Manajemen Pendidikan
Manajemen Pendidikan
2018/2019
UNIVERSITAS ISLAM MALANG (UNISMA
NPM : 21601011230
Semester/Jurusan : V/PAI
Pendidikan biasanya digunakan untuk merubah tingkah laku manusia dari hal-hal yang
buruk menjadi lebih baik, bukan yang sebaliknya. Namun dari dahulu sampai sekarang masih
saja ada hal-hal negative dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di antaranya adalah masalah
radikalisme dalam dunia pendidikan. Masalah radikalisme yang sering muncul akhir-akhir ini
adalah masalah kekerasan, tawuran antar sekolah, perkelahian antar pelajar sampai kepada
pembunuhan antar pelajar yang bermula dari hal-hal yang tidak serius. Masalah-masalah seperti
hal di atas telah banyak mewarnai pemberitaan di media, baik media cetak maupun elektronik.
Kasus kekerasan yang dilakukan oleh senior kepada junior di tingkat perguruan tinggi dan
bahkan sampai merambah ke tingkat sekolah dasar yang sampai memakan korban jiwa. Kasus
yang baru-baru ini terjadi terkait masalah radikalisme dalam pendidikan adalah kasus tawuran
antar pelajar tingkat SMA. Kasus penganiayaan oleh guru kepada siswa, praktek bullying sering
terjadi, penganiayaan antar pelajar, sampai kepada kasus pembunuhan antar siswa. Sangat miris
memang, kasus-kasus seperti ini terjadi dalam dunia pendidikan.
Radikalisme adalah paham atau aliran radikal. Radikal merupakan perubahan secara
mendasar dan prinsip, atau dapat diartikan bahwa radikalisme berarti suatu konsep atau semangat
yang berupaya mengadakan perubahan secara menyeluruh dan mendasar tanpa
memperhitungkan adanya peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan konstitusional, politis
dan social yang berlaku. Dengan demikian, radikalisme berhubungan dengan cita-cita yang
diperjuangakan, dan melihat persoalan sampai ke akar- akarnya (Zulfani, 2015:9). Salah satu hal
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya radikalisme dalam dunia pendidikan yaitu
menciptakan suasana kelas yang nyaman, menciptikan suasana kelas yang baik secara emosional
dan menciptakan rasa simpati antar sesama siswa. Upaya pencegahan radikalisme dalam kelas
dapat dilakukan dengan mengatur manajemen pendidikan sesuai dengan aturan yang ada. Sesuai
dengan perundang-undangan tentang penyelenggaran otonimi pemerintah daerah. karakteristik
yang melekat pada UU.No.32/2004 telah membawa implikasi terhadap manajemen pendidikan
nasional. Implikasi tersebut diantarnya bahwa setiap proses manajemen penyelenggaraan
pendidikan nasional harus pula berdasarkan botton up approach, karena disamping organisasi
dan manajemen pendidikan nasional harus accountable dalam melayani publik terhadap
kebutuhan pendidikan. Apabila UU.No.32/2004 dilaksanakan secara kontekstual, secara teoritis
kehendak pasal 31 ayat (1) UUD/1945 kemudian besar dapat terealisasikan, karena pelayanan
pemerintah kepada masyarakat di bidang pendidikan dan pengajaran rentangnya tidak terlalu
jauh. Dengan demikian, peranan manajemen dalam pembangunan pendidikan akan semakin
strategis.