Anda di halaman 1dari 18

KAJIAN LITERATUR BIOMIMETIK SMART BIOMATERIAL NANOKERAMIK

ZnO DALAM APLIKASI PENGHANTAR OBAT


LAPORAN STUDI MANDIRI TERPANTAU

Oleh
Ardika Satria
11116084

PROGRAM STUDI FISIKA

JURUSAN SAINS

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2018
ii

ABSTRAK

Perkembangan dan penilitian terus dilakukan untuk mendapatkan sistem drug delivery
yang effesien dan tepat sasaran pada target sell yang di infeksi. Berbagai metode pendekatan
telah di uji untuk mendapatkan hasil yang maksimal, dengan mencoba meniru bagaimana
perilaku alam secara alamiah melalui pendekatan dan teori biologi yang berlaku, yang disebut
biomimetik. Sedangkan biomaterial pada pembahasan ini adalah rekayasa obat dengan smart
biomaterial yang bertujuan untuk dapat menggantikan atau mengobati bagian nutrient yang
rusak pada sistem biologis makhluk hidup termasuk juga manusia. Sehingga dengan
komplimasi antara smart biomaterial dan bimimetik dapat menciptakan metode baru dalam
pengobatan yang lebih sempurna. Dalam penilitian sheikhpour, biomimetic dapat di
kelompokkan menjadi biomimetic hydrogel, biomimetic micelles, biomimetic liposomes,
biomimetic dendrimers, biomimetic polymer carries, dan biomimetric nanostructure
menyatakan untuk fokus studi in vivo pada material yang di gunakan, agar lebih dominan dari
pada kandungan racun dan bahaya lainnya dari rekayasa material. Dalam penelitian ini, akan di
bahas bagaimana aspek in vivo maupun aspek in vitro pada smart biomaterial yang
dikembangkan saat ini salah satu nya adala nanokeramik ZnO. Metode yang digunakan adalah
studi literatur untuk mendapatkan hasil yang relavan pada penilitian-penilitian sebelumnya dan
dapat dijadikan sebagai acuan dan saran untuk penelitian di masa depan. Penulis juga
menyajikan analisa struktur, sifat dan beberapa studi terhadap aspek in vivo dan in vitro pada
beberapa metode berskala nano.
iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.1 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 2
1.2 Tujuan ..................................................................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan ................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................................... 3
2.1 Smart Biomaterial ................................................................................................................... 3
2.1 Nanotube ................................................................................................................................. 4
2.2 Nanopartikel ............................................................................................................................ 4
2.3 Nanofiber................................................................................................................................. 4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................................................... 5
3.1 Studi Literatur ......................................................................................................................... 5
3.2 Metode Pengumpulan Data ..................................................................................................... 5
3.3 Diagram Alir Penelitian .......................................................................................................... 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................................. 6
4.1 ZnO Berbasis Biomedis .......................................................................................................... 6
4.1 Struktur Nano ZnO .................................................................................................................. 7
4.2 Prinsip Kerja ZnO Nanoarray ................................................................................................. 7
4.3 Dampak Sitotoksitas ZnO pada Sel Target ............................................................................. 8
4.4 Uji In Vivo ............................................................................................................................ 10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................. 11
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 11
5.2 Saran...................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 17
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Prinsip Kerja ZnO nanowire dengan nanogenerator .............................................................. 7


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada beberapa sinonim dari biomimetic, seperti biomimesis, biomimikri, bionic,


biognosis, dan desain menyerupai alam. Dalam hal ini satu-kesatuan istilah tersebut telah
disingkat menjadi biomimetic (J.F. Vincent, 2006) . Sejak tahun 1957, kata biomimetic telah
digunakan pertama kalinya oleh Otto Schmitt pada studi biofisika. Beliau telah menjelaskan
bahwa biomimetic tidak hanya fokus pada subjek material tetapi pendekatan pada permasalahan
teknologi yang memanfaatkan teori dan teknologi biosains (Vincent, 2009). Aplikasi
biomimetic adalah memecahkan permasalah substansial dalam obat-obatan dan farmasi
merupakan metode yang menjanjikan pada pengobatan yang sulit untuk disembuhkan, seperti
kanker. Perkembangan dalam studi ini terus di lakukan, ilmuwan pun berupaya untuk
menemukan proses dan sistem biologis yang benar-benar menyerupai sistem di alam.
Pemahaman tentang struktur makromolekul dan proses yang rumit dari tingkat selular ke
tingkat sub selular (seperti struktur protein dan fungsi biologisnya) membantu mengilhami
ilmuwan untuk meniru prosedur secara alami pada pengaplikasian biomedis. Konsep dari
biomimesis ini adalah proses sellular termasuk pemahaman penumbuhan sel dan bagiannya,
regulasi metabolisme, interaksi sellular dan jalannya sinyal antar hormon (S. Venkatesh, 2005).

