Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu Negara penghasil minyak daun cengkeh
terbesar di dunia. Pada tahun 2000, ekspor Indonesia ke Amerika Serikat
mencapai 172.000 kg minyak daun cengkeh hasil produksi petani rakyat
masih sangat rendah sehingga nilai jualnya jauh lebih rendah dbandingkan
harga produk eugenol yang sesuai standard farmasi.
Minyak daun cengkeh mengandung eugenol, eugenol asetat, kariofilen dan
komponen-komponen lainnya. Peningkatan kandungan eugenol dapat
dilakukan dengan ekstrasi minyak daun cengkeh dengan menggunakan proses
pengasaman dengan larutan HCl (Tim Penyusun, 2016).
Menurut Balitbang Pertanian (2007) pasokan minyak daun cengkeh
Indonesia ke dalam pasar dunia cukup besar, yaitu lebih dari 60% kebutuhan
dunia. Namun demikian, harga pada minyak daun cengkeh yang ada di pasar
dunia relatif lebih rendah, sehingga nilai tambah yang diperoleh dari komoditi
tersebut juga cukup rendah. Kisaran harga minyak daun cengkeh di pasaran
dunia adalah US$ 4,75/kg, harga eugenol US$ 7,80/kg, harga dari isoeugenol
yakni US$ 10,80/kg dan harga vanilin berkisar sebesar US$ 11,40/kg.
Minyak daun cengkeh di Indonesia merupakan industri yang dikelola petani
cengkeh serta pelaku industri skala UMKM.
Dan oleh karena itu, mengingat peran yang sangat strategis daripada
eugenol serta senyawa turunannya dalam berbagai hal di industri yang dapat
membuat peluang pasar produk tersebut terbuka dengan lebar dan didukung
oleh ketersediaan bahan baku minyak cengkeh yang melimpah di Indonesia.
untuk itu pengolahan isolasi komponen eugenolnya serta sintesis berbagai
senyawa turunannya harus segera dilakukan. Berkembangnya agroindustri
pengolahan eugenol berikut senyawa turunannya, kedepan Indonesia juga
dapat menjadi pensuplei utama dalam mencapai kebutuhan dunia terhadap
pada eugenol serta senyawa-senyawa pada hasil turunannya (Crops, 2012)

1
.
3

1.2 Tujuan Percobaan


Mengukur jumlah eugenol terpungut dengan metode ekstraksi dan
distilasi.

1.3 Batasan Masalah


Mengukur jumlah eugenol terpungut dengan metode ekstraksi dan destilasi
pada minyak cengkeh sebanyak 50 ml dengan pelarut NaOH 1 N sebanyak
100 ml, HCl 100 ml dan n-heksana 50 ml.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Eugenol
Minyak cengkeh pada umumnya memiliki kandungan zat seperti eugenol
(hampir 90%), eugenil asetat (> 8%), Caryophyllene (sekitar 2%), dan sisanya
adalah zat-zat lain dengan kandungan rata-rata di bawah 0,5%. Eugenol
(C10H12O2) berbentuk minyak tidak berwarna dan memiliki warna bening
hingga kuning pucat, mudah larut dalam pelarut organik, berat molekul
164,20 gr/mol dan titik didih hingga 256°C. Eugenol diketahui memiliki
aktivitas antioksidan yang tinggi sehingga mampu menyingkirkan radikal
bebas dengan sangat baik, mencapai hampir 60%.
Kadar eugenol dari minyak cengkeh dipengaruhi oleh asal
minyaknya.Konsentrasi eugenol yang terkandung dalam minyak cengkeh
menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-2387-2006 minimal 78%.
Namun pada umumnya minyak cengkeh hasil destilasi hanya mengandung
kadar eugenol sekitar 70%. Kadar eugenol pada minyak cengkeh dapat
ditingkatkan melalui adsorpsi yakni proses difusi suatu komponen pada suatu
permukaan atau antar partikel. Terkandung dalam minyak cengkeh menurut
Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-2387-2006 minimal 78%. Namun pada
umumnya minyak cengkeh hasil destilasi hanya dapat mengandung suatu
kadar eugenol sekitar 70%.Adalah suatu Kadar eugenolyang pada minyak
cengkeh dapat juga ditingkatkan melalui adsorpsi yakni suatu proses difusi
suatu komponen pada suatu permukaan atau antar partikel yakni proses difusi
suatu komponen pada suatu permukaan atau antar partikel
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Silviana
(2007) penggunaan asam sitrat 0,6%-1,0% dapat meningkatkan kualitas dari
minyak cengkeh dengan Na2EDTA/kompleksometri. Selain itu penelitian lain
yang dilakukan oleh Perwitasari (2013) melalui proses adsorpsi pada kondisi
berat zeolit 25 gram selama 60 menit dapat meningkatkan kadar eugenol dari
58,69% menjadi 89,94%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lutfy (2013)
yang memaparkan dengan metode saponifikasi menggunakan NaOH dengan

