Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Fraktur panggul atau adalah penyebab umum dan penyebab penting kematian
(dengan persentase sekitar 15-20 % dan pada orang tua dapat meningkat sampai 36 %)
dan kehilangan fungsional akibat nyeri yang menetap atau keterbatasan mobilitas.
Insidens fraktur ini berhubungan dengan peningkatan usia terutama dengan
meningkatnya frekuensi jatuh yang berhubungan dengan osteoporosis pada lanjut usia.
Peningkatan jumlah terbesar fraktur ini terdapat pada usia lebih dari 65 tahun. Hal ini
juga lebih umum terdapat pada wanita (2-3 kali lebih banyak daripada pria atau sekitar
75% untuk fraktur panggul dan 4 kali lebih banyak daripada pria untuk fraktur collum
femoris ) yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan
osteoporosis pascamenopause. Berdasarkan ras, insidens fraktur panggul 2-3 kali lebih
banyak pada orang kulit putih dibandingkan dengan warna kulit lain, hal tersebut
disebabkan peningkatan insidens osteoporosis pada orang kulit putih.
Dengan meningkatnya angka harapan hidup, maka sebagai kompensasinya adalah
terjadi peningkatan jumlah penduduk yang sering disebut “big” seniors (penduduk yang
berusia lebih dari 80 tahun). Hal tersebut menyebabkan jumlah fraktur femur proximal
menjadi meningkat pada beberapa tahun terakhir ini. Di Inggris dan Wales pada tahun
1997/1998, sekitar 66 ribu lanjut usia dirawat dirumah sakit dengan fraktur femur.
Sedang di Amerika serikat terjadi 350 ribu fraktur femur.
Selain menimbulkan masalah sosial dan tingginya biaya perawatan, fraktur femur
juga menyebabkan berkurangnya kemampuan fungsional dan meningkatkan resiko
terjadinya penyakit kronik lain. Sekitar 70 % pasien paling sedikit menderita dua
penyakit pada saat terjadinya fraktur, dan kebanyakan merupakan komplikasi post-
operasi dan sekitar 26 % merupakan keadaan serius dan dapat meningkatkan resiko
kematian.
Fraktur femur proximal dapat terjadi intracapsular dan extracapsular. Yang termasuk
intracapsular adalah fraktur collum femoris, sedangkan yang termasuk extracapsular
adalah fraktur inter-trokanter. Pada lanjut usia keduanya dapat terjadi akibat trauma
dengan kekuatan ringan seperti jatuh.

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 1


B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi fraktur collum femur
2. Untuk mengetahui etiologi fraktur collum femur
3. Untuk mengetahui patofisiologi fraktur collum femur
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik fraktur collum femur
5. Untuk mengetahui pencegahan fraktur collum femur
6. Untuk mengetahui pengobatan fraktur collum femur
7. Untuk mengetahui komplikasi fraktur collum femur
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien fraktur collum femur
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fraktur collum femur?
2. Apa etiologi fraktur collum femur?
3. Bagaimana proses terjadinya fraktur collum femur?
4. Apa manifestasi klinis fraktur collum femur?
5. Bagaimana cara pencegahan fraktur collum femur?
6. Bagaimana pengobatan fraktur collum femur?
7. Apa kompilkasi dari fraktur collum femur?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien fraktur collum femur?

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. PROSES PENUAAN
1. Pengertian
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua)
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap
hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan
karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan.Akan tetapi
proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam nenghadapi
rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui
bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.Proses menua
sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa. Misalnya dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh
mati sedikit demi sedikit.
2. Batasan Usia Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 3


3. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
a. Hereditas atau ketuaan genetic
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan dan stres
4. Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua
(Nugroho, 2002). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan
pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ
vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan
yangmenuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah
– masalah yang menyertai lansia yaitu:
a. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain
b. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya
c. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau
pindah
d. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak
dan
e. Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan
perubahan fisk.

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 4


Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri
makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat
terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi
tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada
diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik.
Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk
meningkatkan kebugaran fisiknya.
Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses
penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas, hormon yang
menurun kadarnya, proses glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan juga
faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet yang
tidak sehat, kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi lingkungan dan sinar ultraviolet,
stress dan penyebab sosial lain seperti kemiskinan. Kedua faktor ini saling terkait dan
memainkan peran yang besar dalam penyebab proses penuaan.
Stres juga berperan besar pada semakin cepatnya proses penuaan terjadi. Stres
dalam hal ini tidak hanya terkait dengan psikologis tetapi juga jasmani. Apabila tubuh
kita mengalami kerusakan, maka tubuh akan mencoba untuk memulihkan diri sendiri.
Pada batas tertentu tubuh dapat pulih namun tidak seratus persen dan tentu tidak pada
semua kasus. Semakin sering tubuh kita mengalami stres maka makin kecil kemungkinan
tubuh untuk pulih akibatnya tubuh semakin menua dan menjadi rentan terhadap penyakit.
Apa yang menyebabkan tubuh kita tidak bisa sepenuhnya memulihkan kerusakan tadi,
sebagian besar belum diketahui.
5. Teori Proses Menua
a. Teori – teori biologi
1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies–spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi
penurunan kemampuan fungsional sel)
2) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 5


Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh.
5) Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
6) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
7) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
8) Teori programKemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 6


b. Teori kejiwaan sosial
1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
a) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
b) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
c) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil
dari usia pertengahan ke lanjut usia
2) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh
tipe personality yang dimiliki.
3) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak sosial
c) berkurangnya kontak komitmen
6. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
a. Demensia
Demensia adalah suatu gangguan intelektual/daya ingat yang umumnya
progresif dan ireversibel. Biasanya ini sering terjadi pada orang yang berusia > 65
tahun. Di Indonesia sering menganggap bahwa demensia ini merupakan gejala yang
normal pada setiap orang tua. Namun kenyataan bahwa suatu anggapan atau persepsi
yang salah bahwa setiap orang tua mengalami gangguan atau penurunan daya ingat
adalah suatu proses yang normal saja. Anggapan ini harus dihilangkan dari pandangan
masyarakat kita yang salah.
Faktor resiko yang sering menyebabkan lanjut usia terkena demensia adalah:
usia, riwayat keluarga, jenis kelamin perempuan. Demensia merupakan suatu penyakit
degeneratif primer pada susunan sistem saraf pusat dan merupakan penyakit vaskuler.
Gejala utama:

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 7


1) Afek depresi
2) Kehilangan minat
3) Berkurangnya energi (mudah lelah)
b. Depresi
Gangguan depresi merupakan hal yang terpenting dalam problem lansia. Usia
bukan merupakan faktor untuk menjadi depresi tetapi suatu keadaan penyakit medis
kronis dan masalah-masalah yang dihadapi lansia yang membuat mereka depresi.
Gejala depresi pada lansia dengan orang dewasa muda berbeda dimana pada lansia
terdapat keluhan somatik.
c. Skizofrenia
Skizofrenia biasanya dimulai pada masa remaja akhir/dewasa muda dan
menetap seumur hidup. Wanita lebih sering menderita skizofrenia lambat dibanding
pria. Perbedaan onset lambat dengan awal adalah adanya skizofrenia paranoid pada
tipe onset lambat.
d. Gangguan Delusi
Onset usia pada gangguan delusi adalah 40 – 55 tahun, tetapi dapat terjadi
kapan saja. Pada gangguan delusi terdapat waham yang tersering yaitu: waham kejar
dan waham somatik.
Pencetus terjadinya gangguan delusi adalah:
1) Kematian pasangan
2) Isolasi sosial
3) Finansial yang tidak baik
4) Penyakit medis
5) Kecacatan
6) Gangguan pengelihatan/pendengaran
e. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan obsesif
konfulsif, gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut, gangguan stres pasca
traumatik. Onset awal gangguan panik pada lansia adalah jarang, tetapi dapat terjadi.
Tanda dan gejala fobia pada lansia kurang serius daripada dewasa muda, tetapi
efeknya sama, jika tidak lebih, menimbulkan debilitasi pada pasien lanjut usia. Teori
eksistensial menjelaskan kecemasan tidak terdapat stimulus yang dapat diidentifikasi
secara spesifik bagi perasaan yang cemas secara kronis.

