PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu Negara penghasil minyak daun cengkeh
terbesar di dunia. Pada tahun 2000, ekspor Indonesia ke Amerika Serikat
mencapai 172.000 kg minyak daun cengkeh hasil produksi petani rakyat
masih sangat rendah sehingga nilai jualnya jauh lebih rendah dbandingkan
harga produk eugenol yang sesuai standard farmasi.
Minyak daun cengkeh mengandung eugenol, eugenol asetat, kariofilen dan
komponen-komponen lainnya. Peningkatan kandungan eugenol dapat
dilakukan dengan ekstrasi minyak daun cengkeh dengan menggunakan proses
pengasaman dengan larutan HCl (Tim Penyusun, 2016).
Menurut Balitbang Pertanian (2007) pasokan minyak daun cengkeh
Indonesia ke dalam pasar dunia cukup besar, yaitu lebih dari 60% kebutuhan
dunia. Namun demikian, harga pada minyak daun cengkeh yang ada di pasar
dunia relatif lebih rendah, sehingga nilai tambah yang diperoleh dari komoditi
tersebut juga cukup rendah. Kisaran harga minyak daun cengkeh di pasaran
dunia adalah US$ 4,75/kg, harga eugenol US$ 7,80/kg, harga dari isoeugenol
yakni US$ 10,80/kg dan harga vanilin berkisar sebesar US$ 11,40/kg.
Minyak daun cengkeh di Indonesia merupakan industri yang dikelola petani
cengkeh serta pelaku industri skala UMKM.
Dan oleh karena itu, mengingat peran yang sangat strategis daripada
eugenol serta senyawa turunannya dalam berbagai hal di industri yang dapat
membuat peluang pasar produk tersebut terbuka dengan lebar dan didukung
oleh ketersediaan bahan baku minyak cengkeh yang melimpah di Indonesia.
untuk itu pengolahan isolasi komponen eugenolnya serta sintesis berbagai
senyawa turunannya harus segera dilakukan. Berkembangnya agroindustri
pengolahan eugenol berikut senyawa turunannya, kedepan Indonesia juga
dapat menjadi pensuplei utama dalam mencapai kebutuhan dunia terhadap
pada eugenol serta senyawa-senyawa pada hasil turunannya (Crops, 2012)
1
.
3
3
5
konsentrasi 0,8 N pada suhu 220º dapat menaikan kadar kemurnian eugenol
menjadi 89,65% (Putri dkk, 2016).
Eugenol memiliki beberapa sifat farmakologi, termasuk antimikroba,
antijamur, insektisida dan antihelmintik. Banyak peneliti melaporkan bahwa
eugenol menunjukkan sifat relaksan pada pembuluh darah dan otot polos
saluran pencernaan. Eugenol dapat menyebabkan relaksasi otot polos pada
pembuluh darah melalui blokade voltage and ligand dependent ion channels.
Berkenaan dengan saluran pencernaan, penelitian menunjukkan bahwa
metileugenol memberikan efek relaksasi pada ileum yang terisolasi dan
menghambat kontraksi diinduksi oleh voltage-dependent dan receptor-
operated channels (Hafif, 2013).
Tabel 2.1 Sifat fisiko kimia eugenol
Spesifikasi
Karakteristik
Eugenol Umum* Eugenol Perdagangan**
Berat Jenis (25°/25°) 1,053-1,064 1.064-1.070
Indeks Bias (20°C) 1,5380-1.5420 1.540-1.5420
Kemurnian(GLC) - Eugenol, min 99% cair
Penampakan Warna - Bening−kuning muda
Aroma - Cengkeh
Kelarutan dalam etanol 70% - 1:2
Sumber : * EOA (1970) dan ** Indesso (2006)
2.2 Cengkeh
Cengkeh adalah suatu tangkai pada bunga kering beraroma dari keluarga
Myrtaceae, dapt juga disebut dalam bahasa Inggris disebut cloves. Tanaman
cengkeh diklasifikasikan ke dalam kerajaan Plantae, filum Magnoliophyta,
kelas Magnoliopsida, ordo Myrtales, familia Myrtaceae, genus Syzygium,
spesies S. aromaticum.
