Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Anak adalah buah hati yang sangat berharga bagi setiap keluarga, sebagai pewaris dan
penerus kedua orang tuanya. Sedangkan, seorang ibu adalah sosok yang penuh kasih sayang,
apapun dikorbankan demi anaknya. Oleh karena itu, seorang anak harus mendapatkan
perlindungan baik saat masih dalam kandungan maupun setelah dilahirkan. Namun, sekarang
ini berita-berita tentang ditemukannya bayi yang baru lahir dalam keadaan meninggal karena
dibunuh oleh ibunya, seringkali dijumpai di media massa.1
Kasus pembunuhan terhadap bayi yang baru lahir telah dikenal sejak dahulu dan
terjadi dimana saja. Pembunuhan anak sendiri adalah suatu bentuk kejahatan terhadap nyawa
dimana kejahatan ini bersifat unik. Keunikan tersebut dikarenakan pelaku pembunuhan
haruslah ibu kandungnya sendiri dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan
tersebut adalah karena ibu kandungnya takut ketahuan bahwa dia telah melahirkan anak,
salah satunya karena anak tersebut adalah hasil hubungan gelap. Selain itu, keunikan lainnya
adalah saat dilakukannya tindakan menghilangkan nyawa anaknya, yaitu saat anak dilahirkan
atau tidak lama kemudian. Patokannya dapat dilihat apakah sudah atau belum ada tanda-tanda
perawatan, dibersihkan, dipotong tali pusat, atau diberikan pakaian.2
Saat dilakukannya kejahatan tersebut, dikaitkan dengan keadaan mental emosional
dari ibu, seperti rasa malu, takut, benci, serta rasa nyeri bercampur aduk menjadi satu,
sehingga perbuatannya dianggap dilakukan tidak dalam keadaan mental yang tenang, sadar,
serta dengan perhitungan yang matang.2
Untuk dapat menuntut seorang ibu telah melakukan tindak pidana pembunuhan anak
sendiri, haruslah terbukti bahwa bayi tersebut hidup pada saat dilahirkan. Sebagai dokter
forensik, tanda-tanda kehidupan sudah tidak ditemukan lagi pada saat otopsi. Tanda yang
masih dapat ditemukan adalah tanda pernah bernapas di luar rahim. Hal tersebut menjadi sulit
bila saat otopsi dilakukan, jenazah bayi sudah berada dalam keadaan membusuk. Kesulitan
juga dijumpai pada saat menentukan sebab kematian bayi. Pada umumnya tidak terdapat
keterangan apapun mengenai jalannya persalinan dan keadaan bayi setelah dilahirkan. Bila
ditemukan tanda kematian akibat asfiksia, maka penyebabnya harus ditentukan karena
penyebab asfiksia tersebut adalah penyebab kematian bayi.3

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Batasan Pengertian Pembunuhan Anak Sendiri


Pembunuhan anak sendiri (infanticide) adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu
atas anak kandungnya pada saat lahir atau tidak lama kemudian karena takut ketahuan telah
melahirkan anak. Dengan demikian berdasarkan pengertian di atas, persyaratan yang harus
dipenuhi dalam kasus pembunuhan anak, adalah:
1. Pelaku adalah ibu kandung.
2. Korban adalah anak kandung.
3. Alasan melakukan tindakan tersebut adalah takut ketahuan telah melahirkan anak.
4. Waktu pembunuhan, yaitu tepat pada saat melahirkan atau beberapa saat setelah
melahirkan.4
Untuk itu, dengan adanya batasan yang tegas tersebut, suatu pembunuhan yang tidak
memenuhi salah satu kriteria di atas tidak dapat disebut sebagai pembunuhan anak,
melainkan suatu pembunuhan biasa.4

2.2 Dasar Hukum Menyangkut Pembunuhan Anak Sendiri


Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan terhadap nyawa
orang. Adapun bunyi pasalnya adalah:
Pasal 341. Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam karena membunuh anak sendiri dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 342. Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling
lama sembilan tahun.
Pasal 343. Bagi orang lain yang turut serta melakukan kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 342 KUHP diartikan sebagai pembunuhan atau pembunuhan berencana.5
Berdasarkan undang-undang tersebut, dapat dilihat adanya tiga faktor penting, yaitu:
• Ibu, yaitu hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak
sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ibu telah menikah atau belum. Sedangkan, bagi orang
lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena pembunuhan

2
atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih berat, yaitu 15 tahun penjara
(pasal 338 pembunuhan tanpa rencana), atau 20 tahun, seumur hidup/hukuman mati
(pasal 339 dan 340, pembunuhan dengan rencana).
• Waktu, yaitu dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat, tetapi
hanya dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian“. Sehingga boleh
dianggap pada saat belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Bila
rasa kasih sayang sudah timbul maka ibu tersebut akan merawat dan bukan membunuh
anaknya.
• Psikis, yaitu ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan
diketahui orang lain telah melahirkan anak itu, biasanya anak yang dilahirkan tersebut
didapatkan dari hubungan tidak sah.5
Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misalnya tempat sampah,
got, sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin adalah korban pembunuhan anak
sendiri (pasal 341, 342), pembunuhan (pasal 338, 339, 340, 343), lahir mati kemudian
dibuang (pasal 181), atau bayi yang ditelantarkan sampai mati (pasal 308).5

2.3 Peran Dokter pada Kasus Pembunuhan Anak Sendiri


Peran dokter pada kasus pembunuhan anak sendiri adalah memeriksa jenazah bayi. Dokter
akan diminta oleh penyidik secara resmi guna membantu penyidikan untuk memperoleh
kejelasan di dalam hal sebagai berikut:
1. Apakah anak tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati?
2. Apakah terdapat tanda-tanda perawatan?
3. Apakah ada luka-luka yang dapat dikaitkan dengan penyebab kematian?2,5
Visum et Repertum (VeR) itu juga mengandung makna sebagai pengganti barang
bukti. Oleh karena itu, segala hal yang terdapat dalam barang bukti, dalam hal ini yaitu tubuh
anak, harus dicatat dan dilaporkan. Dengan demikian, selain ketiga kejelasan di atas, masih
ada dua hal lagi yang harus diutarakan dalam VeR, yaitu:
4. Apakah anak yang dilahirkan itu cukup bulan dalam kandungan?
5. Apakah pada anak tersebut didapatkan kelainan bawaan yang dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup bagi si anak?2,5
Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, bayi tersebut harus dilahirkan
hidup setelah seluruh tubuhnya keluar dari tubuh ibu (separate existence). Selain itu,
viabilitas dan maturitas bayi juga perlu ditentukan untuk menerangkan sebab lahir mati. Bila