Saat ini riset pada drug delivery sistem telah berkonstentrasi pada target yang akan di
aplikasikan yang mana dapat membawa dan mengirimkan obat kedalam sitoplasma dari target
sell tanpa efek berbahaya dan racun untuk kesehatan organ ataupun rekayasa organ tersebut.
Sebelumnya bahwa kemunculan nanoteknologi juga menjadi kemungkinan dari enkapsulasi
obat-obatan kedalam pembawa nano telah tersedia. juga dalam permasalahan pengobatan yang
tidak terpecahkan,, agen terapi biodegredasi dan obat-obatan dengan racun yang tinggi untuk
sistem biologis sudah terpecahkan. Dengan ukuran yang kecil, nanopartikel tersebut dapat
berdifussi intersellular (C. Vauthier, 2008).

Studi pieozoelektrik nanostruktur telah dikembangkan sebagai alternatif dalam sistem


penghantar obat. Penelitian ilmiah dan teknis serta aplikasi yang relavan secara teknologi bahan
canggih yang terstruktur mikro terus meningkat hingga saat ini. Dalam pendekatan fisika,
pengembangan penelitian penghantar obat dapat dilakukan melalui pendekatan nano, dimana
2

material yang digunakan memiliki sifat fisika yang dapat digunakan layaknya perangkat mikro
berstruktur nano.

Pada penilitian ini, ditinjau dari berbagai aspek biomimetric dalam smart biomaterial
yang sering kali digunakan dalam riset yang lebih lanjut terhadap sistem pengantar obat yaitu
bagiamana pengaruhnya terhadap kadar racun yang terkandung dalam aplikasi pieozoelektrik
nanostruktur tersebut, serta uji in vivo dan in vitro yang lebih spesifik dari aplikasi dan struktur
biomimetrik yang sudah di uji dalam riset terkini. Sehingga penerapan smart biomaterial dapat
menjadi alternatif untuk pengobatan modern yang lebih effisien dan mengikuti kaidah
alamiahnya. Smart biomaterial yang digunakan adalah nanokeramik ZnO, penilitian ini akan
meninjau bagaimana struktur nano ZnO yang dapat di aplikasikan sebagai alternatif penghantar
obat dan kaidah prinsip kerja pieozolektrik ZnO dalam riset terkini.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur nanokeramik ZnO dalam sistem penghantar obat?


2. Bagaimana sifat fisika nanokeramik ZnO?
3. Seberapa bahaya dan beracunya nanokeramik ZnO jika di tinjau aspek in vivo?

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui jenis, struktur nanokeramik ZnO


2. Mengeathui sifat fisika aplikasi nanokeramik ZnO
3. Mengetahui aspek in vivo serta tingkat racun pada aplikasi nanokeramik ZnO

1.3 Manfaat Penulisan

Peniltian ini merupakan studi litelatur yang di kumpulkan untuk menjadi referensi
relavan dalam studi maupun riset selanjutnya maka diharapkan dengan penilitian ini dapat
menjadi ide dasar yang akan dikembangkan selanjutnya pada pekan kreativitas mahasiswa.
Selain itu dapat menambah wawasan civitas akademika serta masyarakat umum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Smart Biomaterial

