Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PEBDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan mental itu memang bukan masalah yang baru karena
merupakan kebutuhan dasar manusia.
Kesehatan fisik maupun kesehatan mental sama-sama penting
diperhatikan.Tiadanya perhatian yang serius pada pemeliharaan kesehatan
mental di masyarakat ini menjadikan hambatan tersendiri bagi kesehatan
secara keseluruhan. Hanya saja karena faktor keadaan, dalam banyak hal
kesehatan secara fisik lebih dikedepankan dibandingkan kesehatan mental.
Mengingat pentingnya persoalan kesehatan mental ini.
Kesehatan mental disadari telah memiliki kontribusi bagi
pengembangan dan penerapan bidang ilmu yang dipelajari. Hal ini karena
manusia tidak dapat dilepaskan dari aspek kesehatan mental. Menurut
Daradjat (2001: 9) kesehatan mental seseorang dipengaruhi oleh dua
faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan mental?
2. Apa saja faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kesehatan
mental?
3. Apa saja faktor fisikal, serta spritual keagamaan dan ketuhanan yang
mempengaruhi kesehatan mental?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui maksud dari kesehatan mental
2. Untuk mengetaghui faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
kesehatan mental
3. Untuk mengetahui faktor fisikal, spritual keagamaan dan ketuhanan

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan Mental
Kesehatan mental ialah terwujudnya keserasian yang sungguh-
sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri
antara manusia dan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan
keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang
bermakna dan bahagia dunia dan akhirat.
Demikian pengertian kesehatan mental dari segi wujudiniyahnya,
dan dari segi keimuanya, maka kesehatan mental adalah:
Suatu ilmu yang berpautan dengan kesejahteraan dan kebahagiaan
manusia, yang mencakaup semua bidang hubungan manusia, baik
hubungan dengan diri sendiri, maupun hubungan dengan orang lain,
hubungan dengan alam dan lingkungannya, serta hubungan dengan
tuhan.1

Zakiah Daradjat merumuskan pengertian kesehatan mental dalam


pengertian yang luas dengan memasukkan aspek agama didalamnya
seperti berikut:
Kesehatan mental ialah terwujudnya keserasian yang sungguh-
sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri
antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan
keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang
bermakna dan bahagia dunia dan akhirat.
Pengertian “ terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara
fungsi-fungsi kejiwaan” adalah berkembanganya seluruh potensi kejiwaan
serta seimbang sehingga manusia dapat mencapai kesehatan lahir dan
batin, jasmani dan rohani dan terhindar dari pertentangan batin,

1 Jaya Yahya, Spiritualitasi Taubat Dan Maaf Dalam optimalisasi Kesehatan Mental, Hayfa
Pres: Padang
2
kegoncangan jiwa, kebimbingan dan keragu-raguan serta tekanan perasaan
dalam menghadapi berbagai dorongan dan keinginan.[2]

B. FAKTOR INTERNAL
Penderita penyakit batiniah dan fisik boleh jadi berpenampilan
gagah, tegap dan kuat, namun hatinya rapuh, menderita, resah,
gelisah,gersang dan tidak mampu menikmati kejayaan fisiknya, berikut
ayat-ayat Al Qur’an mengenai sifat tercela ( mazmumah) yang secara
langsung atau tidak langsung menimbulkan gangguan dan penyakit
kejiwaan ( Bastaman 2005):
1. Bakhil
Bakhil ( kikir) yaitu keenganan atau ketidaksediaan untuk
memberikan sebagian harta pada orang lain yang membutuhkan, seperti
fakir miskin, kepentingan umum, kegiatan sosial dan agama, orang
bakhil biasanya ia tidak pernah puas untuk mengumpulkan harta benda
sekalipun hartanya menurut ukuran normal telah cukup banyak (
Bastaman, 2005).
Sikap kikir adalah kebakhilan yang melampaui batas, yaitu suatu
keinginan seseorang untuk memiliki apa yang dimiliki orang lain,
sedangkan sikap bakhil adalah manakala seseorang merasa enggan dan
sayang kepada apa yang ada ditanganya dan tidak ingin diambil atau
diminta oleh orang lain, terdapat dalam Al Qur an, Al. Lail, 92:8-10).
2. Dengki
Dengki artinya tidak senang melihat orang lain memperoleh
keberuntungan dan kebajikan, orang-orang yang dengki senantiasa
mengharapkan ( dan bahkan berupaya) agar keberuntungan yang
diperoleh orang lain itu hilang atau jatuh kepada sipedengki itu sendiri (
Bastman, 2005), dan ia akan merasa senang orang yang dirampas
keberuntungan itu menderita, biasanya para pedengki itu dapat

