Corporate Governance
Dosen Pengampu :
Prof.Dr.Ir.H.Hapzi Ali,MM
Disusun Oleh :
Maksi Prima Dewi 55117120097
Shleifer dan Vishny (1997) menyatakan bahwa corporate governance yang merupakan
konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk
memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana
yang telah mereka investasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para
investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa
manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek
yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh
investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer. Dengan
kata lain corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan
biaya keagenan (agency cost).
1. Direksi
Tugas dan Tanggung Jawab Direksi Perseroan adalah sbb :
Pada dasarnya tugas, tanggung jawab dan wewenang direksi perseroan diatur dalam pasal 14
Anggaran Dasar Perseroan.
2. Komisaris
Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris.
Pada dasarnya tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris Perseroan diatur dalam pasal 17
Anggaran Dasar Perseroan.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa tugas utama dari Dewan Komisaris adalah
mengawasi pengurusan perseroan yang dilakukan oleh Direksi dan memberikan nasihat
kepada Direksi jika diperlukan. Komisaris juga membuat rekomendasi pebaikan atau saran
atas hasil penelaahan yang disampaikan oleh komite audit dan menyampaikannya kepada
direktur utama dan atau direktur yang bersangkutan.
Dalama melakukan fungsi pengawasannya, Dewan Komisaris secara rutin dan aktif
melakukan interkasi dengan manajemen perseroan melalui berbagai usulan, komentar dan
rekomendasi dalam repat reguler dan Direksi.
Per tanggal 31 Desember 2016 Dewan Komisaris Perseroan terdiri dari satu orang Komisaris
Utama dan empat orang anggota komisaris, dua diantaranya merupakan Komisaris
Independen yang salah seorangnya merangkap sebagai Ketua Komite Audit dengan rician
sbb :
3. Komite Audit
Komite Audit diberntuk oleh Dewan Komisaris untuk membantu melaksanakan fungsi
penawasan yang dijalankan oleh komisaris. Dalam menjalankan tugasnya ini komite audit
bekerja sama dengan Unit Audit Internal Perseroan. Komite Audit bertanggung jawab pada
Dean Komisari untuk memastikan bahwa sistem pengendalian internal telah berjalan dengan
efektif dan dapat mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan
kegiatan usaha perseroan.
Adapan anggota Komite Audit Perseroan per tanggal 31 Desember 2016 Dijabat oleh :
4. Unit Audit Internal
Perseroan telah memiliki Unit Audit Internal sebelum tahun 2001dengan sebutan Komite
Audit Internal. Pada saat itu Kepala Unit Audit Internal Dijabat oleh Pak Hendra Kurniawan,
57 tahun Warna Negara Indonesia. Sebelum bergabung dengan perseroan, bergabung dengan
PT.Inbisco Niagatama Semesta sejak tahun 1983 hingga tahun 1990. Sejak tahun 1990
hingga 1997 membawahi operasional PT.Sinar Pangan Barat di Medan. Sejak tahun 1997
hingga tahun 2001 bergabung dalam team marketing Perseroan. Menjalankan fungsi Audit
Internal sejak tahun 2001 hingga sekarang.
Untuk itu, perseroan didiukung oleh sistem teknologi informasi yang telah dimiliki oleh
perusahaan, sehingga pengendalian keuangan dan opersioanal perseroan dapat berjalan
dengan baik. Dengan adanya sistem teknologi informasi yang telah diterapkan, manajemen
perseroan dapat mengetahui segera perkembangan dan segala perubahan yang terjadi
dibidang keuangan dan operasional perseroan. Dengan demikian permaslahan yang mungkin
timbul dapat dihindari dan dikaji secara lebih seksama untuk mendukung pengambilan
keputusan yang tepat.
Menyadari hal tersbeut, maka perusahaan dan seluruh pekerja wajib mematuhi seluruh
peraturan peundang-undangan yang ada, dan DIreksi Perseroan turut andil dalam memastikan
bahwa seluruh aktifitas yang dilaksanakan oleh Perseroan telah memenuhi seluruh unsur
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku yang diantaranya
diwujudkan dalam bentuk memiliki semua ijin yang diperlukan dalam menjalankan kegiatas
perseroan dan memberikan hal pekerja sesuai dengan ketentuan oleh pemerintah sehingga
terjadi keseimbanagan antara hak dan kewajiban diatara para pihak yang terkait.
Dalam kegiatan opersionalmnya pemisahan tugas dan wewenang tersbeut didiukung oleh
adanya sistem teknologi informasi yang mampu menghindari terjadinya keselahan yang
dibuat oleh pekerja baik sengaja maupun tidak disengaja.
Dengan menerapkan kebijakan mengenai otorisasi berjenjang terhadao suatau kegiatas, maka
sistem pengendalian intern Perseroan berjalan dengan maksimal sesuai dengan yang
diharapkan.
Pelaksanaan manajemen risiko ini telah menjadi bagian dari sistem manajemen Perseroan dan
menjadi bahan pertimbangan dalam proses pengembilan keputusan oleh manajemen,
sehingga sering dengan berlalunya waktu, selalu tercipat adanya perbaikan berkelanjutan
(Continous improvement) yang dijadikan strategi oleh perseroan.
B. Risiko Fluktuasi
Ketidakstabilan nilai tukar mata uang asing terhadap mata uang Rupiah dapat memberikan
dampak ketidakpastian terhadap biaya produksi dan dalam penetapan harga jual prosuk.
Hal ini disebabkan karena meskipun sebagian besar bahan baku yang diperlukan untuk proses
produksi dapat diperoleh dari dalam negeri. Namun ketidak stablian nilai tukar valuta asing
terutama USD, terhadap mata uang Rupiah dapat mempengaruhi harga bahan baku produksi
yang diimport atau bahan baku produksi yang dibeli dipasar lokal tetapi mengikuti harga
pasar internasional. Sehingga, jika terjadi perubahan niai tukar mata uang asing yang cukup
signifikan, hal ini dapat mempengaruhi biaya Perseroan.
Perseroan mengelola risiko ketidakstabilan yang mungkin terjadi ini dengan cara memperoleh
penerimaan dari penjualan eksport.
C. Risiko Pasokan Bahan Baku
Bencana alam, gagal panen, terganggunya jalur transportasi dan kejadi-kejadian sejenis yang
menyebabkan terganggunya kejadian sejenis yang menyebabkan terganggunya pasokan
bahan baku dapat menyebabkan terganggunya pasokan bahan baku dapat menyebabkan
pemanfaatan kapasitas produksi untuk mendapatkan efisiensi maksimal tidak tercapai,
sehingga dapat menurunkan kinerja operasional dan finansial Perseroan.
Untuk mengantisipasi terganggunya pasokan bahan baku, perseroan memiliki divisi supply
chain yang dipimpin langsung oleh Direktur Perseroan. Perseroan juga memiliki tingkat
persediaan yang memadai untuk memperkecil dampak yang mungkin ditimbullan oleh
kelangkaan bahan baku.
Daftar Pustaka