Kecerdasan adalah fitur khas sistem biologis yang mampu berinteraksi secara adaptif
dengan lingkungan. Memang, sistem biologis yang lebih atau kurang kompleks dapat
memodifikasi diri mereka sendiri berdasarkan informasi yang mereka dapatkan dari lingkungan
sekitarnya untuk menanggapi rangsangan tersebut. Demikian pula, istilah "Smart" umumnya
mengacu pada bahan-bahan yang, sebagai respons terhadap stimulus eksternal yang dipaksakan
atau perubahan kondisi sekitarnya, dapat mengubah satu atau lebih sifat fungsional atau
strukturalnya secara reversibel. Rangsangan eksternal yang menyebabkan respon cerdas dari
bahan-bahan bisa dari berbagai jenis: fisik (suhu, cahaya, medan listrik atau magnet, dll), kimia
(pH, analit konsentrasi di udara, air, cairan biologis), dan mekanik (stres , saring). Hal ini
dimaksudkan bahwa proses sepenuhnya reversibel: Smart material mampu kembali ke keadaan
semula segera setelah pemicu (stimulus eksternal) dihapus (Ciofani, 2012).

Contoh Materi Cerdas yang banyak dikenal meliputi shape memory alloy dan polimer
yang mengubah bentuk fisik mereka kembali ke yang telah ditetapkan sebagai respons terhadap
variasi suhu, membuatnya berguna untuk aktuasi; kopolimer blok mikro atau berstrukturnano
yang mengubah sifat permukaannya dari hidrofilik menjadi hidrofobik (dan / atau sebaliknya)
sebagai respons terhadap perubahan suhu (Schild, 1992); beberapa kelas polimer cross-linked
yang mampu menyembuhkan kerusakan mekanis mereka sendiri dengan ikatan kimia yang
memulihkan diri sendiri yang telah dibelah (Trask, 2007); bahan piezoelektrik yang mampu
mentransduksi deformasi mekanik dalam potensi listrik dan sebaliknya (Jaffe, 1971); hidrogel
cerdas yang mampu membengkak atau hilang sebagai respons terhadap perubahan pH dan
diterapkan secara luas dalam sistem pengiriman obat (Jagur-Grodzinski, 2010);
nanocomposites polimer chemoresponsive yang mampu mengubah kekakuan mereka di
hadapan regulator kimia meniru arsitektur beberapa echinodermata (Capadona, 2008), dll.
Contoh yang diatas menunjukkan potensi luar biasa dari Smart Material di bidang biomedis.
4

2.1 Nanotube

Carbon Nanotube (CNT) adalah salah satu jenis dari karbon nanostruktur. Karbon
nanostruktur telah menarik perhatian dunia (Kim, 2006). Bentuk strukturnya berukuran nano
dan terdiri dari atom-atom karbon. Karbon mempunyai bentuk alotrop dari 0-D sampai 3-D,
sehingga berdasarkan strukturnya karbon nanostruktur terdiri dari karbon nanostruktur 0-D
yaitu fullerenes, karbon nanostruktur 1-D yaitu carbon nanotube (CNT), karbon nanostruktur
2-D yaitu graphene dan karbon nanostruktur 3-D yaitu grafit.

2.2 Nanopartikel

Nanopartikel dapat terjadi secara alamiah ataupun melalui proses sintesis oleh manusia.
Nanopartikel didefinisikan sebagai partikulat yang terdispersi atau partikel-partikel padatan
dengan ukuran partikel berkisar 10 – 100 nm (Lin, 2008). Material nanopartikel menarik banyak
peneliti karena material nanopartikel menunjukkan sifat fisika dan kimia yang sangat berbeda
dari bulk materialnya, seperti kekuatan mekanik, elektronik, magnetik, kestabilan termal,
katalitik dan optik (Deng, 2009).

2.3 Nanofiber

Nanofiber atau serat nano didefinisikan sebagai material yang mempunyai diameter
kurang dari 100 nm (1 nm = 10-9 meter). Serat nano mempunyai sifat yang sangat khas, yaitu
sangat kuat, rasio permukaan terhadap volume yang besar, dan porous. Sehingga serat nano
menjadi bahan yang sangat menjanjikan untuk dimanfaatkan pada berbagai bidang industri,
seperti industri komposit, otomotif, pulp dan kertas, elektronik, tekstil, optik, pertanian,
kosmetik, kesehatan, kedokteran, olah raga, farmasi, dan lain-lain. Sifat lain dari nanofiber itu
permukaannya lebih fleksibel dan memiliki kekuatan yang tinggi (Sivaraj R, 2014).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Studi Literatur

