Anda di halaman 1dari 13

Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi

mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.

Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung
satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.

Secara Tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak(a/m) atau minyak dalam
air (m/a) (Budiasih, 2008).

Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke bagian kulit
badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut, kerongkongan, dan ke
arah lambung. Menurut definisi tersebut yang termasuk obat luar adalah obat luka, obat kulit,
obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir, injeksi, dan lainnya.

Kualitas dasar krim, yaitu:

1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari inkopatibilitas,
stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen.
3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair
pada penggunaan (Anief, 1994).

Penggolongan Krim

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu:

1. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak

Contoh : cold cream

Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin
dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold
cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
2. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air

Contoh: vanishing cream

Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan,
melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing)
meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.
Kelebihan dan kekurangan sediaan krim

Kelebihan sediaan krim, yaitu:

1. Mudah menyebar rata

2. Praktis

3. Mudah dibersihkan atau dicuci

4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat

5. Tidak lengket terutama tipe m/a

6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m

7. Digunakan sebagai kosmetik

8. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun.

Kekurangan sediaan krim, yaitu:

1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas.

2. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas.

3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem campuran
terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan
salah satu fase secara berlebihan.

Bahan-bahan Penyusun Krim

Formula dasar krim, antara lain:

1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak
lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH,
Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat,
Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).

Bahan-bahan penyusun krim, antara lain:

 Zat berkhasiat
 Minyak
 Air
 Pengemulsi
 Bahan Pengemulsi
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat
krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide,
lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat,
PEG. Sedangkan, bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet,
untuk meningkatkan stabilitas sediaan.

 Bahan Pengawet

Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil
paraben (nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan Pelembab.
Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh.

METODE PEMBUATAN KRIM

Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama
di penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas,
komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak.
Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang
cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah
kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan
pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama
temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga
terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (Munson, 1991).

PENGEMASAN
Sediaan krim dikemas sama seperti sediaan salep yaitu dalam botol atau tube.

STABILITAS SEDIAAN KRIM

Sediaan krim dapat menjadi rusak bila terganggu sistem campurannya terutama disebabkan
oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi karena penambahan salah satu fase secara
berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu
sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok.
Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan.

EVALUASI MUTU SEDIAAN KRIM

Agar system pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus dibuatkan
kebijaksanaan dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu ditaati. Pertama, tujuan
pemeriksaan semata-mata adalah demi mutu obat yang baik. Kedua, setia pelaksanaan harus
berpegang teguh pada standar atau spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan standard an
spesifikasi yang telah ada.

1. Organoleptis

Evalusai organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian,
konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden ( dengan kriteria tertentu ) dengan
menetapkan kriterianya pengujianya ( macam dan item ), menghitung prosentase masing-
masing kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik.

2. Evaluasi pH

Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml air yang di
gunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan agar
mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada alat pH
meter.

3. Evaluasi daya sebar

Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian bagian
atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan di beri rentang waktu 1 – 2
menit. kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan
berhenti menyebar ( dengan waktu tertentu secara teratur ).

4. Evaluasi penentuan ukuran droplet

Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan emulgel, dengan cara
menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada objek glass, kemudian diperiksa adanya
tetesan – tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya.

5. Uji aseptabilitas sediaan.

Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner di buat suatu
kriteria , kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di timbulkan, kemudahan
pencucian. Kemudian dari data tersebut di buat skoring untuk masing- masing kriteria. Misal
untuk kelembutan agak lembut, lembut, sangat lembut
PENGERTIAN KRIM
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk
sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandng air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk
sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Menurut Formularian Nasional, krim adalah sediaan setengah
padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari
60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Krim adalah sediaan semi solid kental, umumnya berupa emulsi
m/a (krim berair) atau emulsi a/m (krim berminyak). (The
Pharmaceutical Codex 1994, hal 134)
Secara tradisional, istilah krimdigunakan untuk sediaan
setengah padat yang mempunyai konsentrasi relatif cair di
formulasi sebagai emulsi air dalam minyak (a/m) atau minyak
dalam air (m/a).

