Askep Polio
Askep Polio
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Pada Mata Ajar Imun dan Hematologi II
Disusun Oleh:
Rudianto (13141123058) Tri Medyan Prasetyo ( 131411123072)
Sondi Andika Septian (13141123060) Lilis Kurniawati ( 131411123074)
Oktavina Batubara (13141123062) I Komang Leo Triandana Arizona ( 131411123076)
Husna Ardiana (13141123064) M. Ruli Maulana ( 131411123078)
Achmadi Ramadhan (13141123066) Desi Wulan Eliawardani Putri ( 131411123080)
Aziz’s Nurulhuda (13141123068) Nabela Nurma Maharani ( 131411123082)
Alifiatul OzaHamanu (13141123070) Kurnia Dwi Sucianti ( 131411123084)
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KEPERAWATANPENDIDIKAN NERS
KELAS AJ2 B17
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien
dengan polio.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan
polio.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
polio.
c. Mampu melakukan perencanaan keperawatan pada klien dengan
polio.
d. Mampu melakukan pelaksanaan keperawatan pada klien dengan
polio.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan
polio.
f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada
klien dengan polio.
1.4 Manfaat
1.5 Metoda
2. Metoda Penulisan Laporan
Penulis menggunakan metoda deskriptif dengan pembahasan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.
3. Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penyusunan makalah pada klien
dengan polio diperoleh dari berbagai studi literatur terbaru yang ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Polio
VIRUS
Kurang2.1.4
pengetahuan
Pathwaytentang polio b.d Melalui fekal-oral (makanan yang
informasi yang tidak adekuat terkontaminasi) melalui oral-oral
multiplik
infeksi orofharing Mukosa usus
Sulit menelan asi
2.1.7Penularan
Masa inkubasi polio terjadi pada 7-14 hari dengan rentang 3-35
hari. Manusia merupakan satu-satunya recervoir dan media penularan.
Virus ditularkan melalui rute oro/fecal. Penularan melalui secret faring
terjadi apabila keadaan agent sanitasinya baik sehingga dapat
memutuskan rantai penularan.
Pada akhir masa inkubasi dan awal gejala, penderita polio
berpotensial menularkan penyakit. Setelah terpapar dari penderita, virus
polio dapat ditemukan pada secret tenggorkan 36 jam kemudian.
Bahkan bias bertahan sampai 1 minggu, serta pada tinja dalam waktu
72 jam atau lebih.
2.1.8 Komplikasi
Beberapa pasien pengidap poliomyelitis, selama 10-40 tahun
kemudian akan menampakkan puncak dari gejala seperti kelemahan
otot, penurunan kemampuan beraktifitas sehari-hari, dan/ atrofi otot.
Gejala ini didefinisikan sebagai atrofi otot post-polio yang berlanjut.
Manifestasi lain dari post-polio sindrom termasuk nyeri otot, deformitas
tulang, kelelahan dankram. Perkembangan kemunduran otot pada post-
polio sindrom umumnya lambat dan pada beberapa kasus tidak bisa
dilihat hanya dalam 1-2 tahun. Beberapa komplikasi lain yang mungkin
terjadi, diantaranya:
1. Deformitas Tulang disebabkan oleh kelemahan otot, deformitas
tulang mungkin akan terjadi disebabkan oleh positioning yang
salah.
2. Abnormalitas NeurologisSaraf yang terjepit mungkin terjadi pada
pasien pengidap polio dan menyebabkan eksaserbasi atropi otot
dan kelemahan.
3. Komplikasi respiratorySkoliosis dan atropi otot dapat
menyebabkan penyakit paru. Penyakit paru tersebutakan berakibat
pada insufisiensi pernafasan dan core pulmonale. (Springer, 2012)
2.1.9 Penatalaksanaan
Mendukung untuk menurunkan nyeri dan khawatir dengan
menggunakan analgetik. Untuk meningkatkan status pernafasan
artifisial ventilasi mungkin dibutuhkan dan untuk mendukung status
nutrisi digunakan NGT atau TPN. Latihan ROM aktif dan pasif
mungkin dibutuhkan untuk mencegah kontraktur dan deformitas.
2.1.10 Pemeriksaan
1. Diambil dari daerah faring atau tinja pada orang yang dicurigai
terkena poliomyelitis selama rentan waktu 2 minggu setelah gejala
kelumpuhan. Isolasi virus dari cairan cerebrospinal sangat
diagnostic, tetpi hal itu jarang dikerjakan.
2. Bila virus polio dapat diisolasi dari tinja seseorang dengan paralisis
flaksit akut harus dilanjutkan dengan pemeriksaan menggunakan
cara oligonukleotide mapping (finger printing) atau genomic
sequencing untuk menetukan apakah virus tersebut termasuk virus
liar atau virus vaksin serta serotipenya, yang penting untuk respon
epidemiologi.
