Anda di halaman 1dari 15

BAHAN AJAR.04.Epid.

Bid

UKURAN - UKURAN EPIDEMIOLOGI

Disusun Oleh :
Murwati, SKM, M.Kes.Epid

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA


JURUSAN KEBIDANAN KLATEN
2013

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 1


Tujuan Instruksional :
Pada bab ini mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang ukuran-ukuran
epidemiologi yang meliputi angka morbiditas dan angka mortalitas.

A. Frekuensi Masalah Kesehatan


Frekuensi masalah kesehatan ialah keterangan tentang banyaknya suatu masalah
kesehatan yang ditemukan dalam sekelompok manusia yang dinyatakan dengan
angka mutlak, rate atau rasio. Agar pengukuran frekuensi masalah kesehatan benar-
benar menggambarkan kondisi yang sebenarnya maka perlu diperhatikan hal-hal
berikut:
1. Mengupayakan agar masalah kesehatan yang akan diukur hanya masalah yang
dimaksudkan saja.
2. Mengupayakan agar semua masalah kesehatan yang akan diukur dapat masuk
dalam pengukuran.
3. Mengupayakan agar penyajian hasil pengukuran dalam bentuk yang
memberikan keterangan optimal.
Secara umum bentuk penyajian dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a) Angka mutlak
Penyajian ini memberikan keterangan yang amat terbatas, sehingga
kurang dirasakan manfaatnya.
Contoh : Hasil surveilens penyakit flu burung (avian influenza) di Kab
banyumas ditemukan jumlah kasus sebanyak 20 orang.
b) Rate
Adalah perbandingan suatu peristiwa (event) dibagi dengan jumlah
penduduk yang mungkin terkena peristiwa yang dimaksud (population at
risk) dalam waktu yang sama yang dinyatakan dalam persen atau permil.
Penyajian dengan rate menjadi lebih lengkap karena sekaligus
menggambarkan besarnya masalah di suatu daerah pengukuran. Rumus yang
digunakan untuk menghitung rate adalah :

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 2


Rate = Jumlah suatu peristiwa X 100 % (1000 / 0/00)
Jumlah penduduk yang mungkin terkena peristiwa

Contoh : Hasil surveilens penyakit flu burung (avian influenza) di


0
Kabupaten Banyumas tahun 2005 sebanyak 13 /00.
c) Rasio
Adalah perbandingan suatu peristiwa (event) dengan peristiwa (event)
lainnya yang tidak berhubungan. Rumus yang dipergunakan untuk
menghitung rasio adalah :

Rasio = Jumlah peristiwa A


Jumlah peristiwa B

Contoh : Hasil pengukuran penyakit flu burung (avian influenza) di


Kabupaten Banyumas ditemukan perbandingan penderita antara pria dan
wanita sebesar 0,43
Dalam pengukuran masalah kesehatan ada dua hal yang dipandang
penting, yakni masalah penyakit dan kematian, sehingga ukuran yang
digunakan untuk kedua masalah tersebutpun beranekaragam. Secara garis
besar dapat digambarkan sebagai berikut :
Penyakit Kematian
1. Insiden 1. Crude death rate
a. Insidence rate 1. Abortus rate
b. Attack rate 2. Late abortus rate
c. Secondary attack rate 3. Perinatal mortality rate
2. Prevalen 4. Still death mortality rate
a. Period prevalence rate 5. Under five mortality rate
b. Point Prevalence rate 6. Maternal mortality rate
7. Age spesific mortality rate
8. Cause spesific mortality rate
9. Case fatality rate

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 3


B. Insiden
1. Insidence rate
Merupakan frekuensi penyakit baru yang terjangkit di masyarakat di suatu
tempat/wilayah/negara pada waktu tertentu.
Insiden rate = Jumlah orang yang menderita suatu
penyakit tertentu/kasus X 1000
Population at risk /penduduk yang mempunyai
risiko tertular penyakit sama.
2. Attack rate
Nilai attack rate dapat dimanfaatkan dalam memperkirakan derajat serangan
atau penularan suatu penyakit. Makin tinggi nilai attack rate, maka penyakit
tersebut makin memiliki derajat serangan dan atau penularan yang tinggi pula.
Contoh kejadian keracunan.