3
bayi tersebut lahir mati kemudian dibuang, maka hal tersebut bukanlah kasus pembunuhan
anak sendiri, melainkan kasus lahir mati kemudian dibuang atau menyembunyikan kelahiran
dan kematian.5,6

2.3.1 Lahir hidup atau lahir mati


Lahir hidup (live birth) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang lengkap, yang
setelah pemisahan, bernapas atau menunjukkan tanda kehidupan lain tanpa mempersoalkan
usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan ari dilahirkan.6
Lahir mati (stillbirth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau dikeluarkan
oleh ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum ataupun setelah kehamilan
berumur 28 minggu dalam kandungan). Kematian ditandai oleh janin yang tidak bernapas
atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain seperti denyut jantung, denyut nadi tali pusat
atau gerakan otot rangka.5
Tanda-tanda kehidupan pada bayi yang baru dilahirkan adalah pernapasan (paru
mengembang dan terdapat udara dalam lambung atau usus), menangis, adanya pergerakan
otot, sirkulasi darah dan denyut jantung serta perubahan hemoglobin, isi usus, dan keadaan
tali pusat.6

1. Pernapasan
Pernapasan spontan terjadi akibat rangsangan atmosfer dan adanya gangguan sirkulasi
plasenta, dan ini menimbulkan perubahan penting yang permanen pada paru. Pernapasan
setelah bayi lahir mengakibatkan perubahan letak diafragma dan sifat paru-paru.3,6
a. Letak Diafragma
Pada bayi yang sudah bernapas, letak diafragma setinggi iga ke-5 atau ke-6.
Sedangkan pada yang belum bernapas setinggi iga ke-3 atau ke-4.3

b. Gambaran Makroskopik Paru

Paru-paru bayi yang sudah bernapas berwarna merah muda tidak homogen namun
berbercak-bercak (mottled). Konsistensinya adalah seperti spons dan berderik pada
perabaan. Sedangkan, pada paru-paru bayi yang belum bernapas berwarna merah
ungu tua seperti warna hati bayi dan homogen, dengan konsistensi kenyal seperti hati
atau limpa.3

4
c. Uji Apung Paru
Uji apung paru dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch technique), paru-paru
tidak disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan
histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan.5
Lidah dikeluarkan seperti biasa di bawah rahang bawah, ujung lidah dijepit
dengan pinset atau klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal sehingga tampak
palatum mole. Dengan scalpel yang tajam, palatum mole disayat sepanjang
perbatasannya dengan palatum durum. Faring, laring, esophagus bersama dengan
trakea dilepaskan dari tulang belakang. Esofagus bersama dengan trakea diikat di
bawah kartilago krikoid dengan benang. Pengikatan ini dimaksudkan agar pada
manipulasi berikutnya cairan ketuban, mekonium atau benda asing lain tidak mengalir
ke luar melalui trakea; bukan untuk mencegah masuknya udara ke dalam paru.5
Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau pinset
bedah dan scalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan. Kemudian esophagus diikat
di atas diafragma dan dipotong di atas ikatan. Pengikatan ini dimaksudkan agar udara
tidak masuk ke dalam lambung dan uji apung lambung-usus (uji Breslau) tidak
memberikan hasil meragukan.5
Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu dimasukkan ke
dalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Kemudian paru-paru kiri
dan kanan dilepaskan dan dimasukkan kembali ke dalam air, dilihat apakah
mengapung atau tenggelam. Setelah itu tiap lobus dipisahkan dan dimasukkan ke
dalam air, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Lima potong kecil dari
bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke dalam air, diperhatikan apakah mengapung
atau tenggelam.5
Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena
kemungkinan adanya pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan di
antara dua karton dan ditekan dengan arah penekanan tegak lurus jangan digeser
untuk mengeluarkan gas pembusukan yang terdapat pada jaringan interstisial paru,
lalu masukkan kembali ke dalam air dan diamati apakah masih mengapung atau
tenggelam. Bila masih mengapung berarti paru terisi udara residu yang tidak akan
keluar. Namun, terkadang dengan penekanan, dinding alveoli pada mayat bayi yang
telah membusuk lanjut akan pecah dan udara residu keluar dan memperlihatkan hasil
uji apung paru negatif.5

5
Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru
mengingat kemungkinan adanya pernapasan sebagian (parsial respiration) yang dapat
bersifat buatan atau alamiah (vagitus uternus atau vagitus vaginalis) yaitu bayi sudah
bernapas walaupun kepala masih dalam uterus atau dalam vagina).5
Hasil negatif belum berarti pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi
dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti bernapas meskipun jantung masih berdenyut,
sehingga udara dalam alveoli diresorpsi. Pada hasil uji negatif ini, pemeriksaan
histopatologik paru harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau lahir
hidup.5
Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru kurang dapat dipercaya,
sehingga tidak dianjurkan untuk dilakukan.5

d. Mikroskopik paru-paru
Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi dengan
larutan formalin 10 %. Sesudah 12 jam, dibuat irisan melintang untuk memungkinkan
cairan fiksatif meresap dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi selama 48 jam,
kemudian dibuat sediaan histopatologik. Biasanya digunakan perwarnaan HE dan bila
paru telah membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig.5
Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang belum bernapas,
tetapi merupakan ciri paru janin yang belum mencapai usia gestasi 26 minggu. Tanda
khas untuk paru janin belum bernapas adalah adanya tonjolan (projection) yang
berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang kemudian akan bertambah tinggi dengan
dasar menipis sehingga akan tampak seperti gada (club-like). Pada permukaan ujung
bebas projection tampak kapiler yang berisi banyak darah. Pada paru bayi belum
bernapas yang sudah membusuk dengan perwarnaan Gomori atau Ladewig, tampak
serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding alveoli berkelok-kelok seperti
rambut yang keriting, sedangkan pada projection berjalan di bawah kapiler sejajar
dengan permukaan projection dan membentuk gelung-gelung terbuka (open loops).5
Pada paru bayi yang lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi cairan
amnion yang luas karena asfiksia intrauterin, misalnya akibat tertekannya tali pusat
atau solusio plasenta sehingga terjadi pernapasan janin prematur (intrauterine
submersion). Tampak sel-sel verniks akibat deskuamasi sel-sel permukaan kulit,
berbentuk persegi panjang dengan inti piknotik berbentuk huruf “S”, bila dilihat dari

6
atas samping terlihat seperti bawang. Juga tampak sel-sel amnion bersifat asidofilik
dengan batas tidak jelas dan inti terletak eksentrik dengan batas yang juga tidak jelas.5
Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua mungkin
terlihat dalam bronkioli dan alveoli. kadang-kadang ditemukan deskuamasi sel-sel
epitel bronkus yang merupakan tanda maserasi dini, atau fagositosis mekonium oleh
sel-sel dinding alveoli.5
Lahir mati ditandai pula oleh keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya
kehidupaan seperti trauma persalinan yang hebat, perdarahan otak yang hebat, dengan
atau tanpa robekan tentorium serebeli, pneumonia intrauterin, kelainan kongenitasl
yang fatal seperti anensefalus.5

Adapun ringkasan perbedaan dari pemeriksaan paru:4,6


n
Paru belum bernapas Paru sudah bernapas
No.
1 Volume kecil, kolaps, menempel Volume 4-6x lebih besar, sebagian
1. pada vertebra, konsistensi padat, menutupi jantung, konsistensi seperti karet
tidak ada krepitasi busa (ada krepitasi)
2
Tepi paru tajam Tepi paru tumpul
2.
3 Warna homogen, merah
Warna merah muda
3. kebiruan/ungu
5 Kalau diperas di bawah
4. permukaan air tidak keluar
Gelembung gas yang keluar halus dan rata
gelembung gas atau bila sudah
ukurannya.
ada pembusukan gelembungnya
besar dan tidak rata.
6 Tidak tampak alveoli yang Tampak alveoli, kadang-kadang terpisah
5. berkembang pada permukaan sendiri
6 Kalau diperas hanya keluar Bila diperas keluar banyak darah berbuih
6. darah sedikit dan tidak berbuih walaupun belum ada pembusukan (volume
(kecuali bila sudah ada darah dua kali volume sebelum napas.
pembusukan)
8 Berat paru kurang lebih 1/70 BB Berat paru kurang lebih 1/35 BB
7.
8 Seluruh bagian paru tenggelam Bagian-bagian paru yang mengembang
8. dalam air terapung dalam air.

2. Menangis
Bernapas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi menangis tidak dapat terjadi tanpa
bernapas. Suara tangis yang terdengar belum berarti bayi tersebut lahir hidup karena suara
tangisan dapat terjadi dalam uterus atau dalam vagina. Yang merangsang bayi menangis
7
dalam uterus adalah masuknya udara dalam uterus dan kadar oksigen dalam darah
menurun dan atau kadar CO2 dalam darah meningkat.4,6

3. Pergerakan Otot
Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata, karena post mortem tidak dapat dibuktikan.
Kaku mayat dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup kemudian mati maupun yang lahir
mati.4,6

4. Peredaran Darah, Denyut Jantung, dan Perubahan pada Hemoglobin


Meliputi bukti fungsional yaitu denyut tali pusat dan detak jantung (harus ada saksi mata)
dan bukti anatomis yaitu perubahan-perubahan pada Hb serta perubahan dalam duktus
arteriosus, foramen ovale dan dalam duktus venosus (cabang vena umbilicalis yang
langsung masuk vena cava inferior).4
Bila ada yang menyaksikan denyut nadi tali pusat/detak jantung pada bayi yang
sudah terlahir lengkap, maka ini merupakan bukti suatu kelahiran hidup. Foramen ovale
tertutup bila telah terjadi pernapasan dan sirkulasi (satu hari sampai beberapa minggu).
Duktus arteriosus perlahan-lahan menjadi jaringan ikat (paling cepat dalam 24 jam)
Duktus venosus menutup dalam 2-3 hari sampai beberapa minggu.4

5. Isi Usus dan Lambung


Bila dalam lambung bayi ditemukan benda asing yang hanya dapat masuk akibat reflek
menelan, maka ini merupakan bukti kehidupan (lahir hidup). Udara dalam lambung dan
usus dapat terjadi akibat pernapasan wajar, pernapasan buatan, atau tertelan. Keadaan-
keadaan tersebut tidak dapat dibedakan. Cara pemeriksaan yaitu esophagus diikat,
dikeluarkan bersama lambung yang diikat pada jejunum lekuk pertama, kemudian
dimasukkan ke dalam air. makin jauh udara usus masuk dalam usus, makin kuat dugaan
adanya pernapasan 24-48 jam post mortem, mekonium sudah keluar semua seluruhnya
dari usus besar.4,6

6. Keadaan Tali Pusat


Yang harus diperhatikan pada tali pusat adalah pertama ada atau tidaknya denyut tali
pusat setelah kelahiran. Ini hanya dapat dibuktikan dengan saksi mata. Kedua,

8
pengeringan tali pusat, letak dan sifat ikatan, bagaimana tali pusat itu di putus (secara
tajam atau tumpul).4,6

7. Keadaan Kulit
Tidak satupun keadaan kulit yang dapat membuktikan adanya kehidupan setelah bayi
lahir, sebaliknya ada satu keadaan yang dapat memastikan bahwa bayi tersebut tidak lahir
hidup yaitu maserasi, yang dapat terjadi bila bayi sudah mati di dalam uterus beberapa
hari (8-10 hari). Hal ini harus dibedakan dengan proses pembusukan yaitu pada maserasi
tidak terbentuk gas karena terjadi secara steril. Kematian pada bayi dapat terjadi waktu
dilahirkan, sebelum dilahirkan atau setelah terpisah sama sekali dari ibu.4,6

Kematian pada bayi dapat terjadi saat bayi dilahirkan, sebelum dilahirkan, atau
setelah terpisah sama sekali dari si ibu. Bukti kematian dalam kandungan adalah:
a. Ante partum rigor mortis yang sering menimbulkan kesulitan waktu melahirkan
b. Maserasi, yaitu perlunakan janin dalam air ketuban dengan ciri-ciri:
• Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau).
• Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan.
• Tulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak.
• Tidak ada gas, baunya khas.
• Maserasi ini terjadi bila bayi sudah mati 8-10 hari dalam kandungan.4

