Anda di halaman 1dari 9

VAGINOSIS BAKTERIALIS; PERBANDINGAN ANTARA METRONIDAZOL

GEL VAGINA DAN CLINDAMYCIN KRIM VAGINA UNTUK PENGOBATAN


VAGINOSIS BAKTERIALIS
Dr. Faiqa Saleem, Dr. Munazza Malik, Dr. Muhammad Shahid, Prof. Muhammad
Tayyab

Abstrak
Pada wanita usia reproduktif, vaginosis bakterialis merupakan penyakit
polimikrobial tersering yang menjadi penyebab utama keputihan pada kelompok usia
ini. Vaginosis bakterialis juga terkait dengan beban penyakit masyarakat yang cukup
besar dalam hal komplikasi infeksi. Clindamycin krim vagina dan metronidazol gel
vagina terbukti efektif untuk penanganan infeksi vagina oleh multi bakteri. Tujuan:
Untuk membandingkan efikasi terapeutik dari Metronidazol gel vagina dan
Clindamycin krim vagina sebagai obat vaginosis bakterialis. Rancangan Penelitian:
Percobaan kontrol acak (Randomized control trial)Lokasi: Departemen Obstetrik dan
Ginekologi, Unit-3 Rumah Sakit Jinnah, Lahore.Periode: Enam bulan, terhitung dari
02-05-2011 sampai 01-11-2011. Material dan Metode: Sebanyak 300 pasien
dilibatkan dalam penelitian ini. Pasien-pasien tersebut dipisahkan menjadi dua
kelompok. Grup A mendapatkan metronidazol gel vagina (5 g per hari selama 7 hari),
dan grup B mendapatkan clindamycin (5 g per hari selama 7 hari). Hasil: Umur rata-
rata dari pasien yang diobservasi adalah 34,3+3,5 tahun pada grup A dan 32,9+2,1
tahun pada grup B. Sebanyak 104 pasien (69,3%) dari grup A dan 127 pasien (84,7%)
dari grup B tidak lagi mengalami keputihan. Pada 104 pasien (69,3%) dari grup A dan
112 pasien (74,4%) dari grup B tidak terlihat adanya sel petunjuk (clue cell) pada
pemeriksaan mikroskopis. 116 pasien dari grup A dan 134 pasien dari grup B tidak
memiliki bau amina (amine odour). Terdapat perbedaan efikasi obat yang signifikan
antara kedua grup dengan nilai p sebesar 0.006. Kesimpulan: Clindamycin krim vagina
lebih efektif sebagai obat vaginosis bakterialis dibanding dengan Metronidazol gel
vagina.

Kata Kunci: Vaginosis bakterialis, Clindamycin krim vagina, Metronidazol gel vagina.
Sitasi Artikel: Saleem F, Malik M, Shahid M, Tayyab M. Vaginosis bakterialis;
Perbandingan antara metronidazol gel vagina dan clindamycin krim vagina untuk
pengobatan vaginosis bakterialis. Professional Med J 2017;24(2):252-257. DOI:
10.17957/TPMJ/17.3668