3
5

konsentrasi 0,8 N pada suhu 220º dapat menaikan kadar kemurnian eugenol
menjadi 89,65% (Putri dkk, 2016).
Eugenol memiliki beberapa sifat farmakologi, termasuk antimikroba,
antijamur, insektisida dan antihelmintik. Banyak peneliti melaporkan bahwa
eugenol menunjukkan sifat relaksan pada pembuluh darah dan otot polos
saluran pencernaan. Eugenol dapat menyebabkan relaksasi otot polos pada
pembuluh darah melalui blokade voltage and ligand dependent ion channels.
Berkenaan dengan saluran pencernaan, penelitian menunjukkan bahwa
metileugenol memberikan efek relaksasi pada ileum yang terisolasi dan
menghambat kontraksi diinduksi oleh voltage-dependent dan receptor-
operated channels (Hafif, 2013).
Tabel 2.1 Sifat fisiko kimia eugenol
Spesifikasi
Karakteristik
Eugenol Umum* Eugenol Perdagangan**
Berat Jenis (25°/25°) 1,053-1,064 1.064-1.070
Indeks Bias (20°C) 1,5380-1.5420 1.540-1.5420
Kemurnian(GLC) - Eugenol, min 99% cair
Penampakan Warna - Bening−kuning muda
Aroma - Cengkeh
Kelarutan dalam etanol 70% - 1:2
Sumber : * EOA (1970) dan ** Indesso (2006)

2.2 Cengkeh
Cengkeh adalah suatu tangkai pada bunga kering beraroma dari keluarga
Myrtaceae, dapt juga disebut dalam bahasa Inggris disebut cloves. Tanaman
cengkeh diklasifikasikan ke dalam kerajaan Plantae, filum Magnoliophyta,
kelas Magnoliopsida, ordo Myrtales, familia Myrtaceae, genus Syzygium,
spesies S. aromaticum.
Tanaman cengkeh merupakan suatu tanaman rempah yang termasuk dalam
komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia. Dapat tumbuh
sampai setinggi 12 m dan masih banyak lagi dan diyakini sebagai tanaman
6

