Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“Cost Utility Analysis”


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakoekonomi

Oleh :

Kelompok 2 S1-VII A

1. Arini Hafifah (1301007)


2. Dewi Anisah (1301023)
3. Frehmi Yulianti (1301036)
4. Heni Hariani Ardi (1301040)
5. Irma Permatasari (1301041)
6. Melda Rahmatul K (1301051)
7. Mutya Octaviani (1301052)

Dosen : Fina Aryani, M.Sc, Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016

1|Cost Utility Analysis


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Cost Utility Analysis”. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu
Fina Aryani, M.Sc, Apt selaku dosen mata kuliah Farmakoekonomi yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Pekanbaru, 24 November 2016

Penyusun

2|Cost Utility Analysis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

1.3 Tujuan Makalah .............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

2.1 Definisi Farmakoekonomi ............................................................................3

2.2 Cost Utility Analysis .....................................................................................4

2.3 Keuntungan dan Kerugian Cost Utility Analysis..........................................7

2.4 Tujuan Cost Utility Analysis ........................................................................7

2.5 Manfaat Cost Utility Analysis ............................................................................ 7

2.6 Prinsip Cost Utility Analysis .............................................................................. 8

2.7 QALYs (Quality-Adjusted Life Years)............................................................... 8

2.8 Langkah-langkah dalam Menghitung QALYs.................................................. 9

2.9 Sistem Klasifikasi Status Kesehatan ............................................................... 16

2.10 Contoh Kasus Cost Utility Analysis ................................................................ 17

BAB III PENUTUP ..............................................................................................20


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................21

3|Cost Utility Analysis


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat sebagai salah satu unsur yang penting dalam upaya kesehatan, mulai
dari upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, diagnosis, pengobatan dan
pemulihan harus diusahakan agar selalu tersedia pada saat dibutuhkan. Disamping
merupakan unsur yang penting dalam upaya kesehatan, obat sebagai produk dari
industri farmasi dengan sendirinya tidak lepas dari aspek ekonomi dan teknologi.
Biaya pelayanan kesehatan, khususnya biaya obat, telah meningkat tajam
beberapa dekade terakhir, dan kecenderungan ini tampaknya akan terus berlanjut.
Hal ini antara lain disebabkan populasi pasien usia lanjut yang semakin banyak
dengan konsekuensi meningkatnya penggunaan obat, adanya obat-obat baru yang
lebih mahal, dan perubahan pola pengobatan. Di sisi lain, sumber daya yang dapat
digunakan terbatas, sehingga harus dicari cara agar pelayanan kesehatan menjadi
lebih efisien dan ekonomis. Tersedianya berbagai macam obat memberikan
dampak positif. Tetapi, semakin banyak jumlah obat yang tersedia, akan
menimbulkan berbagai permasalahan. Dimulai dari semakin banyak nama serta
bentuk sediaan obat yang harus diketahui dokter sehingga kecenderungan bagi
dokter untuk menuliskan resep yang salah semakin besar, hingga permasalahan
mengenai manakah obat yang terbaik yang dapat diberikan pada pasien.Maka dari
aspek inilah kemudian ilmu farmakoekonomi semakin berkembang pada tahun-
tahun terakhir. Dimana pada ilmu farmakoekonomi, akan dibahas tentang cost dan
price dari suatu regimen terapi dengan juga menimbang efek yang ditimbulkan
dari masing-masing obat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Cost Utility Analysis?
2. Apa keuntungan dan kerugian Cost Utility Analysis?
3. Bagaimana tujuan Cost Utility Analysis?
4. Bagaimana manfaat Cost Utility Analysis?

4|Cost Utility Analysis


5. Bagaimana prinsip Cost Utility Analysis?
6. Bagaimana penerapan Cost Utility Analysis?

1.3 Tujuan Makalah

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui Apa itu
Cost Utility Analysis, keuntungan dan kerugian Cost Utility Analysis, tujuan Cost
Utility Analysis, manfaat Cost Utility Analysis, prinsip Cost Utility Analysis, dan
penerapan Cost Utility Analysis.