PENDAHULUAN
Vaginosis bakterialis merupakan penyakit polimikrobial utama yang menjadi
penyebab utama dari keluhan-keluhan vagina.1 Penyakit ini juga dikaitkan dengan
beban penyakit masyarakat dalam hal komplikasi infeksius pada wanita yang aktif
secara seksual.2 Vaginosis bakterialis dihubungkan dengan kenaikan resiko untuk
terkena penyakit menular seksual. Resiko lain dari vaginosis bakterialis adalah efek
sampingnya pada kehamilan. Sebuah literatur menyatakan bahwa insidensi vaginosis
bakterialis ialah 36%. Kelainan dari flora normal vagina merupakan penyebab utama
dari gejala infeksi vagina dan juga meningkatkan resiko terinfeksi tambahan super.4
Resiko dari kelahiran premature adalah peningkatan infeksi selama masa kehamilan.5
Prevalensi vaginosis bakterialis lebih tinggi 10-20% pada ibu hamil dibandingkan
dengan wanita yang tidak hamil.
Komplikasi obstetri dan ginekologi lebih tinggi kemungkinan kejadiannya pada
7
wanita dengan vaginosis bakterialis, begitupun dengan resiko transmisi HIV-1. Kondisi
kurangnya bakteri laktobasilus yang memproduksi hidrogen peroksida mengganggu
ekosistem vagina, dan menyebabkan peningkatan Gardnella vaginalis, bakteri anaerob,
dan mikoplasma. Lendir vagina (keputihan), pruritur, dan bau tidak sebab merupakan
tanda-tanda yang cukup sering ditemukan. Namun, 50% pasien tidak memiliki gejala
8
apapun. Pewarnaan gram dan kriteria klinis Amsel’s sangat membantu proses diagnosis
cepat, sementara teknik kultur konvensional terkadang tidak dapat dipercaya dan tidak
9
efektif dari sisi biaya. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ferris et al, efikasi
dari metronidazole gel vagina dengan dosis 5 g, yang diaplikasikan sebanyak dua kali
sehari selama 5 hari, memiliki tingkat kesembuhan sebanyak 75%. Sementara
clindamycin krim vagina 5 g yang diberikan satu kali sehari selama 7 hari memiliki
10
tingkat kesembuhan sebanyak 86,2%. Masyarakat dapat diselamatkan dengan
diagnosis yang tepat waktu, dan pemberian obat yang sesuai untuk mencegah
komplikasi ginekologis dan prenatal.

TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Untuk membandingkan efikasi dari Metronidazole gel vagina dan Clindamycin
krim vagina untuk pengobatan vaginosis bakterialis.

Definisi Operasional
Efikasi
Efikasi dihitung berdasarkan resolusi gejala (keputihan dan bau tidak sedap),
ketidak hadiran sel petunjuk pada pemeriksaan mikroskopis dari sekaan vagina. Tidak
adanya temuan yang disebutkan di atas dinilai setelah 14 hari maka dianggap efektif
(bila mereka memiliki resolusi keputihan, bau amina dan sel petunjuk pada mikroskop
pada kunjungan follow-up).

Hipotesa
Clindamycin krim vagina lebih efektif pada jumlah pasien yang lebih banyak
dibandingkan Metronidazol gel vagina untuk mengobati vaginosis bakterialis.

MATERIAL DAN METODE


Rancangan penelitian
Percobaan kontrol acak (Randomized control trial)

Lokasi
Departemen Obstetri dan Ginekologi, Unit III, RS Jinnah, Lahore.

Durasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama enam bulan, terhitung dari 02-05-2011 sampai
01-11-2011.

Ukuran sampel
Berdasarkan perhitungan, ukuran sampel penelitian adalah 150 kasus untuk
masing-masing kelompok, dengan tingkat signifikansi 5%, uji daya 80%, dengan
perkiraan persentase efektivitas Metronidazol dan Clindamycin dalam pengobatan
vaginosis bakterialis yaitu 75% dan 86%,2%.

Teknik pemilihan sampel


Pemilihan sampel dengan sengaja tanpa probabilitas. (Non-probability purposive
sampling)

Seleksi sampel
Kriteria inklusi
 Usia 18-45 tahun
 Tidak dalam kondisi hamil
 Mengalami vaginosis bakterialis
 Didiagnosa memiliki vaginosis bakterialis berdasarkan riwayat dan hasil tes
laboratorium (kehadiran sel petunjuk di pemeriksaan mikroskopis, dengan
keputihan, dan bau amin).
 Tidak mngidap diabetes (diperiksa berdasarkan kadar gula darah puasa <126
mg/dL dan tidak dalam pengaruh agen hipoglikemik).

Kriteria eksklusi
 Ibu yang sedang menyusui
 Antisipasi menstruasi saat pengobatan
 Pasien yang tidak patuh pada pengobatan yang diberikan.