asli dari Asia Tenggara. Namun sekarang sudah banyak dibudidayakan di


seluruh dunia, Tanzania merupakan negara produsen utama cengkeh,
sementara negara lain yang juga menjadi produsen cengkeh meliputi
Madagaskar, Indonesia, Malaysia dan Sri Lanka. Dalam dunia industri
cengkeh banyak digunakan karena cengkeh memiliki aroma yang khas
berasal dari minyak atsiri yang terdapat dalam jumlah besar, baik dalam
bunga (10-20%), tangkai (5-10%), maupun daun (1-4%). Selain mengandung
minyak atsiri, komponen lain dalam bunga cengkeh juga termasuk glukosida
sterol (sitosterol, stigmasterol, dan campesterol), asam crategolic metil ester,
asam oleanolic, quercetin, eugeniin, kaempferol, rhamnetin, sekitar 6%
protein, 20% lemak, 61% karbohidrat, vitamin, dan lain-lain.
Produk lain yang dihasilkan dari tanaman cengkeh adalah minyak
cengkeh, tergantung dari bahan bakunya dibagi menjadi tiga macam minyak
cengkeh, yaitu minyak bunga cengkeh, minyak tangkai cengkeh, dan minyak
daun cengkeh. Mutu dari minyak cengkeh yang dihasilkan dipengaruhi oleh
asal tanaman, varietas, mutu bahan, penanganan bahan sebelum penyulingan,
metode penyulingan serta penanganan minyak yang dihasilkan. Sebelum
penyulingan, bunga dan tangkai cengkeh biasanya digiling kasar dulu untuk
memudahkan minyak ke luar dari dalam sel, sedangkan daun cengkeh tidak
membutuhkan pengecilan ukuran. Bahan tersebut disuling dengan cara uap
dan air atau cara uap langsung selama 8-24 jam, bunga dan tangkai cengkeh
membutuhkan waktu yang lebih lama karena mengandung kadar minyak yang
lebih tinggi dibandingkan daun cengkeh.
Minyak bunga cengkeh dianggap lebih berharga dan bermanfaat
dibandingkan minyak dari tangkai dan daun cengkeh. Minyak tunas cengkeh
mengandung 60-90% eugenol, 2-27% eugenol asetat, dan 5-12% b-
caryophyllene, dengan konstituen minor seperti metil salisilat, metil eugenol,
benzaldehida, metil amil keton, α-ylangene, dan chavicol. Sementara itu
eugenol yang terkandung pada minyak tangkai cengkeh sebesar 90-95% dan
pada minyak daun cengkeh sebesar 82-88%. Minyak cengkeh yang
7

mengandung eugenol memiliki sifat antimikroba seperti sebelumnya


disebutkan, dengan sifat antimikroba spektrum luas (melawan bakteri gram
positif maupun gram negatif). Baik minyak cengkeh ataupun eugenol sendiri
dapat digunakan untuk mengurangi gejala-gejala sakit gigi, menggunakan
sepotong kapas kecil yang diolesi minyak cengkeh kemudian diterapkan
langsung tanpa tekanan pada karies gigi. Selain itu, minyak cengkeh banyak
juga digunakan sebagai komponen utama dalam persiapan untuk penanganan
post-extraction alveolitis (Hafif, 2013).

2.2.2 Mengenal Tumbuhan Cengkeh

Tanaman cengkeh dikenal sebagai tanaman rempah yang


digunakan sebagai obat tradisional. Cengkeh termasuk salah satu
penghasil minyak atsiri yang biasa digunakan sebagai bahan baku
industri farmasi maupun industri makanan, sedangkan penggunaan yang
terbanyak sebagai bahan baku dalam pembuatan rokok.
a. Taksonomi Tumbuhan Cengkeh
Cengkeh merupakan salah satu tanaman perkebunan yang banyak
tumbuh di Indonesia. Kedudukan tanaman cengkeh dalam system
klasifikasi makhluk hidup adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotiledonae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzigium
Species : Syzigium aromaticum

2.3 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
8

kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi


dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel
dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan
tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal
perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran molekul
yang sama. Jenis atau macam – macam ekstraksi ( sesuai E-Book Natural
Products Isolation ) ada beberapa, yaitu sebagai berikut :
2.3.1 Maserasi
Maserasi berasal dari bahasa latin Macerace berarti mengairi dan
melunakkan. Keunggulan metode maserasi ini adalah maserasi
merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dan paling banyak
digunakan, peralatannya mudah ditemukan dan pengerjaannya
sederhana. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala
industri (Agoes, 2007). Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan
kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat
penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih
utuh. Setelah selesai waktu maserasi artinya keseimbangan antara
bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan masuk ke dalam
cairan, telah tercapai maka proses difusi segera berakhir. Selama
maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan berulang-
ulang. Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi
yang lebih cepat di dalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama
maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif. Secara
teoritis pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi
absolut. Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan
pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh. Selama
maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan berulang-
ulang. Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi
yang lebih cepat di dalam cairan.
9

Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang dilakukan


melalui perendaman serbuk bahan dalam larutan pengekstrak. Metode
ini digunakan untuk mengekstrak zat aktif yang mudah larut dalam
cairan pengekstrak, tidak mengembang dalam pengekstrak, serta
tidak mengandung benzoin.
Menurut Hargono dkk. (1986), ada beberapa variasi metode
maserasi, antara lain digesti, maserasi melalui pengadukan kontinyu,
remaserasi, maserasi melingkar, dan maserasi melingkar bertingkat.
Digesti merupakan maserasi menggunakan pemanasan lemah (40-
50°C). Maserasi pengadukan kontinyu merupakan maserasi yang
dilakukan pengadukan secara terus-menerus, misalnya menggunakan
shaker, sehingga dapat mengurangi waktu hingga menjadi 6-24 jam.
Remaserasi merupakan maserasi yang dilakukan beberapa kali.
Maserasi melingkar merupakan maserasi yang cairan pengekstrak
selalu bergerak dan menyebar. Maserasi melingkar bertingkat
merupakan maserasi yang bertujuan untuk mendapatkan pengekstrakan
yang sempurna. Lama maserasi memengaruhi kualitas ekstrak yang
akan diteliti.
Lama maserasi pada umumnya adalah 4-10 hari (Setyaningsih,
2006). Menurut Voight (1995), maserasi akan lebih efektif jika
dilakukan proses pengadukan secara berkala karena keadaan diam
selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif.
Melalui usaha ini diperoleh suatu keseimbangan konsentrasi bahan
ekstraktif yang lebih cepat masuk ke dalam cairan pengekstrak.
Kelemahan metode maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyarian
kurang sempurna. Secara tekhnologi dan juga termasuk ekstraksi
dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.
Maserasi kinetik berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut
setelah dilakukan penyarigan maserat pertama dan seterusnya
(Maserasi et al, 1994).
10

2.3.2 Perkolasi
Metode perkolasi memberikan beberapa keunggulan dibandingkan
metode maserasi, antara lain adanya aliran cairan penyari
menyebabkan adanya pergantian larutan dan ruang di antara butir-butir
serbuk simplisia membentuk saluran kapiler tempat mengalir cairan
penyari. Kedua hal ini meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi
yang memungkinkan proses penyarian lebih sempurna.
Serbuk simplisia yang akan diperkolasi tidak langsung dimasukkan
ke dalam bejana perkolator, tetapi dibasahi dan dimaserasi terlebih
dahulu dengan cairan penyari. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan penyari memasuki seluruh
pori-pori dalam simplisia sehingga mempermudah penyarian
selanjutnya. Untuk menentukan akhir perkolasi, dapat dilakukan
pemeriksaan zat aktif secara kualitatif pada perkolat terakhir. Untuk
obat yang belum diketahui zat aktifnya, dapat dilakukan penentuan
dengan cara organoleptis seperti rasa, bau, warna dan bentuknya.
Secara umum proses perkolasi ini dilakukan pada temperatur
ruang. Sedangkan parameter berhentinya penambahan pelarut adalah
perkolat sudah tidak mengandung senyawa aktif lagi. Pengamatan
secara fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat pada tetesan perkolat
yang sudah tidak berwarna. Cara perkolasi lebih baik dibandingkan
dengan cara maserasi karena :

a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang


terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga
meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.

b. Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran


tempat mengalir cairan penyari.karena kecilnya saluran kapiler
tersebut,maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan
batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
11

Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak


dalam kadar yang maksimal. Selama cairan penyari melakukan
penyarian serbuk simplisia , maka terjadialiran melalui lapisan serbuk
dari atas sampai ke bawah disertai pelarutan zat aktifnya. Proses
penyaringan tersebut aakan menghasilkan perkolat yang pekat pada
tetesan pertama dan terakhir akan diperoleh perkolat yang encer.
Untuk memperbaiki cara perkolasi tersebut dialkukan cara perkolasi
bertingkat. Serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna sebelum
dibuang, disari dengan cairan penyari yang baru. Hal ini diharapkan
agar serbuk simplisia tersebut dapat tersari sempurna. Sebaliknya
serbuk simplisia yang baru disari dengan perkolat yang hampir jenuh,
dengan demikian akan diperoleh perkolat akhir yang jernih. Perkolat
dipisahkan dan dipekatkan. Cara ini cocok bila digunakan untuk
perusahaan obat tradisional, termasuk perusahaan yang memproduksi
sediaan galenik. Agar dioperoleh cara yang tepat, perlu dilakukan
percobaan pendahuluan. Dengan percobaan tersebut dapat ditetapkan
Jumlah percolator yang diperlukan, bobot serbuk simplisia untuk tiap
kali perkolasi, jenis cairan penyari, jumlah cairan penyari untuk tiap
kali perkolasi, besarnya tetesan dan lain-lain.
Kelemahan dari metode perkolasi ini adalah kontak antara sampel
padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks,
dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak
melarutkan komponen secara efisien ( Maserasi et al, 1994).
2.3.3 Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya dilarutkan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Biomasa ditempatkan dalam wadah soklet
yang dibuat dengan kertas saring, melalui alat ini pelarut akan terus
direfluks. Alat soklet akan mengosongkan isinya ke dalam labu dasar
bulat setelah pelarut mencapai kadar tertentu. Setelah pelarut segar
12

melewati alat ini melalui pendingin refluks, ekstraksi berlangsung


sangat efisien dan senyawa dari bioasa secara efektif ditarik ke dalam
pelarut karena konsentrasi awalnya rendah dalam pelarut. Prinsipnya
adalah penyarian yang dilakukan berulang - ulang sehingga penyarian
lebih sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila
penyarian telah selesai maka pelarutnya dapat diuapkan kembali dan
sisanya berupa ekstrak yang mengandung komponen kimia tertentu.
Penyarian dihentikan bila pelarut yang turun melewati pipa kapiler
tidak berwarna dan dapat diperiksa dengan pereaksi yang cocok.
Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni
sejenis ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara
berulang-ulang dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan, dengan
menggunakan alat soklet. Minyak nabati merupakan suatu senyawa
trigliserida dengan rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh. Minyak
nabati umumnya larut baik dalam pelarut organik, seperti benzen dan
heksan. Untuk mendapatkan minyak nabati dari bagian tumbuhan
dapat dilakukan metode sokletasi dengan menggunakan pelarut yang
sesuai.
Proses sokletasi digunakan untuk ekstraksi lanjutan dari suatu
senyawa dari material atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat
yang digunakan adalah labu didih, ekstraktor dan kondensor. Sampel
dalam sokletasi perlu dikeringkan sebelum disokletasi. Tujuan
dilakukannya pengeringan adalah untuk mengilangkan kandungan air
yang terdapat dalam sample sedangkan dihaluskan adalah untuk
mempermudah senyawa terlarut dalam pelarut. Didalam sokletasi
digunakan pelarut yang mudah menguap. Pelarut itu bergantung pada
tingkatannya, polar atau non polar. (Maserasi et al, 1994).
2.3.4 Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
13

pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga


dapat termasuk proses ekstraksi sempurna. Dilakukan dengan
menggunakan alat destilasi, dengan merendam simplisia dengan
pelarut / solven dan memanaskannya hingga suhu tertentu. Pelarut
yang menguap sebagian akan mengembung kembali kemudian masuk
ke dalam campuran simplisia kembali, dan sebagian ada yang
menguap.(Maserasi et al, 1994).