Metodologi penelitian ini adalah studi litelatur dengan mengumpulkan berbagai artikel
dan buku yang berkaitan dengan biomaterial dan biomimetic serta Jurnal nanokeramik ZnO.
Adapun rentang waktu penelitian ini adalah satu semester ganjil atau empat bulan dilakukan di
Institut Teknologi Sumatera. Data yang diperoleh dari studi literature ini akan digunakan
sebagai acuan dalam menyelesaikan rumusan masalah.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data sekunder yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan tugas mandiri ini adalah :

1. Studi nanomedis ZnO


2. Penelitian struktur pieozoelektrik nanostruktur ZnO
3. Penelitian secara in vitro maupun in vivo pada nanodivais ZnO

Data ini diperoleh dengan studi literature melalui buku, jurnal maupun artikel ilmiah. Hasil data
tersebut digunakan untuk membuat pengaruh pada sifat biomimetik ZnO.

3.3 Diagram Alir Penelitian

Secara sistematis langkah-langkah dalam studi mandiri dijadikan dalam bentuk diagram
alir seperti gambar berikut ini:

Studi Literatur

Pengumpulan
data

Pieozoelektrik
nanostruktur ZnO

Analisa Kesimpulan dan Saran


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 ZnO Berbasis Biomedis

ZnO telah digunakan dalam sejumlah besar aplikasi untuk sifat optik, semikonduktor,
piezoelektrik dan magnetik yang unik, termasuk tabir surya, biosensor, aditif makanan, pigmen
dan bahan elektronik. Sebagai contoh penggunaan biomedis, nanorods ZnO digunakan pada
transistor mobilitas elektron tinggi karena mereka sensitivitas untuk deteksi glukosa. Baru-baru
ini, fabrikasi biosensor listrik berdasarkan permukaan nanorods ZnO yang berfungsi telah
diusulkan untuk mendeteksi molekul biologis yang sangat sensitif, karena mereka dapat dengan
mudah mendeteksi streptavidin yang mengikat ke konsentrasi 25 nM, yang lebih sensitif
daripada biosensor listrik berstrukturnano satu dimensi . Ini tampaknya hasil dari antarmuka
yang bersih antara permukaan nanorod ZnO dan spesies biologi atau kimia (Kim, 2006).
Perangkat transistor efek medan (FET) yang diusulkan oleh Kim dan koleganya dengan lubang
skala mikrometer di pusat saluran terhadap ZnO mampu meningkatkan sensitivitas perangkat
melalui pengurangan kebocoran arus dari larutan berair. Namun, adsorpsi yang kuat dari
molekul pada permukaan ZnO dilaporkan mempengaruhi sifat listrik dari perangkat berbasis
ZnO, tergantung fenomena permukaan yang dimediasi (Kim, 2006).

Di bidang biomedis, ZnO NP (Nanopartikel) secara luas dikenal karena aktivitas


antibakterinya (Adams, 2006) . Ada beberapa laporan ilmiah yang mengkonfirmasi keefektifan
sistem berbasis NP-ZnO sebagai agen profilaksis terhadap infeksi bakteri. NP-ZnO juga
digunakan untuk sitotoksisitas selektif terhadap sel kanker, di mana mereka menunjukkan
sitotoksisitas oleh ketidakseimbangan aktivitas protein tergantung seng dan induksi ROS
(Reactive Oxygen Species) (Kim, 2006). Nano partikel tembaga oksida dapat dengan mudah
disintesis menggunakan ekstrak tumbuhan seperti Ficus religiosa (Shen, 2013) atau Acalypha
indica (Sivaraj R, 2014) dan metode sintesis mereka sederhana, tidak beracun dan ramah
lingkungan (Narayanan KB, 2010). Pori-pori terkendali dari silika nano partikel membuat
mereka pembawa yang baik untuk obat-obatan dalam terapi antikanker. Selain itu, emas, perak
dan platinum nano partikel, yang dikenal sebagai logam mulia atau Nano partikel logam mulia,
juga digunakan untuk terapi kanker sebagai pengiriman obat dan agen terapeutik
(Bhattacharyya S, 2011). Sifat reaktif rendah dari elemen mulia ini menguntungkan untuk
tujuan pengiriman obat. Di antara semua nano partikel ini, NP-ZnO menunjukkan aplikasi yang
7

menjanjikan dan kemanjuran dalam terapi kanker karena sifat mereka yang sangat selektif dan
potensi terhadap sel kanker.