2.3.2 Tanda Perawatan


Penentuan ada tidaknya tanda perawatan sangat penting artinya dalam kasus pembunuhan
anak. Keadaan baru lahir dan belum dirawat merupakan petunjuk dari bayi tersebut tidak
lama setelah dilahirkan. Menurut Ponsold, bayi baru lahir (neugeborenen) adalah bayi yang
baru dilahirkan dan belum dirawat. Jika sudah dirawat, maka bayi itu bukan bayi baru lahir
dan tidak dapat disebut sebagai pembunuhan anak sendiri.3,5
Adapun anak yang baru dilahirkan dan belum mengalami perawatan dapat diketahui
dari tanda-tanda sebagai berikut:
• Tubuh masih berlumuran darah.
• Ari-ari (plasenta) masih melekat dengan tali pusat dan masih berhubungan dengan
pusat (umbilikus).

9
• Bila ari-ari tidak ada, maka ujung tali pusat tampak tidak beraturan, hal ini dapat
diketahui dengan meletakkan ujung tali pusat tersebut ke permukaan air.
• Adanya lemak bayi (vernix caseosa), pada daerah dahi serta di daerah yang
mengandung lipatan-lipatan kulit, seperti daerah lipat ketiak, lipat paha dan bagian
belakang bokong.3,5

Gambar 1. Tali Pusat Belum Terpotong dan Masih Terhubung dengan Ari-Ari.

2.3.3 Viabilitas
Bayi yang viable adalah bayi yang sudah mampu untuk hidup di luar kandungan ibunya atau
sudah mampu untuk hidup terpisah dari ibunya (separate existence). Viabilitas mempunyai
beberapa syarat, yaitu:
a. Umur ≥ 28 minggu dalam kandungan.
b. Panjang badan ≥ 35 cm.
c. Berat badan ≥ 2500 gram.
d. Tidak ada cacat bawaan yang berat.
e. Lingkaran fronto-ocipital ≥ 32 cm.3,4
Selain itu, juga dilihat adanya kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan
hidup bayi, seperti kelainan jantung (ASD, VSD), otak (anensefalus atau mikrosefalus), dan
saluran pencernaan (stenosis esophagus, gastroskizis).2

2.3.4 Cukup Bulan dalam Kandungan


10
Bayi yang cukup bulan (matur, term) adalah bayi yang lahir setelah dikandung selama 37
minggu atau lebih tetapi kurang dari 42 minggu penuh. Pengukuran bayi cukup bulan dapat
dinilai dari:
• Ciri-ciri eksternal
 Daun telinga
Pada bayi yang lahir cukup bulan, daun telinga menunjukkan pembentukan tulang
rawan yang sudah sempurna, pada helix teraba tulang rawan yang keras pada
bagian dorsokranialnya dan bila dilipat cepat kembali ke keadaan semula.3
 Susu
Pada bayi yang matur putting susu sudah berbatas tegas, areola menonjol diatas
permukaan kulit dan diameter tonjolan susu itu 7 milimeter atau lebih.3
 Kuku jari tangan
Kuku jari tangan sudah panjang, melampaui ujung jari, ujung distalnya tegas dan
relatif keras sehingga terasa bila digarukkan pada telapak tangan pelaku autopsi.
Kuku jari kaki masih relatif pendek. Pada bayi yang prematur kuku jari tangan
belum melampaui ujung jari dan relatif lebih lunak sehingga ujungnya mudah
dilipat.3
 Garis telapak kaki
Pada bayi yang matur terdapat garis-garis pada seluruh telapak kaki, dari depan
hingga tumit. Yang dinilai adalah garis yang relatif lebar dan dalam. Dalam hal
kulit telapak kaki itu basah maka dapat juga tampak garis-garis yang halus dan
superfisial.3
 Alat kelamin luar
Pada bayi laki-laki matur, testis sudah turun dengan sempurna yakni pada dasar
skrotum dan rugae pada kulit skrotum sudah lengkap. Pada bayi perempuan yang
matur, labia minor sudah tertutup dengan baik oleh labia mayor.3
 Rambut kepala
Rambut kepala relatif kasar, masing-masing helai terpisah satu sama lain dan
tampak mengkilat. Batas rambut pada dahi jelas. Pada bayi yang prematur rambut
kepala halus seperti bulu wol atau kapas, masing-masing helai sulit dibedakan satu
sama lain dan batas rambut pada dahi tidak jelas.3

 Skin opacity
11
Pada bayi matur, jaringan lemak bawah kulit cukup tebal sehingga pembuluh
darah yang agak besar pada dinding perut tidak tampak atau tampak samar-samar.
Pada bayi prematur pembuluh-pembuluh tersebut tampak jelas.3
 Processus xiphoideus
Pada bayi yang matur processus xiphoideus membengkok ke dorsal, sedangkan
pada yang prematur membengkok ke ventral atau satu bidang dengan korpus
manubrium sterni.3
 Alis mata
Pada bayi yang matur, alis mata sudah lengkap, yakni bagian lateralnya sudah
terdapat, sedangkan pada yang prematur bagian itu belum terdapat.3
• Pusat penulangan
 Pusat-pusat penulangan khususnya pada tulang paha (femur) mempunyai arti yang
cukup penting. Bagian distal femur dan proksimal tibia akan menunjukkan pusat
penulangan pada umur kehamilan 36 minggu. Demikian juga pada cuboideum dan
cuneiform. Sedangkan, talus dan calcaneus pusat penulangan akan tampak pada
umur kehamilan 28 minggu.
• Penaksiran umur gestasi
 Rumus De Haas
Menurut rumus De Haas, untuk 5 bulan pertama panjang kepala-tumit dalam
sentimeter adalah sama dengan kuadrat angka bulan. Untuk 5 bulan terakhir,
panjang badan adalah sama dengan angka bulan dikalikan dengan angka 5.3
 Rumus Arey
Menggunakan panjang kepala, tumit dan bokong.
Umur (bulan) = panjang kepala - tumit (cm) x 0,2
Umur (bulan) = panjang kepala - bokong (cm) x 0,3.3
 Rumus Finnstrom
Menggunakan panjang lingkar kepala oksipito-frontal.
Umur gestasi = 11,03 + 7,75 (panjang lingkar kepala)3