C. Prevalence rate
Merupakan frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit di masyarakat di
suatu tempat/wilayah/negara pada waktu tertentu. Bila prevalence rate ditentukan
pada suatu saat misalnya pada juli 2005, maka disebut sebagai point prevalence
rate, dan apabila ditentukan selama suatu periode waktu tertentu misalnya 1 Januari
2005 sampai dengan 31 desember 2005, maka disebut sebagai periode prevalence
rate. Nilai prevalence rate sangat bermanfaat untuk mempelajari penyakit kronik
yang terjadi di masyarakat, dan merupakan perangkat penting dalam membuat
perencanaan fasilitas dan sumber daya manusia di bidang kesehatan. Selain itu
prevalence rate dapat dimanfaatkan untuk mengetahui mutu pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan. Apabila di suatu daerah telah disediakan pelayanan kesehatan
untuk penyakit B, tetapi nilai prevalence rate penyakit B tetap tinggi, ini memberi
petunjuk bahwa pelayanan yang disediakan tidak baik. Sebaliknya jika di suatu
daerah ditemukan mutu perawatan kesehatan yang buruk sehingga penderita cepat
meninggal maka dapat diperkirakan bahwa angka prevalence penyakit tersebut akan
rendah atau menurun. Dengan perkataan lain, jika nilai prevalence di suatu daerah
tinggi, ini berarti mutu pelayanan kesehatan di daerah tersebut adalah buruk, tetapi
jika nilai prevalence rendah bukan berarti mutu pelayanan kesehatan baik.

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 4


Rendahnya nilai prevalence tersebut mungkin karena mutu pelayanan kesehatan
yang terlalu buruk, sehingga semua penderita cepat meninggal dunia.

Rumus Prevalence rate (PR) sebagai berikut :


PR = Jumlah orang yang menderita suatu penyakit (kasus
baru & lama pada suatu saat/periode tertentu x 1000
Population at risk/penduduk yang mempunyai
risiko tertular penyakit sama

Contoh perhitungan angka insiden dan prevalence sebagai berikut:


Di kabupaten Klaten ditemukan pola perjalanan penyakit demam berdarah untuk
bulan Juli sampai Desember 2005 sebagai berikut:
Juli Agustus September Oktober November Desember
A____ __________ __________ __________ __________ __________
_
__B___ __________ __________
C ________
D ________ __________ __________
E ________ __________ __________ __________
F_____ __________ _______
G_____ _________ __________ __________
__H __ __________ __________ __________ ___________ __________

Pertanyaan :
Berapakah angka insiden dan prevalence penyakit demam berdarah untuk periode
Agustus sampai November 2005
Jawaban :
1. Insiden (kasus baru periode Agustus sampai November 2005)
D+E+F+G=4
2. Prevalence (kasus lama dan baru periode Agustus sampai November 2005)
A+B+D+E+F+G+H=7

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 5


2. Berdasarkan diagram berikut ini coba anda hitung :
No. Kasus
1. √ !
2. √ ! R !
3. √ !
4. √ !
5. √ !
6. R !
1 Desember 2004 1 Agustus 2005
Keterangan :
√ = Hari timbul penyakit
R = Hari timbul kambuh/relaps
! = Hari berakhirnya penyakit/mati/sembuh
Population at risk = 300 orang
Pertanyaan :
1. Berapa point prevalence rate pada 1 Desember 2004
2. Berapa insidence rate penyakit tersebut?
3. Berapa periode prevalence rate mulai 1 Desember s/d 1 Agustus 2005
Jawaban :
1. Kasus lama dan baru pada tanggal 1 Desember 2004 adalah kasus 1,2,3 dan 6, jadi
point prevalence rate 1 Desember 2004 adalah (4/300) x 1000 = 13/1000 penduduk.
2. Kasus baru selama 1 Desember 2004 s/d 1 Agustus 2005 adalah kasus 1,2,3,4 dan 5,
sedangkan population at risk bukan 300 orang tetapi 294 orang (mati 6 ), jadi
insidence rate adalah (5/294) x 1000 = 17/1000 penduduk.
3. Kasus lama dan baru pada tanggal 1 Desember 2004 s/d 1 Agustus 2005 adalah
kasus 1,2,3,4,5, dan 6, jadi periode prevalence rate 1 Desember 2004 s/d 1 Agustus
2005 adalah (6/300) x 1000 = 20/1000 penduduk.

