Anda di halaman 1dari 52

TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN YANG MENGHAMBAT IBU

BAYI DALAM PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI LINGKUNGAN


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PROPOSAL

OLEH
MUHAMMAD AKBAR RAHMADI (040213816210)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Bayi di Indonesia masih tinggi, tercatat 34/1000

kelahiran hidup pada tahun 2015. Untuk mengurangi Angka Kematian Bayi

salah satunya dapat dilakukan dengan melaksanakan program ASI Eksklusif

karena ASI mengandung Kolostrum yang sangat dibutuhkan bayi dalam

tumbuh kembangnya karena dapat meningkatkan sistem imunitas pada

tubuh bayi terhadap penyakit, karena mengandung sistem kekebalan tubuh.

Dengan ASI Eksklusif akan memberikan sistem imun alami bagi bayi baru

lahir hingga berusia 2 tahun dimana bayi tersebut masih rentan terhadap

penyakit. Pada penelitian yang dilakukan Sari dan Rimandini (2014) yaitu

pemberian kolostrum pada ASI selama 4 bulan rutin akan memberikan

perlindungan terbaik pada bayi terhadap penyakit dan juga ASI eklsklusif

dapat melindungi bayi dari serangan alergi, meningkatkan kecerdasan dan

keaktifan bayi sehingga bayi lebih cepat berjalan, berbicara, serta

meningkatkan penglihatan karena berbagai kandungan nutrisi dalam ASI

yang baik untuk bayi.

ASI adalah makanan yang sangat baik untuk bayi. ASI tidak dapat

digantikan dengan makanan atau minuman lain karena ASI mengandung

banyak manfaat. Pemberian ASI secara eksklusif mempunyai keuntungan

yang sangat besar seperti melindungi bayi terhadap infeksi, adanya kontak

yang lebih erat antara ibu dan anak, melindungi kesehatan ibu,

memperpanjang kehamilan berikutnya bahkan ada keuntungan ekonomi

1
yang diperoleh (Depkes, 2003). Menurut World health organication (WHO)

ASI eksklusif adalah memberikan ASI secara penuh kepada bayi, tanpa

diberikan makanan dan rambahan apapun berupa susu formula, bubur,

madu, dan air gula dari usia bayi 0-6 bulan (jannah, 2011). Sedangkan

kerugian yang diakibatkan jika bayi tidak diberikan ASI secara eksklusif

menurut bukti ilmiah dari jurnal Pediatrics (2006) dalam Dewi Rahmawati

(2008) mengungkapkan bahwa bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif dan

diberi susu formula memiliki kemungkinan meninggal pada bulan pertama

kehidupannya 25 kali lebih tinggi dibandingka dengan bayi yang disusui ibu

secara eksklusif.

Status ibu bekerja, usia bayi, pemberian makan pra lactal, paritas,

dan waktu inisiasi menyusui dini merupakan faktor-faktor yang

berhubungan dengan ASI eksklusif secara signifikan. Ibu yang tidak bekerja

mempunyai kesempatan untuk memberikan ASI eksklusif 5 x lebih banyak

dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Kembalinya bekerja dari cuti

bersalin bukan menjadi halangan untuk tetap menyusui eksklusif. Keinginan

dan motivasi yang kuat dari ibu, dukungan dari suami dan keluarga serta

bekal informasi tentang ASI yang cukup akan sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan menyusui pada ibu bekerja.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan pemberian ASI

eksklusif tidak optimal, antara lain karena faktor si ibu sendiri, tenaga

kesehatan, produsen susu formula dan penyelenggara pelayanan kesehatan.

Pemberian ASI eksklusif, seringkali terkendala karena kurangnya

pengetahuan si ibu tentang ASI eksklusif. Masalah yang sering timbul

2
selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode

antenatal), pada masa pasca persalinan dini, dan pasca masa persalinan

lanjut. Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karena keadaan khusus

(Widiasih, 2008).Masalah fisiologis yang biasa ditemui dalam praktik

pemberian ASI pada ibu-ibu, yaitu puting datar atau terpendam, puting lecet,

puting bengkak, saluran ASI tersumbat, radang payudara dan bayi bingung

puting. Melihat begitu pentingnya ASI bagi bayi diperlukan usaha - usaha

atau pengelolaan yang benar, agar setiap ibu dapat menyusui sendiri

bayinya, menyusui merupakan proses alami, tetapi banyak kesulitan yang

ditemui seorang ibu dalam pelaksanaannya (Astari, 2009).

Keadaan yang tidak mendukung, sering kali mendorong si ibu untuk

tidak memberikan ASI sepenuhnya bahkan pada beberapa ibu tidak

memberikan ASI sama sekali kepada bayinya. Selain itu sampai saat ini

tidak dapat dipungkiri, minimnya pemberian ASI pada bayi baru lahir

disebabkan oleh belum optimalnya perhatian tenaga kesehatan. Masih

banyak tenaga kesehatan yang menganjurkan ibu yang baru melahirkan

memberi susu dengan merek tertentu, jika bayi sulit menyusui. Banyak

tenaga kesehatan yang terbuai dengan imingiming dari produsen susu

formula. Pemberian hadiah kepada tenaga kesehatan dikhawatirkan

menimbulkan konflik kepentingan yang menghambat pemberian ASI

eksklusif. Pemasaran yang menarik melalui iklan di televisi, surat kabar,

internet, billboards, dan pemberian hadiah kepada masyarakat merupakan

propaganda produsen yang menarik perhatian si ibu. Selain itu suami dan

keluarga juga sangat berperan penting untuk kelancaran serta mendorong

3
ibu untuk memberikan ASI eksklusif dan kondisi fisiologis payudara

sebelum atau disaat menyusui.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

pasal 83 menjelaskan bahwa pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih

menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika

hal itu harus dilakukan selama waktu kerja. Peraturan Pemerintah Nomor

33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif bab II

menyatakan bahwa tanggung jawab pemerintah dalam program pemberian

ASI Eksklusif pasal (3) huruf e adalah membina, mengawasi, serta

mengevaluasi pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI

Eksklusif di fasilitas pelayanan kesehatan, satuan pendidikan kesehatan,

tempat Kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di masyarakat; pasal (3)

huruf h menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi

atas penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Apakah ada hubungan antara status pekerjaan dengan waktu

pemberhentian pemberian ASI eksklusif?

2. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan waktu

pemberhentian pemberian ASI eksklusif?

3. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

eksklusif terhadap waktu pemberhentian pemberian ASI eksklusif?

4
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan peneliti adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan

pengalaman yang menghambat ibu bayi dalam pemberian asi ekslusif di

lingkungan Universitas Sriwijaya

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu bayi dalam pemberian

asi ekslusif di lingkungan sriwijaya

b. Untuk mengetahui informasi pengalaman yang menghambat ibu

bayi dalam pemberian asi eksklusif di lingkungan sriwijaya

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan,

pengetahuan dan pengembangan ilmu keperawatan komunitas serta

pemahaman tentang hambatan ibu dalam pemberian asi eksklusif.

b. Menjadi sumber informasi dan landasan untuk penelitian sejenis

yang terkait dalam pengetahuan dan pengalaman yang menghambat

ibu bayi dalam pemberian asi eksklusif.

