Anda di halaman 1dari 14

BA B 7

MODEL KAJIAN TASAWUF


A. Mistisisme: Fenomena Universal

T asawuf atau dikenal sebagaimistisisme Islam adalah feno-mena universal yang menggambarkan
upaya manusia untuk meraih kebenaran. Tasawuf juga dikenal sebagaipengetahuan intuitif tentang
Tuhan atau Realitas Ultim yang diraih melaluipengalaman keagamaan personal. Yaknikesadaran akan
realitas transenden atau Tuhan melaluimeditasiatau kontemplasibatin. Atau disebut juga sebagaisesuatu
yang memilikimakna tersembunyiatau makna simbolik yang mengilhamipencarian atas sesuatu yang
misteridan dahsyat. Sedangkan sufiialah orang yang berusaha mencapaikesatuan dengan Tuhan
melaluikontemplasispiritual.
Dalam buku Sufism: An Account of the Mystics of Islam, A. J. Arberry (1950: 11) menyatakan bahwa
kaum orientalis dan 140 Zakyuddn Badhawy
sejarawan agama melihat tasawuf dengan cara seragam. Tasawuf dipandang sebagaifenomena dunia
yang permanen dan tunggal. Arberry menegaskan bahwa pengamatan atas fenomena tasawuf atau
mistisisme sebagaitunggal dan serupa, apa pun agama yang dianut oleh seorang sufi/mistikus, adalah
suatu pemahaman yang banal.
Para sarjana kontemporer berjuang untuk memahamikeragaman dan dinamika yang ada dalam
fenomena mistik sebagaimana termanifestasidalam berbagaitradisi. Mereka berupaya
menelusuriberbagaimakna dan ragam kesimpulan tentang tasawuf yang diambil dariberbagaikonteks.
Clifford Geertz (1971: 23-24) menyatakan bahwa penggunaan konsep-konsep tentang
tasawuf/mistisisme harus berdasarkan pada studimengenaikeragaman “sebagaimana yang kita jumpai”,
bukan memformulasigeneralisasiyang seragam dan definisiyang berlaku untuk semua. Dengan cara
demikian, konsep-konsep sepertimistisisme dan mistikus, tasawuf dan sufimen-jadisangat kaya dan
berakar. Kita perlu menganalisis hakikat keragaman sebagaimana adanya, kemudian menelusuriberba-
gaimakna dan konseo-konsep itu. Karena itu kajian semacam inisetidaknya akan mempelajarifakta-
fakta yang ada dalam keragaman itu. Sementara sarjana lain sepertiRhys Davids yang ahlidalam kajian
Budha, kebingungan dengan kompleksitas dan keragaman dalam konsep-konsep mistikus atau
mistisisme sehingga ia berkesimpulan bahwa menggunakan istilah-istilah tersebut lebih banyak
membingungkan daripada membantu (Awn, 1983).
Perdebatan semacam inimuncul daridua mazhab pemikir-an yang berbeda, antara mereka yang
cenderung melakukan generalisasidan esensialisasi. Jika kita menggeneralisir maka 141 Model Kajan
Tasawuf
kita akan terperangkap dalam marjinalisasi, jika bukan pe-ngabaian atas idiosinkresidan partikularitas
konsep yang ada dalam berbagaikonteks dan tradisi. Jika kita tidak melakukan generalisasi, lalu
terjebak pada esensialisasi, maka kita tidak akan menemukan kesamaan landasan dimana agama-
agama dan tradisi-tradisibesar berjumpa. Jadiperlu dinyatakan secara lantang bahwa esensialisasidan
generalisasi, keduanya merupakan alat analisis perbandingan yang tidak terelakkan. Kemanusiaan
tidak dapat berkomunikasitanpa generalisasi, dan tidak dapat berada tanpa esensialisasi. Keduanya
bukan hanya alat analisis yang diperkenankan bahkan juga penting dan tak mungkin dihindarkan.

