PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai pengertian Psoriasis Pustulosa
Generalisata
2. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai etiologi Psoriasis Pustulosa Generalisata
3. Mahasiswa mampu membuat dan menjelaskan mengenai pathway dan patofisiologi
Psoriasis Pustulosa Generalisata
4. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai manifestasi klinis Psoriasis Pustulosa
Generalisata
5. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai pemeriksaan penunjang pada Psoriasis
Pustulosa Generalisata
6. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Psoriasis Pustulosa
Generalisata
7. Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa yang tepat pada pasien dengan Psoriasis
Pustulosa Generalisata
8. Mahasiswa mampu menetapkan fokus intervensi pada pasien dengan Psoriasis
Pustulosa Generalisata
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Psoriasis adalah suatu penyakit kulit autoimun bersifat kronis yang ditandai
dengan adanya hiperproliferasi epidermis, diferensiasi keratinosit epidermis yang
berlangsung singkat dan inflamasi kulit disertai dengan fenomena tetesan lilin,
Auspitz dan Koebner (Gudjonsson dkk., 2012; Traub dkk., 2007). Karakteristik lesi
yang paling utama adalah adanya plak eritematoskuamosa berbatas tegas, umumnya
mengenai daerah ekstensor ekstremitas terutama siku dan lutut, kulit kepala,
lumbosakral, bokong dan genitalia(Gudjonsson dkk., 2012; Griffiths dkk., 2010).
Keterangan:
Panel A. Kulit normal dari individu sehat mengandung sel Langerhans di epidermis, sel dendritik (D)
dewasa, dan sel memori T (T ) pada dermis.
Panel B. Kulit normal dari individu yang ber manifestasi psoriasis dengan sedikit dilatasi dan peningkatan
kelengkungan kapiler, sedikit peningkatan jumlah sel mononuklear dermal dan sel mast (M). Sedikit
peningkatan ketebalan epidermis. Pada psoriasis plak yang kronis, intensitas perubahan tergantung pada
kematangan lesi.
Panel C. Zona transisi lesi yang sedang berkembang ditandai dengan peningkatan progresif dilatasi dan
kelengkungan kapiler, jumlah sel mast, makrofag (MP), sel T, dan degranulasi sel mast (panah kecil). Di
dalam epidermis, ada peningkatan ketebalan dengan rete ridges makin menonjol, pelebaran ruang
ekstraseluler, diskeratosis sementara, pengurangan lapisan granular dan parakeratosis. Sel Langerhans (L)
mulai keluar dari epidermis, sedangkan sel-sel epidermis dendritik inflamasi (I) dan CD8+ sel T(8) mulai
memasuki epidermis.
Panel D. Lesi sepenuhnya berkembang, di tandai dengan dilatasi kapiler sepenuhnya dan peningkatan
aliran darah, banyak makrofag di membran basal dan pe ning katan jumlah sel T (terutama CD4+) dan sel
dendritik (D) di dermis. Lesi epidermis matang dengan peningkatan (sekitar se puluh kali lipat)
hiperproliferasi keratinosit, tetapi tidak kehilangan lapisan granular dengan pemadatan di atas stratum
korneum dan parakeratosis, peningkatan jumlah CD8+ sel T dan akumulasi neutrofi l dalam stratum
korneum (mikroabses Munro’s
Manifestasi klinis PPG tipe von Zumbuch dimulai dengan kulit menjadi merah,
disertai rasa terbakar dan adanya gejala konstitusi seperti demam, menggigil, malaise,
sefalgia, artralgia, anoreksia, dan nausea. Beberapa jam kemudian timbul kelompok
pustula superfisial bersifat steril dengan diameter 1-2 mm sampai 2-3 mm. Daerah yang
paling sering terkena adalah batang tubuh, ekstremitas, daerah flexural,dan anogenital.
Wajah biasanya jarang terkena. Pustula dapat terjadi pada mukosa bukal, lidah, dan di
bawah kuku yang menyebabkan pelepasan kuku. Pustula-pustula ini dalam waktu singkat
bersatu membentuk lake of pus yang kemudian kering dan mengelupas dengan kulit
eritem ringan. Pustula pada kuku dapat menghasilkan onikodistrofi dan defluvium
unguium. Artritis sering menyertai penyakit ini baik akut maupun kronis, terjadi pada
sepertiga kasus. Episode pustul akan terjadi dalam harian atau minggu, sehingga
menyebabkan ketidaknyamanan dan kelelahan. Telogen effluvium dapat terjadi dalam 2-
3 bulan. Remisi psoriasis pustulosa ditandai dengan hilangnya gejala sistemik kemudian
menjadi eritroderma atau lesi psoriasis vulgaris.