3. Pengukuran neutralizing antibody jarang dilakukan kecuali pada
kasus yang sulit.
2.1.11 Pencegahan
Beberapa cara pencegahan penyakit polio yang harus dilakukan
adalah:
1.Peningkatan hygiene
Karena penyakit polio ditularkan per oral melalui makanan dan
minuman yang tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung
virus, maka hygiene makanan atau minuman sangat penting.
2. Imunisasi polio
Imunisasi polio yaitu proses pembentukan kekebalan terhadap
penyakit polio dengan mempergunakan vaksin polio oral (opv)
maupun injeksi (ivp). Ovp sangat bermanfaat pada saat klb, karena
selain menimbulkan kekebelan humoral dan local pada usus
resipien juga mempunyai “community effect” yaitu virus vaksin
yang berbiak di usus akan ikut menyebar ke anak sekitarnya,
sehingga jangkauan imunisasi makin meluas. Selain itu virus
vaksin yang berbiak akan menutup PVR(polio virus reseptor)
diusus selama 100 hari, sehingga virus polio liar tidak dapat
menempel dan menimbulkan infeksi.
Imunisasi dasar vaksin polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, dan
IV) dengan interval tidak kurang 4 minggu. Imunisasi polio
ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio IV, kemudian
saat masuk sekolah (5-6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah
dasar (12 tahun). Ada 2 jenis vaksin polio, yaitu vaksin Salk (berisi
virus polio yang telah dimatikan dan diberikan secara suntik) dan
vaksin Sabin (berisi vaksin hidup yang telah dilemahkan dan
diberikan dalam bentuk pil atau cairan, di Indonesia umumnya
diberikan vaksin Sabon. Vaksin ini diteteskan 2 tetes (0,1 ml)
langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang
berisi air gula.
Kemasannya yang dibuat oleh Pasteur-Merriux Serums & Vaccins,
Perancis untuk Biofarma Bandung berupa flakon 10 dosis dan 1
pipet. Kandungan vaksin ini terdiri dari virus polio tipe 1, 2, dan 3
hidup yang dilemahkan, asam amino, antibiotik dan calf serum
yang distabilkan dengan magnesium chlorida dan fenol merah
sebagai indikator. Secara fisik beruapa cairan kemerahan jernih
yang cepat sekali rusak biala terkena panas (cahaya matahari).
Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8 0C (masa kadaluarsa 1
tahun) atau dalam freezer suhu -20 sampai -25 0C (masa kadaluarsa
2 tahun).
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
1. Keluhan Utama
Keluhan tersebut dipandang sebagai topik dari penyakit saat ini
sebagai deskripsi masalah, keluhan utama didapat dengan
menanyakan pertanyaan terbuka yang netral kepada klien.
Keluarga klien membawa anaknya kepelayanan kesehatan
terdcekat dengan keluhan kelemahan ekstremitas bawah.
2. Riwayat Penyakit sekarang
Merupakan narasi dari keluhan utama mulai gejala paling awal
sampai perkembangan saat ini , meliputi komponen :
a.Rincian awitan :
Awal mulai keluarga menemukan anaknya demam
b. Riwayat interval yang lengkap
Perjalanan penyakit dari demam sampai terjadi kelumpuhan
ekstremitas
c. Status saat ini
Klien mengalami kelumpuhan/ paralisis kaki
d. Alasan untuk mencari bantuan saat ini
Keluarga cemas, takut, khawatir dan ingin anaknya sehat
seperti sebelum sakit.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Berisi infromasi yang berhubungan dengan aspek status
kesehatan anak yang telah ada sebelumnya. Memfokuskan pada
beberapa area yang umumnya dihilangkan dalam pengkajian
riwayat orang dewasa.
4. Riwayat kelahiran
Meliputi :
a. Kesehatan ibu selama kehamilan
b. Proses persalinan dan kelahiran
c. Kondisi bayi segera setelah lahir
d. Faktor emosional mempengaruhi hasil akhir kelahiran dan
hubungan orang tua dan anak lebih lanjut, selidiki :
a) krisis yang terjadi selama masa kehamilan
b) sikap terhadap fetus selama pranatal
5. Riwayat diet
Bagaimana asupan nutrisi : jumlah asupan makanan , pola
makan ,jenis makanan yang sulit diterima oleh klien, faktor-
faktor finansial dan budaya yang mempengaruhi pemilhan dan
persiapan makanan.
6. Penyakit, cedera dan pembedahan sebelumnya
Tanyakan secara spesifik tentang demam, sakit telinga dan
penyakit masa kanak-kanak seperti campak, rubella , cacar air ,
gondongan, pertusis, difteri , demem scarlet, radang tergorokan
, tonsilitis atau manifestasi alergi. Selain penyakit tersebut,
tanyakan juga tentang riwayat cidera (terjatuh, keracunan ,
tersedak , atau terbakar ) yang memerlukan intevensi medis,
pembedahan dan alasan lain untuk hospitalisasi.