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 6


D. Hubungan Insiden dan Prevalence

Hubungan Insiden dan Prevalence dapat dijelaskan sebagai berikut, prevalence


rate menggambarkan keadaan suatu masalah kesehatan pada satu saat. Dengan
demikian besarnya nilai prevalence ini amat ditentukan oleh banyaknya orang yang
sakit sebelumnya (insiden), serta lamanya orang tersebut menderita penyakit
(duration).
Dari pengertian yang seperti ini segera mudah dipahami, meskipun jumlah orang
yang sakit sebelumnya tidak begitu banyak, tetapi jika penyakit berlangsung cukup
lama, maka lama kelamaan jumlah penderita akan meningkat karena terjadi
penumpukan jumlah orang yang jatuh sakit. sehingga angka prevalence untuk
penyakit tersebut akan menjadi tinggi. Dengan demikian jika kita telah mengetahui
angka prevalen dan insiden maka akan dapat dihitung lama berlangsungnya penyakit
tersebut (duration). Rumus yang dipergunakan ialah:
P = I X D
Dimana :
P : Prevalence
I : Insidence
D : Duration
Rumus di atas berlaku apabila :
1. Nilai insiden dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan dalam arti tidak
menunjukkan perubahan yang terlalu mencolok.
2. Lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil dalam arti tidak
menunjukkan perubahan yang terlalu mencolok.

E. Pengukuran angka kematian/mortalias


1. Crude death rate/CDR
Merupakan angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama
tahun berjalan dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun atau midle population
di suatu tempat atau negara.

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 7


Angka CDR sangat tergantung pada komposisi seks dan umur penduduk.
Bila komposisi penduduk terdiri dari banyak orang usia lanjut, maka seks CDR
akan lebih tinggi, sebaliknya komposisi penduduknya terdiri dari banyak usia
muda, maka CDR akan lebih kecil. CDR sebenarnya bukan merupakan alat
pengukur atau yeard stick yang akurat dalam menentukan status kesehatan suatu
negara, namun demikian CDR masih tetap dipakai terutama di pakai di negara
berkembang.
Rumus :
CDR = Total seluruh kematian selama tahun berjalan X 1000
Total seluruh penduduk pertengahan tahun
/midle population
Contoh :
Total seluruh kematian penduduk Indonesia tahun 2005 sebanyak
17.308.680 orang dan jumlah penduduk Indosesia pertengahan tahun 2005
sebanyak 219.000.000
Perhitungan :
CDR = 17.308.680 X 1000
219.000.000
0
= 79 /00.

2. Spesific death rate


Merupakan angka kematian yang ditunjukkan pada penyebab kematian
spesific oleh penyakit tertentu dan biasanya dihubungkan dengan faktor-faktor
yang terdapat di masyarakat, seperti umur, seks, pekerjaan, dan status sosial atau
periode waktu seperti hari, minggu, bulan, dan tahun.
Data mengenai sebab kematian yang spesifc ini sangat penting dan
bermanfaat sekali sebagai baseline data pada studi epidemiologi.. Untuk
mengetahui faktor-faktor risiko yang dapat menimbulkan kesakitan dan
kematian oleh penyakit tertentu di masyarakat serta dapat dipakai untuk estimasi
terdapat etiologi penyakit.

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 8


Rumus : Specific death rate (SDR)
SDR = Jumlah Kematian (oleh sebab tertentu)
dalam tahun berjalan x 1000
Jumlah penduduk pertengah tahun
/midyear population

Contoh :
Jumlah penduduk Indonesia pada pertengahan (1 Juli) tahun 2005
sebanyak 219.000.000, sedangkan Jumlah kematian penduduk Indonesia akibat
penyakit jantung sebanyak 5.000.000, Berapa Spesific death ratenya.
Perhitungan :
SDR = 5.000.000 x 1000
219.000.000

= 22,83 0/00.