2. Secara praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi peneliti tentang tingkat pengetahuan dan

5
pengalaman yang menghambat ibu bayi dalam pemberian asi

ekslusif.

b. Bagi responden

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi serta membantu

responden mengenai pemberian asi ekslusif dan manfaatnya.

c. Bagi profesi keperawatan

Penelitian ini semoga dapat memperluas pengetahuan dan wawasan

perawat mengenai pengetahuan dan hambatan pada ibu bayi dalam

pemberian asi eksklusif.

d. Bagi instansi pendidikan keperawatan

Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dan bahan masukan

dalam pengetahuan dan pengalaman yang menghambat ibu bayi

dalam pemberian asi ekslusif.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian termasuk dalam bidang keperawatan

komunitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan

dan pengalaman yang menghambat ibu bayi dalam pemberian asi eksklusif

di lingkungan universitas sriwijaya. Penelitian ini dilakukan dengan

pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman

tingkat pengetahuan dan pengalaman yang menghambat ibu bayi dalam

pemberian asi eksklusif di lingkungan universitas sriwijaya. Penelitian ini

dilakukan oleh peneliti di daerah parameswara karena wilayah universitas

Sriwijaya yang partisipannya paling banyak mengikuti penelitian ini yaitu

hampir 80%.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI Ekslutif

1. Definisi ASI dan ASI ekslutif

ASI adalah makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena

mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi serta bermanfaat untuk proses kecerdasan bayi

tersebut (Depkes, 2005). ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI

saja tanpa makanan dan minuman lain, baik berupa susu formula, jeruk,

madu, air the, air putih, maupun makanan padat seperti pisang, papaya,

bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim.(Roesli,2009). ASI Eksklusif

(menurut WHO) adalah pemeberian ASI saja pada bayi sampai usia 6

bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain, ASI dapat diberikan

sampai bayi berusia 2 tahun (Kristiyansari,2009).

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan dan

minuman lain, ASI Eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama

kehidupan. (yulias,2005). Pemberian ASI eksklusif selam 6 bulan,

artinya hanya memberikan ASI saja selama 6 bulan tanpa pemberian

makanan atau minuman yang lain. Pemberian cairan dan makanan dapat

menjadikan sarana masuknya bakteri patogen. Bayi usia dini sangat

rentan terhadap bakteri penyebab diare, terutama di lingkungan yang

kurang higienis dan sanitasi buruk. Di beberapa Negara kurang

berkembang, 2 di antara 5 orang tidak memiliki sarana air bersih. ASI

7
menjamin bayi dapat memperoleh suplai air bersih yang siap tersedia

setiap saat(Yuliarti, 2010).

ASI mengandung banyak nutrisi, antar lain albumin,

lemak,karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon,

enzim, zat kekebalan,dan sel darah putih, dengan porsi yang tepat dan

seimbang.Komposisi ASI bersifat spesifik pada tiap ibu, berubah dan

berbedadari waktu ke waktuyangdisesuaikan dengan kebutuhan bayi

saat itu (Roesli, 2005). WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-

langkah berikut untuk memulai dan mencapai ASI eksklusif yaitu

dengan menyusui dalam satu jam setelah kelahiran Menyusui secara

ekslusif: hanya ASI. Artinya, tidak ditambah makanan atau minuman

lain, bahkan air putih sekalipun. Menyusui kapanpun bayi meminta (on-

demand), sesering yang bayi mau, siang dan malam. Tidak

menggunakan botol susu maupun empeng. Mengeluarkan ASI dengan

memompa atau memerah dengan tangan, disaat tidak bersama anak serta

mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang.

2. Kolustrum

ASI yang keluar pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan,

berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental, lebih banyak

mengandung protein dan vitamin A, E, dan K dan mineral seperti

natrium dan Zn serta mengandung zat kekebalan yang penting untuk

melindungi bayi dari penyakit infeksi. Kolostrum merupakan pencahar

yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi

yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi

8
bagi makanan yang akan datang. Komposisi dari kolostrum ini dari hari

ke hari selalu berubah. Kolostrum merupakan cairan viscous kental

dengan warna kekuning –kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan

susu yang matang.

Kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan

mekonium dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran

pencernaan makanan bayi dan makanan yang akan datang. Selain itu

Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibanding dengan ASI

yang matur. Pada kolostrum protein yang utama adalah globulin.

(Utama Roesli, 2004). Kolostrum memiliki manfaat yaitu

Kolostrummengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi

bayi dari berbagai penyakit infeksi khususnya diare. Jumlah Kolostrum

yang diproduksi bervariasi tergantung dari isapan bayi pada hari –hari

pertama kelahiran, walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi bayi, oleh karena itu harus diberikan kepada bayi.

Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi, karbohidrat,

dan lemak rendah. Sehingga sesuai dengan kebutuhan zat gizi bayi pada

hari –hari pertama setelah kelahiran.

Berikut ini adalah Manfaat dari kolostrum bagi bayi :

1) Kolostrum sebagai pemicu aktivasi imunitas pada bayi

sehingga bayi dapat terhindar dari berbagai virus, bakteri, dan

hal lainnya yang merupakan pemicu alergi. Dengan

mengkonsumsi kolostrum, sistem imun bayi menjadi semakin

kuat.

9
2) Proses buang air besar pada bayi yang baru lahir juga

diperlancar oleh kolostrum yang dikonsumsi. Kotoran bayi

selama dalam rahim harus dikeluarkan. Kotoran ini biasa

disebut dengan meconium.

3) Zat glikoprotein dalam kolostrum berfungsi untuk

mempertahankan faktor imun ketika melewati saluran

pencernaan yang bersifat asam.

4) Kolostrum berkhasiat untuk membuat bayi tetap merasa

kenyang untuk hari-hari pertamanya sebelum ASI bisa keluar

dengan lancar.

5) Zat laktoferin dalam kolostrum berfungsi untuk memperlancar

proses angkut zat besi untuk sel darah merah.

6) Zat lactalbulmin berfungsi menjaga tubuh bayi dari sel-sel

kanker.

7) Kolostrum bersifat laksatif, artinya kolostrum membantu

memecahkan bilirubin. Bilirubin ini adalah zat yang

menyebabkan bayi menjadi kuning. Penyebab bayi baru lahir

kuning adalah tingginya bilirubin dalam darah. Penyakit

kuning pada bayi biasa terlihat dari kulit dan mata bayi.

8) Kolostrum juga berfungsi dalam pembentukan bakteri baik

dalam usus sehingga proses pencernaan bayi berjalan lancar.

Baca: Gangguan pencernaan pada anak

9) Kandungan gizi dalam kolostrum sangat baik untuk

pertumbuhan otak, jantung, dan mata bayi.

10
10) Zat immunoglobulin pada kolostrum berfungsi melindungi

bayi dari bakteri atau virus yang biasanya menyerang selaput

paru-paru, tenggorokan, dan usus.

11) Kolostrum sangat mudah dicerna karena mengandung enzim-

enzim pencernaan seperti protase, amilase, dan lipase.

12) Meningkatkan perkembangan jantung dan sistem saraf pusat

bayi melalui kandungan natrium, kalium, dan kolesterol dalam

kolostrum.

3. Alasan ibu yang menghambat Asi eksklusif

Faktor yang menyebabkan pemberian ASI eksklusif tidak optimal,

antara lain karena faktor si ibu sendiri, tenaga kesehatan, produsen susu

formula dan penyelenggara pelayanan kesehatan. Pemberian ASI

eksklusif, seringkali terkendala karena kurangnya pengetahuan si ibu

tentang ASI eksklusif. Selain itu Salah satu faktor penyebab kegagalan

pemberian ASI eksklusif pada ibu pekerja adalah waktu kerja selama

delapan jam. Ini menyebabkan kebanyakan ibu merasa tidak memiliki

waktu yang cukup untuk memerah ASI, apalagi untuk menyusui

langsung (yulianti 2010).

Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab menghambat asi

eksklusif:

a. Kurangnya dukungan orang sekitar

Masih banyak yang belum tahu bahwa kesuksesan menyusui

didukung oleh orang terdekat. Terutama pentingnya dukungan dari

11
suami untuk mendorong sang istri sukses menyusui dengan ASI.

Selain suami, support system ini juga seharusnya didapat dari

keluarga, sahabat maupun komunitas.

b. Faktor pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengideraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni : indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, raba. Meningkatnya

pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan

kebiasaan seseorang, pengetahuan juga membentuk kepercayaan

seseorang serta sikap terhadap suatu hal (Notoatmodjo,2005).

c. Sosial ekonomi

Karena keterbatasan uang untuk membeli susu produk susu yang

bermutu baik, mereka terpaksa membeli produk susu yang lebih

murah, meskipun mutunya jauh lebih rendah (Prasetyono,2009).

d. Faktor psikologis

Ibu baru tentu merasakan emosi naik turun seperti gelisah, bingung,

senang sekaligus sedih ditambah lagi letih secara fisik setelah

melahirkan. Hal-hal ini bisa memicu stres yang kemudian

menghambat produksi ASI.

e. Faktor pekerjaan

Bekerja selalu dijadikan alasan tidak memberikan ASI eksklusif

pada bayi karena ibu meninggalkan rumah sehingga waktu

pemberian ASI pun berkurang. Akan tetapi seharusnya ibu yang

12
bekerja tetap memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya

dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan

memerah ASI dan dukungan lingkungan kerja

(Soetjiningsih,2005).

4. Manfaat ASI

1. Manfaat ASI bagi bayi adalah :

ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi

anda. Dengan komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan

bayi sehat. ASI mudah dicerna oleh bayi. Jarang menyebabkan

konstipasi. Nutrisi yang terkandung pada ASI sangat mudah diserap

oleh bayi. ASI kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) yang

membantu tubuh bayi untuk melawan infeksi dan penyakit lainnya.

ASI dapat mencegah karies karena mengandung mineral selenium.

Dari suatu penelitian di Denmark menemukan bahwa bayi yang

diberikan ASI sampai lebih dari 9 bulan akan menjadi dewasa yang

lebih cerdas. Hal ini diduga karena ASI mengandung DHA/AA.

Bayi yang diberikan ASI eksklusif sampai 4 bulan akan menurunkan

resiko sakit jantung bila mereka dewasa. ASI juga menurunkan

resiko diare, infeksi saluran nafas bagian bawah, infeksi saluran

kencing, dan juga menurunkan resiko kematian bayi mendadak.

Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara ibu dan

bayi (Suradi, 2006).

Depkes (1992) menerangkan bahwa manfaat ASI adalah

dapat diberikan setiap saat, mengandung zat kekebalan terhadap

13
penyakit, dan mempererat hubungan kasih sayang antara ibu dan

anak (Hayati, 2009).

Faktor beberapa manfaat asi bagi bayi antara lain :

1) Aspek gizi, Manfaat Kolostrum:

a. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama Ig A untuk

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi.

b. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung

dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

Walaupun sedikit tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan

gizi bayi.

c. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan

mengandung karbohidrat dan lemak yang rendah, sehingga

sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama

kelahiran.

d. Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi

yang pertama berwarna kehijauan.

2) Aspek Imunologi

a. ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas

kontaminasi

b. Imunoglobulin A (Ig A) dalam kolostrum dan ASI kadarnya

cukup tinggi. Sekretori Ig A tidak diserap tetapi dapat

melumpuhkan bakteri patogen E.Coli dan berbagai virus

pada saluran pencernaan.

14
c. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen

zat kekebalan yang mengikat zat besi disaluran pencernaan.

d. Lysosim, enzim yang melindungi bayi dari bakteri E.Coli

dan salmonella serta virus. Jumlah lysosim dalam ASI

adalah 3000 kali lebih banyak dibanding kan susu sapi.

e. Sel darah putih pada ASI pada dua minggu pertama lebih

dari 4000 sel per mil. Terdiri dari tiga macam yaitu

Brochus-Asociated Lympocite Tissue (BALT) antibodi

pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue

(MALT) antibodi jaringan payudara

f. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung

nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri laktobacillus

bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan

berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang

merugikan

3) Aspek Fisik.

Anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif akan lebih mudah

terjangkit penyakit kronis, dan kemungkinan anak menderita

kekurangan gizi (marasmus) dan mengalami

obesitas(kegemukan) juga lebih besar (Depkes RI, 2005).

4) Aspek Psikologis

a. Rasa percaya diri ibu untuk menyusui, Bahwa ibu mampu

menyusui dengan produksi ASI yang cukup untuk bayi.

Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang

15
terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon

terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan

produksi ASI.

b. Interaksi ibu dan bayi, Pertumbuhan dan perkembangan

psikologik bayi tergantung kesatuan bayi dan ibu tersebut.

Hubungan interaksi ini paling sering terjadi pada 2 jam

pertama dan mulai terjalin beberapa menit setelah bayi

dilahirkan. Oleh karena itu sangat dianjurkan agar bayi

disusui sedini mungkin setelah lahir, misalnya 30 menit

setelah dilahirkan.(Roesli, 2008).

c. Pengaruh kontak langsung ibu dan bayi, Ikatan kasih sayang

ibu dan bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti

sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman

dan puas karena bayi mengalami kehangatan tubuh ibu dan

mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak

bayi masih dalam kandungan.

5) Aspek Kecerdasan

a. Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat

dibutuhkan untuk perkembangan sistem syaraf otak yang

dapat meningkatkan kecerdasan otak.

b. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi

ASI eksklusif selama lebih dari 3 bulan memiliki QI lebih

tinggi dari bayi yang diberi susu formula (Chumbley,

2004:10). Bayi memiliki IQ point 4,3 point lebih tinggi pada

16
usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun dan

8,3 point lebih tinggi pada usia 8,5 tahun dibanding dengan

bayi yang tidak diberi ASI.

c. Aspek Neurologi, dengan menghisap payudara, koordinasi

syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada

bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

2. Manfaat ASI bagi ibu menyusui

Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan

meningkatkan kontraksi rahim, yang berarti mengurangi resiko

perdarahan. Memberikan ASI juga membantu memperkecil

ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil. Menyusui (ASI)

membakar kalori sehingga membantu penurunan berat badan

lebih cepat. Beberapa ahli menyatakan bahwa terjadinya kanker

payudara pada wanita menyusui sangat rendah. ASI lebih hemat

waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan botol

susu, dot, dan sebagainya. ASI tidak akan basi. ASI selalu

diproduksi payudara bila ASI telah kosong ASI yang tidak

dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh ibu jadi ASI dalam

payudara tidak pernah basi dan ibu tidak perlu memerah dan

membuang ASInya selalu menyusui (Suradi, 2006).

Manfaat asi bagi ibu menyusui :

a) Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi.

b) Mengurangi perdarahan setelah persalinan.

17
c) Mempercepat pemulihan kesehatan ibu.

d) Mengurangi resiko terkena kanker payudara.

e) Menunda kehamilan berikutnya.

f) ASI lebih murah dan hemat dibandingkan susu formula.

g) ASI selalu tersedia setiap saat dalam keadaan segar

3. Manfaat ASI bagi keluarga adalah sebagai berikut :

1) Aspek ekonomi

Dapat menghemat keuangan keluarga biaya yang

seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat

digunakan untuk keperluan lain bayi yang mendapat ASI

eksklutif lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya

berobat.

2) Aspek psikologi

Bertambahnya kebahagian di dalam keluarga sehingga

suasana kejiwaan ibu menjadi lebih baik.

