Anda di halaman 1dari 6

Bila Kutub Magnetis Bumi Bergeser

sigit prihatin Thursday, December 13, 2012 Add Comments


Astronesia-Setiap planet dalam tata surya kita, termasuk Bumi, memiliki
dua sistem kutub. Yang pertama adalah kutub geografis, yakni proyeksi
sumbu rotasi di permukaan planet tersebut yang mewujud pada
terbentuknya kutub utara geografis dan kutub selatan geografis. Dalam
astronomi, kutub-kutub geografis senantiasa menempati garis lintang 90
baik di lintang utara maupun selatan. Di Bumi, kutub utara geografis berada
di Samudera Arktik, sementara kutub selatan geografisnya ada di daratan
Antartika yang senantiasa berselimutkan es tebal.

Sistem kutub yang kedua adalah kutub magnetis, yakni sepasang titik di
permukaan planet dimana garis-garis gaya medan magnetnya masuk ke
dalam atau keluar dari dalam tubuh planet tersebut pada posisi tegaklurus
permukaan rata-ratanya (inklinasi magnetik 90). Titik dimana garis-garis
gaya magnet tersebut masuk ke dalam tubuh planet merupakan kutub utara
magnetis, sebaliknya titik dimana garis-garis gaya magnet keluar dari tubuh
planet adalah kutub selatan magnetis. Meski demikian tatanama ini tidak
sepenuhnya diterapkan, sebab dalam praktiknya nama kutub-kutub
magnetis mengacu pada nama kutub-kutub geografis yang berdekatan.
Kedua kutub magnetis ini dapat diibaratkan sebagai sepasang ujung berbeda
dari sebuah magnet batang raksasa yang tertanam dalam tubuh planet,
meski pengandaian ini tidak sepenuhnya tepat. Kutub-kutub magnetis hanya
berkaitan dengan sifat kemagnetan benda langit, bukan sifat rotasinya.

Gambar 1. Gambaran garis-garis gaya geomagnet dan sumbu magnetisnya.


Perhatikan perbedaannya dengan sumbu rotasi Bumi dan eksistensi kutub-
kutub geografis. Sumber : NASA, 2009.
Posisi
Di Bumi, kutub utara magnetis terletak di tepi Samudera Arktika sementara
kutub selatan magnetis terletak di tepi daratan Antartika. Posisi kutub utara
magnetis tak berimpit dengan kutub utara geografis demikian halnya kutub
selatan magnetis dengan kutub selatan geografis. Ketakberimpitan ini
membuat jarum kompas (yang selalu mengarah ke kutub utara magnetis)
senantiasa membentuk sudut tertentu terhadap arah utara sejatinya. Sudut
ini dikenal sebagai deklinasi magnetik, yang nilainya berbeda-beda untuk
tiap titik di muka Bumi. Bila ditelaah lebih lanjut, sumbu geomagnet (yakni
garis lurus penghubung kutub utara-selatan magnetis di dalam tubuh Bumi)
ternyata tidak berimpit dengan sumbu rotasi Bumi, melainkan membentuk
sudut 11,5 derajat. Di sisi lain, sumbu geomagnet sendiri pun tidaklah
simetris, sehingga posisi kutub selatan magnetis tidak persis di proyeksi
titik-lawan kutub utara magnetisnya, melainkan berselisih jarak hingga
2.700 km.

Gambar 2. Posisi kutub selatan magnetis Bumi senyatanya dibandingkan


dengan proyeksi (titik-lawan) kutub utara magnetis, yang nampak tidak
berimpit. Ketidakberimpitan ini menunjukkan asimetri dalam geomagnet.
Sumber : Sudibyo, 2012.