5|Cost Utility Analysis


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Farmakoekonomi


Farmakoekonomi merupakan salah satu cabang dalam bidang farmakologi
yang mempelajari mengenai pembiayaan pelayanan kesehatan, dimana
pembiayaan dalam hal ini mencakup bagaimana mendapatkan terapi yang efektif,
bagaimana dapat menghemat pembiayaan, dan bagaimana dapat meningkatkan
kualitas hidup.
Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang
diperoleh dihubungkan dengan pengunaan obat dalam perawatan
kesehatan.Analisis farmakoekonomi menggambarkan dan menganalisa biaya obat
untuk sistem perawatan kesehatan.Studi farmakoekonomi dirancang untuk
menjamin bahwa bahan-bahan perawatan kesehatan digunakan paling efisien dan
ekonomis.
Farmakoekonomi didefenisikan juga sebagai deskripsi dan analisis dari
biaya terapi dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, lebih spesifik lagi adalah
sebuah penelitian tentang proses identifikasi, mengukur dan membandingkan
biaya, resiko dan keuntungan dari suatu program, pelayanan dan terapi serta
determinasi suatu alternatif terbaik. Evaluasi farmakoekonomi memperkirakan
harga dari produk atau pelayanan berdasarkan satu atau lebih sudut pandang.
Tujuan dari farmakoekonomi diantaranya membandingkan obat yang
berbeda untuk pengobatan pada kondisi yang sama selain itu juga dapat
membandingkan pengobatan (treatment) yang berbeda untuk kondisi yang
berbeda. Adapun prinsip farmakoekonomi sebagai berikut yaitumenetapkan
masalah, identifikasi alternatif intervensi, menentukan hubungan antara income
dan outcome sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat, identifikasi dan
mengukur outcome dari alternatif intervensi, menilai biaya dan efektivitas, dan
langkah terakhir adalah interpretasi dan pengambilan kesimpulan.
Farmakoekonomi diperlukan karena adanya sumber daya terbatas
misalnya pada Rumah Sakit pemerintah dengan dana terbatas dimana hal yang

6|Cost Utility Analysis


terpenting adalah bagaimana memberikan obat yang efektif dengan dana yang
tersedia, pengalokasian sumber daya yang tersedia secara efisien, kebutuhan
pasien, profesi pada pelayanan kesehatan (Dokter, Farmasis, Perawat) dan
administrator tidak sama dimana dari sudut pandang pasien adalah biaya yang
seminimal mungkin.
Empat jenis metode analisisfarmakoekonomi yang telah dikenal dan
karakteristik yaitu:
Metode analisis Karakteristik Analisis
Analisis minimalisasi biaya (AMiB) Efek dua intervensi sama (atau setara),
Cost Minimalis Analysis (CMA) valuasi/ biaya dalam rupiah.
Analisis efektivitas biaya (AEB) Efek dari satu intervensi lebih tinggi,
Cost-Effectiveness Analysis (CEA) hasil pengobatan diukur dalam unit
alamiah/indikator kesehatan,
valuasi/biaya dalam rupiah.
Analisis utilitas-biaya (AUB) Efek dari satu intervensi lebih tinggi,
Cost Utility Analysis (CUA) hasil pengobatan dalam quality-adjusted
life years (QALYs), valuasi/ biaya
dalam rupiah.
Analisis manfaat-biaya (AMB) Efek dari satu intervensi lebih tinggi,
Cost Benefit Analysis (CBA) hasil pengobatan dinyatakan dalam
rupiah, valuasi/biaya dalam rupiah.

2.2 Cost Utility Analysis


Analisis utilitas-biaya (AUB – Cost Utility Analysis, CUA) adalah teknik
analisis ekonomi untuk menilai utilitas (daya guna) atau kepuasan atas kualitas
hidup yang diperoleh dari suatu intervensi kesehatan. Kegunaan diukur dalam
jumlah tahun dalam keadaan sehat sempurna, bebas dari kecacatan, yang dapat
dinikmati umumnya diekspresikan dalam Quality Adjusted Life Years (QALYs),
atau ‘jumlah tahun berkualitas yang disesuaikan’.

7|Cost Utility Analysis


Cost-Utility Analysis (CUA) mirip dengan Cost-Effectiveness Analysis
(CEA), tetapi hasil (outcome)-nya dinyatakan dengan utilitas yang terkait dengan
peningkatan kualitas atau perubahan kualitas akibat intervensi kesehatan yang
dilakukan, karena itu sering juga dianggap sebagai suatu bentuk CEA . Hal yang
membedakan adalah bahwa CUA lebih mengukur utilitas pada berbagai program.

Menurut Bootman (1996), hasil pengobatan dalam bentuk kuantitas dan


kualitas hidup itu mencerminkan keadaan berikut:
1. Apakah penyakit yang diderita atau pengobatan terhadap penyakit yang
diberikan secara kuantitas akan memperpendek usia pasien?
2. Apakah kondisi penyakit yang diderita pasien atau pengobatan terhadap
penyakit tersebut tidak seperti yang diinginkan? Kalau jawabannya “ya”,
sebesar apa?
3. Apakah dampaknya terhadap usia? Berapa banyak berkurangnya usia
(kuantitatif) dan kepuasan (kualitas) hidup?

Dalam praktek, CUA hampir selalu digunakan untuk membandingkan


alternatif yang memiliki tujuan (objective) sama, seperti:
1. Membandingkan operasi versus kemoterapi
2. Membandingkan obat kanker baru versus pencegahan (melalui kampanue
skrining).