PENGGOLONGAN KRIM
Krim terdiri dari emulsi minyak di dalam air atau
disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alcohol berantai
panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika.
Ada dua tipe krim, yaitu :
1. Tipe M/A atau O/W (Diktat Kuliah Teknologi Farmasi Likuida
dan Semi Solida, hal 122)
Krim m/a (vanishing cream) yang digunakan melalui kulit akan
hilang tanpa bekas. Pembuatan krim m/a sering menggunakan zat
pengemulsi campuran dari surfaktan (jenis lemak yang ampifil)
yang umumnya merupakan rantai panjang alcohol walaupun untuk
beberapa sediaan kosmetik pemakaian asam lemak lebih popular.
Contoh : vanishing cream
Vanishing cream adalah kosmetika yang digunakan untuk maksud
membersihkan, melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing
cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan
berminyak/film pada kulit.

2. Tipe A/M atau W/O, yaitu minyak terdispersi dalam air


(Diktat Kuliah Teknologi Farmasi Likuida dan Semi Solida, hal
122)
Krim berminyak mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik
seperti adeps lane, wool alcohol atau ester asam lemak dengan
atau garam dari asam lemak dengan logam bervalensi 2, missal
Ca.
Krim A/M dan M/A membutuhkan emulgator yang berbeda-beda. Jika
emulgator tidak tepat, dapat terjadi pembalikan fasa.
Contoh : cold cream
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai
krim pembersih berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold
cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.

KELEBIHAN & KEKURANGAN SEDIAAN KRIM


a. Kelebihan sediaan krim, yaitu :
1. Mudah menyebar rata
2. Praktis
3. Mudah dibersihkan atau dicuci
4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
5. Tidak lengket terutama tipe m/a
6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m
7. Digunakan sebagai kosmetik
8. Bahan untuk pemakaian topical jumlah yang diabsorpsi tidak
cukup beracun.
b. Kekurangan sediaan krim, yaitu :
1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam
keadaan panas
2. Mudah pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas
3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena
terganggu system campuran terutama disebabkan oleh perubahan
suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu
fase secara berlebihan.

BAHAN-BAHAN PENYUSUN KRIM


Formula dasar krim, antara lain :
1. Fase minyak, yaitu bahan obat dalam minyak, bersifat asam
Contoh : asam asetat, paraffin liq, octaceum,cera, vaselin,
dan lain-lain.
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat
basa.
Contoh : Natr, Tetraborat (borax, Na. Biborat), TEA, NAOH,
KOH, gliserin, dll

Bahan – bahan penyusun krim, antara lain :


- Zat berkhasiat
- Minyak
- Air
- Pengemulsi
· Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim
disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan
dibuat/dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan
emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alcohol, stearil
alcohol, trietanolalamin stearat, polisorbat, PEG.

Bahan – bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain :


§ Zat pengawet à Untuk meningkatkan stabilitas sediaan
Bahan pengawer sering digunakan umumnya metal paraben 0,12 –
0,18 % propel paraben 0,02 – 0,05 %.
§ Pendapur à untuk mempertahankan PH sediaan
§ Pelembab
§ Antioksidan à untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh
cahaya pada minyak tak jenuh.

CARA ABSORPSI
Absorpsi Perkutan
Absorpsi perkutan merupakan gabungan fenomena penembusan
suatu senyawa dari lingkungan luar ke bagian kulit dalam dan
fenomena penyerapan dari struktur kulit ke dalam peredaran
darah getah bening. Istilah perkutan menunjukkan bahwa
penembusan terjadi pada lapisan epidermis dan penyerapan dapat
terjadi pada lapisan epidermis yang berbeda (Aiache, 1993).
Fenomena absorpsi perkutan (permeasi pada kulit) dapat
digambarkan dalam tiga tahap yaitu penetrasi pada permukaan
stratum korneum, difusi melalui stratum korneum, epidermis dan
dermis, masuknya molekul ke dalam sirkulasi sistemik.
Penetrasi melalui stratum korneum dapat terjadi melalui
penetrasi transepidermal dan penetrasi transappendageal. Pada
kulit normal, jalur penetrasi obat umumnya melalui epidermis
(transepidermal), dibandingkan penetrasi melalui folikel
rambut maupun melewati kelenjar keringat (transappendageal).
Jumlah obat yang terpenetrasi melalui jalur
transepidermal berdasarkan luas
permukaan pengolesan dan tebal membran. Kulit merupakan organ
yang bersifat aktif secara metabolik dan kemungkinan dapat
merubah obat setelah penggunaan secara topikal.
Biotransformasi yang terjadi ini dapat berperan sebagai faktor
penentu kecepatan (rate limiting step) pada proses absorpsi
perkutan (Swarbrick dan Boylan, 1995).