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 8


Kecemasan yang tersering pada lansia adalah tentang kematiannya. Orang
mungkin menghadapi pikiran kematian dengan rasa putus asa dan kecemasan, bukan
dengan ketenangan hati dan rasa integritas (“Erik Erikson”). Kerapuhan sistem saraf
anotomik yang berperan dalam perkembangan kecemasan setelah suatu stressor yang
berat.Gangguan stres lebih sering pada lansia terutama jenis stres pasca traumatik
karena pada lansia akan mudah terbentuk suatu cacat fisik.
f. Gangguan Somatiform
Gangguan somatiform ditandai oleh gejala yang sering ditemukan apada
pasien > 60 tahun. Gangguan biasanya kronis dan prognosis adalah berhati-hati.
Untuk mententramkan pasien perlu dilakukan pemeriksaan fisik ulang sehingga ia
yakin bahwa mereka tidak memliki penyakit yang mematikan.Terapi pada gangguan
ini adalah dengan pendekatan psikologis dan farmakologis.
h. Gangguan penggunaan Alkohol dan Zat lain
Riwayat minum/ketergantungan alkohol biasanya memberikan riwayat minum
berlebihan yang dimulai pada masa remaja/dewasa. Mereka biasanya memiliki
penyakit hati. Sejumlah besar lansia dengan riwayat penggunaan alkohol terdapat
penyakit demensia yang kronis seperti ensefalopati wernicke dan sindroma korsakoff.
i. Gangguan Tidur
Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering berhubungan dengan
peningkatan prevalensi gangguan tidur. Fenomena yang sering dikeluhkan lansia
daripada usia dewasa muda adalah:
1) Gangguan tidur
2) Ngantuk siang hari
3) Tidur sejenak di siang hari
7. Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
a. Perubahan-perubahan Fisik
1) Sel
a) Lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar ukurannya.
b) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
c) Jumlah sel otak menurun.
d) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2) Sistem Persarafan
a) Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam
setiap harinya).

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 9


b) Cepatnya menurun hubungan persarafan.
c) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.
d) Kurang sensitif terhadap sentuhan.
3) Sistem Pendengaran
a) Presbiakusis (gangguan dalam pendengaran). Hilangnya kemampuan
pendengaran
b) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya
keratin.
c) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
keteganganjiwa/stres.
4) Sistem Penglihatan
a) Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c) Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
d) lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
e) Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.
5) Sistem Kardiovaskuler
a) Elastisitas dinding aorta menurun.
b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabkan
d) Menurunnya kontraksi dan volumenya.
e) Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer.
6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.
a) Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis akibat
metabolismeyang menurun.
b) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya
aktivitas otot menurun.
7) Sistem Respirasi
a) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b) Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas
pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
c) Kemampuan untuk batuk berkurang.

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 10


d) Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan
pertambahanusia.
8) Sistem Gastrointestinal
a) Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk
b) Indera pengecap menurun
c) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
d) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
e) Daya absorbsi melemah.
9) Sistem Reproduksi
a) Menciutnya ovari dan uterus.
b) Atrofi payudara.
c) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun
adanyapenurunan secara berangsur-angsur.
d) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal
kondisikesehatan baik.
e) Selaput lendir vagina menurun.
10) Sistem Perkemihan
a) Nefron menjadi atrofi danaliran darah ke ginjal menurun sampai 50%.
b) Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat
danterkadang menyebabkan retensi urin pada pria.
11) Sistem Endokrin
a) Produksi semua hormon menurun.
b) Menurunnya produksi aldosteron.
c) Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen,
dantestosteron.
d) Sistem Kulit ( Sistem Integumen )
- Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
- Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi,
serta
- perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.
- Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
- Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
- Pertumbuhan kuku lebih lambat.
- Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 11


12) Sistem Muskuloskletal
a) Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.
b) KifosisPergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.
c) Persendiaan membesar dan menjadi kaku.
d) Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
e) Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ), menyebabkan seseorang
bergerakmenjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor.
f) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.
b. Perubahan-perubahan Mental
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a) Perubahan fisik, khususnya organ perasa
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan (Hereditas)
e) Lingkungan
f) Kenangan (Memory)
- Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
mencakup beberapa perubahan.
- Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk.
g) IQ (Inteligentia Quantion)
- Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
- Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu.

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 12


B. KONSEP DASAR MEDIS FRAKTUR

I. DEFINISI

Tulang mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai penunjang jaringan tubuh, pelindung
organ tubuh, memungkinkan gerakan dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan garam
mineral, namun fungsi tersebut biasa saja hilang dengan terjatuh, benturan atau kecelakaan.

Pengertian dari fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000). Sedangkan fraktur colum
femur adalah fraktur yang terjadi pada colum femur.

Kecelakaan merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan biasanya terjadi


mendadak dan bisa mengenai semua umur. Fraktur collum femur merupakan jenis fraktur
yang sering ditemukan.. tetapi dalam penanganannya masih banyak masyarakat yang berobat
ke alternatif, akan tetapi kenyataannya tidak semua orang berhasil dengan pengobatn
alternatif tersebut sehingga mengakibatkan keadaan yang yang lebih buruk atau terjadinya
komplikasi seperti mual unioun, non union ataupun delayed union, pada akhirnya keadaan
tersebut mendorong orang untuk berobat ke RS.

Data yang diperoleh dari bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
bahwa angka kejadian fraktur khususnya fraktur femur pada tahun 2007 dari bulan januari
sampai bulan Oktober mencapai orang.Tampak adanya peningkatan angka kejadian fraktur
femur, maka profesi sebagai seorang perawat dituntut untuk dapat melakukan asuhan
keperawatan dengan cara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sehingga masalah dapat
teratasi dan klien dapat terhindar dari komplikasi yang lebih buruk.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengambil judul laporan inti ”
Asuhan keperawatan pada Tn. U dengan pre dan post operasi pemasangan orif Fraktur colum
Femur sinistra Tertutup” di ruang 1 Orthopedi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.

II . Klasifikasi
Menurut Rosyidi (2013) pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang
berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 13


a) Tingkat 0: Fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya.
b) Tingkat 1 : Fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
c) Tingkat 2 : Fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan.
d) Tingkat 3 :Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman
sindrom kompartement.
III. Etiologi
Etiologi berdasarkan kekerasan Menurut Rosyidi (2013) yaitu:
a) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan.Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melintang atau miring.

b) Kekerasan tidak langsung


Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh
dari tempat terjadinya kekerasan.Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
berupa pemuntiran,penekukan, dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan
penarikan.
IV. Patofisiologi
Anatomi Panggul

Sendi panggul terdiri dari multiaxial-ball yang besar dan kantung sendi sinovial yang
dibungkus oleh kapsul artikularis yang tebal. Sendi panggul berguna untuk
mempertahankan keseimbangan dan memungkinkan pergerakan yang luas. Setelah sendi
bahu, sendi panggul merupakan sendi yang paling luas pergerakannya dibandingkan
dengan sendi-sendi lainnya. Selama berdiri, seluruh berat bagian atas tubuh dipindahkan
dari kepala dan leher ke femur. Lingkaran kepala dari femur (kaput femoris) berhubungan
dengan mangkuknya yang disebut asetabulum. Bagian dalam asetabulum diisi oleh
fibrokartilago labrum yang sangat kuat, yang memegang kaput femoris, dan menutupi
lebih dari setengah bagiannya. Kartilago sendi menutupi seluruh kaput femoris, kecuali
pada pit (fovea) yang merupakan tempat untuk melekatnya ligamen pada kaput femoris.

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 14


Kapsul fibrosa yang kuat dan longgar memungkinkan pergerakan yang bebas pada
sendi panggul, mengikatkan asetabulum proksimal dan ligamen asetabular transversal.
Kapsul fibrosa mengikatkan bagian distal dengan collum femoris hanya pada bagian
anterior garis intertrokanter dan akar dari trokanter mayor. Di bagian posterior, kapsul
fibrosa menyilang ke collum proximal ke bagian atas intertrokanter tanpa mengikatnya.
Kapsul fibrosa yang tebal membentuk tiga ligamen sendi panggul yaitu ligamen
iliofemoral yang berbentuk Y, ligamen pubofemoral dan ligamen ischiofemoral.