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Ekstraksi


2.4.1 Ukuran Bahan
Pengecilan ukuran bertujuan untuk memperluas permukaan
bahansehingga mempercepat penetrasi pelarut ke dalam bahan yang
akan diekstrak dan mempercepat waktu ekstraksi. Sebenarnya semakin
kecil ukuran bahan semakin luas pula permukaan bahan sehingga
semakin banyak oleoresinyang dapat diekstrak. Tetapi ukuran bahan
yang terlalu kecil juga menyebabkan banyak minyak volatile yang
menguap selama penghancuran.
2.4.2 Suhu Ekstraksi
Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi
padaekstraksi oleoresin hal ini dapat meningkatkan beberapa
komponen yang terdapatdalam rempah akan mengalami kerusakan
2.4.3 Pelarut
Jenis pelarut yang digunakan merupakan faktor penting dalam
ekstraksioleoresin. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : daya
melarutkan oleoresin, titik didih, toksisitas (daya atau sifat racun),
mudah tidaknya terbakar dan sifatkorosif.
Dalam pemilihan beberapa pelarut yang harus kita lakukan untuk
memperhatikan beberapa faktor diantaranya adalah pemilihan
beberapa pelarut yang pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor.
Berikut adalah faktor-faktor untuk pemilihan beberapa pelarut:
14

1. Selektifitas pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang


diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan
ekstraksi.
2. Kelarutan pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan
melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).
3. Kemampuan untuk tidak saling bercampur. Pada ekstraksi cair-
cair, pelarut tidak boleh hanya larut dalam bahan ekstraksi.
4. Kerapatan terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin
terdapat perbedaan kerapatan antara pelarut dan bahan ekstraksi.
5. Reaktifitas pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan
perubahan secara kimia pada komponen-komponen bahan
ekstraksi.
6. Titik didihm, karena ekstrak dan pelarut biasanya harus
dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau rektifikasi,
maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat.

2.5 Destilasi
Destilasi merupakan metode pemisahan dan pemurnian dari cairan yang
mudah menguap yang penting. Prosesnya meliputi penguapan cairan
tersebut dengan cara memanaskan, dilanjutkan dengan kondensasi uapnya
menjadi cairan, disebut dengan destilat. Terdapat berbagai macam cara
destilasi, yaitu destilasi sederhana, destilasi fraksi, destilasi tekanan rendah,
destilasi uap air, dan microscale destilasi. Dalam prakteknya pemilihan
prosedur destilasi tergantung pada sifat cairan yang akan dimurnikan dan
sifat pengotor yang ada di dalamnya.
Destilasi adalah suatu teknik pemisahan suatu zat dari campurannya
berdasarkan titik didih. Destilasi ada dua macam, yaitu destilasi sederhana
dan destilasi bertingkat. Destilasi sederhana merupakan proses penguapan
yang diikuti pengembunan. Destilasi dilakukan untuk memisahkan suatu
cairan dari campurannya apabila komponen lain tidak ikut menguap (titik
didih komponen lain jauh lebih tinggi). Misalnya pengolahan air tawar dan
air laut. Sementara destilasi bertingkat merupakan proses destilasi berulang-
ulang yang terjadi pada kolom fraksionasi. Kolom fraksionasi terdiri atas
beberapa plat yang lebih tinggi lebih banyak mengandung cairan yang
15