Ketidakberimpitan dan ketidaksimetrisan semacam ini adalah wajar dalam


tata surya kita, tak hanya dialami Bumi saja. Sumbu magnetis Jupiter juga
membentuk sudut terhadap sumbu rotasinya, yakni sebesar 10 derajat.
Bahkan dalam Uranus dan Neptunus situasinya cukup spektakuler karena
sumbu magnetisnya masing-masing membentuk sudut 59 derajat dan 47
derajat terhadap sumbu rotasinya. Sebaliknya sumbu magnetis Saturnus
hampir berimpit dengan sumbu rotasinya dimana sudut antara keduanya
kurang dari 0,5 derajat.

Gambar 3. Perbandingan sumbu rotasi dan magnetis Bumi (kiri) dengan


sumbu rotasi dan magnetis Uranus (kanan). Perhatikan bahwa sumbu
magnetis keduanya tidak berimpit dengan sumbu rotasinya. Sumber : NASA,
1986.

Pembangkit

Mengapa bisa demikian? Di Bumi, medan magnet Bumi (geomagnet)


dibangkitkan oleh aliran konvektif ion-ion Besi dan logam lainnya di inti luar
yang sifatnya cair sangat kental. Aliran konvektif itu ditenagai panas internal
Bumi dari sebagai hasil peluruhan radioaktif inti-inti atom berat (Uranium
dan Thorium) serta sisa panas pembentukan Bumi purba di bawah pengaruh
rotasi Bumi. Aliran ion pada hakikatnya adalah aliran partikel bermuatan
listrik, sehingga setara dengan aliran listrik. Maka berlakulah kombinasi
hukum sirkuit Ampere, hukum Faraday dan gaya Lorentz dalam bentuk
mekanisme dinamo dengan produk akhirnya adalah geomagnet dengan
struktur sangat besar. Tidak berimpitnya sumbu magnetis dan sumbu rotasi
Bumi merupakan akibat dinamika internal inti Bumi yang berujung pada
perbedaan kecepatan rotasi antara permukaan dengan inti Bumi.

Mekanisme serupa juga membentuk medan magnet planet lain. Hanya saja
pada Uranus dan Neptunus, ion-ion yang mengalir di inti luarnya adalah ion
ringan (air, amonia dan metana) dengan ketebalan lapisan konvektif yang
lebih tipis sehingga sumbu medan magnetnya bisa membentuk sudut
ekstrim terhadap sumbu rotasinya.
Gambar 4. Pergeseran posisi titik kutub magnetis utara (kiri) dan selatan
(kanan) dari tahun ke tahun. Sumber : NOAA, 2012.

Dinamika internal inti Bumi menyebabkan geomagnet memiliki dinamika


yang menakjubkan. Salah satunya adalah fenomena pembalikan kutub-
kutub magnetis (magnetic reversal). Kutub-kutub magnetis diketahui tidak
menempati lokasi yang sama untuk waktu lama, melainkan senantiasa
bergeser pada kecepatan tertentu. Sejak pertama kali diidentifikasi dua abad
silam, kutub utara magnetis telah bergeser sejauh lebih dari 600 km dengan
kecepatan rata-rata 40 km/tahun. Sehingga kutub utara magnetis kian
mendekati kutub utara geografis, meski keduanya tak bakal berimpit. Model
matematis memperlihatkan posisi kutub utara magnetis yang kini berada di
Samudera Arktika bagian Canada bakal bergeser demikian rupa sehingga
dalam seabad ke depan akan memasuki Siberia (Russia).

Pembalikan dan Pemusnahan

Dalam jangka panjang, pergeseran kutub-kutub magnetis akan


menyebabkan pertukaran posisi dimana yang sekarang menjadi kutub utara
magnetis bergeser demikian rupa sehingga kelak menempati lokasi kutub
selatan magnetis dan begitupun sebaliknya. Fenomena pembalikan kutub-
kutub magnetis ini terhitung kerap terjadi. Sepanjang 5 juta tahun terakhir
pembalikan kutub magnetis Bumi terjadi rata-rata setiap 0,2 hingga 0,3 juta
tahun sekali. Namun sepanjang setengah milyar tahun terakhir, variasi
periodisitas pembalikan kutub magnetis Bumi memiliki rentang dari 5.000
tahun hingga 50 juta tahun. Setiap pembalikan magnetis berlangsung
selama ribuan tahun sehingga bukanlah peristiwa tiba-tiba dalam sekejap
mata. Pembalikan magnetis juga dapat berlangsung akibat sebab eksternal,
misalnya akibat hantaman asteroid/komet raksasa ke Bumi.