Sendi panggul juga ditunjang oleh femur dan otot yang menyilangi sendi. Tulang dan
otot adalah bagian paling kuat dan besar dari tubuh manusia. Panjang, sudut dan lingkaran
yang sempit dari collum femoris memungkinkan pergerakan yang banyak pada sendi
panggul. Fraktur terjadi ketika tekanan yang datang lebih besar daripada kekuatan tulang.
Garis intertrokanter adalah garis obliq yang menghubungkan trokanter mayor dan
trokanter minor, memisahkan collum femoris dari batang femur. Fraktur panggul meliputi
seluruh fraktur pada femur proximal, mulai dari kepala sampai 4-5 cm dari area
subtrokanter.

Gambar 1. Anatomi femur proximal

Suplai Vaskuler

Suplai vaskuler untuk femur proximal adalah sedikit dan berasal dari dua sumber.
Cabang medial dan lateral arteri femoralis sirkumflexial, biasanya merupakan cabang dari
arteri femoris profunda, naik ke bagian posterior dari collum femoris pada retinacula
(bayangan dari kapsul sepanjang collum femoris sampai ke kepala). Cabang medial dan

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 15


lateral dari arteri femoralis sirkumflexial melewati tulang hanya pada bagian distal dari
kaput femoris dimana arteri tersebut beranastomosis dengan cabang dari arteri fovea dan
cabang meduler pada batang femur.

Ligamen pada kaput femoris juga berisi arteri yaitu arteri fovea yang merupakan
cabang arteri obturator. Arteri fovea masuk ke kaput femoris hanya ketika pusat osifikasi
diperpanjang pada pit (fovea) ke ligamen kaput, pada usia 11-13 tahun. Anastomosis juga
terjadi pada usia yang lebih lanjut tapi tidak melebihi 20 % dari populasi.

Fraktur collum femoris sering mengganggu suplai darah ke kaput femoris. Arteri
sirkumflexial medial mensuplai banyak darah ke kaput dan collum femoris dan arteri ini
sering robek pada fraktur collum femoris. Pada beberapa kasus, suplai darah dari arteri
fovea mungkin hanya dapat diterima pada fragmen proximal dari kaput femoris. Jika
pembuluh darah robek, fragmen tulang tidak dapat menerima darah dan akan menjadi
avascular necrosis (AVN) yang merupakan salah satu komplikasi penting dari fraktur
collum femoris.

Mekanisme Fraktur

Fraktur intrakapsuler (fraktur collum femoris) dapat disebabkan oleh trauma langsung
(direct) atau trauma tidak langsung (indirect).

 Trauma langsung (direct)


Biasanya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trokanter mayor langsung
terbentur dengan benda keras (misalnya jalanan).

 Trauma tidak langsung (indirect)


Disebabkan gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Karena kaput
femoris terikat kuat dengan ligamen didalam asetabulum oleh ligamen iliofemoral dan
kapsul sendi, mengakibatkan fraktur didaerah collum femoris. Pada dewasa muda
apabila terjadi fraktur intrakapsuler (collum femoris) berarti traumanya cukup hebat.
Sedang kebanyakan fraktur collum ini (intrakapsuler) terjadi pada wanita tua dimana
tulangnya sudah mengalami osteoporotik. Trauma yang dialami wanita tua ini biasanya
ringan (misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi).

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 16


V. Tanda dan gejala
Menurut Lukman & Ningsih (2012) tanda dan gejala fraktur adalah sebagai berikut:
a. Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang di
imobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah
yang dirancang untuk memanimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b. Kehilangan fungsi
Setelah terjadi fraktur , Bagian-bagian yang mengalami tak dapat digunakan
dan cenderung bergerak secara tidak almiah (Gerakan luar biasa) bukannya
tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau
tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstrimitas yang bisa
diketahui dengan membandingkan ekstrimitas normal. Ekstrimitas tak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas
tulang tempat melekatnya otot.
c. Pemendekan ekstrimitas
Pada fraktur tulang panjang terjadi pemendekkan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen
sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5-5 cm (1-2 inci)
d. Krepitus
Saat ekstrimitas diperiksa dengan tangan,teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lainny. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih
berat.
e. Pembengkakan lokal dan perubahan warna
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cidera.
f. Pemeriksaan diagnostik
VI. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan sebagai berikut:
 Pemeriksaan Rontgen: Menentukan lokasi atau luasnya Fraktur atau trauma, dan jenis
fraktur.

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 17


 Sken tulang, tomogram, CT SCAN/MRI: memperlihatkan tingkat keparahan fraktur,
juga dapat untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
 Arteriogram:dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler.
 Hitung darah lengkap:Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada multiple
trauma).Peningkatan jumlah SDP adalah proses stress normal setelah trauma
 Kreatinin: trauma otot meningkat beban kreatinin untuk klien ginjal.
 Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi multiple atau
cidera hati.
VII. Penatalaksanaan medis
Menurut Muttaqin (2011) tindakan untuk fraktur batang humerus, meliputi
penaganganan di Rumah Sakit yaitu :
1. Gips mengantung (hanging cast). Fraktur tersebut tidak membutuhkan
reduksi yang sempurna atau imobilisasi, beratnya lengan beserta gips luarnya
biasanya cukup untuk menarik fragmen sehingga berjajar. Gips mengantung
dipasang dari bahu sampai pergelangan tangan dengan siku yang berfleksi 90
derajat dan bagian lengan bawah tergantung pada kain gendongan yang
melingkar pada leher klien. Gips ini dapat diganti setelah 2-3 minggu dengan
gips yang pendek (dari bahu kesiku) atau suatu penahan polipropilen
fungsional yang dipakai selama 6 minggu selanjutnya. Pergelangan tangan
dan jari diberi latihan sejak awal. Latihan bahu dengan pemberat dimulai
dalam seminggu, tetapi abduksi aktif ditunda hingga fraktur telah menyatu.
2. Traksi, pilihan lainnya, fraktur dapat dipertahankan tereduksi dengan fiksator
luar dan memulai pembebanan dini (pembebanan membantu
penyembuhan).Traksi yang digunakan adalah double skin traction.
3. Tindakan operatif dengan pemasangan plate dan screw atau pin dengan
adanya indikasi operasi, yaitu terjadi lesi nervus radialis setelah dilakukan
reposisi (jepitan nervus radialis), non-union, dan klien yang segera ingin
kembali bekerja secara aktif. Terapi operatif terdiri dari:
4. Reposisi terbuka, fiksasi interna (open reduction internal fixation) ORIF
adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada
tulang yang mengalami fraktur. Fungsi orif untuk mempertahankan posisi
fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergeseran. Internal

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 18


fiksasi ini berupa intra medullari nail biasanya digunakan untuk fraktur tulang
panjang dengan tipe fraktur tranversal.
5. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti dengan fiksasi eksterna
(open reduction eksternal fixation) OREF adalah metode alternatif
manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal biasanya pada ekstrimitas dan
untuk fraktur lama.
VIII. Prognosis
Rosyidi (2013) mengatakan bahwa, tulang bisa bergenerasi sama seperti jaringan
tubuh yang lain. Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan
jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tualng. Tulang baru di bentuk oleh
aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
A. Stadium Satu (Pembentukan Hematoma)
Pembuluhan darah robek dan terbentuk hematoma di sekitar daerah fraktur.
Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagian
tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. stadium ini berlangsung 24 - 28 jam
dan perdarahan berhenti sama sekali.
B. Stadium Dua (Proliferasi Seluler)
Pada stadium ini terjadi proliferasasi dan differensiasi sel menjadi fibro
kartilago yang berasal dari periosteum, endosteum, dan bone marrow yang telah
mengalami trauma.Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam
lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast bergenerasi dan terjadi proses
osteogenesis.Dalam beberapa hari terbentuk tulang baru yang menggabungkan kedua
fragmen tulang yang patah.Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai
selesai, tergantungnya frakturnya.
C. Stadium Tiga (Pembentukan Kalus)
Sel-sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik,
bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga
kartilago. populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai
berfungsi mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati.Sementara tulang yang imatur
anyaman tulang menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang
pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
D. Stadium Empat (Konsolidasi)
Bila aktifitas osteoklas dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah
lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 19


melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoklas mengisi
celah-celah yang terisi diantara fragmen dengan tulang yang baru.Ini adalah proses
yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa
beban yang normal.
E. Stadium Lima (Remodelling)
Fraktur telah di jembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bualan atau tahun, pengerasan kasar ini di bentuk ulang oleh proses
resorbsi dan pembentukan tualng yang terus menerus. Lamellae yang lebih tebal
diletakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dibandingkan yang tidak di
kehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya di bentuk struktur yang
mirip dengan normalnya.