3. Proportional Mortality Rate (PMR)


Merupakan proporsi angka kematian yang disebabkan oleh penyakit
tertentu atau terjadi pada umur tertentu, dan menjadi salah satu indikator
penting untuk melakukan estimasi penyebab kematian utama di suatu negara,
serta sering dipakai sebagai baseline data untuk perencanaan pelayanan
kesehatan.
Rumus :
PMR = Jumlah kematian sebab penyakit/Umur tertentu x 1000
Total seluruh kematian oleh semua penyakit/umur
Contoh :
Jumlah kematian penduduk Indonesia tahun 2005 sebanyak 1.451.000, dan
jumlah kematian akibat penyakit demam berdarah sebanyak 5005 . Berapa PMR
demam berdarah tahun 2005.
Perhitungan :
PMR = 5005 X 1000
1.451.000

= 0,34 0/00.

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 9


4. Case Fatality Rate
Merupakan persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu yang
dipakai untuk menentukan derajat keganasan/kegawatan dari penyakit tersebut.
Rumus:
Case Fatality Rate = Jumlah kematian akibat suatu penyakit x 1000
Jumlah seluruh kasus penyakit yang sama

Contoh :
Jumlah kematian akibat kanker paru-paru di rumah sakit Banyumas di
laporkan sebanyak 56 orang, dan pasien yang dirawat dengan penyakit yang
sama sebanyak 112 orang. Berapa Case Fatality Rate penyakit tersebut.

Perhitungan
CFR = 56/112 x 1000
= 50 0/00.

5. Maternal Mortality Rate (MMR)/ Angka Kematian Ibu


Angka kematian ibu oleh sebab kehamilan, merupakan refleksi baik atau
tidaknya pelayanan obstetrik dan pengembangan status ekonomi masyarakat,
serta dapat juga dipakai sebagai salah satu indikator keberhasilan program
keluarga berencana.
Rumus :
MMR = Jumlah kematian ibu sebab hamil/melahirkan
sampai 42 hari post partum x 1000
Jumlah seluruh kelahiran hidup pada tahun yang sama

Contoh :
Jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan di Indonesia pada tahun 2003
dilaporkan sebanyak 30.000 orang, dengan jumlah seluruh kelahiran hidup
sebanyak 1.800.000 orang. Berapa Maternal Mortality rate tahun 2003.
Perhitungan :
MMR = 30.000/1.800.000 x 1000

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 10


= 1,67 0/00
Dalam pelaporan di Indonesia, angka kematian ibu (MMR) dihitung per 100.000
kelahiran hidup.
Rata-rata nasional AKI tahun 2007 adalah 228 per 100.000 LH.

6. Infant Mortality rate (Angka Kematian Bayi)


Angka kematian anak berumur kurang dari satu tahun, merupakan
parameter penting yang dipakai untuk menentukan status kesehatan masyarakat
meliputi keadaan tingkat ekonomi, sanitasi, gizi, pendidikan, dan fasilitas
kesehatan yang terdapat di suatu negara. Semakin besar infant mortality rate,
menunjukkan keadaan status kesehatan masyarakat yang semakin jelek, dan
begitu pula sebaliknya.
Rumus =
Infant Mortality rate = Jumlah kematian bayi/< 1 tahun X 1000
Jumlah kelahiran hidup
pada tahun yang sama
Contoh :
Hasil sensus penduduk di Indonesia tahun 2003 dilaporkan jumlah
kematian bayi <1 tahun sebanyak 30.000 orang dengan jumlah kelahiran hidup
sebesar 300.000 orang. Berapa infant Mortality rate tahun 2003.
Perhitungan :
IMR = 30.000/300.000 x 1000
= 10 0/00.