Beberapa istilah yang lazim digunakan dalam AUB, termasuk:


a. Utilitas (Utility). Analisis utilitas-biaya (AUB) menyarrtakan hasil dari
intervensi sebagai utilitas atau tingkat kepuasan yang diperoleh pasien
setelah mengkonsumsi suatu pelayanan kesehatan, misalnya setelah
mendapatkan pengobatan kanker atau penyakit jantung. Unit utilitas yang
digunakan dalam Kajian Farmakoekonomi biasanya ‘Jumlah Tahun yang
Disesuaikan’ (JTKD) atau quality-adjusted life years (QALYs).
b. Kualitas hidup (Quality of Life, QOL). Kualitas hidup dalam AUB
diukur dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan kuantitas (duration of
life) dan pendekatan kualitas (quality of life). (Bootman et al., 1996).

8|Cost Utility Analysis


Kualitas hidup merupakan sebuah konsep umum yang mencerminkan
keadaan yang terkait dengan perubahan dan peningkatan aspek-aspek
kehidupan, yaitu fisik, politik, moral dan lingkungan sosial.
c. QALYs (Quality-Adjusted Life Years). Quality-Adjusted Life Years
(QALYs) atau ‘Jumlah Tahun yang Disesuaikan’ (JTKD) adalah suatu
hasil yang diharapkan dari suatu intervensi kesehatan yang terkait erat
dengan besaran kualitas hidup.

AUB menambah dimensi dari titik pandang atau perspektif pihak tertentu
(biasanya pasien). Pandangan yang bersifat subyektif inilah yang memungkinkan
pengukuran utilitas (preference/value). Unit utilitas, termasuk JTKD, merupakan
sintesis dari berbagai hasil (outcome) fisik yang dibobot menurut preference
terhadap masing-masing hasil pengobatan tersebut.

JTKD didasarkan pada keyakinan bahwa intervensi kesehatan dapat


meningkatkan survival (kuantitas hidup) ataupun kemampuan untuk menikmati
hidup (kualitas hidup). Pada penghitungan besaran utilitas yang paling banyak
dipakai ini, dilakukan pembobotan kualitas terhadap setiap tahun pertambahan
kuantitas hidup yang dihasilkan suatu intervensi kesehatan. Dengan demikian,
JTKD merupakan penggabungan dari kedua elemen tersebut.

Secara teknis, JTKD diperoleh dari perkalian antara nilai utilitas dan nilai
time preference, dimana nilai utilitas menggambarkan penilaian pasien terhadap
kualitas hidupnya saat itu. Penilaian yang dilakukan secara subyektif oleh pasien
didasarkan pada berbagai atribut kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan,
sementara time preference menggambarkan perkiraan pertambahan usia (dalam
tahun) yang diperoleh karena pengobatan yang diterima.

Terkait teknis perhitungan, pengertian “adjusted” atau “disesuaikan” pada


JTKD adalah penyesuaian pertambahan usia yang akan diperoleh dengan utilitas.
Dengan penyesuaian ini, diperoleh jumlah tahun pertambahan usia dalam kondisi
sehat penuh. Nilai utilitas berkisar dari 1 (hidup dalam keadaan sehat sempurna)
sampai 0 (mati). Jadi, jika seorang pasien menilai bahwa keadaannya setelah

9|Cost Utility Analysis


periode terapi yang diperoleh setara dengan 0,8 keadaan sehat sempurna dan
pertambahan usianya 10 tahun, pertambahan usia yang berkualitas bukanlah 10
tahun, melainkan 0,8 x 10 tahun = 8 tahun (Drummond et al., 1987).

2.3 Keuntungan dan Kerugian Cost Utility Analysis

Keuntungan dari analisis ini dapat ditujukan untuk mengetahui kualitas


hidup. Kekurangan analisis ini bergantung pada penentuan QALYs pada status
tingkat kesehatan pasien.

2.4 Tujuan Cost Utility Analysis

Tujuan dari CUA adalah untuk memperkirakan perbandingan antara suatu


biaya intervensi yang berhubungan dengan kesehatan dan menghasilkan
keuntungan dalam hal kualitas hidup dalam setahun oleh para penerima manfaat
kesehatan.

2.5 Manfaat Cost Utility Analysis


Dalam skala kecil dapat menentukan terapi terhadap pasien dalam suatu
pengobatan yang dipilih sehingga dengan biaya yang minimal berdampak manfaat
yang maksimal. Dalam sekala besar pemerintah dapat menentukan kebijakan
dalam hal pemberian subsidi terhadap obat atau program kesehatan.

10 | C o s t U t i l i t y A n a l y s i s
2.6 Prinsip Cost Utility Analysis

Analisa biaya dilakukan untuk menentukan biaya yang dikeluarkan dalam


kurun waktu satu tahun anggaran. Pelayanan kesehatan kesehatan yang bertujuan
untuk meningkatkan tercapainya hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
terwujud kesehatan masyarakat yang optimal.