Prosedur pengumpulan data


Tiga ratus wanita yang memenuhi kriteria iklusi dan eksklusi dengan kriteria
standar yang diterapkan untuk mendiagnosis vaginosis bakterialis (mengalami
keputihan, bau amin, dan terdeteksi adanya sel petunjuk) yang melapor ke departemen
rawat jalan, dilibatkan dalam penelitian ini. Persetujuan pasien didapatkan dari setiap
subjek. Riwayat demografi pasien dicatat.
Tiga ratus kasus dibagi menjadi dua kelompok (A dan B), masing-masing
kelompok terdiri dari 150 kasus, dengan menggunakan metode lotere. Digunakan teknik
buta tunggal (single blind technique). Kelompok A mendapatkan Metronidazol gel
vagina (5 g) selama 7 hari yang diaplikasikan satu kali sehari, dan kelompok B
mendapatkan Clindamycin krim vagina (5 g) yang diberikan satu kali sehari untuk 7
hari, sebagai obat dari infeksi vagina.
Pasien-pasien tersebut kembali untuk pemeriksaan lanjutan 14 hari setelah
pengobatan. Pasien dinyatakan sembuh bila pasien memiliki resolusi dari keputihan,
bau amin, dan sel petunjuk pada pemeriksaan mikroskopis, saat pertemuan lanjutan ini.
Semua informasi ini tercatat di penelitian Performa (terlampir). Data-data penelitian
dikumpulkan oleh peneliti sendiri.

Prosedur analisis data


Semua data dimasukkan dan dianalisis menggunakan SPSS versi 11.0. Variabel-
variabel seperti usia dipresentasikan dengan menghitung rerata dan deviasi standar.
Untuk efikasi, dilakukan perhitungan terhadap frekuensi dan persentase, ketiadaan
keputihan (Ya, Tidak), bau (Ya, Tidak), ketiadaan sel petunjuk (Ya, Tidak).
Perbandingan efikasi di antara kedua kelompok dilihat dengan uji Chi square dan
dikatakan signifikan bila nilai P < 0,05.

HASIL
300 kasus dilibatkan dalam penelitian ini, dimana dibagi menjadi dua kelompok
(A dan B), masing-masing 150 kasus. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan
terhitung dari 02-05-2011 hingga 01-11-2011.
Mengenai distribusi pasien, 11 pasien (7,3%) dari kelompok A dan 14 pasien
(9,3%) dari kelompok B berusia <20 tahun. 36 pasien (24%) dari kelompok A dan 34
pasien (22,7%) dari kelompok B berada di rentang usia 20-25 tahun. 43 pasien (28,7%)
dari kelompok A dan 48 pasien (32%) dari kelompok B berada di rentang usia 26-35
tahun. 60 pasien (40%) dari kelompok A dan 54 pasien (36%) dari kelompok B berada
di rentang usia 36-45 tahun. Usia rata-rata dari pasien yang diamati adalah 34,3+3,5
tahun pada kelompok A dan 32,9+2,1 tahun pada kelompok B (Tabel I).
Lendir vagina (keputihan) tidak ditemukan pada 104 pasien (69,3%) dari
kelompok A dan 127 pasien (84,7%) dari kelompok B (Tabel II).
Sel petunjuk tidak ditemukan pada pemeriksaan mikroskospis di 112 pasien
(74,7%) dari kelompok A dan 137 pasien (91,3%) dari kelompok B (Tabel III).
Ketiadaan bau amin ditemukan pada 116 pasien (77,,3%) dari kelompok A dan
134 pasien (89,3%) dari kelompok B (Tabel IV).
Ketika efikasi kelompok A dan B dibandingkan, Metronidazol gel vagina
memiliki efikasi yang baik pada 115 pasien (76,6%) dan Clindamycin krim vagina
memiliki efikasi yang baik pada 133 pasien (88,7%). Terdapat perbedaan yang
signifikan antara kedua kelompok, dengan nilai p sebesar 0,006 (Tabel V).