B. Spirit: Domain Ketiga Ajaran Islam


Untuk dapat memahamitasawuf sebagaisebuah kajian keislaman, kita perlu menelusuriajaran-ajaran
yang dikemukakan oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Sepertikita ketahuibersama, Islam mengemukakan
tiga domain utama kepedulian manusia. Tiga domain tersebut yaitu tubuh, pikiran, dan jiwa; atau
perbuatan, pengetahuan, dan wujud. Tubuh merupakan realitas aktivitas, ketaatan ritual, dan hubungan
sosial; pikiran adalah realitas persepsi, kepercayaan, pengetahuan dan pemahaman; dan jiwa adalah
wilayah kesadaran terdalam tentang diridan komunikasilangsung dengan Realitas Ultim yang disebut
Tuhan, Wujud yang sesungguhnya dan nyata.
BarangkaliAl-Qur’an merupakan satu-satunya kitab suciyang unik dalam artiia menekankan
pentingnya pengetahuan dan pemahaman. Banyak perkataan Muhammad saw. menguatkan
pentingnya mengetahuisesuatu dengan benar. Karena penekanan atas pengetahuan ini, peradaban
Islam ditandaidengan tingkat 142 Zakyuddn Badhawy
belajar dan keilmuan yang tinggi. Sejak awal Islam merupakan kebudayaan buku yang sangat kaya.
Inimerupakan salah satu poin utama daristudiklasik yang dilakukan oleh orientalis Franz Rosenthal
berjudul Knowledge Triumphant: The Concept of Knowledge in Medieval Islam.
Sejak peradaban Islam berkembang, banyak Muslim mengabdikan diriuntuk mencariilmu. Mereka
bukanlah kaum pendeta ataupun para menteri, karena Islam tidak mengenal kelas pendeta. Mereka
adalah orang-orang biasa yang secara serius mengkajiAl-Qur’an dan Sunnah Nabiuntuk memperoleh
pe-ngetahuan.
Karena pengabdian kepada ilmu dan pemahaman, kaum Muslim mengkajidan
mengasimilasikebijaksanaan suciyang diletakkan oleh Al-Qur’an dan Nabidengan perhatian lebih pada
analisis, penjelasan, dan sistematisasi. Banyak orang berminat untuk mempelajarisegala hal dengan
tujuan untuk mengetahuitentang cara-cara yang pantas untuk memperlakukan tubuh – yakniaktivitas-
aktivitas personal, sosial, dan ritual–. Apa yang sesungguhnya diperintahkan Al-Qur’an agar dilakukan
oleh manusia? Bagaimana Muhammad saw. melakukan perintah-perintah Al-Qur’an dalam praktik?
Bagaimana kita melaksanakan lima rukun Islam –syahadat, salat, zakat, puasa, dan haji–? Bagaimana
cara yang baik untuk pergike toilet, mensucikan diri, dan makan makanan? Apa aturan-aturan yang
benar untuk aktivitas antarpersonal, perkawinan, warisan, perdagangan? Jadi, mereka berusaha untuk
mencarijawaban atas semua pertanyaan yang berkaitan dengan aktivitas tubuh.
Sebagian Muslim lain lebih banyak memerhatikan ba-gaimana memahamiapa yang mestidiimani, yang
mencakup iman kepada Allah swt., kitab-kitab suci, malaikat, nabi-nabi, 143 Model Kajan Tasawuf
hariakhir, dan ketentuan Tuhan. Kaum Muslim yang fokus pada upaya memahamimasalah keimanan
iniyakin bahwa keiman-an seseorang tergantung pada pengetahuannya. Pernyataan keimanan kepada
Allah swt. dariorang yang bodoh dipandang sebagaikebodohan. Tidak seorang pun percaya kepada
Allah swt. tanpa mengetahuisiapa Tuhan sesungguhnya dan apa realitas- Nya? Sama halnya, tidak
seorang pun dapat mengklaim percaya kepada objek-objek keimanan yang lain tanpa pengetahuan.
Semua orang yang ingin mencapaipemahaman memadaimengenaiobjek-objek keimanan harus
mengabdikan dirimereka untuk mempelajariwahyu Allah swt. dalam Al-Qur’an dan perkataan-
perkataan Nabi. Belajar dan ilmu sangat esensial dalam Islam.
Sedangkan sebagian kelompok Muslim lainnya lebih me-merhatikan bukan pada aktivitas atau
pemahaman, namun pada pengembangan cinta, ketulusan, kehormatan, keadilan, dan kejujuran yang
diperintahkan oleh Al-Qur’an dan dicontohkan oleh Muhammad saw., baik berkaitan dengan hubung-
