Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. B


DENGAN TB PARU (TUBERCOLOSIS)

Disusun oleh :
NAMA : Ani’matul uluhiyah
NPM : 0520023512

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN PADA Tn. B
DENGAN TB (TUBERCOLOSIS)
DIRUANG IGD RSUD BENDAN PEKALONGAN

Telah disahkan
Pada tanggal :

Mengetahui :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(...............................................) (...............................................)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tuberkulosis Paru (Tb Paru) masih menjadi masalah kesehatan yang cukup besar
di dunia. Prevalensi kasus tuberkulosis paru ini seperti yang telah dicatat oleh WHO
mencapai 14 juta, dengan insidensi mencapai 9,4 juta orang. Saat ini yang menjadi
masalah besar adalah pasien dengan tuberkulosis paru dapat mendapat koinfeksi dengan
HIV dan telah banyak berkembang TB menjadi resisten terhadap pengobatan yang
diberikan yang disebut dengan tuberkulosis paru multidrug-resistant.
Tuberkulosis paru masih menjadi penyebab utama kematian yang berkaitan
dengan infeksi tunggal. Disebutkan 95 % tuberkolusis terjadi di negara sedang
berkembang dengan kondisi ekonomi yang lemah, dan 5 % sisanya terjadi di negara
industri. Lebih dari 80 % tuberkolusis di negara sedang berkembang menyerang populasi
usia produktif, sementara di negara maju mencapai 20 %.
Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus tuberkulosis
paru setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus barutuberkulosis
paru dan sekitar 140.000 kematian akibat tuberkulosis paru. Di Indonesia tuberkulosis
adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular lainnya dan merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut
pada seluruh kalangan usia.
Berdasarkan data riset kesehatan dasar tahun 2013 prevalensi tubrkulosis paru di
indonesia pada tahun 2013 ialah sebanyak 0,4% dengan Lima provinsi dengan prevalensi
tuberkulosis paru tertinggi diantaranya adalah jawa barat (0,7%), papua (0,6%), DKI
jakarta (0,6%), Gorontalo (0,5%), Banten (0,4%), dan papua barat (0,4%) (Kemenkes RI,
2013).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui tentang gambaran asuhan keperawatan dengan TB Paru dan mampu
mengaplikasikannya pada penderita TB paru
2. Tujuan khusus
a. Melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien TB Paru
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien TB Paru
c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien TB Paru
d. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada pasien TB Paru
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Penyakit TBC ( Tuberkulosis ) adalah sebuah penyakit infeksi yang terjadi pada
saluran pernafasan manusia yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri penyebab penyakit
TBC ini merupakan jenis bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu
yang cukup lama untuk mengobati penyakit TBC ini. Secara umum, bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ pernapasan paru-paru (90%) dibandingkan dengan bagian lain
pada tubuh manusia.
Tuberkulosis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh
mycobacterium, yang berkembang biak di dalam bagian tubuh dimana terdapat
banyak aliran darah dan oksigen. Infeksi bakteri ini biasanya menyebar melewati
pembuluh darah dan kelenjar getah bening, tetapi secara utama menyerang paru -paru.
Bakteri TB membunuh jaringan dari organ yang terinfeksi dan membuatnya sebagai
kondisi yang mengancam nyawa jika tidak dilakukan terapi.

Berikut ini adalah dua tipe atau tingkatan dari TB :

 TB Laten – Merupakan bentuk non-aktif penyakit ini karena sistem kekebalan


tubuh dapat melawan bakteri TB. Orang dengan TB Laten tidak akan mengalami
keluhan selama penyakit tersebut tidak menjadi aktif. TB Laten ini tidak menular.
 TB Aktif – TB Aktif terjadi ketika bakteri mulai memenangkan perlawanan
terhadap sistem pertahanan tubuh dan mulai menyebabkan gejala. Saat bakteri
menginfeksi paru-paru, TB aktif dapat menyebar dengan mudah ke orang lain.