Tabel 2.1 Faktor-faktor Penyembuhan Fraktur


Faktor Deskriftif
Umur penderita Waktu penyembuhan tulang pada anak-anak jauh lebih cepat dari pada
orang dewasa. Hal ini terutama disebab kan karena aktifitas proses
osteogenesis pada periosteum dan endosteum setra proses remodeling
tulang.
Lokalisasi dan Lokalisasi fraktur memegang peran penting. Fraktur metafisis
konfigurasi fraktur penyembuhan lebih cepat dari pada diafisis.
Pergeseran awal Lokalisasi fraktur memegang peran penting. Fraktur metafisis
fraktur penyembuhannya lebih cepat dari pada diafisis.
Vaskularisasi pada Apabila kedua mempunyai vaskularisasi yang baik, maka penyembuhan
kedua fragmen biasanya tanpa komplikasi.
Reduksi serta Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi
imobilisasi yang lebih baik dalam bentuk asalnya.
Waktu imobilisasi Jika imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum
terjadi tautan (union), maka kemungkinan terjadinya non_union sanagt
besar.
Ruang diantara kedua Jika ditemukan interposisi jaringan baik berupa perosterum maupuan
fragmen serta otot atau jaringan fibrosa lainnya, maka akan menghambat vaskularisasi
interposisi oleh kedua ujung fraktur.
jaringan lunak
Faktor adanya infeksi Infeksi dan keganasan akan memperpanjang proses inflamasi lokal yang
dan keganasan local akan menghambat proses penyembuhan dari fraktur.
Cairan sinovia Pada persendian terdapat cairan sinovia, merupakan hambatan dalam
penyembuhan fraktur.

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 20


Gerakan aktif dan pasif Gerakan aktif dan pasisf pada anggota gerak akan meningkatkan
pada anggota gerak vaskularisasi daerah fraktur, tetapi gerakan yang dilakukan pada daerah
fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan mengganggu vaskularisasi.
Nutsisi Asuhan nutrisi yang optimal dapat memberikan suplai kebutan protein
untuk proses perbaikan. Pertumbuhan tulang menjadi lebih dinamis bila
ditunjang dengan asuhan nutrisi yang optimal.
Vitamin D Vitamin D mempengaruhi deposisi dan absorpsi dan tulang. Vitamin D
dalam jumlah besar dapat menyebabkan absorpsi tulang seperti yang
terlihat pada kadar hormon paratiroid yang tinggi
Sumber: Muttaqin, (2008)

IX. Komplikasi
Menurut Rosyidi (2013) komplikasi dari fraktur yaitu
1. Komplikasi Awal
 Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun,
sianosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang
disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,perubahan posisi pada yang
sakit,tindakan reduksi,dan pembedahan.
 Kompartement sindrom
Kompartement sindrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya
otot, tulang , saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan perut. ini disebabkan oleh
odema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah.selain itu
karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.
 Fat embolism syndrom
Fat embolism syndrome (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada
kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone
marrow kuning masuk kealiran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah
rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi,
takepnea,demam.
 Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedik
infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan masuk kedalam.Ini biasanya terjadi pada

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 21


kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat.
 Avaskuler nekrosis
Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ketulang rusak atau terganggu
yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya volkman’s
Ischemia.
 Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.Ini biasanya terjadi pada
fraktur.

2. Komplikasi Dalam Waktu Lama


a Delayed Union
Delayed union merupakan kegagalan fraktur berkonsulidasi (bergabung) sesuai dengan waktu
yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan suplai darah
ke tulang.
b Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang
lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan
yang berlebihan pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. ini juga
disebabkan karena aliran darah yang kurang.
c Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang di tandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan
dan perubahan bentuk (deformitas).Malunion dilakukan dengan pembedahan dan
reimobilisasi yang baik.

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 22


Pathway

Kondisi patologis osteoarthritis

Jatuh

Fraktur collum femur

Pergeseran fragmen tulang

nyeri
deformitas

hambatan mobilitas fisik tirah baring dengan posisi


tetap terlalu lama

kelelahan/keletihan

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 23


BAB III

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN


BAGIAN KEPERAWATAN GERONTIK

I. Data Biografi
Nama klien : Ny.”S”
TTL / Umur : Solo,02 Mei 1937/ 81 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : tidak sekolah
Alamat : JL Malino sombala
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status perkawinan : Janda
Keluarga terdekat yang dapat dihubungi : tidak ada

II. Riwayat Hidup


Pasangan
Tahun meninggal : 2001
Penyebab kematian : Stroke
Anak – anak
Hidup :-
Nama & Alamat :-

III. Riwayat Pekerjaan


Status pekerjaan saat ini :-
Pekerjaaan sebelumnya : Jualan
Sumber pendapatan saat ini : -

IV. Riwayat Tempat Tinggal


Status kepemilikan rumah : tidak ada rumah
Jumlah kamar :-

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 24


Jumlah yang tinggal dirumah : -
Tetangga terdekat :-

V. Riwayat Aktivitas Waktu Luang


Hobi / minat : Tidur
Keanggotaan organisasi : Tidak ada
Liburan : tidak ada

VI. Sistem Pelayanan Kesehatan Yang Digunakan : perawat panti

VII. Deskripsi Aktivitas Selama 24 Jam

Waktu Kegiatan

05.00 Bangun
05.15 Sholat subuh
05.30 Mandi
06.30 sarapan
07.30 latihan mobilitas
10.30 Makan
12.30 Sholat Dhuhur
13.00 Istirahat / Tidur
15.30 Sholat Ashar
17.00 Makan malam
20.00 Tidur malam

VIII. Riwayat Kesehatan


Keluhan utama (KU) : sakit bagian paha sebelah kiri

Riwayat KU : pasien menngatakan sakit pada bagian kaki sebelah kiri, sakit seperti
di tusuk- tusuk, di rasakan hilang timbul, sakit akan berkurang jika
pasien beristirahat dan akan bertambah parah jika terlalu

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 25


memaksakan diri untuk beraktivitas, dan sakit di rasakan ± 10- 15
menit

Pengetahuan / pemahaman tentang status kesehatan saat ini : Kurang baik


Pemahaman mengenai proses menua : Kurang baik
Status kesehatan umum setahun yang lalu : Baik
Penyakit masa kanak – kanak : Tidak ada
Penyakit serius / kronik : Tidak ada
Trauma : Pernah kecelakaan
Perawatan di RS: Pernah
Riwayat alergi
Obat-obatan : Tidak ada
Makanan : Tidak ada
Alergen : Tidak ada
Faktor lingkungan : Tidak ada
Nutrisi
Intake cairan : 2500 ml/24 jam
Jenis cairan : Air putih
Diet khusus : Tidak ada
Pembatasan makanan/pilihan : Tidak ada
IX. Riwayat Keluarga Genogram (Genogram 3 Generasi)

? ? ?

? ? ?

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 26


Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan (Klien)

: Pasien

: Hubungan pernikahan

X : Meninggal dunia

GI: Kakek dan nenek klien sudah meninggal karena faktor usia

GII: Kedua orang tua klien sudah meninggal karena sakit.