4.1 Struktur Nano ZnO

Melihat kembali pada sifat dari ZnO NP yang sangat aplikatif dalam bidang biomedis,
maka di perlukan desain dari struktur nano ZnO itu sendiri. Dalam hal ini, ZnO dapat
diaplikasikan dalam bentuk divais piezoelektrik yang dapat merangsang stimulus dari luar
karena ada pengaruhnya terhadap gelombang ultrasonik. Perangkat ini dapat di kendalikan dari
luar sehingga dapat mengikuti kaidah biomimetic dalam merangsang sel yang akan di targetkan.
Sifat-sifat ini dapat secara mendasar dianggap berasal dari struktur wurtzit dari struktur nano
ZnO, di mana kation Zn dan O anion disusun dengan koordinasi tetrahedral. Interaksi
permukaan dari muatan kutub diatur dengan mode ini menimbulkan berbagai bentuk
nanostructures berbeda (misalnya, nanobelts, nanosprings, nanorings, nanohelices (Z.L. Wang,
2004)), dan semua ini sangat menjanjikan untuk berbagai aplikasi teknologi berkat sifat
piezoelektrik mereka yang luar biasa. Merintis pengembangan dan karakterisasi nanogenerators
ZnO nanowire, Dr. Wang dan rekan kerja pertama kali menunjukkan bahwa susunan
berstrukturnano ini dapat didorong oleh gelombang ultrasonik untuk menghasilkan output arus
searah. Nanogenerators dibuat dengan susunan nanowire ZnO yang diluruskan secara vertikal,
ditempatkan di bawah elektroda logam yang sesuai. Gelombang ultrasonik mendorong
elektroda naik dan turun untuk membengkokkan dan / atau menggetarkan kawat nano, dan yang
terakhir mengubah energi mekanik menjadi listrik berkat proses penggabungan semikonduktor
piezoelektrik

4.2 Prinsip Kerja ZnO Nanoarray

Gambar 1 Prinsip Kerja ZnO nanowire dengan nanogenerator


8

Pada prinsipnya ZnO nanoarray ditemukan dan dipublikasikan pertama kali oleh Prof.
Zhong Lin Wang dari Georgia Institute of Technology pada tahun 2006, nanogenerator dibuat
menggunakan ZnO nanowires yang ditumbuhkan vertikal terhadap substrat-nya. ZnO adalah
material “piezoelectric” yang merupakan material aktif pada nanogenerator ini. Substrate yang
digunakan bisa berupa substrate padat seperti gallium arsenide atau sapphire dan bisa juga
berupa substrate fleksibel. Tentu saja substrate ini harus dilapisi lapisan konduktif agar bisa
mengalirkan arus yang dihasilkan. Selain itu, elektroda lain yang mempunyai permukaan yang
zig-zag yang dilapisi dengan bahan konduktif ditempatkan diatas permukaan ZnO nanowires.
Untuk menjaga keelastikan nanogenarator, alat ini diselubungi dengan polimer yang elastik.
Digerakan dengan vibrasi atau tekanan mekanis lain, nanowires akan berkontak dengan
elektroda dan kemudian mengalirkan arus listrik. Dengan proses optimisasi, diharapkan dalan
1 cm3 nanogenerator akan menghasilkan listrik sebesar 4 watt. Dengan tenaga sebesar ini akan
cukup digunakan untuk memberi daya peralatan-peralatan berbasis nano seperti biosensor
implant untuk medis, sensor untuk kepentingan monitor lingkungan di daerah terpencil dan juga
untuk nanorobot. Aplikasinya dalam drugs dilevery adalah mengoptimalkan bagaimana ZnO
nanoarray dapat mencapai target dengan tepat sasaran, sehingga dengan prinsip ini sifat
kelistrikan dari bahan nanokeramik ZnO sangat berpengaruh, sehingga studi dalam skala nano
dapat terus dikembangkan.

