Laporan Pendahuluan Keperawatan
Laporan Pendahuluan Keperawatan
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fraktur panggul atau adalah penyebab umum dan penyebab penting kematian
(dengan persentase sekitar 15-20 % dan pada orang tua dapat meningkat sampai 36 %)
dan kehilangan fungsional akibat nyeri yang menetap atau keterbatasan mobilitas.
Insidens fraktur ini berhubungan dengan peningkatan usia terutama dengan
meningkatnya frekuensi jatuh yang berhubungan dengan osteoporosis pada lanjut usia.
Peningkatan jumlah terbesar fraktur ini terdapat pada usia lebih dari 65 tahun. Hal ini
juga lebih umum terdapat pada wanita (2-3 kali lebih banyak daripada pria atau sekitar
75% untuk fraktur panggul dan 4 kali lebih banyak daripada pria untuk fraktur collum
femoris ) yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan
osteoporosis pascamenopause. Berdasarkan ras, insidens fraktur panggul 2-3 kali lebih
banyak pada orang kulit putih dibandingkan dengan warna kulit lain, hal tersebut
disebabkan peningkatan insidens osteoporosis pada orang kulit putih.
Dengan meningkatnya angka harapan hidup, maka sebagai kompensasinya adalah
terjadi peningkatan jumlah penduduk yang sering disebut “big” seniors (penduduk yang
berusia lebih dari 80 tahun). Hal tersebut menyebabkan jumlah fraktur femur proximal
menjadi meningkat pada beberapa tahun terakhir ini. Di Inggris dan Wales pada tahun
1997/1998, sekitar 66 ribu lanjut usia dirawat dirumah sakit dengan fraktur femur.
Sedang di Amerika serikat terjadi 350 ribu fraktur femur.
Selain menimbulkan masalah sosial dan tingginya biaya perawatan, fraktur femur
juga menyebabkan berkurangnya kemampuan fungsional dan meningkatkan resiko
terjadinya penyakit kronik lain. Sekitar 70 % pasien paling sedikit menderita dua
penyakit pada saat terjadinya fraktur, dan kebanyakan merupakan komplikasi post-
operasi dan sekitar 26 % merupakan keadaan serius dan dapat meningkatkan resiko
kematian.
Fraktur femur proximal dapat terjadi intracapsular dan extracapsular. Yang termasuk
intracapsular adalah fraktur collum femoris, sedangkan yang termasuk extracapsular
adalah fraktur inter-trokanter. Pada lanjut usia keduanya dapat terjadi akibat trauma
dengan kekuatan ringan seperti jatuh.
A. PROSES PENUAAN
1. Pengertian
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua)
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap
hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan
karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan.Akan tetapi
proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam nenghadapi
rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui
bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.Proses menua
sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa. Misalnya dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh
mati sedikit demi sedikit.
2. Batasan Usia Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
I. DEFINISI
Tulang mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai penunjang jaringan tubuh, pelindung
organ tubuh, memungkinkan gerakan dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan garam
mineral, namun fungsi tersebut biasa saja hilang dengan terjatuh, benturan atau kecelakaan.
Pengertian dari fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000). Sedangkan fraktur colum
femur adalah fraktur yang terjadi pada colum femur.
Data yang diperoleh dari bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
bahwa angka kejadian fraktur khususnya fraktur femur pada tahun 2007 dari bulan januari
sampai bulan Oktober mencapai orang.Tampak adanya peningkatan angka kejadian fraktur
femur, maka profesi sebagai seorang perawat dituntut untuk dapat melakukan asuhan
keperawatan dengan cara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sehingga masalah dapat
teratasi dan klien dapat terhindar dari komplikasi yang lebih buruk.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengambil judul laporan inti ”
Asuhan keperawatan pada Tn. U dengan pre dan post operasi pemasangan orif Fraktur colum
Femur sinistra Tertutup” di ruang 1 Orthopedi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.