2.3.5 Penyebab Kematian


12
Bila terbukti bayi lahir hidup (sudah bernafas), maka harus ditentukan penyebab
kematiannya. Bila terbukti bayi lahir mati (belum bernafas) maka ditentukan sebab lahir mati
atau sebab mati antenatal atau sebab mati janin (fetal death).3
Ada berbagai penyebab kematian pada bayi, yaitu:
a. Kematian wajar
1. Kematian secara alami
• Imaturitas
Terjadi jika bayi yang lahir belum cukup matang dan mampu hidup di luar
kandungan sehingga mati setelah beberapa saat sesudah lahir.
• Penyakit kongenital
Seringkali terjadi jika ibu mengalami sakit ketika sedang mengandung seperti
sifilis, tifus, campak sehingga anak memiliki cacat bawaan yang menyebabkan
kelainan pada organ internal seperti paru-paru, jantung dan otak.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi dari umbilikus, perut, anus dan organ genital.
3. Malformasi
Kadangkala bayi tumbuh dengan kondisi organ tubuh yang tidak lengkap seperti
anensefali. Jika kelainan tersebut fatal, maka bayi tidak akan bisa bertahan hidup.
4. Penyakit plasenta
Penyakit plasenta atau pelepasannya secara tidak sengaja dari dinding uterus akan
dapat menyebabkan kematian dari bayi dan ibu, dan dapat diketahui jika sang ibu
meninggal dan dilakukan pemeriksaan dalam.
5. Spasme laring
Hal ini dapat terjadi karena aspirasi mekonium ke dalam laring atau akibat
pembesaran kelenjar timus.
6. Eritroblastosis fetalis
Ini dapat terjadi karena ibu yang memiliki rhesus negatif mengandung anak dengan
rhesus positif, sehingga darah ibu akan membentuk antibodi yang menyerang sel
darah merah anak dan menyebabkan lisisnya sel darah merah anak, sehingga
menyebabkan kematian anak baik sebelum maupun setelah kelahiran.

b. Kematian akibat kecelakaan

13
1. Akibat persalinan yang lama
Ini dapat menyebabkan kematian pada bayi akibat ekstravasasi dari darah ke
selaput otak atau hingga mencapai jaringan otak akibat kompresi kepala dengan
pelvis, walaupun tanpa disertai dengan fraktur tulang kepala.
2. Jeratan tali pusat
Tali pusat seringkali melingkar di leher bayi selama proses kelahiran. Hal ini dapat
menyebabkan bayi menjadi tercekik dan mati karena sufokasi.
3. Trauma
Hantaman yang keras pada perut wanita hamil dengan menggunakan senjata
tumpul, terjatuhnya ibu dari ketinggian juga merupakan penyebab kematian bayi
intrauterin. Untuk kasus seperti ini harus diperiksa tanda-tanda trauma pada ibu.
4. Kematian dari ibu
Ketika ibu mati saat proses melahirkan ataupun sebelum melahirkan, maka anak
tidak akan bertahan lama di dalam kandungan sehingga harus dilahirkan sesegera
mungkin. Jika kematian disebabkan oleh penyakit kronis, seperti perdarahan
kronis, maka kesempatan untuk menyelamatkan nyawa anak sangatlah kecil.
Sedangkan jika kematian disebabkan karena kejadian akut seperti kecelakaan,
dimana ibu sebelumnya sehat, maka kemungkinan untuk menyelamatkan nyawa
bayi lebih besar.

c. Kematian karena tindakan pembunuhan


1. Pembekapan (sufokasi)
Ini merupakan tindakan yang paling sering dilakukan. Bayi baru lahir sangat
mudah dibekap dengan menggunakan handuk, sapu tangan atau dengan tangan.
Dapat juga ditemukan benda asing yang menyumbat jalan napas, seringkali karena
ibu berusaha mencegah agar anak tidak menangis dan ini justru menyebabkan
kematian.
2. Penjeratan (strangulasi)
Penjeratan juga merupakan cara pembunuhan anak yang cukup sering ditemui.
Sering ditemukan tanda-tanda kekerasan yang sangat berlebihan dari yang
dibutuhkan untuk membuat bayi mati. Tanda-tanda bekas jeratan akan ditemukan
di daerah leher disertai dengan memar dan resapan darah. Kadang juga ditemukan

14
penjeratan dengan menggunakan tali pusat sehingga terlihat bahwa bayi mati
secara alami.
3. Penenggelaman (drowning)
Ini dilakukan dengan membuang bayi ke dalam penampungan berisi air, sungai dan
bahkan toilet.
4. Kekerasan tumpul pada kepala
Jika ditemukan fraktur kranium, maka dapat diperkirakan bahwa terjadi kekerasan
terhadap bayi. Pada keadaan panik, ibu memukul kepala bayi hingga terjadi patah
tulang.
5. Kekerasan tajam
Kematian pada bayi baru lahir yang dilakukan dengan melukai bayi dengan senjata
tajam seperti gunting atau pisau dan menyebabkan luka yang fatal hingga
menembus organ dalam seperti hati, jantung dan otak.
6. Keracunan
Jarang dilakukan, tetapi pernah terjadi dimana ditemukan sisa opium pada putting
susu ibu, yang kemudian menyusui bayinya dan menyebabkan bayi tersebut mati.
Penentuan penyebab kematian dapat ditunjang dari pemeriksaan patologi anatomi
yang diambil dari jaringan tubuh mayat bayi.3

2.4 Pemeriksaan terhadap Pelaku Pembunuhan Anak Sendiri


Pemeriksaan terhadap wanita yang disangka sebagai ibu dari bayi bersangkutan bertujuan
untuk menentukan apakah wanita tersebut baru melahirkan. Pada pemeriksaan juga perlu
dicatat keadaan jalan lahir untuk menjawab pertanyaan “Apakah mungkin wanita tersebut
mengalami partus presipitatus?”.3
1. Tanda telah melahirkan anak
a. Robekan baru pada alat kelamin
b. ostium uteri dapat dilewati ujung jari
c. keluar darah dari rahim
d. ukuran rahim  saat post partum setinggi pusat, 6-7 hari post partum setinggi
tulang kemaluan
e. payudara mengeluarkan air susu
f. hiperpigmentasi aerola mamma
g. striae gravidarum dari warna merah menjadi putih2