Tanaman cengkeh merupakan suatu tanaman rempah yang termasuk dalam
komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia. Dapat tumbuh
sampai setinggi 12 m dan masih banyak lagi dan diyakini sebagai tanaman
6
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
8
2.3.2 Perkolasi
Metode perkolasi memberikan beberapa keunggulan dibandingkan
metode maserasi, antara lain adanya aliran cairan penyari
menyebabkan adanya pergantian larutan dan ruang di antara butir-butir
serbuk simplisia membentuk saluran kapiler tempat mengalir cairan
penyari. Kedua hal ini meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi
yang memungkinkan proses penyarian lebih sempurna.
Serbuk simplisia yang akan diperkolasi tidak langsung dimasukkan
ke dalam bejana perkolator, tetapi dibasahi dan dimaserasi terlebih
dahulu dengan cairan penyari. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan penyari memasuki seluruh
pori-pori dalam simplisia sehingga mempermudah penyarian
selanjutnya. Untuk menentukan akhir perkolasi, dapat dilakukan
pemeriksaan zat aktif secara kualitatif pada perkolat terakhir. Untuk
obat yang belum diketahui zat aktifnya, dapat dilakukan penentuan
dengan cara organoleptis seperti rasa, bau, warna dan bentuknya.
Secara umum proses perkolasi ini dilakukan pada temperatur
ruang. Sedangkan parameter berhentinya penambahan pelarut adalah
perkolat sudah tidak mengandung senyawa aktif lagi. Pengamatan
secara fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat pada tetesan perkolat
yang sudah tidak berwarna. Cara perkolasi lebih baik dibandingkan
dengan cara maserasi karena :
2.5 Destilasi
Destilasi merupakan metode pemisahan dan pemurnian dari cairan yang
mudah menguap yang penting. Prosesnya meliputi penguapan cairan
tersebut dengan cara memanaskan, dilanjutkan dengan kondensasi uapnya
menjadi cairan, disebut dengan destilat. Terdapat berbagai macam cara
destilasi, yaitu destilasi sederhana, destilasi fraksi, destilasi tekanan rendah,
destilasi uap air, dan microscale destilasi. Dalam prakteknya pemilihan
prosedur destilasi tergantung pada sifat cairan yang akan dimurnikan dan
sifat pengotor yang ada di dalamnya.
Destilasi adalah suatu teknik pemisahan suatu zat dari campurannya
berdasarkan titik didih. Destilasi ada dua macam, yaitu destilasi sederhana
dan destilasi bertingkat. Destilasi sederhana merupakan proses penguapan
yang diikuti pengembunan. Destilasi dilakukan untuk memisahkan suatu
cairan dari campurannya apabila komponen lain tidak ikut menguap (titik
didih komponen lain jauh lebih tinggi). Misalnya pengolahan air tawar dan
air laut. Sementara destilasi bertingkat merupakan proses destilasi berulang-
ulang yang terjadi pada kolom fraksionasi. Kolom fraksionasi terdiri atas
beberapa plat yang lebih tinggi lebih banyak mengandung cairan yang
15
mudah menguap, sedangkan cairan yang tidak mudah menguap lebih banyak
dalam kondensat. Contoh destilasi bertingkat adalah pemisahan campuran
alkohol-air, pemurnian minyak bumi dan lain-lain.
Destilasi adalah cara pemisahan zat cair dari campurannya berdasarkan
perbedaan titik didih atau berdasarkan kemapuan zat untuk menguap.