an hamba-Tuhan maupun antarsesama manusia. Bagimereka pertanyaan yang mendasar adalah:
Bagaimana seseorang dapat menjadipribadiyang baik? Bagaimana ia dapat mengembangkan seluruh
karakter dan kebaikannya sebagaimana dijumpaipada diriMuhammad saw. dan nabi-nabilain dan para
kekasih- Nya?
Orang lain boleh jadibertanya mengapa kebanyakan sarjana Muslim menjadispesialis dalam satu
daritiga domain inidaripada berupaya mencakup ketiganya. Pertama, pada umumnya mereka mencoba
merengkuh ketiga domain itu, namun melakukan pekerjaan inimerupakan tugas berat yang
melampauikebanyakan orang, meskipun ada perkecualian 144 Zakyuddn Badhawy
pada sebagian kecil orang. Para sarjana biasanya akan memilih mengetahuisecara mendalam tentang
satu dariketiganya. Spesialisasimerupakan gambaran umum semua orang yang ingin
mengetahuisesuatu secara penuh dan menyeluruh. Masing-masing daritiga domain pengetahuan Islam
ini–aktivitas manusia yang benar, pemahaman yang benar tentang Tuhan dan dunia, dan
aktualisasikebajikan dan kebaikan– dapat dianalisis dan dikajisecara terus menerus.
Kedua, spesialisasidipilih karena setiap manusia memilikikecenderungan, keterbatasan, dan kelebihan
sendiri-sendiri. Fakta bahwa seseorang memperoleh anugerah lihaibersepak bola bukan berartibahwa
ia mestiakan mahir juga dalam bidang matematika, melukis atau main musik. Orang yang
memilikipemahaman tinggimengenaihukum agama karena kemampuannya menurunkan aturan-aturan
yang benar dariperintah dan prinsip-prinsip wahyu, belum tentu ia mempunyaikelebihan dalam bidang
teologi, atau menjadiorang yang lebih berbakti.
Sejak permulaan Islam, menjadiseorang Muslim berartimengakuibahwa Al-Qur’an dan
NabiMuhammad saw. memberikan petunjuk dan bimbingan bagitubuh, pikiran dan jiwa agar selaras
dengan tujuan Tuhan dalam menciptakan dunia. Namun demikian, setiap orang memilikipandangan
berbeda-beda berkaitan dengan apa yang paling penting dan bagaimana mereka mempraktikkannya.
Sebagian Muslim secara alamiah cenderung menempatkan prioritas utama pada tubuhnya, sebagian
lain lebih mementingkan perhatiannya pada pikiran dan memperluas pemahamannya tentang Tuhan
dan ciptaan- Nya, dan sebagian lainnya lagipercaya bahwa keseluruhan eksistensimanusia adalah
mengkaitkan tubuh dan pikiran 145 Model Kajan Tasawuf
dengan maksud untuk memperkuat jiwa dan untuk mencapaikesatuan dengan Realitas Ultim.
Spesialisasidalam mengkajiIslam belum jelas hingga abad ke-9. Sebelum masa itu, kebanyakan sarjana
lebih banyak berminat untuk mentransmisisemua yang diterima dariAllah swt. dan Muhammad saw.
Sedikit demisedikit mereka yang mendedikasikan banyak upaya untuk memberikan petunjuk bagiakti-
vitas yang layak lebih dikenal sebagaipara fukaha. Mereka menyibukan diridengan pemahaman
tentang prinsip-prinsip dan aturan-aturan dalam aktivitas Islam berdasarkan pada Al-Qur’an, perkataan
dan tindakan Muhammad saw., pendapat para sahabat Nabi, dan pandangan-pandangan Muslim
generasiawal.
Para sarjana yang fokus untuk memahamiobjek-objek keimanan telah terbagike dalam beberapa
mazhab pemikiran. Teolog dogmatik mengatakan bahwa cara terbaik memahamiTuhan adalah dengan
penafsiran rasional atas Al-Qur’an. Para filosof menyatakan bahwa rasio manusia merupakan petunjuk
yang cukup menuju kebenaran sesuatu dan bahwa wahyu Tuhan dapat dilepaskan daripemahaman
tentang kebenaran itu. Sementara kaum sufimemandang cara terbaik dan jalan paling bertanggung
jawab menunju pemahaman ialah kesatuan langsung dengan Tuhan. Kaum sarjana yang bergabung
dengan tasawuf mengembangkan metodologitersendiri.