Usia (tahun) Kelompok A Kelompok B


(Metronidazol gel vagina) (Clindamycin krim vagina)
No. % No. %
<20 11 7,3 14 09,3
20-25 36 24,0 34 22,7
26-35 43 28,7 48 32,0
36-45 60 40,0 54 36,0
Total 150 100,0 150 100,0
Rerata + Deviasi 34,3+3,5 32,9+2,1
standar
Tabel I. Distribusi kasus berdasarkan usia (N=300)

Ketiadaan Kelompok A Kelompok B


Lendir Vagina (Metronidazol gel vagina) (Clindamycin krim vagina)
(Keputihan)
No. % No. %
Ya 104 69,3 127 84,7
Tidak 46 30,7 15,3 22,7
Total 150 100,0 150 100,0
Tabel II. Ketiadaan Lendir Vagina (Keputihan) (N=300)
Chi Square = 9,96 df = 1 Nilai P = 0,001

Ketiadaan Sel Kelompok A Kelompok B


Petunjuk pada (Metronidazol gel vagina) (Clindamycin krim vagina)
pemeriksaan
mikroskopis
No. % No. %
Ya 112 74,7 137 91,3
Tidak 38 25,3 13 08,7
Total 150 100,0 150 100,0
Tabel III. Ketiadaan Sel Petunjuk pada pemeriksaan mikroskopis (N=300)
Chi Square = 14,76 df = 1 Nilai P = 0,0001
Ketiadaan bau Kelompok A Kelompok B
amin (Metronidazol gel vagina) (Clindamycin krim vagina)
No. % No. %
Ya 116 77,3 134 89,3
Tidak 34 22,7 16 10,7
Total 150 100,0 150 100,0
Tabel IV. Ketiadaan bau amin (N=300)
Chi Square = 7,78 df = 1 Nilai P = 0,005

Efikasi Kelompok A Kelompok B


(Metronidazol gel vagina) (Clindamycin krim vagina)
No. % No. %
Ya 115 76,6 133 88,7
Tidak 35 23,4 17 11,3
Total 150 100,0 150 100,0
Tabel V. Efikasi (N=300)
Chi Square = 7,78 df = 1 Nilai P = 0,006