GIII:Klien adalah anak tunggal dan suami klien sudah meninggal karena ajal

GIV: Klien

X. Tinjauan Sistem
Status Vitalis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36 C
Respirasi : 24 x/menit
Status Generalis
Perdarahan / memar : Tidak ada
Anemia : Tidak ada
Riwayat tranfuse darah : Tidak pernah
Kepala :
Sakit kepala : Ya
Trauma berarti pada masa lalu : ya
Gatal pada kulit kepala : Tidak
Leher :
Kekakuan : Tidak
Nyeri : Tidak ada
Benjolan / massa : Tidak ada

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 27


Keterbatasan gerak : Tidak

Mata :
Perubahan penglihatan : tidak
Kacamata : Tidak
Nyeri : Tidak
Air mata berlebih : Tidak ada
Bengkak sekitar mata : Tidak
Kabur : tidak
Fotofobia : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak pernah
Dampak pada aktivitas sehari – hari : Tidak ada
Telinga :
Perubahan pendengaran : tidak
Tinitus : Tidak ada
Sensitivitas pendengaran : Tidak
Alat bantu pendengaran : Tidak ada
Riwayat infeksi : Tidak pernah
Kebiasaan perawatan telinga : Ya
Dampak pada aktivitas sehari – hari : Tidak ada
Mulut & Tenggorokan :
Sakit tenggorokan : Tidak
Lesi / ulkus : Tidak
Perubahan suara : Ya
Kesulitan menelan : Tidak ada
Perdarahan gusi : Tidak ada
Tanggal gigi : Ya
Menggosok gigi : Ya
Hidung & Sinus :
Mendengkur : Ya
Nyeri tekan pada area sinus : Tidak
Alergi : Tidak ada
Riwayat infeksi : Tidak ada

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 28


Penilaian dari N.I : Cukup
Payudara :Tidak dikaji

Kardiovaskuler :
Nyeri : Tidak
Dispnea saat aktivitas : Tidak
Edema : Tidak ada
Perubahan warna kaki : Tidak ada
Pernapasan :
Batuk : tidak
Dispnea : Tidak
Sputum : Tidak ada
Bunyi nafas tambahan : Tidak ada
Asma / alergi : Tidak ada
Gastro Intestinal :
Tidak dapat mencerna : -
Nyeri ulu hati : Tidak ada
Mual / muntah : Tidak ada
Perubahan nafsu makan : Ya
Intoleransi makanan : Ya
Ulkus : Tidak ada
Ikterik : Tidak ada
Benjolan / massa : Tidak ada
Perubahan defekasi : Ya
Diare : Tidak
Konstipasi : Tidak ada
Perdarahan rectum : Tidak
Perkemihan : sedikit
Disuria : Tidak
Nyeri saat berkemih : Tidak
Batu : Tidak ada
Infeksi : Tidak
Genito Reproduksi :Tidak dikaji
Muskuloskeletal :

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 29


Nyeri persendian : Ya
Kekauan : ya
Pembengkakan sendi : Tidak ada
Keram : Ya
Kelemahan otot : Ya
Masalah cara berjalan : Ya
Nyeri punggung : Ya
Latihan / olahraga : Ya
Dampak pada aktivitas sehari – hari : Ya
Endokrin :
Intoleran terhadap panas : Ya
Intoleran terhadap dingin : Ya
Pigmentasi kulit : Ya
Perubahan rambut : Ya
Poliuria : Tidak
Saraf pusat :
Sakit kepala : ya
Kejang : Tidak
Tremor : Tidak
Cedera kepala : Tidak
Masalah memori : Tidak
Psikososial :
Cemas : ya
Depresi : Tidak
Insomnia : Tidak
Menangis : ya
Gugup : Tidak
Takut : Tidak
Sulit konsentrasi : Tidak
Mekanisme koping yang digunakan jika ada masalah : baik
Stress saat ini : Tidak
Presepsi tentang kematian : Baik
Dampak pada aktivitas sehari – hari : ya

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 30


Indeks Kemandirian Dalam Aktivitas Sehari – hari

Kemampuan perawatan diri A B C D E F G

Makan / minum √

Mandi √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilitas di tempat tidur √

Berpindah / berjalan √

Ambulasi / ROM √

Pasien tidak mampu melakukan aktivitas sehari – hari dengan mandiri selalu
membutuhkan bantuan orang lain
Keterangan :
A : Kemandirian dalam hal makan, berpakaian, kontinensia, ke kamar kecil, berpakai
dan mandi
B : Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
C : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan salah satu fungsi tambahan
D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan salah satu fungsi tambahan
E : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu
fungsi tambahan
F : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan
G : Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 31


SKALA DEPRESI GERIATRIK YESAVAGE

1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda ? (Tidak) = tida


2. Apakah anda mengurangi hobi dan aktivitas sehari –hari ? (Ya) =ya
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong ? (Ya) =tida
4. Apakah anda sering merasa bosan ? (Ya) =ya
5. Apakah anda selalu bersemangat ? (Tidak) =Ya
6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ? (Ya) =Tidak
7. Apakah anda selalu merasa bahagia ? (Tidak) =ya
8. Apakah anda sering merasa putus asa ? (Ya) =tida
9. Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari daripada keluar dan
melakukan sesuatu yang baru ? (Ya) =Ya
10. Apakah anda merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan ingatan
dibanding dengan orang lain ? (Ya) =Tidak
11. Apakah anda berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan ? (Tidak) =Ya
12. Apakah anda merasa tak berguna ? (Ya) =ya
13. Apakah anda merasa berenergi ? (Tidak) =ya
14. Apakah anda berpikir bahwa situasi anda tidak ada harapan ? (Ya) =Tidak
15. Apakah anda berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda ?
(Ya) =Ya

Skor 2 :Pasien menunjukkan tidak ada tanda depresi.

Keterangan :
Skor 1 poin untuk tiap respon yang sesuai dengan jawaban Ya atau Tidak setelah
pertanyaaan.
Skor 5 atau lebih menunjukkan adanya depresi

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 32


ISAACS – WALKEY IMPAIRMENTR MEASURMENT

1. Apa nama tempat ini ? Panti sosial Tresna werda


2. Ini hari apa ? Hari rabu
3. Ini bulan apa ? Bulan 3
4. Tahun berapa sekarang ? 2018
5. Berapa umur klien ? 81 tahun
6. Tahun berapa klien lahir ? 1937
7. Tanggal berapa klien lahir ? 02

Kesalahan 3 : fungsi intelektual utuh

Keterangan :
Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-9 : Kerusakan intelektual berat

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 33


MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
Nama klien : Ny. S Tanggal wawancara : 28/03/2018
Usia : 81 tahun Waktu : 09.00
Pendidikan :tidak sekolah Tempat : sakura
SKOR MAX SKOR KLIEN PERTANYAAN KETERANGAN

5 5 Sekarang (hari), (tgl), (bulan), Hari Senin, tgl 28,


(tahun), siang / pagi / malam ? bulan 3, tahun
2018, pagi.
Nilainya 5

5 5 Sekarang kita berada dimana ? Tresnawerda


gaumabaji gowa
(lorong), (dusun), (kelurahan),
(kabupaten), (provinsi)

3 3 Pewawancara menyebutkan nama 3 Almari, sepatu,


buah benda; lemari, sepatu, buku, buku. Nilainya 3
satu detik untuk setiap benda. Lansia
mengulang ke-3 nama benda
tersebut. Berikan nilai 1 untuk setiap
jawaban yang benar.

5 5 Hitunglah mundur dari 10.000 ke Klien hanya dapat


bawah denganpengurangan 1000 dari menyebutkan
10.000 ke bawah (Nilai 1 untuk 10.000 nilainya 1
jawaban yang benar), berhenti
setelah 5 hitungan (9.000, 8.000,
7.000, 6.000, 5.000)

3 3 Tanyakan kembali nama 3 benda lemari, sepatu,


yang telah disebutkan diatas. Berilah buku. Nilainya 3
nilai 1 untuk setiap jawaban yang
benar

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 34


9 8  Apakah nama benda ini ?  Pensil dan jam
Perlihatkan pensil dan jam tangan.
tangan (Nilai 2) jika jawaban Nilainya 2
benar  Saya ingin
 Ulangilah kalimat berikut : sehat. Nilainya
“Saya Ingin Sehat”(Nilai 1) 1
 Laksanakanlah 3 perintah ini  Klien bisa
“Peganglah selembar kertas melakukan
dengan tangan kanan, lipatlah sesuai dengan
kertas itu pada pertengahan instruksi.
dan letekkanlah di lantai ! Nilainya 3
(Nilai 3)  Klien bisa
 Bacalah dan laksanakan perintah melakukannya
berikut : “pejamkan mata sesuai dengan
anda” (Nilai 1) instruksi.
 Tulislah sebuah kalimat : Nilainya 1
“Allahu Akbar” dalam bahasa  Klien tidak
arab. (Nilai 1) dapat
 Tirulah gambar ini : Pohon melakukannya
(Nilai 1) dengan
menggunakan
bahasa arab.
 Klien bisa
melakukannya.
Nilainya 1