C. Perspektif Memahami Tasawuf


Kosakata tasawuf dan sufitelah luas dipergunakan dikalang-an akademisimaupun kalangan awam
khususnya diBaghdad dan Khurasan pada pertengahan kedua abad ke-9, meskipun ada sebagian
kritikus tidak bersepakat tentang asal-usul kata tersebut. 146 Zakyuddn Badhawy
Sebagian sejarawan mengatakan bahwa sebutan sufidi-tujukan kepada mereka yang menggunakan
pakaian dariwol. Sebagian lain menyatakan kata sufiberasal daritahapan spiritual pertama (saff awwal),
dan yang lain mengatakan demikian karena sufimengklaim dirisebagaiashab al-suffah, yakniorang-
orang yang suka berkumpul dan duduk-duduk disekitar masjid Nabawi, dan sebagian lain
menyebutnya berasal darikata shafa, yang artinya bersih, murni.
Penting untuk dicatat bahwa sufisme sebagaisuatu gerakan pada masa-masa awal perkembangannya
tidak lain merupakan upaya “interiorisasiIslam”, sebagaimana dikemukakan oleh Annemarie
Schimmel, yang menekankan Al-Qur’an, Sunnah dan pelaksanaan syariah. Orientalis Perancis Louis
Massignon (1954) menyatakan bahwa sufisme berasal dariAl-Qur’an yang secara terus-menerus
dibaca, direnungkan, dan dialami, dan itulah yang kemudian menjadiasal-usul dan berkembangnya
sufisme. Memegang teguh Al-Qur’an dan Sunnah merupakan pemahaman sejatitentang sufisme atau
tasawuf.
Sufisme atau mistisisme Islam dipandang dan dibahas oleh kaum orientalis sekaligus kebanyakan
sarjana Barat melaluikacamata Kristen. Ia dipandang sebagaigerakan spiritual Islam, yang memisahkan
gerakan dariesensipraktiknya, yang menggambarkan pendekatan bipolar. Meskipun mistisisme
diakuisebagaifenomena dunia dan menjadibagian daritradisisemua agama sepertiKristen, Yahudi,
Hindu, Budha, dll, menariknya pendekatan terhadap mistisisme bersandar pada paham dan
konsepsiKristen. Sufisme lalu disajikan sebagaimistisisme versiIslam. Tidak mengherankan jika para
pembaca segera menilaipengaruh Kristen atas sufisme Islam. Sufisme menjadibahan pembicaraan yang
ramai, namun menurut 147 Model Kajan Tasawuf
pemahaman Kristen dan melaluijiwa Kristen. Pengalaman pantheistik daritokoh-tokoh sufisepertiAbu
Mansur al-Hallaj dan Abu Yazid al-Bistamimenjadikuat disorotidalam kajian-kajian tentang tasawuf,
karena mereka menyentuh paham Kristen tentang kesatuan dengan Tuhan. Tarekat-tarekat
sufidipandang sebagaikomunitas biara sepertiGereja pada abad pertengahan. Lebih penting darisemua
itu, sufisme dipahamisebagaisekadar gerakan spiritual sehingga selalu didiskusikan secara terpisah
darisyariah. M. Hodgson dalam the Venture of Islam membedakan antara apa yang disebut individu
yang berorientasisufidan individu yang berorientasisyariah, karena baginya mentalitas Kristen
memilikidua kecenderungan yang tidak selaras.
Pendekatan Islam adalah bipolar. Kesatuan bipolar, seba-gaimana dikemukakan oleh AliIzet Begovic
(1994: 203-205), merupakan kenyataan bahwa Islam adalah agama yang menyatukan jalan spiritual
dan jalan material, individu dan sosial, jiwa dan tubuh. Tidak sepertiagama-agama lainnya semisal
Kristen atau Hindu yang hanya menekankan pada aspek spiritual dan non-material. Menurut logika
tarekat-tarekat biara dalam dua agama tersebut, pengabaian terhadap tubuh akan memperkuat
spiritualitas. Dua agama tersebut mengasumsikan semakin kepentingan fisik kurang diperhatikan maka
kepentingan spiritual makin ditekankan.
Dalam Islam, tubuh dan jiwa, fisik dan spiritual, individu dan sosial, bersatu dalam pandangan hidup
Muslim. Mengerjakan salat misalnya, memerlukan kebersihan fisik sekaligus kebersihan spiritual.
Salat menjaditidak berguna tanpa bersuci. Karena itu salat bukan semata ibadah bahkan juga disiplin
dan kesehatan sekaligus. Ia bukan semata mistisisme namun juga 148 Zakyuddn Badhawy
praktik. Dualitas initerus diulang-ulang. Pernyataan bahwa kebersihan fisik adalah salah satu aspek
dariiman hanya dijumpaidalam Islam. Dalam semua agama-agama lain, tubuh bukanlah anugerah.
Kenyataan bahwa salat berkaitan dengan waktu tertentu dan arah tertentu berartibahwa salat itu terikat
dengan hakikat dan gerakan-gerakannya. Tindakan individu dalam salat juga bersandingan dengan
kehidupan sosial. Kecenderungan sosial darisalat ditunjukkan dalam praktik salat berjamaah. Salat
berjamaah termasuk suatu bentu perkumpulan jamaah dan sosialisasidiantara mereka. Jadi,
bertentangan dengan paham bahwa ibadah merupakan ritual individu semata, disinikita menyaksikan
dimana kehidupan seringkalimemisah-misahkan manusia, justru salat menyatukannya kembali. Dalam
kerangka inilah sufisme berada.