15
2. Berapa lama telah melahirkan
a. ukuran rahim kembali ke ukuran semula 2-3 minggu
b. getah nifas : 1-3 hari post partum berwarna merah
4-9 hari post partum berwarna putih
10-14 hari post partum getah nifas habis
c. robekan alat kelamin sembuh dalam 8-10 hari2
3. Mencari tanda-tanda partus precipitatus
a. robekan pada alat kelamin
b. inversio uteri (rahim terbalik) yaitu bagian dalam rahim menjadi keluar, lebih-lebih
bila tali pusat pendek
c. robekan tali pusat anak yang biasanya terdapat pada anak atau pada tempat lekat tali
pusat. Robekan ini harus tumpul dibuktikan dengan pemeriksaan histopatologis
d. luka pada kepala bayi menyebabkan perdarahan di bawah kulit kepala, perdarahan
di dalam tengkorak2
4. Pemeriksaan histopatologi yaitu sisa plasenta dalam darah yang berasal dari rahim.2

Upaya membuktikan seorang tersangka ibu sebagai ibu dari anak yang diperiksa
adalah suatu hal yang paling sukar. Beberapa cara dapat digunakan, yaitu:
1. Mencocokkan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak
Si ibu diperiksa, apakah memang baru melahirkan (tinggi fundus uteri, lochia,
kolostrum dan sebagainya). Sedangkan saat lahir si anak dilihat dari usia pasca lahir
ditambah lama kematian.
2. Memeriksa golongan darah ibu dan anak
Hal ini juga sulit karena tidak adanya golongan darah ayah. Ekslusi hanya dapat
ditegakkan bila 2 faktor dominan terdapat bersama-sama pada satu individu sedang
individu lain tidak mempunyai sama sekali. Contohnya adalah bila golongan AB
sedangkan si anak golongan O atau sebaliknya. Penggunaan banyak jenis golongan
darah akan lebih memungkinkan mencapai tujuan, tetapi oleh karena kendala biaya
maka cara ini tidak merupakan prosedur rutin.
3. Pemeriksaan DNA
Cara ini merupakan cara yang canggih dan membutuhkan dana yang besar.2,3

16
BAB III
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Tanpa nama
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 9 bulan dalam kandungan
Hari Tanggal Jenazah Masuk : 26 Mei 2011
Tanggal Pemeriksaan : 26 Mei 2011
Waktu Pemeriksaan : 11.00 WITA
Lokasi Ditemukan : Pantai Hyang Sangkur Lembeng Kecamatan
Sukawati, Kabupaten Gianyar.

B. PEMERIKSAAN LUAR
1. Label: Label dari kepolisian tidak ada.
2. Pembungkus jenazah: Kardus dengan tulisan AQUA.
3. Benda di samping jenazah:
• Dua lembar kain putih.
• Lima keping uang logam pecahan seratus rupiah. Sembilan lembar uang kertas
pecahan seribu rupiah. Tiga lembar uang kertas pecahan dua ribu rupiah. Lima
lembar uang kertas pecahan lima ribu rupiah. Dua uang lembar kertas pecahan
sepuluh ribu rupiah.
• Dua buah canang sari.
• Satu buah pisang.
• Satu bungkus kantong plastik warna putih berisi satu lembar kain putih, satu
pasang baju dan celana warna kuning dengan corak binatang merek SA ukuran
XL.
4. Pakaian : Jenazah tidak memakai pakaian.
5. Perhiasan : Jenazah tidak memakai perhiasan.
6. Tanda Kematian:
• Lebam mayat dibagian belakang, warna merah keunguan, tidak hilang pada
penekanan.
• Kaku mayat tidak ada.

17
• Tanda pembusukan berupa kulit ari yang mengelupas pada hampir seluruh tubuh.
7. Pemeriksaan Rambut
• Rambut kepala warna hitam, lurus dan mudah dipilah.
• Alis tidak ada.
• Bulu mata tidak ada.
8. Pemeriksaan Kepala:
• Bentuk kepala lonjong
9. Pemeriksaan Mata:
• Mata kanan tertutup, kiri terbuka dengan ukuran 0,5 cm.
• Bola mata sulit dinilai karena sudah busuk.
10. Pemeriksaan Hidung:
• Cuping hidung tampak datar.
11. Pemeriksaan Mulut dan Rongga Mulut:
• Mulut terbuka selebar 2 cm.
• Lidah tidak tergigit dan tidak terjulur.
• Gigi geligi tidak ada.
12. Pemeriksaan Telinga:
• Bentuk telinga sulit dievaluasi karena sudah busuk.
13. Alat Kelamin:
• Jenis kelamin perempuan.
• Bibir kelamin besar menutupi bibir kelamin kecil.
14.Lubang Pelepasan:
• Sulit dievaluasi karena sudah busuk
15. Identifikasi Umum:
Jenazah adalah bayi perempuan, gizi cukup, umur kurang lebih 9 bulan dalam
kandungan, berat badan 2750 gram, panjang badan 51 cm.
16. Lain – lain :
• Rajah kaki sudah terbentuk sampai sepertiga bagian depan telapak kaki.
• Tali pusat terpotong dengan tepi tidak rata tepat pada pangkalnya, disekitar
potongan tidak terdapat resapan darah.

17. Luka-luka:

18
1) Luka memar pada pipi kanan, 1,5 cm dari GPD, 1,5 cm dari dagu, ukuran 2x2
cm.
2) Luka memar pada selaput lendir bibir atas, ukuran 2,5x0,5 cm.
3) Luka memar pada leher bagian belakang samping kanan, 4 cm dari GPB, 2 cm
dari bawah tulang telinga, ukuran 5x1,5 cm, warna kecoklatan.
18. Patah Tulang: tampak patah tulang rahang atas dan bawah tepat pada pertengahan
depan.

C. PEMERIKSAAN DALAM
I. SEBELUM ALAT-ALAT DIANGKAT
1. Leher: Seluruh jaringan bawah kulit leher sulit dievaluasi karena sudah busuk.
2. Dada:
• Lemak dinding dada berwarna kuning tebal nol koma tiga sentimeter.
• Sekat rongga badan kiri setinggi sela iga ke tiga dan sekat rongga dalam kanan
setinggi sela iga ke lima.
• Kandung jantung tampak ditutupi oleh sebagian besar paru kanan sedangkan paru
kiri berada dibelakang jantung.
3. Perut:
• Lemak dinding perut berwarna kuning kehijauan, tebal nol koma tujuh
sentimeter.
• Selaput dinding perut berwarna putih keabuan permukaan licin dan mengkilap.
• Dalam rongga perut tidak berisi cairan bebas.
• Tirai usus menutupi sepertiga permukaan usus bagian atas.