4.3 Dampak Sitotoksitas ZnO pada Sel Target

Nanopartikel ZnO menunjukkan biokompatibilitas yang relatif tinggi. Bentuk bulkier


mereka umumnya diakui aman (GRAS) oleh FDA. Seng merupakan faktor penting dalam
berbagai mekanisme seluler dan memainkan peran penting dalam menjaga homeostasis seluler;
maka ZnO menunjukkan biokompatibilitas. ZnO yang diberikan dapat dengan mudah terurai
atau dapat mengambil bagian dalam siklus nutrisi aktif tubuh. Zaveri et al telah menyelidiki
sitotoksisitas ZnO mengevaluasi respon makrofag untuk nanorod ZnO dibandingkan dengan
permukaan ZnO yang tergagap untuk membedakan efek karena topografi permukaan dari
antara yang disebabkan oleh material. Tujuan mereka adalah untuk mendapatkan permukaan
yang mampu mengarahkan respon benda asing dengan memodulasi adhesi makrofag. Hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa nanorods ZnO memang menghambat adhesi makrofag
pada titik waktu awal (3 jam), tetapi menginduksi kematian sel nekrotik pada waktu yang lebih
lama (16 jam). Telah dibuktikan bahwa adhesi sel dan viabilitas sel yang berubah dapat juga
diperoleh kultur makrofag pada substrat ZnO yang tergagap yang tidak menunjukkan fitur
nanotopographical nanorods ZnO. Hal ini disebabkan oleh sitotoksisitas intrinsik dari bahan
9

yang berasal dari konsentrasi tinggi ion Zn yang dilepaskan oleh substrat ZnO (diukur dengan
spektroskopi Plasma-Mass secara induktif berganda) dalam media kultur. Memang, viabilitas
makrofag ditemukan independen pada kontak langsung antara sel dan substrat, sementara itu
mengakibatkan secara drastis dipengaruhi oleh produk-produk pembubaran ZnO.

Banyak penelitian lain telah menyoroti sitotoksisitas ZnO NP. Sebagai contoh, sel
endotel aorta manusia menunjukkan 50% kematian ketika ZnO NP diinkubasi selama 4 jam
pada konsentrasi 50 ppm (Gojova, 2007). Secara analog, tingkat kematian sel-sel
neuroblastoma tikus adalah sama ketika sel-sel diobati dengan 50 nm ZnO NP dengan dosis
100 ppm (Jeng, 2006) Sel Mesothelioma MSTO-211H dan rodent 3T3 fibroblast mati setelah
72 jam inkubasi dengan 19 nm ZnO NPs pada konsentrasi 15 ppm (Brunner, 2006) dan efek
sitotoksik juga dibuktikan pada fibroblast dermal manusia yang dirawat selama 4 jam dengan
nanopowder ZnO (50-70 nm). diameter) (Dechsakulthorn, 2007). Lin et al. telah menunjukkan
bahwa ZnO NP dengan diameter berkisar di 70-420 nm terutama menurunkan vitalitas sel dan
menyebabkan kerusakan oksidatif pada DNA dalam dosis dan waktu yang independen (Lin,
2008). Selanjutnya, proliferasi fibroblas tikus, sel kanker serviks manusia L929 dan sel HeLa
secara drastis berkurang setelah inkubasi dengan ZnO NP, yang juga menyebabkan kematian
sel yang signifikan.

Singkatnya, fenomena sitotoksik ini tampaknya tergantung pada ukuran ZnO NP dan
konsentrasi ion Zn2+ yang dicapai pada tingkat intraseluler (Deng, 2009). Mekanisme apoptosis
atau nekrotik yang diinduksi ZnO belum sepenuhnya dipahami tetapi telah diketahui bahwa
aktivitas mitokondria terhambat pada tingkat yang berbeda oleh ion Zn2+ (Daniels, 2004). Lebih
lanjut, pembubaran ZnO tampaknya terjadi di dalam endosom seluler yang mengarah pada
perolehan spesies oksigen reaktif (ROS) - kerusakan sel oksidatif yang terinduksi dan kematian
sel.

Mekanisme toksisitas tampaknya melibatkan pembentukan spesies oksigen reaktif


(ROS), yang diproduksi oleh sel kanker pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan sel
normal. Sebuah model sitotoksisitas NP NP baru-baru ini telah diusulkan dalam (Taccola,
2011).