2 Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2002 hlm 128


3
melakukan upaya lain dengan berbagai macam cara, tampa
memperdulikan akibat yang akan ditimbulkan dari perbuatannya,
Cara melepaskan diri dari sifat dengki orang lain maupun dari
dalam dirinya sendiri adalah dengan mengamalkan surat Al Falaq dan
An Naas dalam kehidupan sehari-hari.
3. Ujub( Riya)
Ujub artinya membesar-besarkan perbuatan diri sendiri dan
perasaan puas karenanya, dengan perasaan bahwa dirinya lebih unggul
dari orang lain, bahkan menyatakan bahwa dirinya telah bebas dari
seluruh keburukan dan kesalahan, ujub sering diidentikkan dengan riya,
yaitu beribadah dan berbuat kebajikan bukan untuk menunaikan
perintah allah, melainkan agar diketahui dan dikagumi serta mendapat
pujian dari orang lain
Ciri-ciri riya adalah:
a. Riya dalam sedekah, ia menyebut-nyebut pemberiannya dan
menyakiti hati sipenerima, selain ia tidak mendapatkan pahala
karena diumpamakan seperti batu licin yang diatasnya ada tanah,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih (
tidak bertanah), juga tergolong kafir dan berteman atau bersekutu
dengan setan.
b. Riya dalam shalat, berarti melakukannya dengan bermalas-malasan
dan menjadi giat jika dilakukan dihadapan manusia, bahkan ia
berusaha melupakan untuk mengerjakannya, sosok seperti ini
golongan orang munafik dan diancam masuk neraka.
c. Riya di dalam berperang, ia angkuh ketika berangkat perang dan
menghalangi orang lai untuk berpartisipasi dalam berperang.
4. Nifaq
Nifaq artinya bermuka dua atau berpura-pura yang menjadi
karakteristik orang munafik, sifat ini sangat tercela, nifaq adalah
menampakkan suatu yang dipandang baik oleh orang lain, padahal