PEMBAHASAN
Vaginosis bakterialis merupakan penyebab tersering dari keluarnya lendir
vagina (keputihan) pada wanita di usia reproduktif, dimana terdapat sekitar 40 sampai
50 persen kasus ini pada usia tersebut. 12
Faktor resiko utama dari vaginosis bakterialis adalah aktivitas seksual, dan hal
ini dipercaya oleh para ahli bahwa vaginosis bakterialis hanya terjadi pada wanita yang
melakukan hubungan dengan wanita melalui vagina.13
Transmisi secara seksual dari patogen vaginosis bakterialis didukung kuat oleh
penelitian-penelitian epidemiologi. Wanita yang melakukan hubungan seksual dengan
sesama jenis, terdapat insiden vaginosis bekterialis yang tinggi, dimana terdapat
kesamaan mikro flora yang mendukung bahwa transmisi seksual meruapakan faktor
resiko penting pada situasi ini. 14
Vaginosis bakterialis dapat sembuh secara spontan pada satu pertiga wanita
15
yang tidak dalam kondisi hamil dan pada 50% wanita yang sedang mengandung.
Pengobatan diindikasikan untuk wanita yang terinfeksi dengan gejala, dan juga pada
mereka yang infeksi asimtomatik untuk mencegah infeksi paska operasi sebelum aborsi
atau histerektomi.
Resiko dari terkena PMS, termasuk HIV juga dapat dikurangi dengan
pengobatan vaginosis bakterialis. 16 Para ahli mendukung konsep pemberian obat pada
pasien vaginosis bakterialis yang simtomatik maupun asimtomatik. Wanita yang sedang
hamil dengan riwayat melahirkan prematur di kehamilan sebelumnya dapat
mendapatkan keuntungan dari pemberian obat vaginosis bakterialis. Pengobatan dan
deteksi (screening) dari wanita-wanita ini tidak didukung oleh bukti pada literatur. 17
Clindamycin atau Metronidazol yang diberikan secara oral atau melalui vagina
memiliki hasil kesembuhan klinis yang signifikan, yakni 70 sampai 80% pada follow up
setelah empat minggu pengobatan. 18 Meski obat-obatan oral mudah untuk diminum,
efek samping yang diberikan terlalu banyak. Tinidazol merupakan alternatif yang baik
untuk obat oral.
Metronidazol 0,75% gel vagina (5 g terapi topical pada vagina yang
diaplikasikan sekali sehari selama lima hari) memiliki hasil yang serupa, dalam hal
efektivitas, dengan oral Metronidazol. Preferensi pasien akan memilih antara obat oral
atau topikal. Obat oral dengan dosis 2 g, kurang efektif. 19
Efek samping dari metronidazole antara lain mual, rasa metalik, efek seperti
disulfiram dengan alkohol, neutropenia transien (7,5%), neuropati perifer (efek samping
yang banyak diketahui dan dapat berinteraksi dengan warfarin), serta pruritis dan
urtikaria yang merupakan manifestasi dari alergi obat. 20
Beberapa percobaan acak telah membuktikan bahwa clindamycin merupakan
obat yang efektif untuk masalah yang disebutkan di atas. 21 Administrasi vagina dari 5 g
clindamycin dengan sediaan 2% selama tujuh hari, merupakan terapi alternatif yang
efektif. 22
300mg Clindamycin sediaan oral diresepkan untuk dua kali sehari selama tuju
hari merupakan sediaan alternatif. Obat ini dapat diresepkan sebagai pilihan alternatif,
termasuk juga clindamycin ovula 100 mg satu kali sehari atau terapi bio-adesif. 23
Penelitian ini dirancang untuk membandingkan efikasi terapeutik dari clindamycin krim
vagina dengan Metronidazol gel vagina sebagai pilihan obat terbaik untuk vaginosis
bakterialis. Pada kelompok A, 150 pasien diberikan Metronidazole gel vagina dan
kelompok B diberikan clindamycin krim vagina.
Kedua obat tersebut (Clindamycin dan Metronidazol) merupakan pilihan efektif
untuk pengobatan infeksi vagina oleh bakteri. 24 Semua wanita yang simtomatik harus
diobati. Dan wanita yang mengalami relaps berulangkali menunjukkan respon pada
pengobatan ini.
Penelitian ini menunjukkan bahwa Metronidazole gel vagina menunjukkan
efikasi pada 115 pasien (76,6%) dibandingkan dengan Clindamycin krim vagina yang
menunjukkan efikasi pada 133 pasien (88,7%). Ditemukan perbedaan yang signifikan
antara kedua kelompok dengan nilai P 0,006. Hasil ini dapat dibandingkan dengan
penemuan dari Ferris et al. 10

KESIMPULAN
Terapi infeksi vaghina selama 7 hari dengan 5 g Clindamycin krim vagina yang
diaplikasikan satu kali sehari secara signifikan lebih baik dan lebih efektif dibandingkan
dengan terapi dengan 5 g Metronidazol gel vagina yang diaplikasikan satu kali sehari
selama 7 hari. Penggunaan Clindamycin krim vagina merupakan pilihan yang lebih baik
dalam hal penyembuhan dan mengurangi gejala.

Sumber Terjemahan: Saleem F, Malik M, Shahid M, Tayyab M. Bacterial Vaginosis;


Comparison Between Metronidazole Vaginal Gel and Clindamycin Vaginal Cream For
Treatment of Bacterial Vaginosis. Professional Med J 2017; 24(2): 252-7.

Anda mungkin juga menyukai