Pada dasarnya, proses telah dilaporkan melibatkan tiga langkah:

i) internalisasi NP melalui reseptor mediated endocytosis (RME);


ii) hidrolisis ZnO NPs dalam Zn2+ ion dalam lisosom dan
iii) pelepasan Zn2 + di dalam sitosol. Nilai ambang dari ZnO NP intraseluler [Zn2
+] yang mampu menginduksi kematian sel telah ditemukan menjadi 0,40 ± 0,02
10

mM. Namun, ZnO NP menghasilkan sitotoksik juga untuk sel normal yang
berproliferasi cepat, seperti sel punca mesenkimal. Untuk menargetkan sel-sel
kanker saja, diperlukan penelitian lebih lanjut, mungkin melibatkan
fungsionalisasi nanopartikel dengan ligan yang dapat membuatnya lebih
selektif.

4.4 Uji In Vivo

Setelah serangkaian pengamatan in vitro yang luas, mengatasi sitokisitas selektif dari
sistem nano ini, studi in vivo pada ZnO NP juga telah dilakukan untuk memverifikasi efek
toksik yang mungkin pada organ tunggal dan metabolisme, serta pada toksisitas sistemik.
Zheng dan rekan melakukan studi tentang toksisitas sistemik pada ZnO NP pada tikus: di sini,
di semua organ tubuh sel abnormal dan kerusakan morpho-struktural dengan infiltrat inflamasi
terdeteksi. Selain itu, mikroskop elektron transmisi (TEM) menguraikan kerugian akson neural,
degenerasi vakuolar dan vacuolisation sitoplasma pada sel-sel saraf otak tikus (Ciofani, 2012).
Sehingga dampak yang signifikan yang dapat terjadi tidak lah berbahaya selagi dosis yang
diberikan sudah sesuai takarannya, tingkat toksisitas logam yang tercampur perlahan akan larut.
Untuk itu diperlukan penelitian lanjutan dimana kondisi kultur liquid yang berbeda.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Sifat-sifat mendasar nanokeramik ZnO berasal dari struktur wurtzit dan struktur nano
ZnO, di mana kation Zn dan O anion disusun dengan koordinasi tetrahedral. Interaksi
permukaan dari muatan kutub diatur dengan mode ini menimbulkan berbagai bentuk
nanostructures berbeda (misalnya, nanobelts, nanosprings, nanorings, nanohelices)
2. Sifat listrik dari sturuktur nano ZnO dapat diaplikasikan dalam nanogenerator berbahan
pieozoelektrik. Dalam mencapai sel target sasaran haruslah tepat, sehingga dengan
mengikuti kaidah biomimetik, nanostruktur ZnO dapat bergerak hingga sel yang dituju
ditemukan. Prinsip energi yang berasal dari obat itu sendiri dan lingkungan sekitar sel
membantu dalam mendegradasi sel yang rusak tersebut.
3. Penelitian terbaru telah mengkaji bahwa aspek in vivo telah dilakukan pada
nanokeramik ZnO baik aplikasinya dalam implant maupun pada penghantar obat. Hasil
signifikan dari uji in vivo menunjukkan bahwa nanokeramik ZnO dalam batas aman
jika sesuai dosis dan sifatnya biodegredasi dan biokompabilitas terhadap respon tubuh.

5.2 Saran

Penelitian lebih lanjut terhadap kajian smart biomaterial dengan sifat biomimetik dapat
pada pengujian keadaan basah sesuai kondisi sel untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
Penilitan pada sifat bahan nano struktur ZnO juga dapat di kembangkan untuk mendapatkan
nanogenerator yang mumpuni dalam self-energy mengikuti kaidah alamiah kondisi sel.
DAFTAR PUSTAKA

Adams, L. L. D. A. P., 2006. Comparative eco-toxicity of nanoscale TiO2, SiO2, and ZnO water
suspensions. s.l.: Water Res. 40.

Bhattacharyya S, .. K. R. B. R. M. P., 2011. Inorganic Nanoparticles in Cancer Therapy. Pharmaceutical


Research, Volume 128, p. 237.