TB juga dapat digolongkan berdasar letak lokasi infeksi :

 TB Paru – Ini merupakan saat dimana bakteri ditemukan di paru-paru. Hal ini
berarti bahwa terdapat bahaya untuk menularkan penyakit kepada orang lain
setiap orang yang terinfeksi tersebut menghembuskan napas, batuk, dan tertawa.
 TB Ekstra Paru – Jika bakteri tumbuh hanya di bagian lain dari tubuh dan bukan
di paru-paru, maka penyakit ini tidak akan menyebar semudah pada kasus paru-
paru.
B. Penyebab
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri yang bernama Mycobacterium
tuberculosis. Sama seperti penyakit flu, bakteri ini dapat menular melalui udara
(droplet). Ketika penderita TB batuk, bahkan berbicara, bisa saja bakteri yang
menyebabkan TB menyebar melalui udara. Namun, tidak semudah itu terkena
penyakit TB ini. Biasanya, yang berisiko tertular adalah mereka yang sangat dekat
dan terus menerus kontak langsung dengan penderita TB.

Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri tumbuh-lambat yang disebut


Mycobacterium tuberculosis, yang menyerang orang dengan faktor resiko
penyulit seperti :

 Pasien dengan kelainan yang melemahkan sistem kekebalan

 Orang yang memiliki kontak dekat dengan penderita TB aktif

 Orang yang hidup atau bekerja di daerah padat penduduk

 Mereka yang memiliki sedikit akses hingga tidak mempunyai akses sama

sekali terhadap pelayanan kesehatan yang memadai

 Pengguna obat-obatan terlarang dan alkohol

 Orang yang bepergian ke daerah dimana kasus TB mewabah

C. Manifestasi klinik
Diagnosa TB berdasarkan gejala/manifestasi klinis dibagi menjadi 3, diantaranya:
1. Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur
darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b.Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis
atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk
darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c.Sesak nafas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada
hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

2. Gejala sistemik meliputi:


a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam
hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain :
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan
serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan
tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga
timbul menyerupai gejala pneumonia.

3. Gejala Tuberkulosis ekstra Paru


Tergantung pada organ yang terkena, misalnya : limfedanitis tuberkulosa. Meningitsis
tuberkulosa, dan pleuritis tuberkulosa.

D. PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi
droflet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas
selama 1 – 2 jam, tergantung ada atau tidaknya sinar ultra violet. dan ventilasi yang
baik dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan
sampai berhari – hari bahkan berbulan, bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang
yang sehat akan menempel pada alveoli kemudian partikel ini akan berkembang bisa
sampai puncak apeks paru sebelah kanan atau kiri dan dapat pula keduanya dengan
melewati pembuluh linfe, basil berpindah kebagian paru – paru yang lain atau jaringan
tubuhyanglain.
Setelah itu infeksi akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang
adalah limfokinase, yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage,
berkurang tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrofage. Karena
fungsinya adalah membunuh kuman / basil apabila proses ini berhasil & macrofage
lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan tubuhnya akan meningkat.
Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan bersarang didalam
jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel (biji – biji kecil sebesar kepala jarum).
Tuberkel lama kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-
lama timbul perkejuan ditempat tersebut.apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan
saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk
darah(hemaptoe).

E. Pathway
F. Pemeriksaan penunjang

1. Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.


2. Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) positif untuk basil asam cepat.
3. Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi 10 mm)
terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen menunjukan infeksi masa
lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif.
Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak
dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.
4. Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
5. Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas, simpanan
kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan menunjukan lebih luas
TB dapat masuk rongga area fibrosa.
6. Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien dan cairan
serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium tubrerkulosis.
7. Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel raksasa
menunjukan nekrosis.
8. Elektrosit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi ; ex
;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas. GDA
dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
9. Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang
mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan penurunan
saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis, kehilangan
jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).