Difusi obat melalui membran


Difusi melalui lapisan tanduk (stratum korneum) merupakan
suatu proses yang pasif. Difusi pasif merupakan suatu proses
perpindahan masa dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke
tempat yang berkonsentrasi rendah. Membran dalam kajian
formulasi dan biofarmasi merupakan suatu fase padat, setengah
padat atau cair dengan ukuran tertentu, tidak larut atau tidak
tercampurkan dengan lingkungan sekitarnya dan dipisahkan satu
dan lainnya, umumnya oleh fase cair. Dalam biofarmasi, membran
padat digunakan sebagai model pendekatan membran biologis.
Membran padat juga digunakan sebagai model untuk mempelajari
kompleks atau interaksi antara zat aktif dan bahan tambahan
serta proses pelepasan dan pelarutan (Aiache, 1993).
Membran padat sintetik dapat dibedakan menjadi 3 kelompok
yaitu membran polimer berpori, membran polimer tidak berpori,
dan membran lipida tidak berpori (Aiache, 1993).
Dalam studi pelepasan zat aktif yang berada dalam suatu
bentuk sediaan digunakan membran padat tiruan yang berfungsi
sebagai sawar yang memisahkan sediaan dengan cairan
disekitarnya. Teknik pengukuran laju pelepasan yang tidak
menggunakan membran akan mengalami kesulitan karena perubahan
yang cepat dari luas permukaan sediaan yang kontak dengan
larutan uji.
Pengadukan pada media reseptor sangat berperan untuk
mencegah kejenuhan lapisan difusi yang kontak dengan membran
(Aiache, 1993).
Perlintasan dalam membran sintetik umumnya berlangsung
dalam dua tahap. Tahap awal adalah proses difusi zat aktif
menuju permukaan yang kontak dengan membran. Pada tahap ini
daya difusi merupakan mekanisme pertama untuk menembus daerah
yang tidak diaduk, dari lapisan yang kontak dengan membran.
Tahap kedua adalah pengangkutan. Tahap ini dapat dibagi atas
dua bagian. Bagian yang pertama adalah penstabilan gradien
konsentrasi molekul yang melintasi membran sehingga difusi
terjadi secara homogen dan tetap. Bagian yang kedua adalah
difusi dalam cara dan jumlah yang tetap. Hal ini menunjukkan
bahwa perbedaan konsentrasi tidak berubah sebagai fungsi
waktu.

https://haifafzrpharmacist.wordpress.com/2015/06/07/formulasi-cream/

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/50802/Chapter%20II.pdf;jsessionid=E214E
14BE2D1D6BFB3877D33C351AF85?sequence=4

https://nanikartinah.wordpress.com/2012/02/29/sediaan-krim/

https://dessyindriyati27.wordpress.com/2014/04/13/sediaan-farmasi-krim-cremores/

http://www.academia.edu/11048810/sediaan_krim

Ketoconazol: Merupakan senyawa turunan imidazol yang memiliki daya anti jamur spektrum
luas dan digunakan untuk mengobati infeksi jamur super fisial pada kulit. Efek
ketokonazole terhadap ragi dan jamur berhubungan dengan kemampuannya
mengubah permeabilitas membran sel . Ketoconazole praktis tidak larut dalam
air, dapat larut dalam alkohol, larut dalam diklorometan dan larut dalam metil
alkohol.
Triaethanolamin : berfungsi sebagai surfakta, emulgator
Metil Paraben : berfungsi sebagai preservatif atau pengawet
Profil Paraben : berfungsi sebagai zat tambahan, sebagai pengawet.
Cera Alba : berfungsi sebagai zat tambahan sebagai peningkat konsentrasi
Vaselin Alba : berfungsi sebagai zat tambahan sebagai emulen dalam basis salep
Butil Hidroksi Toluen (BHT) : berfungsi sebagai Anti oksida krim
Aquadest : sebagai pelarut dari ketoconazole serta sebagai basis air dalam
cream