4
didalam hatinya tersembunyi kebusukan, keburukan, apa yang
ditampakkan tidak sama dengan apa yang dirasakan didalam qalbunya.
5. Dendam
Dendam adalah sifat atau sikap suka membalas atas rasa sakit yang
telah diderita sebelumnya kepada orang yang telah menyakiti atau
kepada orang lain karena rasa ingin menumpahkan kemarahan dan
kepuasan hawa nafsu yang ada didalam dada, atau sifat tidak senang
memberikan maaf kepada orang lain yang telah menyakiti dan atau
menimpakan rasa tidak nyaman .
Sifat dendam adalah penyakit hati yang sangat mempengaruhi
mental dan kejiwaan seseorang dan untuk mengusir atau
menghilangkannya sangatlah sulit, karena sifat ini sangat erat dengan
sifat pemarah.
6. Kadzib ( pendusta)
Pendusta aialah sikap atau sifat yang suka berbicara tidak benar
dari kenyataan, apapun yang ia katakan hanya berupa kebohongan,
yang bertujuan ingin dengan sengaja menyebar fitnah dan berita dusta
kepada orang lain, bahkan pendusta yang paling berat ia adalah orang
yang sengaja dan terang-terangan mendustakan ayat-ayat dan hukum-
hukum allah, ia mengakui akan kebenaran allah dan kebenaran dan
ketauladanan rasulnya akan tetapi perilaku dan sikapnya tidak sesuai
dengan apa yang dipercayainya dan diyakininya itu.
7. Rakus dan serakah
Rakus dan serakah adalah suatu sikap yang sangat berlebihan
dalam mencintai dunia, harta benda dan lainnya sehingga mengalahkan
kepentingan agamanya, tidak peduli lagi apakah sesuatu yang
dicintainya itu halal atau haram, hak dan batin.
Biasanya orang-orang yang sangat mencintai dunia dengan segala
isinya, permainan dan keindahanya, pasti mereka memiliki sikap rakus,
tamak dan serakah, mereka soalnya ingin menguasai dunia, bahkan
untuk memenuhi hawa nafsu serakah itu dengan mudah melakukan
5
berbagai cara setan, seperti korupsi, membunuh, memfitnah dan
sebagainya.
8. Berputus asa
Putus asa adalah hilangnya semangat untuk berjuang meraih
sesuatu yang hakiki, hilangnya semangat bertaubat, hilangnya semangat
beribadah, hilangnya semangat menuntut ilmu dan hilangnya semangat
mencari keridhaan dan kecintaan allah, putus asa berarti hilangnya
gairah, semangat ( morale) dan motivasi hidup setelah seseorang tidak
berhasil menggapai sesuatu yang diingingkan, akibat ketidak berhasilan
mereka seseorang tidak mau berusaha, apalagi mengulangi pekerjaan
yang sama, bahkan sering kali keputusasaan mengakibatkan bunuh
diri.putus asa dianggap patologis karena ia menafikan potensi hakiki
manusiawi, tidak mempercayai takdir dan sunnah allah, dan merasa
putus asa terhadap rahmat dan karuniaNya.
9. Pemalas
Sikap malas adalah satu penyakit hati yang akan melemahkan
mental atau kejiwaan bagi pelakunya, orang-orang yang telah memakan
barang-barang haram dan najis biasanya mudah terkena penyakit ini,
dalam urusan dunia sangat rajin karena akan memperoleh upah materi
yang sangat besar, nyata dan langgeng, tetapi dalam urusan akhirat
mereka enggan dan malas untuk berbuat dan berusaha, bahkan kedua
duanya.
Lawan dari malas ialah rajin, bersungguh-sungguh dan berjuang,
dalam ajaran islam hukum rajin, bersungguh-sungguh dan berjuang
adalah wajib bagi setiap muslim, dan siapa saja yang mengabaikannya
akan mendapatkan kemurkaan allah SWT ( Adz Dzaky, 2005), firman
allah yang terkait dengan malas ialah surat Al-Nisa ayat 42).
Adapun yang mempengaruhi dalam bidang psikologis yang
membentuk kesehatan mental yang baik sebagai berikut:

6
1. Intelegensi kemampuan individu dalam menyelesaikan konflik diri
dalam menggunakan berbagai upaya yang sesuai dengan untuk
mengurangi ketegangan menuju keseimbangan
2. Kemampuan bahasa, individu dapat mengurangi ketegangan fisikis
dengan kemampuannya atau menyesuaikan diri dengan
linkungannya
3. Konsep diri, bagaimana kesesuaian pandangan atau persepsi
terhadap diri yang meliputi gambaran diri, peran diri, harga diri,
dan identitas diri
4. Motivasi, bagaimana motivasi diri dalam menghadapi tantangan
Dan dinamika hidup apakah motivasi tinggi maupun motivasi
rendah[3]
C. Faktor Eksternal
1. Interaksi sosial
Interaksi sosial banyak dikaji kaitannya dengan gangguan mental.
Ada dua pandangan hubungan interaksi sosial ini dengan gangguan
mental. Pertama teori psikodinamik mengemukakan bahwa orang yang
mengalami gangguan emosional dapat berakibat kepada pengurangan
interaksi sosial, hal ini dapat diketahui dari perilaku regresi
(kemunduran) sebagai akibat dari adanya sakit mental. Kedua adalah
bahwa rendahnya interaksi sosial itulah yang menimbulkan adanya
gangguan mental.
2. Keluarga
Keluarga yang lengkap dan fungsional serta mampu membentuk
homeostatis akan dapat meningkatkan kesehatan mental para anggota
keluarganya, dan kemungkinan dapat meningkatkan ketahanan para
anggota keluarganya dari gangguan-gangguan mental dan
ketidakstabilan emosional para anggotanya.
3. Perubahan sosial

3 Rasmun, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga, Jakrta: CV.
Sagung Seto, 2001 hlm 15
7
Sehubungan dengan perubahan sosial ini, terdapat dua
kemungkinan yang dapat terjadi yaitu, perubahan sosial dapat
menimbulkan kepuasan bagi masyarakat karena sesuai dengan yang
diharapkan dan dapat meningkatkan keutuhan masyarakat dan hal ini
sekaligus meningkatkan kesehatan mental mereka. Namun, di sisi lain
dapat pula berakibat pada masyarakat mengalami kegagalan dalam
penyesuaian terhadap perubahan itu, akibatnya mereka
memanifestasikan kegagalan penyesuaian itu dalam bentuk yang
patologis, misalnya tidak terpenuhinya tuntutan politik, suatu
kelompok masyarakat melakukan tindakan pengrusakan dan
penjarahan.
4. Sosial budaya
Sosial budaya memiliki makna yang sangat luas. Namun dalam
konteks ini budaya lebih dikhususkan pada aspek nilai, norma, dan
religiusitas dan segenap aspeknya. Dalam konteks ini, kebudayaan
yang ada di masyarakat selalu mengatur bagaimana orang seharusnya
melakukan sesuatu, termasuk didalamnya bagaimana seseorang
berperan sakit, kalsifikasi kesakitan, serta adanya sejumlah kesakitan
yang sangat spesifik ada pada budaya tertentu, termasuk pula adanya
gangguan mentalnya. Kebudayaan pada prinsipnya memberikan aturan
terhadap anggota masyarakatnya untuk bertindak yang seharusnya
dilakukan dan meninggalkan tindakan tertentu yang menurut budaya
itu tidak seharunya dilakukan. Tindakan yang bertentangan dengan
sistem nilai atau budayanya akan dipandang sebagi penyimpangan, dan
bahkan dapat menimbulkan gangguan mental. Hubungan kebudayaan
dan kesehatan mental meliputi tiga hal yaitu: (1) kebudayaan
mendukung dan menghambat kesehatan mental, (2) kebudayaan
memberi peran tertentu terhadap penderita gangguan mental, (3)
berbagai bentuk gangguan mental karena faktor kultural, (4) upaya
peningkatan dan pencegahan gangguan mental dalam telaah budaya.

8
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang
yang dapat mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan eksternal yang
paling dekat dengan seorang manusia adalah keluarga seperti orang tua,
anak, istri, kakak, adik, kakek-nenek, dan masih banyak lagi lainnya.
Faktor luar lain yang berpengaruh yaitu seperti hukum, politik, sosial
budaya, agama, pemerintah, pendidikan, pekerjaan, masyarakat, dan
sebagainya. Faktor eksternal yang baik dapat menjaga mental seseorang,
namun faktor external yang buruk / tidak baik dapat berpotensi
menimbulkan mental tidak sehat. Selanjutnya selain kedua factor tersebut
yang dapat mempengaruhi kesehatan mental, juga dapat dipengaruhi oleh
aspek psikis manusia. Aspek psikis manusia pada dasarnya merupakan
satu kesatuan dengan sistem biologis, sebagai sub sistem dari eksistensi
manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan aspek
kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan untuk
melihat jiwa manusia. Ada beberapa aspek psikis yang turut berpengaruh
terhadap kesehatan mental, antara lain :
a. Pengalaman awal
Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman
yang terjadi pada individu terutama yang terjadi di masa lalunya.
Pengalaman awal ini adalah merupakan bagian penting dan bahkan
sangat menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari.
b. Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental
seseorang. Orang yang telah mencapai kebutuhan aktualisasi yaitu
orang yang mengeksploitasi dan segenap kemampuan bakat,
ketrampilannya sepenuhnya, akan mencapai tingkatan apa yang
disebut dengan tingkatan pengalaman puncak.
Dalam berbagai penelitian ditemukan bahwa orang-orang yang
mengalami gangguan mental, disebabkan oleh ketidakmampuan
individu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan yang
dimaksud di sini adalah kebutuhan dasar yang tersusun secara hirarki.
9
Kebutuhan biologis, kebutuhan rasa aman, meliputi kebutuhan dicintai,
kebutuhan harga diri, pengetahuan, keindahan dan kebutuhan
aktualisasi diri.[4]
D. Faktor Fisikal
Biologis
Badan dengan segenap unsure-unsurnya pada dasarnya tidak
terlepaskan dari keseluruhan system mental. Kesehatan mental secara
langsung maupun tidak langsung dipengaruhi juga oleh faktor biologis
ini. Faktor biologis yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan
mental diantaranya otak, system endokrin, genetic, sensori, faktor ibu
selama kehamilan.
Otak merupakan bagian yang memerintahkan aktivitas manusia.
Fungsi otak yang baik akan menimbulkan kesehatan mental bagi kita,
sebaliknya jika fungsinya terganggu berakibat gangguan bagi
kesehatan mental. Kesehatan pada otak sangat ditentukan oleh stimuli
saat masa kanak-kanak, dan perlindungan dari berbagai gangguan.
Sistem endokrin berfungsi mengeluarkan hormone. Kandungan
hormone yhang tidak normal berakibat pada pertumbuhan yang kurang
sehat, termasuk mempengaruhi perilaku yang tidak diharapkan.
Beberapa perilaku yang tidak sehat terjadi akibat endokrin yang tidak
normal diantaranya agresivitas, labilitas emosi, intelegensi yang
rendah, dan kecemasan.
Genetik merupakan unsure biologis manusia yang mempengaruhi
kesehatan. Genetik yang sehat dapat menghasilkan perilaku yang
sehat, sementara gangguan genetis dapat memunculkan gangguan
mental tertentu.
Faktor ibu selama kandungan juga sangat bermakna pengaruhnya
terhadap kesehatan mental anak. Kandungan yang sehat
memungkinkan membuahkan anak yang sehat mentalnya, sebaliknya

4 http://rcpository. Usu. Ac. id/bitstream/handle/123456789/17706/Chapter. Pdf


10
kandungan tertentu dapat menyebabkan gangguan kepada
keturunannya.[5]
E. faktor spritual Keagamaan Dan Ketuhanan
didalam islam, spiritual merupakan sebuah kekuatan yang dahsyat,
Ari ginanjar memberikan gambaran bahwa dengan kekuatan spiritual
seseorang yang berada dalam kondisi sangat dramatis, panic dan takut
yang luar biasa, ketika kekuatan spiritual hadir kepasrahan penuh kepada
allah dalam jiwa, kondisi tersebut dapat ternyata diorganisir dengan baik,
kekuatan spiritual dalam pengembangaanya, terletak pada kemampuan
untuk meraih makna hidup, dalam proses ini, agar usaha yang dilakukan
mampu mengarahkan seseorang pada pancapaian hidup yang bermakna,
salah satunya adalah dengan memberikan konseling, jika dilihat dari
perspektif psikologi agama islam, tentu konseling yang dituntut adalah
konseling islami.6
Kesehatan mental berlandaskan keimanan dan ketaqwaan” adalah
bahwa masalah keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi
kejiwaan dan penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan
lingkungannya atau masyarakat hanya dapat terwujud dan tercapai secara
sempurna apabila usaha itu berlandaskan keimanan dan ketaqwaan kepada
allah SWT, jadi faktor agama memainkan peranan yang penting dalam
mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan mental dalam defenisi ini.
Akhirnya pengertian “ bertujuan untuk mencapai hidup yang
bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat” adalah tujuan dari ilmu
kesehatan mental untuk mewujudkan kehidupan yang baik, sejahtera dan
bahagia bagi manusia secara lahir dan batin, jasmani dan rohani serta
dunia dan akhirat

5 Moeljono Notosoedirjo, Kesehatan Mental Konsep & Penerapan, Malang: Univ.


Muhammadiyah Malang, 2001, Hlm. 69
6 Yahya Jaya, Bimbingan Konseling Dalam Agama Islam, (Angkasa, Raya, 2004) cet.10.h.165-
178

11
Dengan maksud faktor keimanan, ketaqwaan dan ketuhanan, dalam
pengertian ilmu kesehatan mental, maka pengertian kesehatan mental
terasa luas dan dalam karena sudah mencakup seluruh aspek dari
kehidupan manusia, dan sekaligus menunjukkan bahwa agama mempunyai
hubungan yang erat dengan kesehatan mental.[7]
Al Ghazali menyebutkan delapan kategori yang termasuk prilaku
merusak yang mengakibatkan kesehatan mental:
1. Bahaya syahwat perut dan kelamin ( seperti memakan makanan
syubhat atau haram, atau hubungan seks yang dilarang).
2. Bahaya mulut ( seperti mengolok-olok, debat yang tidak berarti, dusta,
adu domba, dan menceritakan kejelekan orang lain).
3. Bahaya marah, dengan Bahaya cinta dunia.
4. Bahaya cinta harta dan pelit.
5. Bahaya angkuh dan pamer.
6. Bahaya sombong dan membanggakan diri dan.
7. Bahaya menipu.
Ibnu Qayyim Al Jauziyah mengemukakan macam-macam yang
menyebabkan kesehatan mental yaitu.
a. Banyak campur tangan dengan urusan orang lain, sehingga
menyebabkan perselisihan dan perpecahan ( QS. Al. Zukhuf: 67).
b. Berangan-angan pada sesuatu yang tidak mungkin terjadi, sehingga
menimbulkan kemalasan dan sebagainya.
c. Bergantung pada selain Allah, sehingga dirinya tidak memiliki
kebebasan dan kemerdekaan.
d. Makan yang berlebihan, terlebih lagi makanan haram, yang dapat
menimbulkan kemalasan beribadah.
e. Banyak tidur, sehingga mengurangi tafakkur dan tadakkur, hanya
mengemukakan badan, dan menyia-nyiakan waktu.

7 Jaelani, Penyucian Jiwa (Tazkiyat Al-Nafs) dan Kesehatan Mental, Jakarta: Amzah, 2001, hlm
78-80.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
kesehatan mental adalahSuatu ilmu yang berpautan dengan
kesejahteraan dan kebahagiaan manusia, yang mencakaup semua bidang
hubungan manusia, baik hubungan dengan diri sendiri, maupun hubungan
dengan orang lain, hubungan dengan alam dan lingkungannya, serta
hubungan dengan tuhan.
Menurut Dzakia drajat kesehatan mental adalah terwujudnya
keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan
terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan
lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan
untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia dunia dan akhirat.
Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan mental yaitu:
1. Faktor Internal yaitu: Bakhil, Aniaya, Dengki, Ujub( Riya), Nifaq,
Dendam, Takabbur ( sombong, angkuh), Kadzib ( pendusta), Rakus
dan serakah, Berputus asa, Hilangnya perasaan malu
2. Faktor Eksternal yaitu : Interaksi sosial, Keluarga, Perubahan sosial,
Sosial budaya
3. Faktor Fisikal yaitu Biologis
4. faktor spritual Keagamaan Dan Ketuhanan
Dengan maksud faktor keimanan, ketaqwaan dan ketuhanan,
dalam pengertian ilmu kesehatan mental, maka pengertian kesehatan
mental terasa luas dan dalam karena sudah mencakup seluruh aspek
dari kehidupan manusia, dan sekaligus menunjukkan bahwa agama
mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan
B. Saran
Meudah-mudahan dengan penulisan makalah ini bisa menambah
pengetahuan kita mengenai kesehatan mental dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya khususnya buat pemakalah.

13
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Yahya Jaya, Spiritualitasi Taubat Dan Maaf Dalam optimalisasi Kesehatan


Mental, Hayfa Pres: Padang

Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2002


Rasmun, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
Keluarga, Jakrta: CV. Sagung Seto,
Yahya Jaya, Bimbingan Konseling Dalam Agama Islam, (Angkasa, Raya, 2004)
cet.10.h.165-178

http://rcpository. Usu. Ac. id/bitstream/handle/123456789/17706/Chapter. Pdf


Moeljono Notosoedirjo, Kesehatan Mental Konsep & Penerapan, Malang: Univ.
Muhammadiyah Malang, 2001,
Jaelani, Penyucian Jiwa (Tazkiyat Al-Nafs) Dan Kesehatan Mental, Jakarta:
Amzah, 2001, hlm 78-80.

14

Anda mungkin juga menyukai