7. Alergi
Adakah gangguan hay fever , asma dan reaksi yang tidak biasa
tehadap obat-obatan , makanan , atau produk-produk latek
(karet), ataupun kontak dengan agen yang lain seperti
tumbuhan beracun , hewan, produk-produk rumah atau pabrik.
Dokumentasi tentang pedoman riwayat alergi, pertanyaan
yang bisa diajukan pada keluarga :
a. obat-obat an apa yang menyebabkan alergi, apakah anda
dapat mengingat nama obat tersebut ?
b. bagaimana reaksinya ?
c. apakah digunakan per oral atau disuntikan ?
d. berapa lama setelah menggunakan obat itu reaksi
berlangsung ?
e. pernahkah mengunakan obat yang sama , dan bagaimana
reaksi nya , apakah sama ?
f. apakah ada yang mengatakan tentang reaksi alergi, apa
yang anda lakukan ?
8. Riwayat pengobatan
Catat semua pengobatan, nama, dosis, jadwal, durasi dan
alasan pemberian. Pengkajian yang teliti harus memasukan
semua obat atau pengobatan alternatif.
9. Riwayat imunisasi
Catatan tentang semua imunisasi meliputi : nama imunisasi ,
jadwal pemberian imunisasi , tempat akses pemberian
imunisasi , reaksi setelah imunisasi.
10. Pertumbuhan dan perkembangan
Pola pertumbuhan dan perkambangan meliputi :
a. Perkiraan BB pada usia 6 bulan , 1 tahun , 2 tahun , 5
tahun.
b. Perkiraan Tinggi badan pada usia 1 dan 4 tahun.
c. Pertumbuhan gigi : usia mulai tumbuh gigi , jumlah gigi
dan gejala selama tumbuh gigi
d. Perkembangan menahan kepala secara stabil
e. Usia duduk tampa bantuan
f. Bisa berjalan tanpa bantuan
g. Mulai dapat berkata yang bermakna
h. Kelas di sekolah saat ini
i. Peringkat di kelas
j. Interaksi dengan anak lain
11. Kebiasaan
Pengkajian tentang kebiasaan anak, meliputi :
12. Pola perilaku anak (misalnya menggigit kuku, mengisap
jempol, dan pergerakan tidak lazim, masturbasi secara terang-
terangan dan berjalan jinjit)
13. Aktivitas kehidupan sehari-hari (seperti : jam tidur dan
bangun, lamanya waktu tidur malam dan tidur siang, jenis dan
lamanya olahraga, keteraturan buang air besar dan urinasi,
urinasi untuk pelatihan toilet trainning,dan mengompol pada
tidur siang atau tidur malam.
2) Pola Nutrisi
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mempunyai
kebiasaan makan dengan baik. Dengan porsi makan 3x1. Menu yang
biasanya di berikan kepada pasien adalah dengan porsi nasi, sayur, dan
lauk. Kebiasaan minum pasien juga baik. Pasien biasanya minum
dengan susu, air putih, dan jus buah.
Selama sakit:
Ibu pasien mengatakan bahwa selama sakit, pasien kurang nafsu
makan. Dengan porsi 2x1dengan menu nasi dan sayur. Makan hanya
setengah porsi. Pasien sering mual dan muntah-muntah.
3) Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
BAB : normal 1X sehari, warna kulit kecoklatan, tekstur lunak, aroma
terapik.
BAK : normal, warna kunimg, aromatik.
Selama sakit :
BAB : konstipasi
BAK : normal, warna kuning, aromatik.
4) Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri 1 2 3 4 5
Kemampuan melakukan ROM √
Kemampuan Mobilitas di tempat tidur √
Kemampuan makan/minum √
Kemampuan toileting √
Kemampuan Mandi √
Kemampuan berpindah √
Kemampuan berpakaian √
Keterangan:
1 = Tergantung Penuh
2 = dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat
4 = Dibantu alat
5 = Mandiri
5) Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit:
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidur dengan nyenyak. Pasien
tidur 10 jam sehari, 2 jam tidur siang dan 8 jam tidur malam.
Selama sakit:
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien saat tidur sering terbangun.
Pasien tidak bisa tidur nyenyak
6) Sensori, Persepsi dan Kognitif
7) Konsep diri
Pasien belum mampu memaparkan konsep dirinya karena klien
masih berusia 4tahun.
8) Sexual dan Reproduksi
Pasien seorang laki-laki, berusia 3 tahun.
9) Pola Peran Hubungan
Sebelum sakit: ibu klien mengatakan bahwa pasien interaksi dengan
keluarga, teman sekitar, dan lingkungan secara baik.