Peristiwa pembalikan kutub magnetis Bumi yang terakhir, yang dinamakan


peristiwa Brunhes-Matuyama, terjadi pada 0,78 juta tahun silam. Pada masa
kini, meski kutub-kutub magnetis terus bergeser, belum ada tanda-tanda
bakal terjadinya pembalikan kutub magnetis Bumi berikutnya.

Meski terjadi pembalikan kutub-kutub magnetis, garis-garis gaya geomagnet


tidaklah menghilang. Demikian pula magnetosfer beserta lapisan
terdalamnya yang dikenal sebagai sabuk radiasi van-Allen. Sehingga
berbeda dengan persepsi umum, dalam peristiwa pembalikan kutub
magnetis Bumi, planet ini masih tetap dilindungi magnetosfernya dari
ancaman eksternal dalam rupa sinar kosmik galaktik maupun radiasi partikel
Matahari. Perlindungan ini demikian efektif sehingga bila kita merujuk pada
kurva kelimpahan makhluk hidup sepanjang setengah milyar tahun terakhir,
tak ada satupun peristiwa pembalikan kutub magnetis Bumi yang bertepatan
dengan pemusnahan massal (pengurangan populasi makhluk hidup secara
mendadak dan signifikan) baik mayor maupun minor, kecuali oleh sebab
eksternal dalam rupa tumbukan asteroid/komet.

Gambar 5. Dinamika pembalikan kutub-kutub magnetik Matahari selama 30


tahun terakhir (hingga pertengahan 2012) mengikuti siklus aktivitas
Matahari. Nampak bagaimana kutub utara geografis (latitude 90N) secara
berganti-ganti ditempati oleh kutub utara magnetis (Nm) dan kutub selatan
magnetis (Sm) Matahari. Pun demikian dengan kutub selatan geografisnya.
Sumber : NASA, 2012.

Matahari

Pembalikan kutub magnetis bukanlah peristiwa khas Bumi, namun juga


terjadi pada benda langit anggota tata surya lainnya. Planet-planet yang
memiliki medan magnet juga diindikasikan mengalaminya. Bahkan Matahari
pun demikian. Pantauan satelit pengamat Mataharis ecara menerus sejak
awal 1980-an mulai dari Uhuru, Solar Max hingga SOHO menunjukkan
pembalikan kutub magnetis Matahari berlangsung lebih sering dengan pola
mengikuti siklus aktivitas Matahari, yakni rata-rata tiap 11 tahun sekali. Dan
setiap kali pembalikan magnetik Matahari terjadi, tidak diikuti dengan
aktivitas di luar normal terkecuali peningkatan potensi badai Matahari yang
masih tergolong wajar.
Sehingga desas-desus pembalikan kutub magnetis Bumi akan terjadi dan
memicu Kiamat 2012 sebagaimana digembar-gemborkan selama ini bakal
berbenturan dengan tiga fakta ilmiah. Pertama, sejauh ini tidak ada gejala
bakal terjadinya peristiwa pembalikan kutub magnetis Bumi. Kedua,
aktivitas pembalikan kutub magnetis Bumi bukanlah peristiwa spontan yang
terjadi dalam sekejap mata, melainkan butuh waktu ribuan tahun. Ketiga,
mengambil analogi aktivitas dan pembalikan kutub magnetis Matahari dan
data-data pemusnahan massal, di masa silam peristiwa pembalikan kutub
magnetis Bumi adalah kejadian biasa saja yang kerap terjadi dan tidak
disertai bencana dahsyat yang membuat mengurangi populasi makhluk
hidup berkurang drastis.

Author: Ma'rufin Sudibyo

Sumber :Kompasiana.com

Anda mungkin juga menyukai