2.7 QALYs (Quality-Adjusted Life Years)


Quality-adjusted life years (QALYs) atau ‘Jumlah Tahun yang Disesuaikan’
(JTKD) adalah suatu hasil yang diharapkan dari suatu intervensi kesehatan yang
terkait erat dengan besaran kualitas hidup. Pada QALYs, pertambahan usia (dalam
tahun) sebagai hasil intervensi disesuaikan nilainya dengan kualitas hidup yang
diperoleh (Bootman et al., 1996).
AUB menambah dimensi dari titik pandang atau perspektif pihaktertentu
(biasanya pasien). Pandangan yang bersifat subyektif inilah yang memungkinkan
pengukuran utilitas (preference/value). Unit utilitas, termasuk JTKD, merupakan
sintesis dari berbagai hasil (outcome) fisik yang dibobot menurut preference
terhadap masing-masing hasil pengobatan tersebut.
JTKD didasarkan pada keyakinan bahwa intervensi kesehatan dapat
meningkatkan survival (kuantitas hidup) ataupun kemampuan untuk menikmati
hidup (kualitas hidup). Pada penghitungan besaran utilitas yang paling banyak
dipakai ini, dilakukan pembobotan kualitas terhadap setiap tahun pertambahan
kuantitas hidup yang dihasilkan suatu intervensi kesehatan.Dengan demikian,
JTKD merupakan penggabungan dari kedua elemen tersebut.
Secara teknis, JTKD diperoleh dari perkalian antara nilai utilitas dan nilai
time preference, dimana nilai utilitas menggambarkan penilaian pasien terhadap
kualitas hidupnya saat itu. Penilaian yang dilakukan secara subyektif oleh pasien
didasarkan pada berbagai atribut kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan,
sementara time preference menggambarkan perkiraan pertambahan usia (dalam
tahun) yang diperoleh karena pengobatan yang diterima.
Terkait teknis perhitungan, pengertian “adjusted” atau “disesuaikan” pada
JTKD adalah penyesuaian pertambahan usia yang akan diperoleh dengan utilitas.

11 | C o s t U t i l i t y A n a l y s i s
Dengan penyesuaian ini, diperoleh jumlah tahun pertambahan usia dalam kondisi
sehat penuh. Nilai utilitas berkisar dari 1 (hidup dalam keadaan sehat sempurna)
sampai 0 (mati). Jadi, jika seorang pasien menilai bahwa keadaannya setelah
periode terapi yang diperoleh setara dengan 0,8 keadaan sehat sempurna—utilitas
= 0,8—dan pertambahan usianya 10 tahun, pertambahan usia yang berkualitas
bukanlah 10 tahun, melainkan 0,8 x 10 tahun = 8 tahun (Drummond et al., 1987).

Gambar Diagram QALYs (Quality-Adjusted Life Years)

2.8 Langkah-langkah dalam Menghitung QALYs

Untuk menghitung QALYs, beberapa langkah perlu dilakukan, yaitu

1. Deskripsi masing-masing penyakit atau status kesehatan


2. Memilih metode untuk menentukan utility
3. Memilih subyek yang akan ditetntukan utility
4. Mengalikan utility dengan lama hidup untuk masing-masing pilihan untuk
mendapatkan nilai QALYs

Langkah 1. Deskripsi masing-masing penyakit atau status kesehatan

Deskripsi harus menggambarkan pengaruh kesehatan yang diharapkan dari


suatu penyakit atau keadaan kesehatan dengan singkat. Meliputi nyeri, rasa tidak
nyaman, keterbatasan dalam beraktivitas, waktu yang digunakan untuk terapi,
perubahan yang mungkin pada persepsi kesehatan (cemas atau keprihatinan) dan
perubahan mental.

12 | C o s t U t i l i t y A n a l y s i s
Contoh berikut ini menggambarkan dialisis ginjal di rumah sakit : anda
selalu merasa lelah dan letih. Sebuah cateter dimasukkan dalam lengan atau kaki,
yang membatasi gerak anda. Tidak ada rasa sangat nyeri, tetapi keadaan yang
tidak menyenangkan dan sifatnya kronis. Anda harus ke rumah sakit dua kali
seminggu selama 8 jam setiap kunjungan, harus mengikuti aturan diet yang ketat
(rendah garam, konsumsi daging sedikit, tidak mengkonsumsi alkohol). Beberapa
orang menjadi tertekan karena menyusahkan orang lain dan membatasi
aktivitasnya, dan beberapa merasa seperti hidupnya tergantung alat bantu.