mudah menguap, sedangkan cairan yang tidak mudah menguap lebih banyak
dalam kondensat. Contoh destilasi bertingkat adalah pemisahan campuran
alkohol-air, pemurnian minyak bumi dan lain-lain.
Destilasi adalah cara pemisahan zat cair dari campurannya berdasarkan
perbedaan titik didih atau berdasarkan kemapuan zat untuk menguap.
Dimana zat cair dipanaskan hingga titik didihnya, serta mengalirkan uap ke
dalam alat pendingin (kondensor) dan mengumpulkan hasil pengembunan
sebagai zat cair. Pada kondensor digunakan air yang mengalir sebagai
pendingin. Destilasi ini juga dapat dibedakan menjadi beberapa macam,
yaitu:
1. Destilasi konvensional (sederhana), proses destilasi berlangsung jika
campuran dipanaskan dan sebagian komponen volatil menguap naik dan
didinginkan sampai mengembun didinding kondensor. Pada destilasi
sederhana tidak terjadi fraksionasi pada saat kondensasi karena
komponen campuran tidak banyak. Destilasi sederhana sering digunakan
untuk tujuan pemurnian sampel dan bukan pemisahan kimia dalam arti
sebenarnya.(Haryani et al., 2016)
2. Destilasi fraksional atau destilasi bertingkat yaitu proses yang
komponen-komponennya secara bertingkat diuapkan dan diembunkan.
Penyulingan terfraksi berbeda dari distilasi biasa, karena ada kolom
fraksinasi di mana ada proses refluks. Refluk proses penyulingan
dilakukan untuk pemisahan campuran bioetanol dan air dapat terjadi
dengan baik. Fungsi kolom fraksinasi agar kontak antara cairan dengan
uap terjadi sedikit lebih lama. Sehingga komponen yang lebih ringan
dengan titik didih yang lebih rendah akan terus menguap ke
kondensor.(Haryani et al., 2016)
3. Destilasi vakum, merupakan destilasi yang dilakukan degan cara cairan
diuapkan pada tekanan rendah. Tujuan utamanya adalah menurunkan
titik didih cairan yang bersangkutan, dan volatilitas relatif meningkat
jika tekanan diturunkan. Alat destilasi ini merupakan alat yang tidak
sederhana karna memerlukan system tertutup.
16

4. Destilasi Uap, destilasi uap dilakukan untuk memisahkan komponen


campuran pada temperatur lebih rendah dari titik didih normalnya.
Dengan cara ini pemisahan dapat brlangsung tanpa merusak
komponen-komponen yangakan dipisahkan. Ada dua cara melakukan
destilasi uap. Yang pertama dengan menghembuskan uap secara
kontinu diatas campuran yang sedang diuapkan. Cara kedua dengan
cara memdidihkan senyawa yang dipisahkan bersamaan dengan
pelarutnya

2.6 Natrium Hidroksida (NaOH)


NaOH juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida
merupakan jenis basa logam kaustik. NaOH terbentuk dari oksida basa
natrium, oksida yang dilarutkan dalam air. NaOH membentuk larutan alkali
kuat ketika dilarutkan di dalam air. NaOH digunakan dalam berbagai macam
bidang industri. Kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses industri
bubur kayu, kertas, tekstil, air minum, sabun, dan deterjen. Selain itu NaOH
juga merupakan basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium
kimia.
NaOH murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet,
serpihan, butiran, dan larutan jenuh 50%. NaOH bersifat lembab cair dan
secara spontan menyerap CO2 dari udara bebas. NaOH juga sangat larut
dalam air dan akan melepaskan kalor ketika dilarutkan dalam air. Larutan
NaOH ini dapat juga meninggalkan noda yang berwarna kuning pada kain
dan juga pada kertas (Andihika et.al, 2014).
Natrium hidroksida digunakan dalam banyak industri. Salah satunya
adalah digunakan dalam pembuangan gas dengan cara menghilangkan asam
sebelum membuang gas tersebut ke udara atau lingkungan terbuka. Misalnya
gas yang dikeluarkan dari pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung
banyak gas belerang dioksida. Untuk menjebak gas sulfur dioksida, salah
satu yang digunakan secara luas adalah menghilangkan gas tersebut dengan
larutan natrium dan kalsium hidroksida.
17

Penggunaan utama lain dari natrium hidroksida adalah dalam


pembuatan kertas dari kayu. Dalam proses kertas yang paling sering
digunakan adalah proses Kraft, kayu diperlakukan dengan larutan yang
mengandung campuran antara natrium sulfida dan natrium hidroksida.
Sebagian besar bahan yang tidak diinginkan dari kayu seperti lignin, larut
dalam campuran larutan tersebut, sedangkan selulosa bahan utama kertas
yang relatif murni dapat disaring. Dan selulosa setelah pemurnian ini lebih
lanjut menjadi dasar kertas.
Kegunaan lain termasuk produksi surfaktan, sabun dan pemutih, untuk
pemutih biasanya diproduksi dengan melewatkan gas klorin ke dalam
larutan natrium hidroksida, yang menghasilkan larutan yang mengandung
natrium klorat (I) (natrium hipoklorit).
Natrium hidroksida digunakan dalam pembuatan bahan kimia organik,
salah satu yang paling penting adalah epoxypropana (propilena oksida),
yang digunakan selanjutnya untuk membuat poliuretan. Propena
diperlakukan dengan klorin dalam air untuk membuat campuran 1-
chloropropan-2-ol dan 2-chloropropan-1-ol. Bentuk Epoxypropane terbentuk
pada penambahan larutan baik natrium hidroksida atau kalsium hidroksida.
(Indah, 2016).

2.7 Asam Klorida (HCl)


Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia
adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung.
Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus
ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan
yang sangat korosif. Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang
berarti bahwa ia dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam
larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion
hidronium, H3O + HCl + H2O → H3O+ + Cl− Ion lain yang terbentuk adalah
ion klorida, Cl−. Asam klorida oleh karenanya dapat digunakan untuk
18

membuat garam klorida, seperti natrium klorida. Asam klorida adalah asam
kuat karena ia berdisosiasi penuh dalam air. Asam monoprotik memiliki satu
tetapan disosiasi asam, Ka, yang mengindikasikan tingkat disosiasi zat
tersebut dalam air. Untuk asam kuat seperti HCl, nilai Ka cukup besar.
Beberapa usaha perhitungan teoritis telah dilakukan untuk menghitung nilai
Ka HCl. Ketika garam klorida seperti NaCl ditambahkan ke larutan HCl, ia
tidak akan mengubah pH larutan secara signifikan. Hal ini mengindikasikan
bahwa Cl− adalah konjugat basa yang sangat lemah dan HCl secara penuh
berdisosiasi dalam larutan tersebut. Untuk larutan asam klorida yang kuat,
asumsi bahwa molaritas H+ sama dengan molaritas HCl cukuplah baik,
dengan ketepatan mencapai empat digit angka bermakna.. Dari tujuh asam
mineral kuat dalam kimia, asam klorida merupakan asam monoprotik yang
paling sulit menjalani reaksi redoks. Ia juga merupakan asam kuat yang
paling tidak berbahaya untuk ditangani dibandingkan dengan asam kuat
lainnya. Walaupun asam, ia mengandung ion klorida yang tidak reaktif dan
tidak beracun. Asam klorida dalam konsentrasi menengah cukup stabil untuk
disimpan dan terus mempertahankan konsentrasinya. Oleh karena alasan
inilah, asam klorida merupakan reagen pengasam yang sangat baik.Asam
klorida merupakan asam pilihan dalam titrasi untuk menentukan jumlah
basa. Asam yang lebih kuat akan memberikan hasil yang lebih baik oleh
karena titik akhir yang jelas. Asam klorida azeotropik (kira-kira 20,2%)
dapat digunakan sebagai standar primer dalam analisis kuantitatif, walaupun
konsentrasinya bergantung pada tekanan atmosfernya ketika dibuat. Asam
klorida sering digunakan dalam analisis kimia untuk "mencerna" sampel-
sampel analisis. Asam klorida pekat melarutkan banyak jenis logam dan
menghasilkan logam klorida dan gas hidrogen. Ciri-ciri fisika asam klorida,
seperti titik didih, titik leleh, massa jenis, dan pH tergantung pada
konsentrasi atau molaritas HCl dalam larutan asam tersebut. Sifat-sifat ini
berkisar dari larutan dengan konsentrasi HCl mendekati 0% sampai dengan
asam klorida berasap 40% HCl (Trifosa, 2007)

Anda mungkin juga menyukai