3) Aspek kemudahaan

Menyusui menjadi lebih praktis karena dapat di berikan

dimana saja dan kapan saja tidak merepotkan keluarga

untuk menyiapkan air hangat dan botol dot yang harus di

bersihkan (prabantini, 2010 )

4. Manfaat bagi negara :

a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

18
Nutrien yang ada pada asi dapat menjamin status gizi yang

baik pada bayi angka kesakitan dan kematian pada anak

menurun . pada beberapa penelitian epidemiologis

menyatakan ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit

infeksi.

b. Mengehmat devisa negara

ASI dapat dianggap sebagai keayaan nasional jika semua ibu

menyusui dana yang seharusnya dipakai untuk membeli susu

formula diperkirakan Rp, 8,6 miliyar dapat mengahambat

devisa negara.

c. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Anak yang mendapatkan asi jarang dirawat dirumah sakit

dibandingkan anak yang mendapatkan susu formula

(kristiyansari, 2009 ).

d. Peningkatan kualitas generasi penerus

Kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin karena anak

yang mendapatkan asi dapat tumbuh dan berkembang secara

optimal (prabantini,2010 ) .

e. Pengehmatan untuk biaya rumah sakit terutama sakit muntah

mencret dansakit saluran nafas.

f. Pengehmatan obat-obatan, tenaga, tenaga, dan sarana

kesehatan ( Roesl, 2009).

19
5. Keuntungan Memberiakan ASI Eksklusif

keuntungan memberikan ASI secara Eksklusif kepada bayi,

adalah :

1) Bayi lebih sehat, lincah, dan tidak cengeng

2) Bayi tidak sering sakit

3) Mengurangi biaya untuk pemeliharaan ibu dan bayi

B. Faktor-faktor yang Memengarahui Produksi ASI

Gangguan proses pemberian ASI pada prinsipnya berakar dari

kurangnya pengetahuan, rasa percaya diri, kurang dukungan keluarga serta

kualitas dan kuantitas gizi. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang

tidak bisa menyusui, salah satunya adalah ASI tidak keluar. Air susu yang

tidak keluar dapat dipengaruhi antara lain stress mental sampai penyakit

fisik, termasuk kekurangan gizi (Sulistyoningsih, 2011). Menurut

Kristiyanasari (2011) pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-

kira 550-1000ml setiap hari, jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor sebagai berikut :

1. Makanan

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu,

apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandunggizi yang

diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI. Kelenjar pembuat ASI

tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup.

Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu harus

memenihi jumlah kalori, proten, lemak, dan vitamin serta mineral yang

20
cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12

gelas/hari.

2. Ketenangan Jiwa dan Pikiran

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu

dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk

ketengangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak

akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus

dalam keadaan tenang. Menurut Sulistyoningsih (2011), keberhasilan

proses menyusui sangat tergantung pada adanya percaya diri ibu bahwa

ia mampu menyusui atau memproduksi ASI yang cukup untuk bayinya.

Kurangnya rasa percaya diri ibu akan menyebabkan terhambatnya

refleks menyusui. Sedangkan menurut Roesli, (2004) semua pikiran

negatif akan menghambat refleks oksitoksin diantaranya :

a. Ibu yang sedang bingung atau pikirannya kacau.

b. Apabila ibu khawatir atau takut ASI-nya tidak cukup.

c. Apabila seorang ibu merasa kesakitan, terutama saat menyusui.

d. Apabila ibu merasa sedih, cemas, marah atau kesal.

e. Apabila ibu malu menyusui

3. Penggunaan Alat Kontrasepsi

Pada ibu yang menyusui bayinya penggunan alat kontrasepsi

hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat

dapat mempengaruhi produksi ASI (Kristiyanasari, 2011).

4. Perawatan Payudara

21
Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypopise untuk

mengeluarkan hormone progesteronedan estrogen lebih banyak lagi

dan hormon oxytocin.

5. Anatomis Buah Dada

Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobuspun berkurang.

Dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena sel-sel acini

yang menghisap zat-zat makanan dari pembuluh darah akan berkurang.

6. Fisiologi

Terbentuknya ASI dipengaruhi hormone terutama prolaktin ini

merupakan hormone laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan

dan mempertahankan sekresi air susu. Menurut Sulistyoningsih (2011)

ASI diproduksi sebagai hasil kerja hormone dan refleks. Hormon

tersebut telah bekerja sejak ibu dalam kondisi hamil. Hormon yang

berperan dalam proses menyusui adalah hormon prolaktin

(menyebabkab payudara dapat memproduksi ASI), dan hormon

oksitosin (menyebabkan ASI dapat keluar). Adapun refleks yang turut

membantu proses menyusui adalah refleks prolaktin dan refleks let

down.

7. Faktor Istirahat

Bila kurang istrahat akan mengalami kelemahan dalam menjalankan

fungsinya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI

berkurang (Kristiyanasari,2011)

8. Faktor Isapan Anak

22
Semakin cepat memberi tambahan susu pada bayi menyebabkan daya

isap berkurang karena bayi mudah merasa kenyang. Bayi akan malas

menghisap puting susu dan akibatnya produksi prolaktin dan oksitosin

akan berkurang dan merangsang hormon LH dan GnRH semakin

meningkat sehingga terjadi proses pematangan sel telur yang

mengakibatkan cepat terjadi ovulasi dan kemungkinan hamil (Purwanti,

2004).

9. Faktor Obat-obatan

Obat-obatan yang mengandung hormon mempengaruhi hormon

prolaktin dan oksitosin yang berfungsi dalam pembentukan dan

pengeluaran ASI. Apabila hormone-hormon ini terganggu dengan

sendirinya akan mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI.

C. Tingkat Pengetahuan dan Pengalaman yang menghambat pemberian

Asi eksklusif

1. Pengetahuan

A. Definisi

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil

dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan

akan memberikan pengalaman yang sangat penting kepada ibu

tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar yang juga

terkait dengan masa lalunya. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan

23
motivasi dalam dirinya secara sukarela dan penuh ras percaya diri

untuk mampu menyusui bayinya. Pengalaman ini akan memberikan

pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan memberi sikap positif

terhadap masalah menyusui (Erlina,2008).

Pengetahuan merupakan salah satu variabel yang

mempengaruhi perilaku dan keyakinan seseorang, selain itu

kemampuan kognitif membentuk cara berfikir seseorang, meliputi

kemampuan untuk mengerti faktor-faktor yang berpengaruh dalam

kondisi sakit dan praktek kesehatan personal. Semakin tinggi

pengetahuan seseorang tentang arti kesehatan dan manfaat dari

fasilitas kesehatan maka akan semakin besar pula keinginan untuk

fasilitas kesehatan (Potter dan Perry,2005).

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai

hasil pengguna pancainderanya. Pengetahuan adalah segala sesuatu

apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh

setiap manusia. Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal,

termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik

secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang

melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu

(Mubarak,2011).

B. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan tercakup dalam domain

kognitif, ada 6 tingkatan yaitu:

1. Tahu (know)

24
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kemampuan mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara

lain:menyebutkan,menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,

dan sebagainya

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan

meramalkan objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang

sebenarnya (real). Aplikassi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam

konteks atau situasi lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih

didalam struktur Organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

25
lain. Kemampuaan analisa dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja, antara lain: seperti dapat menggambarkan (membuat

bagan),membedakan,memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

untuk menyusun suatu formulasi-formulasi. Misalnya: dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau

rumusan-rumusanyang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation).

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-

penilaian ini berdasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau kriteria-kriteria yang telah ada.

C. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), pengetahan seseorang dapat diketahui

dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kaualitatif, yaitu :

Baik : hasil presentase 76% - 100%

Cukup : hasil presentase 56% - 75%

Kurang : hasil persentase < 56%

2. Faktor yang Menghambat Pemberian Asi

26
Pemberian ASI pada bayi erat kaitannya dengan keputusan yang

dibuat oleh ibu. Selama ini ibu merupakan figur utama dalam keputusan

untuk memberikan ASI atau tidak pada bayinya. Pengambilan

keputusan ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari dalam

maupun dari luar diri ibu (Widiastuti, 1999). Faktor-faktor dari dalam

diri ibu atau faktor internal antara lain umur ibu, pengetahuan ibu

mengenai proses laktasi, pendidikan, motivasi, sikap, pekerjaan ibu, dan

kondisi kesehatan ibu. Sementara itu, faktor dari luar diri ibu atau faktor

eksternal antara lain sosial ekonomi, tata laksana rumah sakit, kondisi

kesehatan bayi, pengaruh iklan susu formula, keyakinan keliru yang

berkembang di masyarakat dan kurangnya penerangan dan dukungan

terhadap ibu dari tenaga kesehatan atau petugas penolong persalinan

maupun orang-orang terdekat ibu seperti ibu mertua, suami, dan lain-

lain.

Faktor Internal

a. Umur ibu

Tahap perkembangan berkaitan erat dengan umur (usia)

seseorang. Menurut Birren dan Jenner (1997, dikutip dari Nugroho,

2000), mengatakan bahwa umur seseorang dibagi dalam tiga jenis

meliputi yang pertama adalah usia biologis yaitu : menunjukkan

kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya, berada dalam

keadaan hidup dan tidak mati. Kedua adalah usia psikologis yaitu

yang menunjukkan kepada kemampuan seseorang untuk

mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap situasi yang

27
dihadapi yang dihadapinya. Tahap perkembangan dapat

mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dan perilaku kesehatan,

oleh karena kematangan emosional dan peningkatan pengetahuan

seiring dengan pertambahan usia (Potter dan Perry, 1997).

Banyak bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif

kemungkinan disebabkan oleh karakteristik ibu tersebut diantaranya

umur ibu yang masih terlalu muda sehingga tidak mengerti akan

kebutuhan bayi, pendidikan yang tidak memadai, pertama kali

melahirkan sehingga tidak tahu pentingnya ASI eksklusif,

pekerjaan, mementingkan keindahan tubuh pasca persalinan atau

juga bisa disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu, disebabkan

ibu tidak mendapat informasi dari pihak kesehatan, keluarga dan

masyarakat. Faktor lain yang memperkuat ibu untuk tidak menyusui

dan memberikan susu formula adalah pemakaian pil KB, gengsi

supaya kelihatan lebih modern dan tidak kalah pentingnya adalah

pengaruh iklan (Soetjiningsih, 1997).

b. Pengetahuan Ibu

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek

tertentu, penginderaan terjadi melalui pasca indera manusia yakni

indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan

telinga (Notoatmojo, 2003). Rongers (2000) mengungkapkan bahwa

28
sebelum orang mengadopsi prilaku baru, didalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan, yakni: (Notoatmodjo, 2012).

1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau objek.

2) Interest ( merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.

3) Evaluation (menimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya.

4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendakinya oleh stimulus.

5) Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikap. Namun demikian dari

penelitian Rongers ini menyimpulkan bahwa perubahan

perilaku tidak selalu melewati tahap –tahap tersebut diatas

(Notoatmodjo, 2012).

c. Pendidikan

Tingkat pendidikan dan akses ibu terhadap media masa juga

mempengaruhi pengambilan keputusan, dimana semakin tinggi

pendidikan semakin besar peluang untuk memberi ASI eksklusif.

Sebaliknya akses terhadap media berpengaruh negatif terhadap

pemberian ASI, dimana semakin tinggi akses ibu pada media

semakin tinggi peluang untuk tidak memberikan ASI eksklusif

(Abdullah et al, 2004) Tingkat pendidikan formal yang tinggi

memang dapat membentuk nilai-nilai progresif pada diri seseorang,

terutama dalam menerima hal-hal baru, termasuk pentingnya

29
pemberian ASI secara eksklusif pada bayi. Namun sebagian besar

ibu dengan pendidikan tinggi bekerja diluar rumah, bayi akan

ditinggalkan dirumah di bawah asuhan nenek, mertua atau orang lain

yang kemungkinan masih mewarisi nilai-nilai lama dalam

pemberian makan pada bayi. Dengan demikian, tingkat pendidikan

yang cukup tinggi pada wanita dipedesaan tidaklah menjadi jaminan

bahwa mereka akan meninggalkan tradisi atau kebiasaan yang salah

dalam memberi makan pada bayi, selama lingkungan sosial

ditempat tinggal tidak mendukung kearah tersebut (Suyatno, 2000)

Pencapaian pemberian ASI eksklusif yang rendah ternyata

disebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah masih rendahnya

pendidikan ibu dan kurangnya kepedulian dan dukungan suami,

keluarga dan masyarakat untuk memberikan kesempatan kepada ibu

untuk menyusui secara eksklusif (Supari, 2006). Pendidikan

merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan

yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup sebagaimana umumnya,semakin tinggi

pendidikan seseorang semakin mudah mendapatkan informasi

(Hidayat, 2005).

D. Aspek yang menghambat pemberian ASI eksklusif

1. Pendidikan

Ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki pengetahuan

yang lebih baik di bandingkan dengan ibu dengan tingkat pendidikan

30
nya rendah, mereka lebih paham tentang manfaat pemberian ASI

eksklusif pada bayinya.

2. Pekerjaan

Ibu yang bekerja merasa kesulitan untuk memberikan ASI secara

maksimal kepada si bayi, dengan berbagai alasan seperti anak tidak mau

menyusu, ASI menjadi berkurang, tidak ada fasilitas ruang menyusui di

tempat kerja, dan lain sebagainya.

3. Pengetahuan

Kurangnya pengetahuan si ibu tentang ASI eksklusif. Si ibu menolak

memberikan ASI kepada bayinya, dengan alasan produksi ASI tidak

banyak, encer, dan dapat mengurangi kecantikan. Keadaan yang tidak

mendukung, seringkali mendorong si ibu untuk tidak memberikan ASI

sepenuhnya bahkan pada beberapa ibu tidak memberikan ASI sama

sekali kepada bayinya. Selain itu sampai saat ini tidak dapat dipungkiri,

minimnya pemberian ASI pada bayi baru lahir disebabkan oleh belum

optimalnya perhatian tenaga kesehatan.

4. Motivasi

Untuk tercapainya program ASI eksklusif, di butuhkan motivasi tinggi

yang berasal dari tenaga kesehatan dan kesadaran para ibu akan

pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi.

5. Pengalaman

Pada ibu dalam pemberian ASI eksklusif saat bekerja kurang

menyenangkan yaitu: produksi ASI mulai berkurang saat ibu bekerja

31
kembali, fasilitas memerah ASI belum tersedia di tempat kerja dan

memerah di kamar mandi terpaksa dilakukan.

6. Persepsi

Pemberian makanan prelakteal yang terlalu dini juga merupakan salah

satu faktor yang dapat menghambat usaha ibu untuk memberikan ASI

eksklusif. Pemberian makanan prelakteal biasanya sangat berkaitan

dengan kebiasaan atau kebudayaan setempat.