Langkah 2. Memilih metode untuk menentukan utility

Terdapat tiga metode yang sering digunakan untuk menentukan pilihan, atau
mengukur score utility, yaitu rating scale (RS), standard gamble (SG), dan time
tradeoff (TTO). Setiap metode, keadaan atau kondisi beberapa penyakit diuraikan
kepada subyek untuk mambantu menentukan dimana keadaan penyakit atau
kondisi kesehatan berada antara 0,0 (meninggal) dan 1,0 (kesehatan sempurna).

a. Rating Scale
Rating scale terdiri dari garis dengan skala seperti thermometer, dengan
kesehatan yang sempurna pada tempat peling atas (100) dan kematian di
bawah (0), instrumen ini disebut Visual Analog Scale (VAS). VAS sama
dengan rating scale, tetapi rating scale tidak mempunyai nilai antara score
yang terbaik dan terburuk, dan subyek menentukan nilai dengan ‘X’
diantara dua nilai yang menenjukkan pilihannya. Keadan penyakit yang
berbeda diuraikan kepada subyek, dimana subyek akan menetapkan
pilihan pada posisi mana pada rating scale, yang menunjukkan nilai relatif
dari penyakit tersebut. Misalnya, jika keadaan penyakit bereada pada skala
70, keadaan penyakit tersebut diberikan nilai utility 0,7. Banyak orang
akan setuju bahwa alergi mausiman tidak akan menurunkan kualitas hidup
seseorang, tidak seperti nyrei yang berat selama setahun. Oleh karena itu
score untuk alergi ringan pada RS akan mendekati 1,0 (100) dan nyeri
yang berat akan mendekati nilai 0 atau berada di bawah pada skala RS.

13 | C o s t U t i l i t y A n a l y s i s
Gambar 1 berikut merupakan contoh perkiraan nilai skore dari beberapa
keadaan kesehatan menggunakan RS. Perlu diperhatikan bahwa lamanya
seseorang mengalami suatu penyakit akan mempenmgaruhi nilai score.

Gambar 1. Rating Scale dari beberapa keadaan penyakit (Rascati, 2009)

b. Standard Gamble
Metode kedua untuk menentukan skore pilihan pasien (utility) adalah
metode standard gamble (SG). Pada metode ini setiap subyek ditawarkan
dua alternatif. Alternatif pertama adalah terapi dengan dua keluarkan yang
mungkin, yaitu kembali ke kesehatan yang normal atau kematian segera.
Alternatif kedua keluaran yang pasti dari keadaan kesehatan kronik
berdasarkan harapan hidup seseorang (probabiltas/p) dari kesehatan
normal atau kematian segera (1-p). Misalnya seseorang dihadapkan pada
dua pilihan, yaitu transplantasi ginjal dengan probabilitas meninggal 20%
(kesempatan untuk kembali normal 80%) selama operasi (alternatif 1) atau
dialisis selama sisa hidupnya (alternatif 2).

14 | C o s t U t i l i t y A n a l y s i s
Gambar 2. Standard Gamble (Rascati, 2009)

Jika seseorang mengatakan memilih operasi dengan kemungkinan


operasinya berhasil, p adalah 80% (kemungkinan meninggal 20%),
persentase kemungkianan berhasil akan menurun sampai orang tersebut
mencapai point of indifference (poin dimana dua pilihan mendekati sama
dan seseorang tidak dapat memutuskan diantara keduannya). Jika orang
tersebut mengatakn tidak dioperasi, persentase berhasil adalah 80%
(kemungkinan meninggal 20%), persentase kemungkinan berhasil
mengingkat sampai orang tersebut mencapai point of indifferent-nya.
Misalnya orang pertama memilih kesempatan keberhasilan operasi (p)
70% (dengan kemungkinan kematian segera 30% (1-p) sebagai point of
difference antara transplantasi ginjal dan hidup dengan dialisis selama
hidupnya. Score utility orang tersebut pada keadaan penyakit tersebut
(dialisis ginjal) dihutung dengan probabilitas (p) untuk hidup normal
setelah operasi atau 0,7.

c. Time Tradeoff
Teknik ketiga untuk mengukur health preferences atau utility adalah
dengan metode time tradeoff (TTO). Pada metode ini, subyek dihadapkan
pada dua alternatif. Alternatif pertama adalah keadaan penyakit dengan
lama herapan hidup yang pasti (t) dan kematian. Alternatif kedua adalah

15 | C o s t U t i l i t y A n a l y s i s
menjadi sehat dengan waktu x, dimana waktunya lebih pendek daripada t.
Skore utility untuk keadaan kesehatan dihitung dengan membagi x dengan
t. Sebagai contuh, seseorang dengan harapan hidup 50 tahun diberikan dua
penawaran, alternatif pertama menjadi buta selama 50 tahun, dan alterbatif
kedua menjadi sehat (bisa melihat) selama 25 tahun. Jika seseorang lebih
memilih bisa melihat selama 25 tahun daripada buta selama 50 tahun,
jumlah tahun (x) dimana seseorang bisa melihat akan menurun sampai
orang tersebut tidak melihat antara 2 alternatif. Jika seseorang berharap
bisa hidup 50 tahun, maka titik perbedaan dari orang tersebut adalah 40
tahun dapat melihat vs 50 tahun menjadi buta. Score utility = x/t = 40/50
atau 0,8.