Stadium ringan : MMSE 29


Keterangan :
Stadium ringan : MMSE 21-30
Stadium sedang : MMSE 10-20
Stadium berat: MMSE < 10

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 35


KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif

1. pasien selalu mengeluhkan sakit pada 1. wajah pasien meringis kesakitan


bagian kaki sebelah kiri 2. pasien lemas
2. pasien mengatakan sakit seperti di 3. pasien menangis ketika melakukan
tusuk-tusuk terapi
3. pasien mengatakan sakit di rasakan ± 4. pasien cemas / gelisah
10-15 menit 5. Kekuatan otot :
4. Klien mengatakan sakit akan 5 3
bertambah jika pasien memaksaka
untuk beraktifitas 3 1
5. Pasien mengatakan nyeri akan 6. Pasien selalu mengeluhkan tentang
bertamba jika pasien memaksakan diri keadaan dirinya
untuk beraktifitas dan akan berkurang 7. Pasien kaku untuk mengerakan
jika pasien beristirahat kedua kaki dan tangannya
6. pasien mengatakan ia tidak dapat 8. Pasien hanya bisa baring di tempat tidur
duduk dan bangun dari tempat tidur. 9. Pasien selalu di bantu untuk melakukan
7. Pasien mengatakan ia tidak dapat aktifitaas fisik
mengerakan kaki kirinya
8. pasien mengatakan ia bosan dengan
keadaannya
9. pasien mengatakan ia kurang tidur
10. skala nyeri 5
11. pasien mengatakan pasrah dengan
keadaannya

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 36


ANALISA DATA

1 Data Subjektif :
1. pasien selalu mengeluhkan sakit
pada bagian kaki sebelah kiri
2. pasien mengatakan sakit seperti di
tusuk-tusuk
Nyeri
3. pasien mengatakan sakit di rasakan
± 10-15 menit
4. Klien mengatakan sakit akan
bertambah jika pasien memaksaka
untuk beraktifitas
5. pasien mengatakan ia kurang tidur
6. skala nyeri 7-8

Data objektif:

1. wajah pasien meringis kesakitan


2. pasien menangis ketika
melakukan terapi

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 37


Data Subjektif :
1. pasien mengatakan ia tidak dapat
duduk dan bangun dari tempat
tidur.
2. Pasien mennagatakan ia tidak
dapat mengerakan kaki kirinya
Data objektif:

1. pasien cemas / gelisah Hambatan mobilitas fisik


2. Kekuatan otot :
5 3

3 1

3. Pasien hanya bisa baring di tempat


tidur
4. Pasien selalu di bantu untuk
melakukan aktifitas fisik
5. Pasien selalu mengeluhkan
tentang keadaan dirinya
6. Pasien kaku untuk mengerakan
kedua kaki dan tangannya

Data Subjektif :
1. pasien mengatakan ia bosan
dengan keadaannya
2. pasien mengatakan pasrah dengan Keletihan/kelelahan
keadaannya

Data objektif :
3. pasien lemas

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 38


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Kliean : Ny.’’S”

Umur /sex : 81 Tahun/ Perempuan

No Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi


keperawtan (NOC) (NIC)
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan 1. lakukan pengkajian
cedera fisik keperawtan 1x 8 jam di nyeri koprehensif yg
Data Subjektif : harapkan : meliputi lokasi,
1. pasien selalu 1. pasien dapat karakteristik, durasi,
mengeluhkan mengontrol nyeri frekuensi, kualiatas,
sakit pada dengan kriteria hasil : intensitas, atau
bagian kaki 1. skala nyeri 3-4 bertnya, nyeri dan
sebelah kiri faktor pencetus
2. pasien 2. ajarkan pengunaan
mengatakan tehnik non
sakit seperti di farmakologi seperti
tusuk-tusuk relaksasi
3. pasien 3. ajarkan farmakologi
mengatakan untuk menurunkan
sakit di nyeri
rasakan ± 10-
15 menit
4. Klien
mengatakan
sakit akan
bertambah jika
pasien
memaksaka
untuk

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 39


beraktifitas
5. pasien
mengatakan ia
kurang tidur
6. skala nyeri 7-8

Data objektif:

1. wajah pasien
meringis
kesakitan
2. pasien menangis
ketika
melakukan
terapi

2 Hambatan mobilitas Setelah di lakukan tindakan 1. kaji kemampuan


fisik b.d kerusakan keperawatan 1x8 jam di pasien dalam
rangka harapkan : mobilisasi
neuromuskular 1. pasien bisa bergerak 2. latih pasien dalam
Data Subjektif : tanpa adanya pantangan pemenuhan
1. pasien 2. meningkatnya gerakann kebutuhan ADLs
mengatakan ia mobilitas secara mandiri sesuai
tidak dapat 3. dapat memenuhi kemampuan
duduk dan kebutuhan mandiri : 3. ajarkan pasien
bangun dari ADLS bagaimana merubah
tempat tidur. Dengan hasil : posisi dan berikan
2. Pasien 1. Pasien meningkat bantuan jika
mennagatakan dalam aktivitas fisik diperlukan
ia tidak dapat 2. Mengerti tujuan dari
mengerakan peningkatan mobilitas
kaki kirinya 3. Memverbalisasikan
Data objektif: perasaan dalam
meningkatkan
1. pasien cemas /
kebutuhan dan

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 40


gelisah kemampuan berpindah
2. Kekuatan otot :

5 3

3 1
3. Pasien hanya
bisa baring di
tempat tidur
4. Pasien selalu
di bantu untuk
melakukan
aktifitas fisik
5. Pasien selalu
mengeluhkan
tentang
keadaan
dirinya
6. Pasien kaku
untuk
mengerakan
kedua kaki dan
tangannya

3 Keletihan / kelelahan Setelah di lakukan tindakan 1. observasi adanya


b.d situasional keperawatan 1x8 jam di pembatasan pasien
Data Subjektif : harapkan : dalam melakukan
1. pasien 1. daya tahan aktivitas
mengatakan ia 2. konsentrasi 2. kaji adanya faktor Yng
bosan dengan 3. pertahanan energi menyebabkan keletihan
keadaannya 4. status gizi : energi / kelelahan
2. pasien dengan kriteria hasil: 3. monitor pola tidur dan

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 41


mengatakan 1. memverbalisasikan lamanya tidur/istirahat
pasrah dengan peningkatan energi pasien
keadaannya dan merasa lebih
baik
Data objektif : 2. menjelaskan
3. pasien lemas penggunaan energi
untuk mengatasi
kelelahan
3. kecemasan menurun
4. glukosa darah
adekuat
5. kualitas hidup
meningkat
6. istirahat cukup
7. mempertahankan
kemampuan untuk
berkonsentrasi

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 42


IMPLEMENTASI

Nama pasien : Ny. ’’s” Umur : 81 Tahun

Hari/T No Jam Implementasi


gl
DX

Jum’at I 08:50 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komperensif termasuk lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi dan
30/03/2
derajat, (skala 0-10)
018
Hasil :

P: nyeri akan bertamba jika pasien memaksakan diri untuk beraktifitas


dan akan berkurang jika pasien beristirahat

Q: seperti ditusuk-tusuk.

R: nyeri dirasakan di daerah kaki sebelah kiri.

S : skala nyeri 7-8 nyeri berat

T : lamanya nyeri + 10-15 menit.

2. megajarkan pengunaan tehnik non farmakologi seperti relaksasi


hasil : pasien mendengarkan dan melakukannya
09:15 3. memberikan analgesik untuk mengurangi nyeri
Hasil: klien mendengarkan dan akan melakukannya

10:59

Juma’at II 09:30 1. mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi


30/03/2 hasil : pasien mampu melakukan sedikit demi sedikit
018 2. melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLS secara
09:40 mandiri sesuai kemampuan
Hasil : pasien mampu makan dan minum selain itu pasien

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 43


memerlukan bantuan orang lain untuk melakukannya
3. mengajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
09:50 Hasil : Pasien mampu membalikan badan ke kiri dan ke kanan
secara perlahan – lahan

Jum’at III 11:10 1. mengobservasi adanya pembatasan pasien dalam melakukan


aktivitas
30/03/2
hasil : pasien tidak dapat memaksakan dirinya untuk
018
beraktifitas
2. mengkakaji adanya faktor yang menyebabkan keletihan /
11:20
kelelahan
hasil : pasien pasrah dengan keadaannya
3. monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Hasil : pasien mengatakan ia sering terbangun pada malam hari
12: 30 dan pada siang hari ia tidak dapat tidur,

Selasa I 08:05 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komperensif termasuk


lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
31/03
presipitasi dan derajat, (skala 0-10)
2018
Hasil :

P: nyeri akan bertamba jika pasien memaksakan diri untuk beraktifitas


dan akan berkurang jika pasien beristirahat

Q: seperti ditusuk-tusuk.