7. Dukungan suami dan keluarga

Dukungan keluarga, termasuk suami, orang tua, dan keluarga dekat

sangat menguatkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada

bayinya. Keluarga yang rukun, saling kerja sama dan mendukung akan

sangat mempengaruhi produksi ASI si ibu, karena jika si ibu tidak

nyaman maka produksi ASI juga akan terganggu.

8. Informasi

Kurangnya pemberian informasi dini mengenai ASI eksklusif dari

tenaga kesehatan setempat terutama bidan, berdampak pada minimnya

pengetahuan ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemberian ASI

eksklusif kepada si bayi.

E. Teknik/cara menyusui dengan benar

Cara menyusui yang benar Adalah cara memberikan ASI kepada bayi

dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti,

2004). Memberi ASI dalam suasana yang santai bagi ibu dan bayi. Buat

kondisi ibu senyaman mungkin. Selama beberapa minggu pertama, bayi

perlu diberi ASI setiap 2,5 -3 jam sekali. Menjelang akhir minggu ke enam,

32
sebagian besar kebutuhan bayi akan ASI setiap 4 jam sekali. Jadwal ini baik

sampai bayi berumur antara 10-12 bulan. Pada usia ini sebagian besar bayi

tidur sepanjang malam sehingga tidak perlu lagi memberi makan di malam

hari (Saryono, 2008; h. 30).

1. Posisi menyusui

a) Posisi Dekapan

Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan para ibu,

posisi ini membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya

tidak perlu memutar kepalanya untuk menyusu. Kepala bayi

berada di dalam dekapan, sokong kepala badan dan punggung bayi

serta lengan bayi perlu berada di bagian sisinya (Saryono ,2008;

h. 34).

b) Posisi Football hold

Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan caesar,

memiliki payudara yang besar, menyusui bayi prematur atau bayi

yang kecil ukurannya atau menyusui anak kembar pada waktu

yang bersamaan. Sokong kepala bayi dengan tangan,

menggunakan bantal untuk menyokong belakang badan ibu

(Saryono, 2008; h; 35).

c) Posisi Berbaring

Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih. Jika baru pulih dari

pembedahan caesar ini mungkin satu-satunya posisi yang biasa

dicoba pada beberapa hari pertama. Sokong kepala ibu dengan

lengan dan sokong bayi dengan lengan atas (Saryono, 2008; h. 35).

33
2. Fungsi menyusui yang benar

a) Puting susu tidak lecet

b) Perlekatan menyusu pada bayi kuat

c) Bayi menjadi tenang

d) Tidak terjadi gumoh

3. Akibat tidak menyusui dengan benar

a) Puting susu menjadi lecet

b) ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi

ASI

c) Bayi enggan menyusu

d) Bayi menjadi kembung

4. Tanda bayi menyusu dengan benar

a) Bayi tampak tenang

b) Badan bayi menempel pada perut ibu

c) Mulut bayi terbuka lebar

d) Dagu bayi menempel pada payudara ibu

e) Sebagian areola masuk dalam mulut bayi, areola bawah masuk

lebih banyak

f) Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan

g) Puting susu tidak terasa nyeri

h) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

i) Kepala bayi agak menengadah

5. Tanda bayi mendapat ASI dalam jumlah cukup

a) Bayi akan terlihat puas setelah menyusu

34
b) Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu

pertama (100-200 gr setiap minggu)

c) Puting dan payudara tidak luka atau nyeri

a. Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil 6-8

kali sehari dan buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari

b. Apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya

bayi dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3

jam sekali setiap harinya.

6. Langkah-langkah menyusui yang benar

a) Menjelaskan maksud dan tujuan pendkes

b) Cuci tangan sebelum menyusui dan mengajari ibu

c) Ibu duduk atau berbaring dengan santai (bila duduk lebih baik

menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu menggantung dan

punggung ibu bersandar pada sandaran kursi).

d) Mempersilahkan dan membantu ibu membuka pakaian bagian atas

e) Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan

pada puting dan sekitar areola payudara (cara ini mempunyai

manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting

susu).

f) Mengajari ibu untuk meletakkan bayi pada satu lengan, kepala

bayi berada pada lengkung siku ibu dan bokong bayi berada pada

lengan bawah ibu

35
g) Mengajari ibu untuk menempelkan perut bayi pada perut ibu

dengan meletakkan satu tangan bayi di belakang badan ibu dan

yang satu di depan, kepala bayi menghadap payudara.

h) Mengajari ibu untuk memposisikan bayi dengan telinga dan

lengan pada garis lurus.

i) Mengajari ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari diatas

dan jari yang lain menopang dibawah serta jangan menekan puting

susu dan areolanya.

j) Mengajari ibu untuk merangsang membuka mulut bayi :

Menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sudut mulut

bayi.

k) Setelah bayi membuka mulut (anjurkan ibu untuk mendekatkan

dengan cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian memasukkan

puting susu serta sebagian besar areola ke mulut bayi)

l) Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak

memegang atau menyangga payudara lagi

m) Menganjurkan ibu untuk memperhatikan bayi selama menyusui

n) Mengajari ibu cara melepas isapan bayi (jari kelingking

dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi

ditekan ke bawah.

o) Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan

sedikit ASI pada puting susu dan areola. Biarkan kering dengan

sendirinya.

36
p) Mengajari ibu untuk menyendawakan bayi : Bayi digendong tegak

dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung ditepuk

perlahan-lahan sampai bayi bersendawa (bila tidak bersendawa

tunggu 10 – 15 menit) atau bayi ditengkurapkan dipangkuan

37
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif dengan cara focus group discussion (FGD) dan

wawancara mendalam. Metode ini menyajikan secara langsung hubungan antara

peneliti dengan orang yang akan memberikan informasi, sehingga memungkinkan

untuk mendapatkan hal-hal yang tersirat (insight) mengenai perilaku yang dapat

menghambat ibu untuk memberikan ASI eksklusif (Moleong, 2009). Dilakukan di

sekitar Universitas Sriwijaya Palembang.Metode penelitian Kualitatif

dipilihkarena efektif digunakan untuk memperoleh informasi mendalam tentang

tingkat pengetahuan dan pengalaman yang menghambat ibu bayi dalam

pemberian asi eksklusif di lingkungan universitas sriwijaya palembang.

B. Informan Penelitian

Informan merupakan orang yang akan memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian yang sebenarnya

(Moleong 2010).informasi ialah yang mengetahui secara jelas

permasalahan yang akan diteliti.Populasi subjek dalam penelitian

kualitatif disebut dengan partisipan.Jumlah partisipan dalam penelitian ini

ditentukan berdasarkan saturasi data ,dimana data yang akan didapat dari

partisipan tidak menjadi tema atau esensi baru dan hanya mendapatkan

pengulangan data dari partisipan.Dalam penelitian kualitatif informan

tidak dipilih secara acak seperti pada penelitian kuantitatif.Namun sampel

38
dipilih sesuai dengan prinsip yang berlaku.Prinsip pengambilan informan

pada penelitian kualitatif harus memenuhi syarat kecukupan dan

kesesuaian.

Pada penelitian ini terdapat 2 informan diantaranya:

1. Informan utama,yaitu mereka yang terlibat secara langsung

dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan utama dalam

penelitian ini berjumlah 21 orang yang terdiri dari ibu – ibu

yang memiliki bayi usia 6-36 bulan yang merupakan

perwakilan dari masing – masing RW di sekitar Universitas

Sriwijaya Palembang.

2. Informan Pendukung,yaitu orang yang terlibat langsung

dalam kegiatan ini,dan mereka dapat memberikan informasi

walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi tersebut

,seperti perwakilan dari pihak keluarga ibu yang memiliki

bayi seperti suami,mertua,dan perwakilan tokoh masyarakat.