G. Komplikasi

Corwin (2009. Hal 547) mengatakan Komplikasi yang serius dan meluas
Tuberkulosis Paru saat ini adalah berkembangnya basil tuberculosis yang resisten
terhadap berbagai kombinasi obat. Resistensi terjadi jika individu tidak
menyelesaikan program pengobatannya hingga tuntas, dan mutasi basil
mengakibatkan basil tidak lagi responsive terhadap antibiotic yang digunakan dalam
waktu jangka pendek. Basil tuberculosis bermutasi dengan cepat dan sering.
Tuberculosis yang resisten terhadap obat obatan juga dapat terjadi jika individu tidak
dapat menghasilkan respons imun yang efektif sebagai contoh, yang terlihat pada
pasien AIDS atau gizi buruk. Pada kasus ini, terapi antibiotik hanya efektif sebagian.
Tenaga kesehatan atau pekerja lain yang terpajan dengan galur basil ini, juga dapat
menderita tuberculosis resistens multi obat, yang dalam beberapa tahun dapat
mengakibatkan morbiditas dan sering bahkan kematian. Mereka yang mengidap
tubrkulosis resisten multiobat memerlukan terapi yang lebih toksit dan mahal dengan
kecendrungan mengalami kegagalan.

H. Penatalaksanaan medis

Menurut Ardiansyah (2012. Hal: 309) Penatalaksanaan dari TB dibagi menjadi 3


bagian, yaitu pencegahan, pengobatan dan penemuan penderita :
a. Pencegahan Tuberkulosis paru.
 Pencegahan tuberkulosis paru dilakukan dengan pemeriksaan terhadap
individu yang bergaul erat dengan penderita tuberkulosis paru BTA positif.
 mass chest X-ray. Yaitu Pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok
tertentu misalnya: Karyawan rumah sakit/puskesmas/balai pengobatan,
penghuni rumah tahanan, siswa-siswai pesantren.
 Vaksinasi BCG (bacille Calmette -Guerin); reaksi positif terjadi jika setelah
mendapat vaksinasi BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam
waktu kurang dari tujuh hari.
 Kemoprofilaksis yaitu dengan menggunakan INH 5mg/kgBB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang
masih sedikit
 Komunikasi, informasi dan edukasi tentang penyakit tuberkulosis paru kepada
masyarakat di tingkat Puskesmas maupun rumah sakit oleh petugas
pemerintah atau petugas lembaga swadaya masyarakat.
b. Pengobatan Tuberkulosis Paru
Tujuan Pengobatan pada penderita tuberkulosis paru, selain untuk mengobati,
juga untuk mencegah kematian, kekambuhan, reistensi kuman terhadap Obat Anti
Tuberkulosis serta memutuskan rantai penularan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
1. Primary Survei
a. Airway : - Lidah jatuh kebelakang
- Benda asing / darah pada rongga mulut
- Adanya sekret
b. Breathing : - Pasien sesak nafas dan cepat letih
- Dispnea
c. Circulation : -TD meningkat
- Nadi kuat
- Nafas pendek
d. Disability : Pemeriksaan neurologis GCS
2. Scondary Survei (Head to too)
Kepala : Bentuk mesochepal, rambut lurus pendek,rambut bersih,tidak ada lesi
Mata : Bentuk Simetris,Konjungtiva anemis tidak ada nyeri tekan
Hidung : Bentuk simetris,tidak ada serumen berlebih
Mulut : Mukosa kering,tidak ada lesi
Leher : Tidak ada pembengkakan tyroid
Integumen : Warna kulit sawo matang,tidak ada lesi
Ekstremitas : Akral dingin,tidak ada edema,terpasang infus pada tangan kiri
Genetalia : Tidak Terpasang DC

B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi mukus yang
kental,
2. Risiko tinggi gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan
jaringan efektif paru.
3. Kecemasan berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan
(ketidakmampuan untuk bernapas) dan prognosis penyakit yang belum jelas.
C. Intervensi dan rasional

Diagnosa Intervensi Rasional


Keperawatan
Bersihan jalan napas tidak1. 1. Kaji fungsi pernapasan 1. 1. Penurunan bunyi
efektif berhubungan (bunyi napas, kecepatan, napas menunjukkan
dengan secret kental irama, kedalama dan atelektasis, ronkhi
penggunaan otot bantu menunjukkan akumulasi
napas). secret dan tidak
efektifnya pengeluaran
sekresi.
2.
2. Kaji kemampuan 2. Pengeluaran dahak
mengeluarkan sekresi, akan sulit bila secret
catat karakter, volume sangat kental (efek
sputum dan adanya infeksi dan hidrasi yang
hemoptisis. tidak memadai).