R: nyeri dirasakan di daerah kaki sebelah kiri.

S : skala nyeri 7-8 nyeri berat

T : lamanya nyeri + 10-15 menit.

4. megajarkan pengunaan tehnik non farmakologi seperti relaksasi


hasil : pasien mendengarkan dan melakukannya

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 44


08:10 5. memberikan analgesik untuk mengurangi nyeri
Hasil: klien mendengarkan dan akan melakukannya

08:20

Selasa II 09:07 1. mengkaji kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi


hasil : pasien mampu melakukan sedikit demi sedikit
31/03 09:16
2. melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLS secara
2018 mandiri sesuai kemampuan
Hasil : pasien mampu makan dan minum selain itu pasien
memerlukan bantuan orang lain untuk melakukannya
09:32 3. mengajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
Hasil : Pasien mampu membalikan badan ke kiri dan ke kanan

Selasa III 10:20 1. mengobservasi adanya pembatasan pasien dalam melakukan


31/03 aktivitas
2018 hasil : pasien tidak dapat memaksakan dirinya untuk
beraktifitas
2. mengkakaji adanya faktor yang menyebabkan keletihan /
10:45
kelelahan
hasil : pasien pasrah dengan keadaannya
3. monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Hasil : pasien mengatakan ia sering terbangun pada malam hari
11:05 dan pada siang hari ia tidak dapat tidur

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 45


Rabu I 08:05 2. Melakukan pengkajian nyeri secara komperensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
02/04
presipitasi dan derajat, (skala 0-10)
2018
Hasil :

P: nyeri akan bertamba jika pasien memaksakan diri untuk beraktifitas


dan akan berkurang jika pasien beristirahat

Q: seperti ditusuk-tusuk.

R: nyeri dirasakan di daerah kaki sebelah kiri.

S : skala nyeri 7-8 nyeri berat

T : lamanya nyeri + 10-15 menit.

6. megajarkan pengunaan tehnik non farmakologi seperti rileksai


hasil : pasien mendengarkan dan melakukannya
08:20 7. memberikan analgesik untuk mengurangi nyeri
Hasil: klien mendengarkan dan akan melakukannya

08:35

Rabu II 09:10 1. mengkaji kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi


hasil : pasien mampu melakukan sedikit demi sedikit
04/04
2. melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLS secara
2018
mandiri sesuai kemampuan
Hasil : pasien mampu makan dan minum selain itu pasien
10:20
memerlukan bantuan orang lain untuk melakukannya
3. mengajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
15:41
Hasil : Pasien mampu membalikan badan ke kiri dan ke kanan

Rabu III 09:00 1. mengobservasi adanya pembatasan pasien dalam melakukan

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 46


02/04 aktivitas
2018 hasil : pasien tidak dapat memaksakan dirinya untuk
beraktifitas
10:15 2. mengkakaji adanya faktor yang menyebabkan keletihan /
kelelahan
hasil : pasien pasrah dengan keadaannya
3. monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Hasil : pasien mengatakan ia sering terbangun pada malam hari
12:15
dan pada siang hari ia tidak dapat tidur

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 47


CATATAN PERKEMBANGAN

Nama pasien : Ny. ’’s” Umur : 81 Tahun

NO DIAGNOSA HARI JAM EVALUASI PERKEMBANGAN


KEPERAWATAN TANGAL

1 Nyeri akut b.d agen cedera Selasa 13:40 S.


fisik 1. pasien selalu mengeluhkan
Data Subjektif 03/04/2018 sakit pada bagian kaki
sebelah kiri
1. pasien selalu 2. pasien mengatakan sakit
mengeluhkan sakit seperti di tusuk-tusuk
pada bagian kaki 3. pasien mengatakan sakit
sebelah kiri di rasakan ± 10-15 menit
2. pasien mengatakan 4. Klien mengatakan sakit
sakit seperti di tusuk- akan bertambah jika
tusuk pasien memaksaka untuk
3. pasien mengatakan beraktifitas
sakit di rasakan ± 10- 5. pasien mengatakan ia
15 menit kurang tidur
4. Klien mengatakan 6. skala nyeri 7-8
sakit akan bertambah
jika pasien O.
memaksaka untuk
beraktifitas 1. wajah pasien meringis
5. pasien mengatakan ia kesakitan
kurang tidur 2. pasien menangis ketika
6. skala nyeri 7-8 melakukan terapi

Data objektif:
A.
1. wajah pasien meringis
kesakitan Masalah belum teratasi
2. pasien menangis
P.
ketika melakukan
terapi lanjutkan intervensi

1. lakukan pengkajian
nyeri koprehensif yg
meliputi lokasi,
karakteristik, durasi,

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 48


frekuensi, kualiatas,
intensitas, atau
bertnya, nyeri dan
faktor pencetus
2. ajarkan pengunaan
tehnik non farmakologi
seperti rileksai
3. ajarkan farmakologi
untuk menurunkan
nyeri

2 Hambatan mobilitas fisik Selasa 14:05 S.


b.d kerusakan rangka 03/04/2018 1. pasien mengatakan ia tidak
neuromuskular dapat duduk dan bangun
Data Subjektif : dari tempat tidur.
1. pasien mengatakan ia 2. Pasien mennagatakan ia
tidak dapat duduk tidak dapat mengerakan
dan bangun dari kaki kirinya
tempat tidur. 0
2. Pasien mennagatakan
ia tidak dapat 1. pasien cemas / gelisah
mengerakan kaki 2. Kekuatan otot :
kirinya 5 3
Data objektif:
3 1
1. pasien cemas /
gelisah 3. Pasien hanya bisa baring di
2. Kekuatan otot : tempat tidur
5 3 4. Pasien selalu di bantu
untuk melakukan aktifitas
3 1 fisik
3. Pasien hanya bisa 5. Pasien selalu mengeluhkan
baring di tempat tidur tentang keadaan dirinya
4. Pasien selalu di bantu 6. Pasien kaku untuk
untuk melakukan mengerakan kedua kaki
aktifitas fisik dan tangannya
5. Pasien selalu

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 49


mengeluhkan tentang
keadaan dirinya A.
6. Pasien kaku untuk Maslah belum teratasi
mengerakan P.
kedua kaki dan lanjutkan interfensi
tangannya 1. kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
2. latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
3. ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan
berikan bantuan jika
diperlukan

3 Keletihan / kelelahan b.d Selasa 16:15 S.


situasional
Data Subjektif : 03/ 04 1. pasien mengatakan ia
1. pasien mengatakan ia /2014 bosANdengan keadaannya
bosan dengan
2. pasien mengatakan pasrah
keadaannya
dengan keadaannya
2. pasien mengatakan
pasrah dengan
O.
keadaannya
1. pasien lemas
Data objektif :
A.
1. pasien lemas
Masalah belum terarasi

P.