II. SETELAH ALAT-ALAT DIANGKAT


a. Alat-alat dalam leher:
1. Lidah : sulit dievaluasi
2. Kelenjar gondok : sulit dievaluasi
3. Tulang rawan lidah : sulit dievaluasi
4. Tulang rawan gondok : sulit dievaluasi
5. Tulang rawan cincin : sulit dievaluasi
6. Kerongkongan : sulit dievaluasi
7. Tenggorokan : sulit dievaluasi

19
b. Alat-alat dalam rongga dada:
1. Paru-paru:
• Kanan : Terdiri dari tiga bagian, warna merah muda, pada perabaan seperti
spons/lunak, pada irisan paru berwarna merah kecoklatan, pada
penekanan tidak keluar apa-apa.
• Kiri : Terdiri dari dua bagian, warna merah muda, pada perabaan seperti
spons, pada irisan paru berwarna merah kecoklatan, pada penekanan
tidak keluar apa-apa.
1. Jantung:
• Besar jantung satu kali genggaman tangan kanan jenazah.
• Warna kuning kecoklatan mengandung sedikit lemak.
• Pada penekanan lunak.

c. Alat-alat dalam rongga perut:


1. Hati : Permukaan rata, tepi tajam, warna kecoklatan, pada perabaan
lunak
2. Kandung empedu : sulit dievaluasi
3. Limpa : Warna ungu, permukaan keriput pada perabaan lunak
4. Lambung : Kosong
5. Ginjal :
• Ginjal kanan: lemak ginjal tipis, simpai ginjal mudah, warna coklat,
permukaan berbenjol-benjol, pada perabaan lunak
• Ginjal kiri: lemak ginjal tipis, simpai ginjal mudah, warna coklat, permukaan
berbenjol-benjol, pada perabaan lunak
6. Kelenjar Liur Perut: Sulit dievaluasi
7. Saluran Kemih : Sulit dievaluasi
8. Kandung Kemih : Sulit dievaluasi
9. Usus halus : Berwarna kuning kecoklatan, permukaan licin
10. Usus besar : Berwarna coklat kekuningan

D. PEMERIKSAAN KEPALA

20
1. Pada kulit kepala bagian dalam terdapat resapan darah
2. Tulang tengkorak utuh
3. Selaput keras otak utuh
4. Otak besar dan kecil mulai membusuk

E. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
1. Tes apung paru: Hasil dari tes apung paru kanan dan kiri adalah positif.

21
BAB III
PEMBAHASAN

Berdasarkan surat permintaan Visum et Repertum dari Kepolisian, jenazah bayi ditemukan di
tempat yang tidak semestinya, yaitu di Pantai Hyang Sangkur Lembeng, yang terletak di Br.
Jaya Kerta, Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Jenazah bayi tersebut
mungkin adalah korban pembunuhan anak sendiri (pasal 341, 342), pembunuhan (pasal 338,
339, 340, 343), lahir mati kemudian dibuang (pasal 181), atau bayi yang diterlantarkan
sampai mati (pasal 308). Pada kasus ini, harus dibedakan apakah bayi lahir mati atau lahir
hidup, karena bila bayi lahir mati maka kasus tersebut bukan merupakan kasus pembunuhan
atau penelantaran anak hingga menimbulkan kematian. Si ibu hanya dapat dikenakan tuntutan
menyembunyikan kelahiran dan kematian orang.
Untuk membuktikan hal tersebut, harus dilakukan pemeriksaan kedokteran forensik.
Peran dokter pada kasus pembunuhan anak sendiri adalah memeriksa jenazah bayi. Pada
kasus tersebut, penyidik secara resmi akan meminta dokter untuk membantu penyidikan.
Terdapat beberapa hal yang harus ditentukan, yaitu apakah bayi tersebut baru dilahirkan,
adanya tanda-tanda perawatan, dilahirkan hidup atau lahir mati, viable atau non-viable, cukup
bulan dalam kandungan, tanda-tanda kekerasan, dan sebab kematian.
Hal yang ditentukan pertama adalah apakah bayi tersebut baru dilahirkan. Bayi yang
tidak lama setelah dilahirkan adalah keadaan bayi baru lahir dan belum dirawat. Jika sudah
dirawat, maka bayi tersebut bukanlah bayi yang baru lahir. Pada kasus ini tidak didapatkan
adanya plasenta, namun tali pusatnya terpotong tepat pada pangkalnya dengan tepi yang tidak
rata. Meskipun tali pusat dan plasenta sudah terpisah, namun belum diikat. Hal ini
menunjukkan bayi tersebut belum dirawat. Tanda lain yang menentukan bahwa belum
dilakukannya perawatan terhadap bayi adalah tidak ditemukannya pakaian pada jenazah bayi.
Selanjutnya adalah menentukan bayi tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati. Tanda-
tanda kehidupan pada bayi yang baru dilahirkan adalah pernapasan (paru mengembang dan
terdapat udara dalam lambung atau usus), menangis, adanya pergerakan otot, sirkulasi darah
dan denyut jantung serta perubahan hemoglobin, isi usus, dan keadaan tali pusat. Karena bayi
tersebut ditemukan dalam keadaan sudah menjadi jenazah, maka tanda kehidupan sudah tidak
ada lagi selain tanda pernah bernapas di luar rahim. Untuk menentukan hal tersebut, maka
perlu dilakukan pemeriksaan dalam. Pernapasan mengakibatkan perubahan sifat dan struktur
jaringan paru yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, serta