II . Klasifikasi
Menurut Rosyidi (2013) pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang
berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
Sendi panggul terdiri dari multiaxial-ball yang besar dan kantung sendi sinovial yang
dibungkus oleh kapsul artikularis yang tebal. Sendi panggul berguna untuk
mempertahankan keseimbangan dan memungkinkan pergerakan yang luas. Setelah sendi
bahu, sendi panggul merupakan sendi yang paling luas pergerakannya dibandingkan
dengan sendi-sendi lainnya. Selama berdiri, seluruh berat bagian atas tubuh dipindahkan
dari kepala dan leher ke femur. Lingkaran kepala dari femur (kaput femoris) berhubungan
dengan mangkuknya yang disebut asetabulum. Bagian dalam asetabulum diisi oleh
fibrokartilago labrum yang sangat kuat, yang memegang kaput femoris, dan menutupi
lebih dari setengah bagiannya. Kartilago sendi menutupi seluruh kaput femoris, kecuali
pada pit (fovea) yang merupakan tempat untuk melekatnya ligamen pada kaput femoris.
Sendi panggul juga ditunjang oleh femur dan otot yang menyilangi sendi. Tulang dan
otot adalah bagian paling kuat dan besar dari tubuh manusia. Panjang, sudut dan lingkaran
yang sempit dari collum femoris memungkinkan pergerakan yang banyak pada sendi
panggul. Fraktur terjadi ketika tekanan yang datang lebih besar daripada kekuatan tulang.
Garis intertrokanter adalah garis obliq yang menghubungkan trokanter mayor dan
trokanter minor, memisahkan collum femoris dari batang femur. Fraktur panggul meliputi
seluruh fraktur pada femur proximal, mulai dari kepala sampai 4-5 cm dari area
subtrokanter.
Suplai Vaskuler
Suplai vaskuler untuk femur proximal adalah sedikit dan berasal dari dua sumber.
Cabang medial dan lateral arteri femoralis sirkumflexial, biasanya merupakan cabang dari
arteri femoris profunda, naik ke bagian posterior dari collum femoris pada retinacula
(bayangan dari kapsul sepanjang collum femoris sampai ke kepala). Cabang medial dan
Ligamen pada kaput femoris juga berisi arteri yaitu arteri fovea yang merupakan
cabang arteri obturator. Arteri fovea masuk ke kaput femoris hanya ketika pusat osifikasi
diperpanjang pada pit (fovea) ke ligamen kaput, pada usia 11-13 tahun. Anastomosis juga
terjadi pada usia yang lebih lanjut tapi tidak melebihi 20 % dari populasi.
Fraktur collum femoris sering mengganggu suplai darah ke kaput femoris. Arteri
sirkumflexial medial mensuplai banyak darah ke kaput dan collum femoris dan arteri ini
sering robek pada fraktur collum femoris. Pada beberapa kasus, suplai darah dari arteri
fovea mungkin hanya dapat diterima pada fragmen proximal dari kaput femoris. Jika
pembuluh darah robek, fragmen tulang tidak dapat menerima darah dan akan menjadi
avascular necrosis (AVN) yang merupakan salah satu komplikasi penting dari fraktur
collum femoris.
Mekanisme Fraktur
Fraktur intrakapsuler (fraktur collum femoris) dapat disebabkan oleh trauma langsung
(direct) atau trauma tidak langsung (indirect).
IX. Komplikasi
Menurut Rosyidi (2013) komplikasi dari fraktur yaitu
1. Komplikasi Awal
Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun,
sianosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang
disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,perubahan posisi pada yang
sakit,tindakan reduksi,dan pembedahan.
Kompartement sindrom
Kompartement sindrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya
otot, tulang , saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan perut. ini disebabkan oleh
odema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah.selain itu
karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.
Fat embolism syndrom
Fat embolism syndrome (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada
kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone
marrow kuning masuk kealiran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah
rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi,
takepnea,demam.
Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedik
infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan masuk kedalam.Ini biasanya terjadi pada
Jatuh
nyeri
deformitas
kelelahan/keletihan
I. Data Biografi
Nama klien : Ny.”S”
TTL / Umur : Solo,02 Mei 1937/ 81 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : tidak sekolah
Alamat : JL Malino sombala
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status perkawinan : Janda
Keluarga terdekat yang dapat dihubungi : tidak ada
Waktu Kegiatan
05.00 Bangun
05.15 Sholat subuh
05.30 Mandi
06.30 sarapan
07.30 latihan mobilitas
10.30 Makan
12.30 Sholat Dhuhur
13.00 Istirahat / Tidur
15.30 Sholat Ashar
17.00 Makan malam
20.00 Tidur malam
Riwayat KU : pasien menngatakan sakit pada bagian kaki sebelah kiri, sakit seperti
di tusuk- tusuk, di rasakan hilang timbul, sakit akan berkurang jika
pasien beristirahat dan akan bertambah parah jika terlalu
? ? ?
? ? ?
: Perempuan (Klien)
: Pasien
: Hubungan pernikahan
X : Meninggal dunia
GI: Kakek dan nenek klien sudah meninggal karena faktor usia
GIII:Klien adalah anak tunggal dan suami klien sudah meninggal karena ajal
GIV: Klien
X. Tinjauan Sistem
Status Vitalis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36 C
Respirasi : 24 x/menit
Status Generalis
Perdarahan / memar : Tidak ada
Anemia : Tidak ada
Riwayat tranfuse darah : Tidak pernah
Kepala :
Sakit kepala : Ya
Trauma berarti pada masa lalu : ya
Gatal pada kulit kepala : Tidak
Leher :
Kekakuan : Tidak
Nyeri : Tidak ada
Benjolan / massa : Tidak ada
Mata :
Perubahan penglihatan : tidak
Kacamata : Tidak
Nyeri : Tidak
Air mata berlebih : Tidak ada
Bengkak sekitar mata : Tidak
Kabur : tidak
Fotofobia : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak pernah
Dampak pada aktivitas sehari – hari : Tidak ada
Telinga :
Perubahan pendengaran : tidak
Tinitus : Tidak ada
Sensitivitas pendengaran : Tidak
Alat bantu pendengaran : Tidak ada
Riwayat infeksi : Tidak pernah
Kebiasaan perawatan telinga : Ya
Dampak pada aktivitas sehari – hari : Tidak ada
Mulut & Tenggorokan :
Sakit tenggorokan : Tidak
Lesi / ulkus : Tidak
Perubahan suara : Ya
Kesulitan menelan : Tidak ada
Perdarahan gusi : Tidak ada
Tanggal gigi : Ya
Menggosok gigi : Ya
Hidung & Sinus :
Mendengkur : Ya
Nyeri tekan pada area sinus : Tidak
Alergi : Tidak ada
Riwayat infeksi : Tidak ada
Kardiovaskuler :
Nyeri : Tidak
Dispnea saat aktivitas : Tidak
Edema : Tidak ada
Perubahan warna kaki : Tidak ada
Pernapasan :
Batuk : tidak
Dispnea : Tidak
Sputum : Tidak ada
Bunyi nafas tambahan : Tidak ada
Asma / alergi : Tidak ada
Gastro Intestinal :
Tidak dapat mencerna : -
Nyeri ulu hati : Tidak ada
Mual / muntah : Tidak ada
Perubahan nafsu makan : Ya
Intoleransi makanan : Ya
Ulkus : Tidak ada
Ikterik : Tidak ada
Benjolan / massa : Tidak ada
Perubahan defekasi : Ya
Diare : Tidak
Konstipasi : Tidak ada
Perdarahan rectum : Tidak
Perkemihan : sedikit
Disuria : Tidak
Nyeri saat berkemih : Tidak
Batu : Tidak ada
Infeksi : Tidak
Genito Reproduksi :Tidak dikaji
Muskuloskeletal :
Makan / minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah / berjalan √
Ambulasi / ROM √
Pasien tidak mampu melakukan aktivitas sehari – hari dengan mandiri selalu
membutuhkan bantuan orang lain
Keterangan :
A : Kemandirian dalam hal makan, berpakaian, kontinensia, ke kamar kecil, berpakai
dan mandi
B : Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
C : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan salah satu fungsi tambahan
D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan salah satu fungsi tambahan
E : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu
fungsi tambahan
F : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan
G : Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Keterangan :
Skor 1 poin untuk tiap respon yang sesuai dengan jawaban Ya atau Tidak setelah
pertanyaaan.