Pada penelitian ini, pemilihan partisipan dilakukan dengan

menggunakan metode purposive sampling ,yaitu memilih teknik

pengambilan sampel dengan memilih individu untuk berpartisipasi dalam

penelitian berdasarkan pengetahuan mereka tentang fenomena yang akan

diteliti. Penentuan jumlah informasi dianggap telah memadai apabila telah

sampai pada saturasi data,yaitu data telah jenuh dimana tidak ada informasi

baru yang didapat dan pengulangan data telah tercapai(saryono

&Anggraeni,2010)

39
Adapun kriteria inklusi yang ditetapkan untuk mendapatkan

informasi berdasarkan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Mempunyai bayi usia 6-36 bulan

2. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman menyusui

3. Mampu berkmunikasi secara efektif

4. Mampu mengingat pengalaman saat menyusui

5. Mampu mengungkapkan pengalamannya dalam upaya

pemberian ASI ekslusif.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di daerah parameswara karena

wilayah universitas Sriwijaya yang partisipannya paling banyak mengikuti

penelitian ini yaitu hampir 80%.

D. Waktu Penelitian

Semua proses penelitian ini direncanakan selesai dalam waktu 5-6

bulan dengan jadwal yang telah di tentukan.

E. Alat Pengumpulan data

1. Data Primer

Data primer yang telah dikumpulkan di lapangan oleh peneliti secara

langsung dari informan penelitian di wilayah Parameswara daerah

Universitas Sriwijaya Palembang .Alat pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Peneliti sebagai instrumen (pewawancara )

Pada penelilian kualitatif ,peneliti sendiri yang menjadi

instrumennya karena dalam penelitian kualitatif

40
mengutamakan prinsip validitas atau kredibilitas

data.peneliti akan mengumpulkan data dengan

menggunakan catatan atau catatan lapangan (field note)

untuk mengidentifikasi respon non verbal beserta situasi

selama proses wawancara dan lembar observasi sebagai

penguat data sebelumnya untuk memperkaya informasi

beserta pengecekan data.proses wawancara mendalam,

menggunakan alat bantu seperti recorder ,model wawancara

semi terstruktur dengan pedoman pertanyannterbuka

sebanyak 7 pertanyann untuk ibu dan 6 pertanyaan untuk

pimpinan sebagai triangulasi sumber data.pedoman

wawancara telah dikonsultasikan dengan pembimbing dan

sudah dilakukan uji coba saat latihan wawancara.pertanyaan

tersebut dikembangkan sesuai dengan respon partisipan saat

dilakukan wawancara.Wawancara dilakukan sekitar 40-50

menit berdasarkan pertanyaan yang telah dibuat dalam

pedoman wawancara.

b) Pedoman wawancara (interview guide)

Menurut Herdianyah (2010) menyususn suatu

pedoman wawancara berupa pertanyaan semi terstruktur

sebelum melakukan wawancara merupakan cara untuk

membantu peneliti supaya pertanyaan yang diajukan

tetapmengarah pada tujuan penelitian,ciri dari wawancara

semi tersrtuktur yaitu menggunakan pertanyaan

41
terbuka.teknik / instrumen pengumpulan data dalam

penelitian kualitatif ini ,yang menjadi instrument atau alat

penelitian adalah peneliti sendiri.

Wawancara merupakan teknik untukmengumpulkan

data ,dimana peneliti memperoleh informasi secara lisan dari

seseorang informan atau bercakap-cakap berhadapan

langsung dengan orang tersebut ( face to face ) (Saryono dan

Anggaraeni 2010).jenis wawancara yang digunakan dalam

penelitian adalah wawancara mendalam (in-depth interview)

yang dilakukan secara informal,dengan menggunakan

pedoman ( guide) berupa pertanyaan semi terstruktur dan

semua pertanyaan bersifat terbuka.

2. Data Sekunder

Dalam penelitian ini pengumpulan data sekunder dilakukan

dengan cara melakukan pengumpulan bahan kepustakaan yang bisa

mendukung data primer,yaitu dengan menggunakan dokumen-

dokumen atau catatan-catatan yang ada.

F. Prosedur Pengumpulan data

Prosedure pengumpulan data dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Sebelum peneliti melakukan studi pendahuluan ,peneliti mengisi

form surat usulan studi pendahuluan ke bagian staf tata usaha

PSIK FK unsri untuk permohonan melakukan studi

42
pendahuluan.Pengambilan data dilakukan setelah mendapatkan

izin dari ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dan Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Peneliti meminta

izin kepada Kepala kelurahan Pameswara untuk melakukan

penelitian di daerah tersebut. Setelah permohonan peneliti di

setujui,dengan demikian peneliti dapat melaksanankan

penelitiansesuai jadwal yang telah ditetapkan untuk mencari

informasi mengenai informan sehingga memudahkan untuk

menemui informan secara langsung.

2. Tahap Pelaksanan

Tahap pelaksanana yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu

sebagai berikut:

1) Fase Orientasi

Pada fase ini dapat dilakukan setelah informan bersedia

menjadi informan penelitian dengan menandatangani

lembar persetujuan kesediaan informan menjadi

responden( informed consent) setelah diberikan

penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian.

Peneliti menanyakan kondisi informan dan kesiapan

untuk melakukan wawancara .Peneliti juga menciptakan

suasana lingkungan yang nyaman dengan posisi duduk

berhadapan .Peneliti menyiapkan alat tulis,lembar

pedoman wawancara mendalam

43
( interview guide) dengan dibantu oleh alat perekan suara

(voice recorde) yang diletakkan pada posisi tidak terlalu

jauh dengan informan supaya suara terekan dengan jelas.

2). Fase kerja

Pada fase kerja , wawancara dilakukan dengan

menggunakan pedoman wawancara yang telah

disiapkan sebelumnya.Pedoman wawancara hanyalah

alat untuk memandu peneliti untuk mendapatkan

informasi sebanyak mungkin sesuai tujuan peneliti yang

diharapkan .urutan wawancara tidak tergantungpada

pedoman wawancara ,tetapi sesuai dengan arah

pembicaraan informan.wawancara berlangsung kurang

lebih 40-50 menit .Selama wawancara berlangsung

,peneliti membuat catatan lapangan yang

menggambarkan suasana ,ekspresi wajah, perilaku serta

respon non verbal dari semua informan selama proses

wawancara.

3). Fase Terminasi

Pada fase terminasi dilakukan setelah semua pernyataan

yang ingin ditanyakan sudah selesai. Peneliti menutup

wawancara dengan mengucapkan terima kasih atas

kerja samanya.Peneliti melakukan kontak kembali

dengan informan untuk bertemu setelah transkrip

44
selesai untuk validasi data.Kemudian peneliti

mengatakan bahwa proses penelitian telah berakhir dan

mengucapkan terima kasih kepada informan yang telah

berpartisipasi pada penelitian. Pengumpulan data dari

partisipan terus dilakukan hingga tercapai saturasi data

,setelah itu baru pengumpulan data di hentikan.

G. Etika Penelitian

Setiap Penelitian yang menggunakan subyek manusia harus

mengikuti aturan etik ,dalam hal ini yaitu dengan adanya persetujuan .

Sebelum melakukan wawancara ,peneliti melakukan pendekatan terhadap

informan,memperkenalkan diri, menjelaskan identitas diri peneliti dan juga

menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian sehingga informan dapat

mengambil keputusan sendiri dalam hal berpartisipasi dalam penelitian ini

maupun tidak berpartisipasi ,tidak ada paksaan untuk menjadi informan

penelitian. Menurut Polit & Beck ( 2012) dalam melakukan penelitian ,hal

hal yang perlu diperhatikan peneliti berkaitan dengan etika penelitian yaitu:

1). Prinsip Manfaat (Beneficence)

Pada ilmu keperawatan ,penelitian harus

memberikan keuntungan bagi informan dengan cara

memperhatikan hak informan untuk bebas dari kerugian dan

ketidaknyamanan ,memperlihatkan hak informan untuk

mendapatkan perlindungan dan eksploitasi.prinsip manfaat

atau tidak merugikan orang lain diterapkan dengan

45
menumbuhkan kenyamanan hubungan antar peneliti

dengan informan melalui hubungan saling percaya,dengan

cara sebelum melakukan peneliti,peneliti terlebih dahulu

memberikan informsi atau menjelaskan maksud dantujuan

dari penelitian yang akan dilakukan ,serta meyakinkan

informan bahwa penelitian ini bersifat menggali

pengalaman dalam melaksanakan sistem rujukan,tidak

melakukan suatu tindakan apapun yang membahayakan,

informan,sehingga hasilpenelitian ini diharapkan dapa

memberikan manfaat dalam upaya peningkatan kualitas

pelayanan.

2). Prinsip Menghormati Pendapat (Respect for Human

dignity)

Sebagai peneliti hasur memperhatikan dan menghargai hak-

hak informan penelitian.informan berhak untuk

memutuskan dan mengambilbagian dalam penelitian

ini,berhakuntuk menolak memberikan informasi,maupun

berhakuntukmemilih berpartisipasi dalam penelitian atau

tidak,dengan menanyakanterlebih dahulu ,apakah informan

bersedia menjadi pemberi informasi dalam penelitian

ini,jika tidak peneliti tidak akan memaksainforman untk

berpartisipasi dalampenelitian ini.

3). Prinsip Keadialan (justice)

46
Mencakup hakpara informan penelitian untuk mendapatkan

hakatas perlakuan yang adil dan hakakan privasi termasuk

tidak melakukan diskriminasi terhadapinforman.Keadilan

dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan kesempatan

yang sama kepada semua ibu-ibu yang mengikuti penelitian

untukmenjadi informan dan memperlakukan informan

dengan tidak membeda-bedakannya.

4). Lembar pesetujuan ( informed consent)

Kerahasiaan untuk menjaga rasa aman dan nyaman

informan dibuata dengan informed consent (lembar

persetujuan).infoement consent merupakan

bentukpersetujuan antara informan dan peneliti dengan

memberikan lembar persetujuan. Tujuannya supaya

informan mengerti tujuan penelitian,dan tidak

menimbulkan dampaknegatif bagi responden serta menjaga

kerahasiaan darisemua hasil penelitian .dalam hal ini,jika

informan memutuskan untukberpartisipasi dalampenelitian

,maka meraka harus menandatangani informed consent

tersebut danjikainforman tidakbersedia untuk berpartisipasi

dalam penelitian ,maka peneliti harus menghormati

hakkepetusannya tersebut dan tidak memaksanya.

5). Tanpa Nama (Anonymity)

47
Peneliti menjamin kerahasiaan informan dengan tidak

menampilkan identitas informan.Peneliti memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun

masalah –masalah lainnya dengan cara menggunakankode

informan. Semua informan yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti .Kemudian informasi yang

sudah diberikan oleh informan disimpan dalam sebuah

folder pribadi peneliti dan digunakan untuk kepentingan

penelitian.

H. Keabsahan Data

Menurut Moleong( 2010) uji keabsahan pada penelitian ini meliputi empat

kriteria yang digunakan,yaitu:

1. Derajat Kepercayaan (credibility)

Penelitian ini menggunakan kredibilitas dengan cara triangulasi

teknik berupa wawancara dan lembar observasi dan triangulasi

sumber berupa informasi kunci dan informan non kunci.Peneliti

juga menggunakan kredibilitas peer debriefing ,dimana setelah

peneliti mengumpulkan data peneliti membuat transkripsi

wawancara.Transkripsi wawancara yang dibuat peneliti selanjutnya

dibicarakan dengan dosen pembimbing skripsi untuk mendiskusikan

unsur –unsur yang penting.

2. Keteralihan( Transferability)

Untuk mencapai kriteria keteralihan peneliti memberikan uraian

atau mendeskripsikan seluruh rangkaian peneliti secara

48
lengkap,terperinci,jelas,dan sistematis dalam mererapkan hasil

penelitian agar orang lain dapat memahami.

3. Ketergantungan (dependability)

Pada penelitian ini untuk mencapai kriteria dependability peneliti

melakaukan pencatatan terhadap keseluruhan proses

penelitian,selain itu dilakukan auditing atau pemeriksaan secara

menyeluruh bersama sama dengan dosen pembimbing skripsi.

4. Kepastian (confirmability)

Pada penelitian ini uji confirmability digunakanuntuk memastikan

atau menguji objektifitas dilakukan bersamaan dengan uji

dependability,peneliti melibatkan dosen pembimbing skripsi.Hasil

wawancara atau transkrip juga dikembalikan kepada informan untuk

mengkonfirmasi ulang hasil wawancara yang telah dilakukan.

I. Teknik Analisa Data

Menurut Bogdan Sugiyono (2013) analisis data adalah teknik

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara,catatan lapangan ,dan bahan bahan lain supaya lebihmudah

dipahami,serta hasilnya dapat disebarkan kepada orang laian.yang

dilakukan pada analisis data yakni mengelompokkan data,menguraikan

kedalam unit-unit ,melakukan sintesa,menyusun kedalam

pola,memilihmana yang penting yang akan dipelajari kemudian membuat

kesimpulan .Kresno( 2000) mengemukakan bahwa sebelum menganalisis

lebih lanjut terkait tujuan penelitian,hal yang dilakukan terlebih dahulu

49
yaitu memproses dan melaporkan hasil mengenai deskripsi tentang

informan seperti umur,jenis kelamin,pekerjaan,dan pendidikan.

Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah

dengan metode colaizzi(1978)adapun lagkah-langkah analisa data

berdasarkan Colaizzi (1978) dalam Streubert & Carpenter ( 2003) sebagai

berikut:

1. Peneliti mengubah data hasil wawancara yang berupa suara ke

bentuk transkrip verbatin.

2. Peneliti berulang kali membaca traskip data yang ada sehingga

peneliti dapat menemukan makna data yang signifikan dan

memberikan garis bawah pada pernyataan-pernyataan penting

informan.

3. Peneliti memperhatikan penyataan –pernyataan penting dari setiap

jawaban informan untuk membentuk kata kunci.

4. Peneliti kemudian mengelompokkan pernyataan –pernyataan yang

sama dan bermakna.

5. Peneliti melakukan pengelompokan data kedalam berbagai kategori

.selanjutnya kategori yang sudah ada peneliti kelompokkan ke

dalam sub tema,dimana subtema yang muncul peneliti kelompokkan

lagi menjadi tema tema.

6. Peneliti menuliskan secara keseluruhan dan tema –tema yang telah

disusun kedalam bentuk deskriptif.

7. Peneliti kembali ke informan untuk memvalidasi data hasil

wawancara berupa transkip yang telha dibuat kepada

50
informan,untuk memberikan kesempatan kepada informan untuk

menambahkan informasi yang tidak ingin dipublikasikan dalam

penelitian.dalam proses validasi ini, peneliti tidak menentukan

informasi baru,semua informan menyatakan setuju dengan hasil

yang disampaikan.

51

Anda mungkin juga menyukai