Gambar 3. Time Tradeoff (Rascati,2009)

Perbandingan antara ketiga metode

Kelebihan menggunakan RS untuk menentukan utility adalah beberapa


keadaan atau kondisi sakit dapat digambarkan untuk masing-masing subyek, dan
metode ini dapat dilakukan dengan cara memeberikan kuesioner tanpa harus
berinteraksi secara langsung. Orang dengan mudah dapat menetukkan pilihan
dengan memberikan tanda pada skala tipe ini, dan pengetahuan kognitif yang
diperlukan lebih rendah dibandingkan kedua metode yang lain. Kekurangan dari
metode ini adalah tidak menggabungakan waktu dalam penilaian skor utility.

16 | C o s t U t i l i t y A n a l y s i s
Kelebihan menggunakan SG adalah metode ini merupakan ‘gold standard’
dan didasarkan pada teori ekonomi. Metode ini lebih sulit bagi partisipan dan
hanya beberapa keadaan penyakit yang dapat sembuh dengan intervensi, yang
dapat membuat seseorang kembali menjadi sehat. Karena subyek harus diberiakan
pertanyaan yang diulang (probabilitas meningkat atau menurun, tergantung pada
pertanyaan pada pertanyaan sebelumnya) maka harus berhadapan secara langsung,
sehingga dibutuhkan sumber daya yang lebih besar dibandingkan kuesioner.

Kelebihan dari metode TTO adalah lebih dapat diseduaikan pada keadaan
penyakit daripada SG dan metode ini menggabungkan waktu pada kondisi
penyakit yang lebih mudah daripada RS. Seperti SG, subyek harus menjawab
pertanyaan yang diulang karena waktu pada keadaan sehat yang berbeda
tergantung pada jawaban subyek sebelumnya, sehingga harus berhadapan
langsung dengan subyek.

Rata-rata skor utility untuk setiap keadaan atau kondisi penyakit dapat
berbeda tergantung dari metode yang digunakan. Skore RS menunjukkan nilai
yang lebih rendah daripada skore SG maupun TTO, dan skore TTO
kadang0kadang lebih rendah daripada SG. Beberapa studi telah dilakukan untuk
membuat algoritme yang dapat mengubah skore dari satu metode ke skore
perkiraan yang dikumpulkan dari metode lain. Software komputer interaktif sudah
dikembangkan untuk mengatasi kekurangan dari metode SG yaitu harus
memberikan pertanyaan kepada partisipan secara langsung (berhadapan).

Langkah 3. Menentukan subyek yang akan ditetapkan utility

Pada contoh yang disampaikan pada tiga metode di atas, istilah subyek
digunakan untuk menerangkan seseorang yang akan diberikan pertanyaan untuk
menentukan utility, atau score preference. Siapakah subyek tersebut? Siapa yang
akan ditentukan nilai utility, pasien dengan penyakit, profesi pelayanan kesehatan,
pemberi pelayanan, atau orang dari suatu populasi?

17 | C o s t U t i l i t y A n a l y s i s
Kelebihan menggunakan pasien dengan suatu penyakit untuk menentukan
skore utility adalah bahwa pasien lebih mamahami pengaruh suatu penyakit lenih
baik dibandingakn masyarakat secara umum. Namun demikian, beberapa
pendapat mengatakan bahwa pasien dapat memeberikan pendangan yang bias
terhadap penyakit tersebut dibandingkan dengan penyakit yang lain. Jika pasien
tidak dapat menggambarkan utility (misalnya anak-anak atau orang dengan
dementia), makan orang tua atau pemeberi pelayanan dapat menggantikan pasien
tersebut.

Beberapa pendapat menyebutkan bahwa profesi pelyanan kesehatan dapat


memberikan penilaian karena memahami beberapa penyakit. Pendapat yang lain
menyatakan bahwa profesional tidak akan menilai ketidaknyamanan dan
ketidakmampuan seperti pasien atau masyarakat umum. Berdasarkan teori
ekonomi, sudut pandang analisis sebaiknya masyarakat, sehingga skore utility
dapat ditentukan dari populasi secara umum (masyarakat). Kekurangan dari
kelompok ini adalah mereka tidak familiar dengan keluaran kompleks yang
disebabkan oleh masing-masing penyakit dan gambaran yang singkat tidak bisa
mencakup semua masalah yang terkait dengan keadaan penyakit tersebut.

Pada beberapa kasus, pasien dengan penyakit yang khusus memeberikan


skore utility yang lebih tinggi dibandingkan yang lain (masyarakat secara umum,
pemberi pelayanan). Hipotesa yang disampaikan adalah karena pasien telah
beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan keadaan penyakit tersebut. Pada
literatur, profesi pelayanan selalu digunakan untuk menentukan skore utility. Hal
ini didasarkan pada kepraktisan karena profesi kesehatan mempunyai pengalaman
dengan kadaan penyakit dan lebih mudah untuk dilakukan interview.