Dimana zat cair dipanaskan hingga titik didihnya, serta mengalirkan uap ke
dalam alat pendingin (kondensor) dan mengumpulkan hasil pengembunan
sebagai zat cair. Pada kondensor digunakan air yang mengalir sebagai
pendingin. Destilasi ini juga dapat dibedakan menjadi beberapa macam,
yaitu:
1. Destilasi konvensional (sederhana), proses destilasi berlangsung jika
campuran dipanaskan dan sebagian komponen volatil menguap naik dan
didinginkan sampai mengembun didinding kondensor. Pada destilasi
sederhana tidak terjadi fraksionasi pada saat kondensasi karena
komponen campuran tidak banyak. Destilasi sederhana sering digunakan
untuk tujuan pemurnian sampel dan bukan pemisahan kimia dalam arti
sebenarnya.(Haryani et al., 2016)
2. Destilasi fraksional atau destilasi bertingkat yaitu proses yang
komponen-komponennya secara bertingkat diuapkan dan diembunkan.
Penyulingan terfraksi berbeda dari distilasi biasa, karena ada kolom
fraksinasi di mana ada proses refluks. Refluk proses penyulingan
dilakukan untuk pemisahan campuran bioetanol dan air dapat terjadi
dengan baik. Fungsi kolom fraksinasi agar kontak antara cairan dengan
uap terjadi sedikit lebih lama. Sehingga komponen yang lebih ringan
dengan titik didih yang lebih rendah akan terus menguap ke
kondensor.(Haryani et al., 2016)
3. Destilasi vakum, merupakan destilasi yang dilakukan degan cara cairan
diuapkan pada tekanan rendah. Tujuan utamanya adalah menurunkan
titik didih cairan yang bersangkutan, dan volatilitas relatif meningkat
jika tekanan diturunkan. Alat destilasi ini merupakan alat yang tidak
sederhana karna memerlukan system tertutup.
16
membuat garam klorida, seperti natrium klorida. Asam klorida adalah asam
kuat karena ia berdisosiasi penuh dalam air. Asam monoprotik memiliki satu
tetapan disosiasi asam, Ka, yang mengindikasikan tingkat disosiasi zat
tersebut dalam air. Untuk asam kuat seperti HCl, nilai Ka cukup besar.
Beberapa usaha perhitungan teoritis telah dilakukan untuk menghitung nilai
Ka HCl. Ketika garam klorida seperti NaCl ditambahkan ke larutan HCl, ia
tidak akan mengubah pH larutan secara signifikan. Hal ini mengindikasikan
bahwa Cl− adalah konjugat basa yang sangat lemah dan HCl secara penuh
berdisosiasi dalam larutan tersebut. Untuk larutan asam klorida yang kuat,
asumsi bahwa molaritas H+ sama dengan molaritas HCl cukuplah baik,
dengan ketepatan mencapai empat digit angka bermakna.. Dari tujuh asam
mineral kuat dalam kimia, asam klorida merupakan asam monoprotik yang
paling sulit menjalani reaksi redoks. Ia juga merupakan asam kuat yang
paling tidak berbahaya untuk ditangani dibandingkan dengan asam kuat
lainnya. Walaupun asam, ia mengandung ion klorida yang tidak reaktif dan
tidak beracun. Asam klorida dalam konsentrasi menengah cukup stabil untuk
disimpan dan terus mempertahankan konsentrasinya. Oleh karena alasan
inilah, asam klorida merupakan reagen pengasam yang sangat baik.Asam
klorida merupakan asam pilihan dalam titrasi untuk menentukan jumlah
basa. Asam yang lebih kuat akan memberikan hasil yang lebih baik oleh
karena titik akhir yang jelas. Asam klorida azeotropik (kira-kira 20,2%)
dapat digunakan sebagai standar primer dalam analisis kuantitatif, walaupun
konsentrasinya bergantung pada tekanan atmosfernya ketika dibuat. Asam
klorida sering digunakan dalam analisis kimia untuk "mencerna" sampel-
sampel analisis. Asam klorida pekat melarutkan banyak jenis logam dan
menghasilkan logam klorida dan gas hidrogen. Ciri-ciri fisika asam klorida,
seperti titik didih, titik leleh, massa jenis, dan pH tergantung pada
konsentrasi atau molaritas HCl dalam larutan asam tersebut. Sifat-sifat ini
berkisar dari larutan dengan konsentrasi HCl mendekati 0% sampai dengan
asam klorida berasap 40% HCl (Trifosa, 2007)