7. Neonatal Mortality Rate


Adalah :Jumlah kematian bayi umur 4 minggu atau 28 hari per
1000 kelahiran hidup.
Rumus :
Neonatal Mortality= Jumlah kematian bayi umur 4 minggu/28 hari x 1000
Rate Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 11


Contoh :
Hasil sensus di Indonesia pada tahun 2003 dilaporkan jumlah kematian
bayi umur 4 minggu sebanyak 40.000 dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak
500.000 orang. Berapa Neonatal Mortality Rate tahun 2003.
Perhitungan :
Neonatal Mortality Rate = 40.000/500.000 x 1000
= 8 0/00.

Neonatal Mortality Rate negara Indonesia pada tahun 2003 adalah 8 orang per
1000 penduduk.

8. Perinatal Mortality Rate


Adalah jumlah kematian janin umur 28 minggu sampai umur 7 hari
sesudah melahirkan per 1000 kelahiran hidup.
Rumus :
Perinatal Mortality = Jumlah Kematian janin umur 4 minggu
Rate s/d 7 hari post partum x 1000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
Contoh :
Hasil sensus penduduk di Indonesia tahun 2003, dilaporkan jumlah
kematian janin umur 4 minggu s/d 7 hari post partum sebanyak 125.000,
sedangkan jumlah kelahiran hidup pada tahun 2003 sebanyak 500.000 orang.
Berapa Perinatal Mortality Rate tahun 2003.
Perhitungan :
Perinatal Mortality Rate = 125.000 X 1000
500.000
= 250 0/00.

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 12


F. Sumber kesalahan pada pengukuran

Dalam mengukur frekuensi masalah kesehatan dapat terjadi kesalahan yang


umumnya berasal dari sumber yakni:
1. Kesalahan akibat penggunaan data yang tidak sesuai
Contoh : Timbulnya kesalahan karena penggunaan data yang tidak sesuai antara
lain:
a) Mempergunakan sumber data yang tidak representatif, misal
hanya data dari fasilitas pelayanan kesehatan saja, padahal sangat mungkin
cakupan fasilitas pelayanan terbatas, dan tidak semua masyarakat datang
berobat keperawatan fasilitas tersebut.
b) Memanfaatkan data dari hasil survei khusus yang pengambilan
respondennya tidak secara acak (kurang memenuhi syarat randomisasi).
c) Memanfaatkan data dari hasil survei khusus, yang sebagian
besar respodennya tidak memberikan jawaban (drop out).
2. Kesalahan akibat adanya faktor “bias”
Bias adalah terdapatnya perbedaan antara hasil pengukuran dengan nilai
yang sebenarnya. Kesalahan karena bias dapat berasal dari pengumpul data dan
atau dari masyarakat yang dikumpulkan datanya. Contoh kesalahan dari
pengumpul data antara lain :
a. Mempergunakan alat ukur yang berbeda-beda atau yang tidak distandarisasi
b. Mempergunakan teknik pengukuran yang berbeda-beda
c. Mempergunakan cara pencatatan hasil yang berbeda-beda.
Sedangkan contoh kesalahan karena bias yang bersumber dari masyarakat :
a) Terdapatnya perbedaan persepsi masyarakat akan penyakit yang ditanyakan.
b) Terdapatnya perbedaan respon terhadap alat ataupun test yang dipergunakan.

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 13


Soal Latihan (dikumpulkan per individu) :

1. Sebuah daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan jumlah


yang meninggal akibat penyakit tersebut adalah 83 dan yang terkena DBD sejumlah
102. Berapa CFR-nya ?
2. Berapa angka kematian bayi jika diketahui bahwa Jumlah kematian bayi <1 tahun
sebanyak 37.000, dengan jumlah kelahiran hidup sebesar 1.050.000 ? (Hitung per
1000 kelahiran hidup)
3. Jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan di sebuah daerah dilaporkan sebanyak
21.500 orang, dengan jumlah seluruh kelahiran hidup sebanyak 5.514.000 orang.
Berapa angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup ?
4. Perhatikan data berikut ini :
Januari Februari Maret April Mei Juni
A
B
C
D
E
F
G
H
I

Pertanyaan :
a. Incidence Rate untuk kasus di atas pada periode Februari – Mei adalah .....
b. Prevalence Rate untuk kasus di atas pada periode Januari – April adalah ....

- oOo–

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 14


Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 15

Anda mungkin juga menyukai