Lanjutkan intervansi

2. observasi adanya
pembatasan pasien dalam
melakukan aktivitas
3. kaji adanya faktor Yng
menyebabkan keletihan /

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 50


kelelahan
4. monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 51


CATATAN PERKEMBANGAN

Nama pasien : Ny. ’’s” Umur : 81 Tahun

NO DIAGNOSA HARI JAM EVALUASI PERKEMBANGAN


KEPERAWATAN TANGAL

1 Nyeri akut b.d agen cedera Rabu 13:40 S.


fisik 1. pasien selalu mengeluhkan
Data Subjektif 03/04/2018 sakit pada bagian kaki
sebelah kiri
1. pasien selalu 2. pasien mengatakan sakit
mengeluhkan sakit seperti di tusuk-tusuk
pada bagian kaki 3. pasien mengatakan sakit di
sebelah kiri rasakan ± 10-15 menit
2. pasien mengatakan 4. Klien mengatakan sakit akan
sakit seperti di tusuk- bertambah jika pasien
tusuk memaksaka untuk
3. pasien mengatakan beraktifitas
sakit di rasakan ± 10- 5.pasien mengatakan ia kurang
15 menit tidur
4. Klien mengatakan 6. skala nyeri 7-8
sakit akan bertambah
jika pasien O.
memaksaka untuk
beraktifitas 1. wajah pasien meringis
5. pasien mengatakan ia Kesakitan
kurang tidur
6. skala nyeri 7-8 2. pasien menangis ketika
melakukan terapi
Data objektif:

1. wajah pasien
A.
meringis
kesakitan Masalah belum teratasi
2. pasien menangis
ketika melakukan P.
terapi
lanjutkan intervensi

1. lakukan pengkajian nyeri


koprehensif yg meliputi

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 52


lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualiatas, intensitas, atau
bertnya, nyeri dan faktor
pencetus
2. ajarkan pengunaan tehnik
non farmakologi seperti
rileksai
3. ajarkan farmakologi untuk
menurunkan nyeri

2 Hambatan mobilitas fisik Rabu 14:05 S.


b.d kerusakan rangka 04/04/2018 1. pasien mengatakan ia tidak
neuromuskular dapat duduk dan bangun dari
Data Subjektif : tempat tidur.
1. pasien mengatakan ia 2.Pasien mennagatakan ia
tidak dapat duduk tidak dapat mengerakan kaki
dan bangun dari kirinya
tempat tidur. 0
2. Pasien mennagatakan
ia tidak dapat 1.pasien cemas / gelisah
mengerakan kaki 2.Kekuatan otot :
kirinya
Data objektif: 5 3

1. pasien cemas / 3 1
gelisah
2. Kekuatan otot : 3.Pasien hanya bisa baring di
tempat tidur
5 3 4.Pasien selalu di bantu untuk
3 1 melakukan aktifitas fisik
3. Pasien hanya bisa 5. Pasien selalu mengeluhkan
baring di tempat tidur tentang keadaan dirinya
4. Pasien selalu di bantu 6.Pasien kaku untuk
untuk melakukan mengerakan kedua kaki
aktifitas fisik dan tangannya
5. Pasien selalu

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 53


mengeluhkan tentang
keadaan dirinya
6. Pasien kaku untuk A.
mengerakan Maslah belum teratasi
kedua kaki dan P.
tangannya lanjutkan interfensi
1. kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
2. latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
3. ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan

3 Keletihan / kelelahan b.d Rabu 16:15 S.


situasional
Data Subjektif : 05/ 04 1. pasien mengatakan ia
1. pasien mengatakan ia /2018 bosan dengan keadaannya
bosan dengan
2. pasien mengatakan pasrah
keadaannya
2. pasien mengatakan dengan keadaannya
pasrah dengan
keadaannya 0.
1. pasien lemas
Data objektif : A.
1. pasien lemas Masalah belum teratasi
P.
Lanjutkan intervensi
1. observasi adanya
pembatasan pasien dalam
melakukan aktivitas
2. kaji adanya faktor Yng

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 54


menyebabkan keletihan /
kelelahan
monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 55


CATATAN PERKEMBANGAN

Nama pasien : Ny. ’’s” Umur : 81 Tahun

NO DIAGNOSA HARI JAM EVALUASI PERKEMBANGAN


KEPERAWATAN TANGAL

1 Nyeri akut b.d agen cedera Kamis 13:40 S.


fisik 05/04/2018 1. pasien selalu mengeluhkan
Data Subjektif sakit pada bagian kaki
sebelah kiri
1. pasien selalu 2. pasien mengatakan sakit
mengeluhkan sakit seperti di tusuk-tusuk
pada bagian kaki 3. pasien mengatakan sakit
sebelah kiri di rasakan ± 10-15 menit
2. pasien mengatakan 4. Klien mengatakan sakit
sakit seperti di tusuk- akan bertambah jika
tusuk pasien memaksaka untuk
3. pasien mengatakan beraktifitas
sakit di rasakan ± 10- 5. pasien mengatakan ia
15 menit kurang tidur
4. Klien mengatakan 6. skala nyeri 7-8
sakit akan bertambah
jika pasien
memaksaka untuk
beraktifitas O.
5. pasien mengatakan ia 1. wajah pasien meringis
kurang tidur
6. skala nyeri 7-8 kesakitan

2. pasien menangis ketika


Data objektif:
melakukan terap
1. wajah pasien meringis
A.
kesakitan
2. pasien menangis Masalah belum teratasi
ketika melakukan
terapi P.

lanjutkan intervensi

1. lakukan pengkajian nyeri


koprehensif yg meliputi
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualiatas, intensitas, atau

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 56


bertnya, nyeri dan faktor
pencetus
2. ajarkan pengunaan tehnik
non farmakologi seperti
rileksai
3. ajarkan farmakologi untuk
menurunkan nyeri

2 Hambatan mobilitas fisik Kamis 14:05 S.


b.d kerusakan rangka 05/04/2018 1. pasien mengatakan ia
neuromuskular tidak dapat duduk dan
Data Subjektif : bangun dari tempat
1. pasien mengatakan ia tidur.
tidak dapat duduk dan 2. Pasien mennagatakan
bangun dari tempat ia tidak dapat
tidur. mengerakan kaki
2. Pasien mennagatakan kirinya
ia tidak dapat 0
mengerakan kaki
kirinya 1. pasien cemas / gelisah
Data objektif:
2. Kekuatan otot :
1. pasien cemas / 5 3
gelisah
2. Kekuatan otot : 3 1

5 3 3. Pasien hanya bisa


3 1 baring di tempat tidur
3. Pasien hanya bisa 4. Pasien selalu di bantu
baring di tempat untuk melakukan
tidur aktifitas fisik
4. Pasien selalu di 5. Pasien selalu
bantu untuk mengeluhkan tentang
melakukan keadaan dirinya
aktifitas fisik 6. Pasien kaku untuk
5. Pasien selalu mengerakan kedua kaki
mengeluhkan dan tangannya
tentang keadaan A.
dirinya Maslah belum teratasi

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 57


6. Pasien kaku untuk P.
mengerakan lanjutkan interfensi
kedua kaki dan 1. kaji kemampuan pasien
tangannya dalam mobilisasi
2. latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
3. ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan
berikan bantuan jika
diperlukan

3 Keletihan / kelelahan b.d Kamis 05/ 16:15 S.


situasional 04 /2014
Data Subjektif : 1. pasien mengatakan ia bosn
1. pasien dengan keadaannya
mengatakan ia
bosan dengan 2. pasien mengatakan pasrah
keadaannya dengan keadaannya
2. pasien
mengatakan
pasrah dengan 0.
keadaannya 1. pasien lemas
A.
Data objektif : Masalah belum teratasi
1. pasien lemas P.
Lanjutkan intervensi
1. observasi adanya
pembatasan pasien dalam
melakukan aktivitas
2. kaji adanya faktor Yng
menyebabkan keletihan /
kelelahan
3. monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 58


DAFTAR PUSTAKA

Corwin, J Elisabet. (2009). Buku Saku Patofisiologi, Edisi 9. Jakarta : EGC

De Jong. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Editor : Syamsuhidayat. Jakarta: EGC

Gulanick, M. & Myers, J, L. (2014).Nursing Care Plans. Diagnosis, Intervention, And


Outcomes. Philandelphia: Elsevier

Hairuddin. (2006). Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Makasar : Lintang Imumpasue.

Herdman, T. Heather. 2013. Nanda Internasional. Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Buku Kedokteran : EGC

Amin Huda N.Dan Hardi Kusuma. (2017). Aplikasi Asuhan keperawatan Nanda., Edisi
Revisi Jilid 3. Jogyakarta : Mediaction

Lukman & Ningsih,N. (2012). Asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika

Manjoer, Arif. (2010). Kapita Selekta Kedokteran Edisi. 3, Jakarta: Media Aesculapius.

Muttaqin, A. (2011). Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:EGC

Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan keperawatan Klien gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

Nurarif & Kusuma. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic-Noc. Jilid 2.Yogyakarta:EGC

Price & Wilson. (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 59


Seminar Kasus Fraktur Collum Femur Page 60

Anda mungkin juga menyukai