Padahal, memberikan ASI hingga anak berusia 2 tahun sangat penting dan juga memberikan
banyak manfaat, bukan hanya untuk si anak, namun juga bagi ibunya. Menyusui hingga anak
berusia 2 tahun, bukan hanya perintah dari Kementerian Kesehatan atau dokter laktasi saja, tetapi
semua agama juga memerintahkan agar seorang ibu menyusui hingga anaknya berusia 2 tahun.
Dalam agama Islam, perintah untuk menyusui hingga 2 tahun disebutkan dalam Al-Quran surat Al
Baqarah ayat 233. Di kitab Weda, juga disebutkan menyusui hingga 3 oton (3 oton = 620 hari).
Sedangkan di Injil, perintah menyusui hingga 2 tahun juga disebutkan di Surat Petrus. Sementara
gereja Katolik di Vatikan, dari tahun 1941 mengatakan, ibu menyusui hingga 2 tahun. Dan sejak
2013, Paus Fransiskus menyebutkan ibu-ibu boleh menyusui di dalam gereja sambil mengikuti misa.
Jadi, memang semua agama itu memerintahkan untuk menyusui hingga 2 tahun.
Selain perintah agama, pentingnya memberikan ASI hingga 2 tahun bisa dilihat dari segi kesehatan
ibu dan anak. Jika seorang ibu tidak menyusui hingga 2 tahun, maka ia berpeluang untuk mengalami
berbagai penyakit, seperti diabetes (gestasional maupun tipe 2), obesitas dan kelebihan berat badan,
osteoporosis, kanker payudara, kanker indung telur dan rahim, hipertensi, serta penyakit
kardiovaskular, memperpendek jarak kelahiran dan alzheimer. Sementara bagi bayi, mendapat ASI
hingga 2 tahun juga memiliki segudang manfaat. Bayi yang disusui hingga 2 tahun, resiko terkena
diabetes, hipertensi, asma, alergi, infeksi pernapasan, obesitas, kematian bayi mendadak (Sudden
Infant Death), gangguan pencernaan, dan kanker pada anak, berkurang. Semua penyakit itu bisa
dicegah dengan ASI. Jadi, ASI itu obat. Bukan hanya untuk mengobati kalau anak demam, disusui
terus karena ada antibodinya, jadi sembuh, tetapi lebih dari itu, ASI juga mencegah dari gangguan
perilaku, autisma, dan perkembangan kognitif anak yang kurang optimal.
Anak yang mendapat ASI selama 2 tahun, menunjukkan kecerdasan yang lebih. Di dalam ASI, zat
besinya lebih banyak sehingga sampai ke otak, nutrisinya lebih bagus. Selain itu, selama proses
menyusui juga terjadi ikatan yang kuat antara ibu dan anak. Kontak mata ibu dan anak juga
memicu sistem di otak yang kemudian membuat anak lebih cerdas, lebih bisa menangkap perasaan
dan isi hati ibunya. Sentuhan kulit dan kontak mata selama proses menyusui juga tak kalah
pentingnya bagi perkembangan jiwa anak. Karena itu yang membuat anak jadi lebih cerdas dan
memiliki kontrol emosi yang baik. Dengan melihat semua manfaat itu, ASI memang tidak
tergantikan dengan apa pun.
Sayangnya, keinginan untuk menyusui anak hingga berusia 2 tahun, kerap terbentur dengan aturan
cuti melahirkan bagi ibu bekerja yang terlalu sebentar. Menurut UU nomor 13 tahun 2003 pasal 82,
menyebutkan pekerja perempuan berhak atas istirahat selama 1,5 bulan sebelum melahirkan dan
1,5 bulan setelah melahirkan. Padahal pasal 128 UU no.36 tahun 2009 tentang kesehatan, pemerintah
melindungi ibu yang memberi ASI eksklusif sampai 6 bulan. Dengan hanya 1,5 bulan sebelum dan
1,5 bulan setelah melahirkan, waktu bagi ibu dan bayi untuk melangsungkan ASI eksklusif sangat
sebentar. Jadi, yang terbaik paling tidak ibu diberi cuti hingga 6 bulan. Karena pada usia 6 bulan,
anak sudah bisa makan, jadi lebih mudah untuk ditinggal.