Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Wilayah tangkapan air hujan yang akan mengalir ke sungai yang bersangkutaan
disebut Daerah Aliran Sungai (DAS) (Girsang, 2008). Adanya DAS ini diharapkan dapat
dimanfaaatkan dalam penelitian tentang hidrologi karena akan bermanfaat dalam bidang
pertanian, ilmu pengetahuan, infrastruktur, dan juga dapat digunakan sebagai acuan
waspada bencana banjir, tanah longsor, dan kekeringan. DAS biasanya memiliki stasiun
hujan untuk mencatat data hujan. Di Indonesia, data hujan biasanya ditakar dan
dikumpulkan oleh beberapa instansi, antara lain: Dinas Pengairan, Dinas Pertanian, Badan
Meteorogi dan Geofisika. Penakar hujan adalah instrumen yang digunakan untuk
mendapatkan dan mengukur jumlah curah hujan pada satuan waktu tertentu.
Secara umum alat penakar hujan terbagi dalam tiga jenis, yaitu: jenis penakar hujan
biasa tipe Obervatorium (Obs) atau konvensional, jenis penakar hujan mekanik recorder
(Jenis Hellman), dan jenis penakar hujan otomatis/Otomatic Rainfall Recorder (ARR) atau
penakar hujan tipping bucket.. Dengan pemanfaatan data yang diperoleh dari alat
penangkar hujan tersebut penulis akan mengambil salah satu fokus penelitian mengenai
analisa distribusi curah hujan di Area Merapi.
Hujan merupakan salah satu jenis presipitasi yang jatuh vertikal di atas permukaan
bumi dan diukur oleh penakar hujan. Hujan jatuh dalam bentuk tetesan yang
dikondensasikan oleh uap air di atmosfer (Seyhan, 1990). Hujan didefinisikan sebagai bentuk
air yang jatuh ke permukaan bumi. Hujan berbeda dengan gerimis, hujan memiliki diameter
tetes lebih dari 0,5 mm dengan intensitasnya lebih dari 1,25 mm/jam, sedangkan gerimis
memiliki diameter tetes kurang dari 0,5 mm dan memiliki intensitas kurang dari 1 mm/jam
(Tjasyono, 2004). Durasi hujan adalah waktu yang dihitung dari saat hujan mulai turun
sampai berhenti, yang biasanya dinyatakan dalam jam. Intensitas hujan rerata adalah
perbandingan antara kedalaman hujan dengan intensitas hujan. misalnya hujan dalam 5 jam
menghasilkan kedalaman 5 mm, yang berarti intensitas hujan rerata adalah 10 mm/jam.
Demikian juga hujan dalam 5 menit sebesar 6 mm, yang berarti intensitas reratanya adalah
72 mm/jam. Analisis untuk menghitung jumlah curah hujan dalam satu satuan waktu, yang
biasanya dinyatakan dalam mm/jam, mm/hari, mm/bulan, mm/tahun dan sebagainya, yang
berturut-turut sering disebut hujan jam-jaman, harian, mingguan, bulanan, tahunan dan
sebagainya disebut dengan intensitas hujan (Triatmodjo, 2013).
BAB II

ISI

A. HASIL DAN ANALISIS


1. Metode Aritmatik
Metode ini paling sederhana, pengukuran yang dilakukan di beberapa
stasiun dalam waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi jumlah
stasiun. Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan adalah yang berada dalam
DAS, tetapi stasiun di luar DAS tangkapan yang masih berdekatan juga bisa
diperhitungkan. Metode rata-rata aljabar memberikan hasil yang baik apabila :
 Stasiun hujan tersebar secara merata di DAS
 Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS

