietas, klien tampak gelisah, dangangguan
pola tidur.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi cat kimia, faktor
mekanik,faktor nutrisi ditandai dengan kerusakan jaringan kulit (kulit bersisik,
turgor kulit buruk, pecah1pecah, bercak1bercak, gatal
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik, penyakit, dan perseptual ditandai
dengan tidak percaya diri, minder, perasaan terisolasi, interaksi berkurang
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan
kliengelisah, ketakutan, gangguan tidur, sering berkeringat.
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan Setelah 1. Kaji penyebab1. Sebagai dasar dalam
rasa nyaman dilakukan gangguan rasa menyusun rencana
berhubungan tindakan selama nyaman intervensi
dengan gejala 1x24 jam klien keperawatan
terkait dapat 2. Rasa gatal dapat
penyakit mempertahankan2. Kendalikan faktor- diperburuk oleh
ditandai tingkat faktor iritan. panas, kimia dan
dengan kenyamanan fisik.
adanya gatal, selama
rasa terbakar perawatan 3. Pertahankan3. Kesejukan
pada kulit, dengan kriteria lingkungan yang mengurangi gatal.
ansietas, klien hasil: dingin atau sejuk.
tampak - klien tampak4. Gunakan sabun4. Upaya ini mencakup
gelisah, dan tenang ringan atau sabun tidak adanya larutan
gangguan - gangguan tidur khusus untuk kulit detergen, zat
pola tidur hilang sensitif. pewarna atau bahan
- klien menerima pengeras.
akan 5. Tindakan ini
penyakitnya 5. Kolaborasi dalam membantu
- gatal dan perih pemberian terapi meredakan gejala
hilang topical seperti yang
diresepkan dokter.

2. Gangguan Setelah 1. Kaji atau catat1. Memberikan


integritas dilakukan ukuran, warna, informasi dasar
kulit intervensi keadaan luka / tentang penanganan
berhubungan selama 3x24 kondisi sekitar luka. kulit
dengan iritasi jam, diharapkan 2. Lakukan kompres
zat kimia, Kerusakan basah dan sejuk atau2. Merupakan tindakan
faktor integritas kulit terapi rendaman. protektif yang dapat
mekanik, dapat teratasi, 3. Lakukan perawatan mengurangi nyeri.
faktor dengan kriteria luka dan hygiene3. Memungkinkan
nutrisiditandai hasil: sesudah itu pasien lebih bebas
dengan - turgor kulit keringkan kulit bergerak dan
kerusakan baik dengan hati-hati dan meningkatkan
jaringan kulit - gatal hilang taburi bedak yang kenyamanan.
(kulit bersisik, - kulit tidak tidak iritatif.
turgor kulit bersisik 4. Berikan prioritas
buruk, pecah- - bercak-bercak untuk meningkatkan
pecah, hilang kenyamanan dan4. Mempercepat proses
bercak- kehangatan pasien rehabilitasi pasien
bercak, gatal). 5. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat-5. Untuk mempercepat
obatan penyembuhan.

3. Gangguan Setelah 1. Berikan kesempatan1. Klien membutuhkan


citra tubuh dilakukan pada klien untuk pengalaman
berhubungan tindakan asuhan mengungkapkan didengarkan dan
dengan keperawatan perasaan tentang dipahami dalam
biofisik, selama 1X24 perubahan citra proses peningkatan
penyakit, dan jam, diharapkan tubuh. kepercayaan diri.
perseptual tidak terjadi 2. Memberikan
ditandai gangguan body 2. Nilai rasa kesempatan kepada
dengan tidak image. Dengan keprihatinan dan perawat untuk
percaya diri, kriteria hasil: ketakutan klien. menetralkan
minder, - Menyatakan kecemasan dan
perasaan penerimaan memulihkan realitas
terisolasi, situasi diri. situasi.
interaksi - Bicara dengan 3. Kesan seseorang
berkurang keluarga/orang 3. Bantu klien dalam terhadap dirinya
terdekat tentang mengembangkan sangat berpengaruh
situasi, kemampuan untuk dalam pengembalian
perubahan yang menilai diri dan kepercayaan diri.
terjadi. mengenali serta
mengatasi masalah. 4. Pendekatan dan
saran yang positif
4. Mendukung upaya dapat membantu
klien untuk menguatkan usaha
memperbaiki citra dan kepercayaan
diri, mendorong yang dilaku
sosialisasi dengan
orang lain dan
membantu klien ke
arah penerimaan
diri.
4. Ansietas yang Setelah 1. Kaji tingkat ansietas1. Identifikasi masalah
berhubungan dilakukan dan diskusikan spesifik akan
dengan intervensi penyebab bila meningkatkan
perubahan selama 3x24 mungkin kemampuan individu
status jam, diharapkan untuk
kesehatan Ansietas dapat menghadapinya
ditandai diminimalkan dengan lebih
dengan klien sampai dengan realistis.
gelisah, diatasi, dengan 2. Ka kaji ulang2. Sebagai indikator
ketakutan, kriteria hasil : keadaan umum awal dalam
gangguan - klien tampak pasien dan TTV menentukan
tidur, sering tenang intervensi berikutnya
berkeringat. -klien menerima 3. Agar pasien merasa
tentang 3. Berikan waktu diterima
penyakitnya pasien untuk
- gangguan tidur mengungkapkan
hilang masalahnya dan
- pola berkemih dorongan ekspresi
normal yang bebas,
misalnya rasa
marah, takut, ragu 4. Ke tidaktahuan dan
4. Jelaskan semua kurangnya
prosedur dan pemahaman dapat
pengobatan menyebabkan
timbulnya ansietas
5. Mengurangi
5. Diskusikan perilaku kecemasan pasien
koping alternatif
dan tehnik
pemecahan masalah

Anda mungkin juga menyukai