Selama sakit: pasien mengalami perubahan pada interaksi keluarga,
teman, dan lingkungan. Pasien sering menangis.
10) Manajemen Koping Stress
Sebelum Sakit : Baik.
Selama sakit : pasien belum mampu memaparkan secara tepat
keadaan jiwanya karena klien masih balita, klien dibantu dengan
orang tua (ibu) untuk menyelesaikan masalahnya.
11) Sistem Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit : pasien beragama Islam.
Selama sakit : pasien tidak pernah melaksanakan sholat karena
keterbatasan aktivitas akibat nyeri sendi.
d. Pemeriksaan Fisik
30-40 x/menit)
2. Nutrisi kurang dari Pasien mampu menunjukan nutrisi Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh dari yang baik selama 3x 24 jam Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
yang berhubungan Kriteria Hasil : kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
dengan mual dan - Pasien memperlihatkan
untuk mencegah konstipasi
muntah peningkatan berat badan yang Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
progresif harian.
- Nilai laboratorium pasien Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
Monitor lingkungan selama makan
(albumin, protein, elektrolit)
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
menunjukkan nilai normal makan
- Mual muntah berkurang dan nafsu Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan
makan bertambah.
kadar Ht
Monitor mual dan muntah Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
3. Gangguan mobilitas fisik Pasien mampu melaksanakan Monitoring vital sign sebelum/ sesudah latihan dan lihat
yang berhubungan aktivitas fisik sesuai dengan respon pasien saat latihan
dengan paralysis kemampuannya selama waktu 3 x Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana
Selasa, Nutrisi kurang dari 09.00 - Mengkaji pola makan Kamis 09.00 S : ibu pasien mengatakan Mute
16/9/14 kebutuhan tubuh WIB anak 18/9/14 WIB bahwa
- Berkolaborasi dengan
dari yang - Pasien tidak mual
ahli gizi dalam
berhubungan dengan - Pasien tidak muntah
pemberian nutrisi
mual dan muntah - makan dengan porsi
- Memberikan makanan
DS : ibu pasien
- Menimbang berat badan yang cukup
mengatakan bahwa - Memberikan makanan
- nafsu makan meningkat
pasien kesukaan anak
O:
- mual - Memberikan makanan
- muntah - porsi makan meningkat
porsi sedikit tapi sering
- nafsu makan
A : pasien mampu
berkurang
menunjukan nutrisi yang
- makan hanya baik
setengah porsi P : lanjutkan asuhan
DO : pasien tampak
keperawatan
- lemas
- porsi makan hanya
setengah porsi
Selasa, Gangguan mobilitas 10.00 - menentukan aktivitas Kamis 10.00 S : ibu pasien mengatakan Laily
- mencatat dan terima
16/9/14 fisik yang WIB 18/9/14 WIB pasien
keadaan kelemahan
berhubungan dengan - Masih lemas
(kelelahan yang ada).
paralysis - Tungkai kanan sulit
- mengindetifikasi factor-
DS : ibu pasien
digerakkan
faktor yang
mengatakan bahwa O : pasien tampak
mempengaruhi - Badan lemas
pasien
- tungkai kanan sulit
- badan pasien kemampuan untuk aktif
digerakkan
lemas disekujur seperti pemasukan
A : pasien belum mampu
tubuhnya makanan yang tidak
- tungkai kanan melaksanakan aktivitas fisik
adekuat.
sulit digerakkan - mengevaluasi P : lanjutkan asuhan
DO : pasien tampak
kemampuan keperawatan
- lemas
- tungkai kanan untuk melakukan
sulit digerakkan mobilisasi secara aman
- Kolaborasi dengan
fisioterapis
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Pada dasarnya tindakan yang penting dalam mensukseskan program
pemerintah dalam pemberantasan polio adalah melalui upaya preventif
dengan cara melaksanakan 5 imunisasi dasar salah satunya imunisasi polio.
Tindakan preventif tentang pencegahan polio dapat dimaksimalkan
dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya para ibu muda
tentang pentingnya imunisasi dan penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi.
Dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnose medis polio perlu diperhatikan penularan virus polio agar
penatalaksanaan dan pencegahan virus polio dapat maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, RE, dkk. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Cetakan 2010. Jakarta: EGC
Carpenito & Juall, L. 2007, Handbook of Nursing Diagnosis Ed.10, Alih
Bahasa, Yasmin Asih, EGC, Jakarta.
Disease Conditions Polio Basic Definition. Diakses dari
http://www.mayoclinic.org tanggal Accessed 15Sepetember 2014.
Infeksi Polio Manifestasi Klinis dan Penegakkan Diagnosis Terkini. 2012. Diakses
dari http://growupclinic.com tanggal 15 September 2014
Nurarif, Amin Hudan & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
MediAction Publishing
Penyakit Polio. Diakses dari http://medicastore.com tanggal 15 September 2014