Langkah 4. Mengalikan utility dengan lama kehidupan masing-masing


pilihan untuk mendapatkan nilai (QALYs)

Pada banyak intervensi pelayanan kesehatan, tujuan terapi adalah


peningkatan kualitas hidup dan/atau memperpanjang kehidupan, oleh karena itu
pengukuran outcome yang sesuai menurut teori adalah QALYs. Sebagai contoh

18 | C o s t U t i l i t y A n a l y s i s
perhitungan QALYs, misalnya perbandingan uji klinik dari obat baru (terapi)
dengan farmakoterapi standar (kontrol) untuk osteoarthritis berat. Tujuan utama
dari uji klinik ini status kesehatan atau fungsional dan kenyamanan yang diukur
dengan Quality of Well-Being Scale (QWB).

2.9 Sistem Klasifikasi Status Kesehatan

Meskipun penting untuk memahami beberapa pendekatan untuk mengukur


utility status kesehatan atau nilai yang lebih disukai, beberapa peneliti
farmakoekonomi melakukan analisis cost-utility dengan mengukur utility status
kesehatan secara langsung. Peneliti menggunakan klasifikasi status kesehatan
yang sudah mapan dimana fungsi utility dioeroleh secara empiris. Tiga instrumen
yang sering digunakan adalah :

1. Quality of Well-Being Scale (QWB)


QWB dikembangkan di University of California San Diego, merupakan
instrumen kualitas hidup secara umum yang meliputi gejala atau masalah
ditambahkan tiga dimensi status kesehatan, yaitu morbilitas, aktivitas fisik,
dan aktivitas sosial. QWB sudah distandarisasi (menggunakan metode
kategori rating scale) dan sudah divalidasi pada populasi umum di San
Diego. Beberapa peneliti lain menyesuaikan gejala atau masalah dan tingkat
fungsional dari QWB pada populasi spesifik, seperti misalnya pada pasien
dengan athritis dan HIV. Saat ini sudah tersedia QWB yang bisa diisi sendiri
oleh pasien, yaitu QWB-SA
2. The Health Utilities Index (HUI)
HUI dikembangkan di McMaster University, merupakan instrument umum
lain yang menggambarkan status kesehatan seseorang pada suatu waktu,
yaitu kemampuan fungsional dalam satu rangkaian dimensi status
kesehatan. HUI versi asli (Mark I atau HUI 1), terdiri dari 4 dimensi dan
rumus untuk menghitung utility. HUI versi kedua (HUI 2) terdiri dari 7
dimensi dan rumus untuk menghitung utility. Pengukuran utility untuk
sistim klasifikasi status kesehatan menggunakan teknik standard gamble dan

19 | C o s t U t i l i t y A n a l y s i s
visual analaog sclae. Versi yang paling baru, yaitu HUI 3, terdiri dari 6
dimensi, yaitu pengelihatan, pendengaran, bicara, berjalan, kecakapan,
kognisi, nyeri dan ketidaknyamanan, serta emosi. Multiplikasi fungsi utility
pada HUI 3 didasarkan pada pengukuran visualn annalog scale dan standard
gamble dari sampel diambil secara acak pada populasi umum di Hamilton,
Ontario, dan Canada.
3. The EuroQol Group’s EQ-5D
The EQ-5D, dikembangkan oleh tim peneliti dari Eropa (the EuroQol
Group), dirancang untuk diisi oleh pasien sendiri (self-admistered) dan
cukup singkat sehingga bisa dikombinasikan dengan alat ukur yang lain.
Bagian pertama EQ-5D menggambarkan sitimyang terdiri dari 5 dimensi
(mobilitas, perawatan diri, aktivitas, nyeri/ketidaknyamanan,
ansietas/depresi). Bagian kedua dari EQ-5D adalah visual analog scale 20
cm dengan endpoint ‘status kesehatan paling baik’ dan ‘status kesehatan
paling buruk’ yang masing-masing nilainnya 100 dan 0. Reponden diminta
untuk menentukan status kesehatannya pada titik mana dalam garis tersebut

2.10 Penerapan Cost Utility Analysis

Contoh yang digunakan di sini pada prinsipnya hampir sama dengan


contoh AEB, dimana hasil pengobatan (outcome) yang diperhitungkan adalah
dalam bentuk QALY. Sehingga langkah analisis dan perhitungan yang dilakukan
sama dengan langkah dan perhitungan yang dilakukan dalam AEB.
Berikut dapat dilihat contoh perhitungan CUA yang diambil dari kasus
pengobatan Kanker Malignant Melanoma Stadium II di suatu Rumah Sakit.
Dibandingkan 2 (dua) jenis intervensi, yaitu program A yang dilakukan tanpa uji
skrining dan tanpa pemberian interferon, dengan program B yang dilakukan
dengan uji skrining dan pemberian interferon.