22
tes apung paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan dalam, didapatkan gambaran makroskopik
dari paru kanan dan kiri berwarna merah muda, pada perabaan seperti spons/lunak, pada
irisan paru berwarna merah kecoklatan, pada penekanan tidak keluar apa-apa. Sekat rongga
dada (diafragma) kanan setinggi sela iga ke-5 sedangkan diafragma kiri setinggi sela iga ke-3.
Hal ini menunjukkan paru kanan sudah mulai mengembang dan paru kiri belum. Kemudian,
dilakukan tes apung paru yang diambil dari kedua lobus paru dan diperoleh hasil positif, yaitu
paru terapung. Ini membuktikan bahwa telah terjadi pengembangan paru atau respirasi yang
menandakan bayi tersebut sudah sempat bernafas atau menghirup udara, sehingga dapat
menunjukkan bahwa bayi tersebut lahir hidup.
Kemudian, menentukan apakah bayi tersebut mampu hidup diluar kandungan ibunya
(viable) atau tidak. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, didapatkan ukuran panjang
badan (kepala-tumit) 51 cm, berat badan 2750 gram, dan tidak ditemukan cacat bawaan yang
berat. Kondisi ini sesuai dengan kriteria bayi yang viable, berarti bahwa bayi tersebut mampu
hidup di luar kandungan setelah dilahirkan.
Setelah itu, menentukan apakah bayi tersebut cukup bulan dalam kandungan. Umur
bayi dapat ditentukan dari ciri-ciri eksternal, yaitu tulang rawan daun telinga tipis dan setelah
dilipat cepat kembali, diameter puting susu 3 mm, garis telapak tangan dan telapak kaki 2/3
depan, dan dapat juga dengan menggunakan rumus De Haas. Berdasarkan tanda-tanda yang
didapatkan pada pemeriksaan yaitu garis kaki telapak kaki sudah terbentuk sampai 1/3 kaki
bagian depan dan panjang badan janin 51 cm, dapat diperkirakan bahwa umur bayi dalam
kandungan berkisar antara 37-38 minggu yang dapat diartikan bahwa bayi tersebut dilahirkan
cukup bulan (matur). Pada jenazah bayi tersebut tidak dapat ditentukan umur ekstra uterinnya
yang disebabkan oleh sulitnya mengevaluasi warna kulit dan perubahan tali pusat karena
telah terjadi pembusukan.
Karena bayi tersebut terbukti lahir hidup, maka sebab kematiannya harus ditentukan,
apakah kematian wajar, akibat kecelakaan, atau karena tindakan pembunuhan. Pada
pemeriksaan jenazah bayi tersebut ditemukan tanda kekerasan berupa adanya luka memar
pada pipi kanan, 1,5 cm dari garis pertengahan depan, 1,5 cm dari dagu, dengan ukuran 2 x 2
cm; luka memar pada selaput lendir bibir atas, ukuran 2,5 x 0,5 cm; dan luka memar pada
leher bagian belakang samping kanan, 4 cm dari garis pertengahan belakang, 2 cm dari
bawah tulang telinga, ukuran 5 x 0,5 cm, dan berwarna kecoklatan. Selain itu, tampak patah
tulang rahang atas dan bawah tepat pada garis pertengahan depan. Sedangkan, pada
pemeriksaan dalam di daerah kepala ditemukan resapan darah pada hampir seluruh daerah

23
kulit kepala bagian dalam. Adanya luka memar dan resapan darah yang ditemukan pada
jenazah bayi di daerah kepala, leher, dan wajah menandakan bahwa telah terjadi kekerasan
tumpul pada daerah tersebut. Sebab kematian jenazah bayi tersebut adalah mati lemas akibat
dibekap karena ditemukan kekerasan tumpul berupa luka memar di pipi, leher bagian
belakang kanan, dan bibir atas bagian dalam yang mana tanda-tanda tersebut menyerupai
luka memar karena pembekapan. Bila pelaku nantinya adalah ibu kandung korban, maka
akan dikenakan pasal 341 atau pasal 342 KUHP.

24
BAB IV
KESIMPULAN

Pembunuhan anak sendiri (infanticide) adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu
atas anak kandungnya pada saat lahir atau tidak lama kemudian karena takut ketahuan telah
melahirkan anak. Berdasarkan undang-undang, terdapat tiga faktor penting mengenai
pembunuhan anak sendiri, yaitu faktor ibu, waktu, dan psikis.
Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau yang diduga
kasus pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan mengenai anak tersebut
dilahirkan hidup atau lahir mati, adanya tanda-tanda perawatan, luka-luka yang dapat
dikaitkan dengan penyebab kematian, anak tersebut dilahirkan cukup bulan dalam
kandungan, dan adanya kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidupnya.
Pemeriksaan terhadap kasus pembunuhan anak sendiri dilakukan terhadap
pelaku/tertuduh (ibu kandung yang baru melahirkan) dan korban (bayi yang baru dilahirkan).
Pada ibu, diperiksa tanda telah melahirkan anak, berapa lama telah melahirkan, adanya tanda-
tanda partus precipitates, pemeriksaan golongan darah, dan pemeriksaan histopatologi
terhadap sisa plasenta dalam darah yang berasal dari rahim. Sedangkan, pada korban
diperiksa viabilitas, penentuan umur, pernah atau tidak pernah bernapas, umur ekstrauterin,
dan sebab kematian. Sebab kematian dapat berupa akibat penyakit, kecelakaan, dan tindakan
kriminal. Salah satu contoh kematian akibat tindakan criminal adalah tindakan pembunuhan
berupa sufokasi (pembekapan).
Pada kasus ini, korban dilahirkan hidup, tidak ada tanda-tanda perawatan, viable,
cukup bulan dalam kandungan, dan terdapat luka-luka akibat kekerasan tumpul. Sebab
kematian korban tersebut adalah mati lemas akibat dibekap. Oleh karena itu, bila pelakunya
adalah ibu kandung korban, maka akan dikenakan pasal 341 atau pasal 342 KUHP.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Hadijah, Siti. 2008. Penegakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Pembunuhan


Bayi Di Wilayah DIY. Available from: http://eprints.undip.ac.id (accessed: 2011, Mei 28)
2. Idries, A.M. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Binarupa Aksara.
3. Budijanto, dkk. 1988.Pembunuhan Anak Sendiri. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Apuranto H, Hoediyanto. 2007. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Surabaya: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.
5. Budiyanto, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. 1997. Edisi pertama, cetakan kedua. Jakarta:
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 165 – 176.
6. Hoediyanto. (Last Update: 2008, September 17). Pembunuhan Anak (Infanticide).
Available from: http://www.fk.uwks.ac.id (accessed: 2011, Mei 28)

26

Anda mungkin juga menyukai