3. 3. Berikan posisi 3. 3. Posisi fowler


fowler/semifowler tinggi memaksimalkan
(yakni posisi tidur dengan ekspansi paru dan
punggung bersandar di menurunkan upaya
bantal atau seperti tidur napas.
duduk) dan bantu pasien
untuk bernapas dalam dan
batuk efektif.

4. 4. Bersihkan secret dari 4. Hidrasi yang


mulut dan trakea, bila memadai dapat
perlu dilakukan membantu
pengisapan (suction). mengencerkan secret
dan mengefektifkan
pembersihan jalan
napas.

5. 5. Kolaborasi pemberian5. 5. Pengobatan


obat sesuai indikasi OAT tuberculosis terbagi
(Obat Anti Tuberkulosis). menjadi dua fase, yaitu
fase intesif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan (4-7
bulan). Paduan obat
yang digunakan terdiri
atas obat utama dan obat
tambahan.
Risiko tinggi gangguan 1.1. Kaji dispnea, takipnea,1.1. Tuberkulosis paru
pertukaran gas yang bunyi napas, peningkatan mengakibatkan efek
berhubungan dengan upaya pernapasan, luas pada paru dari
penurunan jaringan efektif ekspansi toraks dan bagian kecil bronkho
paru. kelemahan. pneumonia sampai
inflamasi difus yang
luas, nekrosis, efusi
pleura, dan fibrosis yang
juga luas

2. 2. Evaluasi perubahan 2. Akumulasi secret dan


tingkat kesadaran, catat berkurangnya
sianosis dan perubahan jaringan paru yang
warna kulit, termasuk sehat dapat
membrane mukosa dan mengganggu
kuku. oksigenasi organ
vital dan jaringan
tubuh.
3.
3.3. Tingkatkan tirah baring, 3. Menurunkan
batasi aktivitas dan bantu konsumsi oksigen
kebutuhan perawatan diri selama periode
sehari-hari sesuai keadaan penurunan
pasien. pernapasan.

444. Kolaborasi pemeriksaan 4. Penurunan kadar O2


AGD. (PO2) atau saturasi
dan peningkatan
PCO2 menunjukkan
kebutuhan untuk
intervensi atau
perubahan program
terapi.
5. Terapi oksigen dapat
655. Pemberian oksigen mengoreksi
sesuai kebutuhan hipoksemia yang
tambahan. terjadi akibat
penurunan ventilasi
atau menurunnya
permukaan alveolar
paru.

7.

Kecemasan berhubungan 1. Bantu dalam 1. 1. Pemanfaatkan


dengan adanya ancaman mengidentifikasi sumber sumber koping yang ada
kematian yan dibayangkan koping yang ada. secara konstruktif,
(ketidakmampuan untuk sangat bermanfaat
bernapas) dan prognosis dalam mengatasi stress.
penyakit yang belum jelas.
2. Mengurangi
2. 2. Ajarkan teknik relaksasi.
ketegangan otot dan
kecemasan.

3. Hubungan saling
3. Pertahankan hubungan
percaya membantu
saling percaya antara
memperlancarkan proses
perawat dan pasien.
tarapeutik.

4. 4. Kaji factor yang 4. 4. Tindakan secara tepat

menyebabkan diperlukan dalam

timbulnya rasa cemas. mengatasi masalah yang


dihadapi pasien dan
. membangun
kepercayaan dalam
mengurangi kecemasan.
5. Bantu pasien
mengenali dan mengakui 5. 5. Rasa cemas
rasa cemasnya. merupakan efek emosi,
sehingga apabila sudah
teridentifikasi dengan
baik, perasaan yang
mengganggu dapat
diketahui.

Anda mungkin juga menyukai