Skenario: Guna mengendalikan biaya pelayanan kesehatan, coba dikembangkan


program skrining dengan uji Sentinel Lymph-node Biopsy (SLN). Mereka yang

20 | C o s t U t i l i t y A n a l y s i s
ditemukan positif mikrometastase (terkena malignant melanoma stadium II) diberi
pengobatan interferon. Pada kasus ini akan dibandingkan utilitas-biaya dari:
1. Program A: Tanpa uji, tanpa interferon
2. Program B: Uji SLN, interferon untuk mereka yang positif

No Langkah Contoh

1 Tentukan tujuan Menentukan alternatif program untuk


penanggulangan malignant melanoma yang
memberikan utilitas -biaya, dalam QALYS tertinggi.
Program A: Tanpa uji, tanpa interferon
Program B: Uji SLN, interferon untuk pasien yang
positif

2 Buat daftar cara Membandingkan:


untuk mencapai Program A: Tanpa uji, tanpa interferon
tujuan tersebut. Program B: Uji SLN, interferon untuk pasien yang
positif
Data yang dari produsen interferon dan/atau literatur
3 Identifikasi utilitas
menunjukkan bahwa utilitas masingmasing program
masingmasing
adalah:
alternatif.
 Program A → QALYs = 3,06
 Program B → QALYs = 3,37
Biaya yang teridentifikasi menunjukkan:
4 Identifikasi dan
● Biaya rerata Program A = Rp 184.000.000/pasien
hitung biaya
● Biaya rerata Program B = Rp 242.000.000/ pasien
pengobatan

21 | C o s t U t i l i t y A n a l y s i s
a. Hitung rasio utilitas -biaya (“RUB”) setiap
5 Hitung dan
pengobatan
lakukan
Rumus: Biaya / Utilitas
pengobatan.
 RUB Program A =Rp 184.000.000 / 3,06
interpretasi
= Rp 50.130.719
utilitas-biaya dari
 RUB Program B =Rp 242.000.000 / 3,37
pilihan
=Rp 71.810.089
b. Tentukan posisi alternatif pengobatan dalam
Tabel atau Diagram Utilitas-Biaya. Biaya yang
dilihat adalah biaya pengobatan, bukan rerata
utilitas- biaya.

c. Hitung rasio inkremental utilitas-biaya (“RIUB”)


pengalihan program.
RIUB Program B terhadap A =
(Rp 242.000.000 –Rp 184.000) / (3,37 – 3,06)
= Rp 187.096.774/QALYs
Program B memerlukan tambahan biaya Rp
6 Interpretasi
187.096.774/QALYs, namun masyarakat mendapat
tambahan usia 0,31 (survival years) atau 3,72 bulan.
Lakukan analisis Analisis dilakukan dengan mengukur kualitas hidup
7
sensitivitas dan pasien setelah pengobatan sampai meninggal, dengan
ambil kesimpulan. memperhitungkan variasi utilitas dan variasi biaya.
Selain itu, perlu dipertimbangkan perubahan nilai
inflasi biaya dan hasil pengobatan.

22 | C o s t U t i l i t y A n a l y s i s
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Analisis utilitas-biaya (AUB – Cost Utility Analysis, CUA) adalah teknik


analisis ekonomi untuk menilai utilitas (daya guna) atau kepuasan atas kualitas
hidup yang diperoleh dari suatu intervensi kesehatan. Kegunaan diukur dalam
jumlah tahun dalam keadaan sehat sempurna, bebas dari kecacatan, yang dapat
dinikmati umumnya diekspresikan dalam quality-adjusted life years (QALYs) atau
‘jumlah tahun berkualitas yang disesuaikan’.

Quality-Adjusted Life Years (QALYs) atau ‘Jumlah Tahun yang


Disesuaikan’ (JTKD) adalah suatu hasil yang diharapkan dari suatu intervensi
kesehatan yang terkait erat dengan besaran kualitas hidup.

Terdapat tiga metode yang sering digunakan untuk menentukan pilihan, atau
mengukur score utility, yaitu rating scale (RS), standard gamble (SG), dan time
tradeoff (TTO).

Beberapa peneliti farmakoekonomi melakukan analisis cost-utility dengan


mengukur utility status kesehatan secara langsung. Peneliti menggunakan
klasifikasi status kesehatan yang sudah mapan dimana fungsi utility dioeroleh
secara empiris. Tiga instrumen yang sering digunakan adalah : Quality of Well-
Being Scale (QWB), The Health Utilities Index (HUI), The EuroQol Group’s EQ-
5D.

23 | C o s t U t i l i t y A n a l y s i s
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, Tri Murti. 2013. Farmakoekomoni Prinsip Dan Metodelogi. Bursa


Ilmu : Yogyakarta.

Anonim, 2013. Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi. KEMENKES RI :


Jakarta.

Orion.1997. Pharmacoeconomics Primer and Guide Introduction to Economic


Evaluation. Hoesch Marion Rousell Incorporation :Virginia.

Tjiptoherijanto, P., Soesetyo, B.1994. Ekonomi Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.

24 | C o s t U t i l i t y A n a l y s i s

Anda mungkin juga menyukai