2.5 Formulasi
2.5.1 Ketoconazole (zat aktif)

Rumus kimia : C21H43N5O7


Pemerian : Serbuk putih, tidak berbau, rasa sangat pahit
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dapat larut dalam alkohol, larut dalam
diklorometan dan larut dalam metil alkohol
Kegunaan : Anti fungi
Konsentrasi : Mengandung tidak kurang dari 98,0% dang tidak lebih dari 102,0%
(FI IV 486).
Alasan pemilihan : Ketoconazole adalah imidazol antijamur digunakan secara topikal
atau secara lisan. Ia diberikan secara lisan dalam kronis
mucocutaneous atau Kandidiasis vagina, dalam infeksi jamur
pencernaan saluran, di dermatofit infeksi kulit dan kuku yang tidak
menanggapi pengobatan topikal, dan dalam infeksi sistemik yang
termasuk blastomycosis, Candidiasis, coccidioidomycosis,
histoplasmosis, dan paracoccidioidomycosis.
2.5.2 Pemilihan Bahan Tambahan

Untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan, maka diperlukan bahan bahan tambahan , diantaranya adalah emulgator,
pengawet, dll. Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim gentamicin
antara lain :

2.5.2.1 Triaethanolamin (TEA) (basis)

a) Alasan pemilihan : Karena berperan penting sebagai pembentuk emulsi


(emulgator) dan bisa memproduksi emulsi minyak-air yang
homogen dan stabil.
b) Pemerian : Cairan tidak berwarna, berbau kuat amoniak.
c) Kelarutan : Sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol,
dengan eter dan dengan air dingin.
d) Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
e) Khasiat : Surfaktan, emulgator dan sebagai pH adjusting agent,
Kadar 2-4%.

2.5.2.2 Metil Paraben (pengawet )


a)Alasan pemilihan : merupakan pengawet untuk fase lemak yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroba. Metil paraben dapat masuk ke dalam tubuh
karena diserap melalui kulit misalnya pada obat-obatan semi solid
seperti salep, dan krim.
b)Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau
atau berbau khas lemah, mempunyai rasa sedikit terbakar.
c)Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida,
mudah larut dalam etanol dan encer.
d)Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

2.5.2.3 Profil Paraben ( zat tambahan dan Pengawet)


a) Alasan pemilihan : pengawet untuk fase lemak yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroba.
b) Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa

c)Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol 95%
dalam 3 bagian aseton, dalam 140 bagian gliserol, dalam 40 bagian
minyak lemak, mudah larut dalam alkali hidroksi

2.5.2.4 Profilen glikol ( pelarut)


a) Alasan pemilihan : Propilen glikol merupakan pelarut yang baik dan dapat melarutkan
berbagai macam senyawa, seperti kortikosteroid, fenol, obat-obat sulfa, barbiturat, vitamin (A
dan D), kebanyakan alkaloid dan berbagai anastetik local.
b) Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berbau, rasa agak manis, higroskopik
c) Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan etanol 90% dan kloroform, larut
dalam 6 bagian eter, tidak dapat bercampur dengan eter minyak tanah dan dengan minyak
lemak.
d) Konsentrasi : 15 %
2.5.2.5 Cera Alba ( peningkat konsentrasi)
a)Alasan pemilihan : meningkatkan konsistensi krim atau salep dan untuk menstabilkan
emulsi A/M
b)Pemerian : Padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan
lapisan tipis, bau khas lemah dan bebas bau tengik
c)Kelarutan : Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dingin, larut
sempurna dalam kloroform dan eter juga minyak lemak
d)Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2.5.2.6 Vaselin album ( emulen dalam basis salep)
a) Alasan : untuk memudahkan semua bahan tercampur
b) Pemerian :Massa lunak, lengket, bening, putih
c) Kelarutan :Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95%

2.5.2.7 Butil Hidroksi Toluen (BHT)(Anti oksidan)


a) Alasan : karena mencegah bau tengik pada sediaan krim
b) Pemerian : Hablur padat, Bau khas lemah
c) Kelarutan : Tidak larut dalam air dan propilen glikol, mudah larut dalam etanol,
kloroform dan eter
2.5.2.8 Aquadest

a) Nama latin : Aqua destillasi


b) Nama lain : Air suling
c) Pemerian : Tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
d)Khasiat : Pelarut

Anda mungkin juga menyukai