Brunner, T. W. P. M. P. e. a., 2006. In vitro cytotoxicity of oxide nanoparticles comparison to


asbestos, silica, and the effect of particle solubility.. EnvironSci. Technol., Volume 40, p. 4374–4381 .

C. Vauthier, D. L., 2008. In: Modular biomimetic drug delivery systems. s.l.: J. Drug Deliv., pp. 59-68.

Capadona, J. e. a., 2008. Stimuli-responsive polymer nanocomposites inspired by the sea cucumber
dermis. s.l.:Science 319.

Ciofani, G., 2012. Introduction to Smart Materials. In: Nanomedicine and Nanotoxicology. New York:
Spinger, pp. 1-2.

Daniels, W. H. J. S. R. e. a., 2004. A mechanism for zinc toxicity in neuroblastoma cells.. Metab. Brain
Dis., Volume 19, p. 79–88 .

Dechsakulthorn, F. H. A. B. S. e. a., 2007. In vitro cytotoxicity assessment of selected nanoparticles


using human skin fibro-blasts.. AATEX 14, p. 397–400 .

Deng, X. L. Q. C. W. e. a., 2009. Nanosized zinc oxide particles induce neural stem cell apoptosis..
Nanotechnology, Volume 20, pp. 115-101.

Gojova, A. G. B. K. R. e. a., 2007. Induction of inflammation in vascular endothelial cells by metal


oxide nanoparticles: effect of particle composition.. Environ Health Perspect , Volume 115, p. 403–
409.

J.F. Vincent, O. B. N. B. A. B. A.-K. P., 2006. In: Biomimetics: its practice and theory. s.l.:J. R. Soc.
Interface 3, p. 471–482.

Jaffe, B., 1971. Piezoelectric ceramics. New York: Academi Press.

Jagur-Grodzinski, J., 2010. Polymeric gels and hydrogels for biomedical and pharmaceutical
applications. s.l.:Polymers for Advanced Technologies 21.

Jeng, H. S. J., 2006. Toxicity of metal oxide nanoparticles in mammalian cells. J. Environ. Sci. Health A ,
Volume 41, p. 2699–2711 .

Kim, J. P. W. L. C. e. a., 2006. ZnO nanorod biosensor for highly sensitive detection of specific protein
binding. Korean: J. Korean PhysSoc. 4.

Lin, W. X. Y. H. C. e. a., 2008. Toxicity of nano- and micro-sized ZnO particles in human lung epithelial
cells. J. Nanopart Res., Volume 11, p. 25–39.

Narayanan KB, .. S. N., 2010. Biological synthesis of metal nanoparticles by microbes.. Adv Colloid
Interface Sci, Volume 156, p. 11.

S. Venkatesh, M. B. N. P. J. H., 2005. In: Applications of biomimetic systems in drug delivery, Expert
Opins. s.l.:Drug Deliv, pp. 1085-1096.
18

Schild, H., 1992. Poly(N-isopropylcylamide) : Experiment, Theory and Aplication Progress in Polymer
Science. England: Oxford.

Shen, C. J. S. d. J. M. T. T. W. P. F. B., 2013. Relating cytotoxicity, zinc ions, and reactive oxygen in ZnO
nanoparticle-exposed human immune cells. Toxicol Sci, Volume 136, p. 120.

Sivaraj R, .. R. P. R. P. N. S., 2014. Biosynthesis and characterization of Acalypha indica mediated


copper oxide nanoparticles and evaluation of its antimicrobial and anti‐cancer activity.. Spectrochim
Acta A Mol Biomol Spectrosc, Volume 225, p. 8.

Taccola, L. R. V. R. C. e. a., 2011. Zinc oxide nanoparticles as selective killers of proliferating cells.,. Int.
J. Nanomed., Volume 6, p. 1129–1140 .

Trask, R., 2007. Self-healing polymer composites: Mimicking nature to enhance performance
Bioinspiration and Biomimetics 2. s.l.:s.n.

Vincent, J., 2009. In: Biomimetics – a review. s.l.: Proc. Inst. Mech. Eng. H J. Eng. Med. , pp. 919-939.

Z.L. Wang, J., 2004. Phys. Condens. Matter 16 , p. 829–858..

Anda mungkin juga menyukai