Aritmatik Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2008 60.6 90.4 154 229.4 51.2 128.2 62.8 168.8 152.4 154 440.8 83.6
Aritmatik Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2009 121.6 370.2 231.4 162.2 119 131 139.4 100.4 93.6 84.6 111 127.8
Aritmatik Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2010 130 317.8 230 191.4 157.8 144 126 94 88.2 79.8 102 127
Aritmatik Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2011 121 381.2 269.2 146.2 129.4 137.4 132 115.8 93.6 84.6 102 127
Aritmatik Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2012 135.2 362.2 223 189.2 174.8 165.8 123 93.2 74.6 82.4 98.8 129
113.68 304.36 221.52 183.68 126.44 141.28 116.64 114.44 100.48 97.08 170.92 118.88
2. Metode Thiessen
Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang
mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwa
hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga hujan
yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut. Metode ini digunakan
apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak merata, pada
metode ini stasium hujan minimal yang digunakan. untuk perhitungan adalah tiga
stasiun hujan. Hitungan curah hujan rata-rata dilakukan dengan memperhitungkan
daerah pengaruh dari tiap stasiun. Metode poligon Thiessen banyak digunakan
untuk menghitung hujan rata-rata kawasan. Poligon Thiessen adalah tetap untuk
suatu jaringan stasiun hujan tertentu. Apabila terdapat perubahan jaringan stasiun
hujan seperti pemindahan atau penambahan stasiun, maka harus dibuat lagi
poligon yang baru.(Triatmodjo, 2008).

thiessen Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2008 60.36 91.12 153.8 229.33 50.92 127.33 62.66 168.73 152.04 153.7 442.4 84.96
thiessen Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2009 123.09 372.36 230.95 162.07 119.77 131.4 139.55 100.04 93.85 84.47 110.13 126.65
thiessen Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2010 130.27 318.54 229.56 191.02 158.93 144.46 125.88 94.29 89.06 79.28 101.3 127.4
thiessen Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2011 122.32 379.86 271.59 145.95 128.18 137.63 133.45 115.32 94 84.47 101.3 127.4
thiessen Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2012 135.31 360.3 221.98 189.84 174.92 165.9 122.9 93.41 74.36 82.6 97.77 128.92
114.27 304.436 221.576 183.642 126.544 141.344 116.888 114.358 100.662 96.904 170.58 119.066
B. ANALISA DATA

Persyaratan data hujan dalam perhitungan ini meliputi ketersediaan dan


kualitas datanya. long record data sebaiknya lebih dari 20 tahun. Data hujan tersebut
harus consistent, ketiadaan trend, stationary dan persistensi sebelum digunakan untuk
analisis frekuensi atau untuk suatu simulasi hidrologi. Sebelum data hujan digunakan
dalam analisis hidrologi, terlebih dahulu dilakukan analisa statistik terhadap data
hujan. Analisa statistik yang digunakan untuk memastikan bahwa data hujan tersebut
layak digunakan untuk analisa Uji konsistensi (consistency test)

1. Uji Konsistensi

Satu data hujan untuk stasiun tertentu, dimungkinkan sifatnya tidak konsisten
(inconsistent). Data semacam ini tidak dapat langsung dianalisa. Jadi sebelum data
hidrologi tersebut ‘siap pakai’ atau sebagai bahan informasi lebih lanjut, harus
dilakukan pengujian terhadap konsistensinya. Metode-metode banyak tersedia antara
lain :

a) Kurva massa ganda (double mass curve)

b) Statistik antara lain : Von Neumann Ratio, Cummulative Deviation, Rescaled


Adjusted Partial Sums, Weighted Adjusted Partial Sums.
Metode-metode pengujian konsistensi data hidrologi, diantaranya adalah analisis :

a. Kurva massa ganda (double mass curve), kurva massa ganda dapat diinterprestasikan
sebagai berikut : (i) apabila data stasiun yang diuji konsisten, maka garis yang terbentuk
merupakan garis lurus dengan kemiringan (slope) yang tidak berubah, (ii) apabila garis
tersebut menunjukkan perubahan kemiringan, berarti telah terjadi perubahan sifat data
hidrologi (tidak konsisten).

Anda mungkin juga menyukai