Skor 5 atau lebih menunjukkan adanya depresi
Keterangan :
Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-9 : Kerusakan intelektual berat
1 Data Subjektif :
1. pasien selalu mengeluhkan sakit
pada bagian kaki sebelah kiri
2. pasien mengatakan sakit seperti di
tusuk-tusuk
Nyeri
3. pasien mengatakan sakit di rasakan
± 10-15 menit
4. Klien mengatakan sakit akan
bertambah jika pasien memaksaka
untuk beraktifitas
5. pasien mengatakan ia kurang tidur
6. skala nyeri 7-8
Data objektif:
3 1
Data Subjektif :
1. pasien mengatakan ia bosan
dengan keadaannya
2. pasien mengatakan pasrah dengan Keletihan/kelelahan
keadaannya
Data objektif :
3. pasien lemas
Data objektif:
1. wajah pasien
meringis
kesakitan
2. pasien menangis
ketika
melakukan
terapi
5 3
3 1
3. Pasien hanya
bisa baring di
tempat tidur
4. Pasien selalu
di bantu untuk
melakukan
aktifitas fisik
5. Pasien selalu
mengeluhkan
tentang
keadaan
dirinya
6. Pasien kaku
untuk
mengerakan
kedua kaki dan
tangannya
Q: seperti ditusuk-tusuk.
10:59
Q: seperti ditusuk-tusuk.
08:20
Q: seperti ditusuk-tusuk.
08:35
Data objektif:
A.
1. wajah pasien meringis
kesakitan Masalah belum teratasi
2. pasien menangis
P.
ketika melakukan
terapi lanjutkan intervensi
1. lakukan pengkajian
nyeri koprehensif yg
meliputi lokasi,
karakteristik, durasi,
P.
Lanjutkan intervansi
2. observasi adanya
pembatasan pasien dalam
melakukan aktivitas
3. kaji adanya faktor Yng
menyebabkan keletihan /
1. wajah pasien
A.
meringis
kesakitan Masalah belum teratasi
2. pasien menangis
ketika melakukan P.
terapi
lanjutkan intervensi
1. pasien cemas / 3 1
gelisah
2. Kekuatan otot : 3.Pasien hanya bisa baring di
tempat tidur
5 3 4.Pasien selalu di bantu untuk
3 1 melakukan aktifitas fisik
3. Pasien hanya bisa 5. Pasien selalu mengeluhkan
baring di tempat tidur tentang keadaan dirinya
4. Pasien selalu di bantu 6.Pasien kaku untuk
untuk melakukan mengerakan kedua kaki
aktifitas fisik dan tangannya
5. Pasien selalu
lanjutkan intervensi
De Jong. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Editor : Syamsuhidayat. Jakarta: EGC
Amin Huda N.Dan Hardi Kusuma. (2017). Aplikasi Asuhan keperawatan Nanda., Edisi
Revisi Jilid 3. Jogyakarta : Mediaction
Lukman & Ningsih,N. (2012). Asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Manjoer, Arif. (2010). Kapita Selekta Kedokteran Edisi. 3, Jakarta: Media Aesculapius.
Nurarif & Kusuma. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic-Noc. Jilid 2.Yogyakarta:EGC
Price & Wilson. (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC