Fraksi-PKS Online: Pasal 28 C UUD 1945 bahwa: "setiap orang berhak mengembangkan diri
melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia".
Pengantar
Kontroversi Ujian Nasional dapat dilihat dalam berbagai dimensi. Namun sesungguhnya jika
dipahami secara komprehensif, maka UN sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan
standar kualitas pendidikan nasional. Sehingga diharapkan pelaksanaan pendidikan nasional
dapat melahirkan output sumber daya manusia yang berkualitas. Seharusnya pelaksanaan UN
tidak hanya dipahami secara parsial, karena UN sesungguhnya adalah hanya salah satu
instrumen yang terdapat dalam 8 (delapan) standarisasi pendidikan nasional, sebagaimana
diatur oleh Pasal 35 Undang-Undang Sisdiknas.
Delapan standarisasi itu adalah: standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Sehingga jika UN
dilaksanakan sebelum pemenuhan standarisasi pendidikan nasional, maka hasil yang
diharapkan tentunya tidak akan mencapai sasaran utama sebagaimana cita-cita pendidikan
nasional, yaitu dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pasal 61
(1) Sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi.
(2) Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar
dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh
satuan pendidikan yang terakreditasi.
(3) Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan
kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk
melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan
pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.
(4) Ketentuan mengenai sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah
Pasal 61 khusunya ayat (2) bahwa kelulusan siswa dimaksudkan ditentukan oleh satuan
pendidikan terakreditasi, bukan melalui Ujian Nasional, sementara menurut Pasal 1 angka 10,
bahwa Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan pada jalur formal, non formal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan.
Berdasarkan hal tersebut, keberadaan UN sebagai salah satu parameter kelulusan siswa dapat
dinyatakan inkonstitusional karena bertentangan dengan maksud dari Undang Undang
Sisdiknas. UU mendelegasikan adanya pembentukan peraturan pelaksana, karena tentunya
tidak dapat bertenangan baik secara formil dan materil dengan peraturan perundang-
undangan yang memerintahkan pembentukannya. Sehingga jika bertentangan dapat
menimbulkan batal demi hukum, karena bertentangan dengan asas dalam peraturan
perundang-undangan yaitu, lex superiory derogate legi imferior. Yaitu peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi mengesampingkan keberadaan peraturan perundang-undangan
yang lebih rendah.
Dalam praktiknya, pelaksanaan Ujian Nasional yang dipaksakan terkesan hanya dalam
rangka kepentingan anggaran sebesar Rp 560 Milyar, sehingga penggunaan anggaran ini juga
harus dikontrol secara intensif, karena dikhawatirkan dapat mengakibatkan kebocoran-
kebocoran yang dapat merugikan keuangan negara.
Poskan Komentar
Laman
Beranda
Mata Pena
Artikel
Facebook
Iwan Wahyudi
Search
Mozaik Kehidupan
Bersama Tunas Bangsa
About Me
Iwan Wahyudi
Mataram, Nusa Tenggara Barat, Indonesia
Lihat profil lengkapku
Blog Archive
► 2015 (8)
► 2014 (13)
► 2013 (19)
► 2012 (45)
► 2011 (68)
▼ 2010 (2)
o ► Mei (1)
o ▼ April (1)
Kesenjangan UN Dalam Mencapai cita-cita Pendidikan...
Pengikut
Copyright Text
iwan wahyudi media. Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.