D. Tasawuf dan Modernitas: Pendekatan Fathullah Gulen


Banyak sudah sarjana yang hendak mengkajiapa hakikat darisufisme atau tasawuf itu, lebih-lebih bila
dikaitkan dengan relevansitasawuf dengan modernitas dan zaman modern. Disatu sisikaum
sufisendiripada umumnya menerima istilah tradisimistik Islam untuk tasawuf, belum dikatakan
sebagaisebuah gerakan keagamaan, namun lebih merupakan jejaring gagasan dan praktik keagamaan
yang saling berkaitan, yang bertujuan untuk memahamisecara mendalam dan menggapaikeimanan
daripesan-pesan Al-Qur’an. Sementara itu, kaum sarjana non-Muslim, sekaligus kaum sufisendiri, ada
yang mencoba memberikan definisiyang lebih singkat dan padat tentang tasawuf sehingga tak
terelakkan membuat mereka mestimengeluarkan unsur-unsur tertentu dan menekankan apa yang 149
Model Kajan Tasawuf
dipandang utama dikalangan kaum sufiselama berabad-abad (Schimmel, 1972: 3-22).
Bagibanyak kalangan sufiawal, tasawuf merupakan sejenis asketisme dan kesederhanaan hidup yang
menjadikuncimenuju Islam sejati. Sebagian lain menekankan cinta sebagaigagasan utama dan
memahamibahwa jalan sufiadalah menuju kesa-tuan cinta dengan Tuhan. Bagisebagian lain, tasawuf
merupa-kan jalan kaum sukarelawan yang diambil orang beriman de-ngan menekankan pada
kebajikan dan perilaku moral, sehingga menuju kesatuan kehendak dengan Tuhan, suatu keadaan
dimana seorang sufimemilikikehendak sendiri, namun ia ha-nya berusaha melakukan apa yang
menjadikehendak Tuhan. Banyak pula kaum mistik melihat jalan sebagaipengetahuan, menjadisadar
tentang Kebenaran Abadi, kebijaksanaan abadidarihatiyang hanya menjadibenar dihadapan pandangan
yang benar. Sementara, yang lain menguatkan pentingnya kesa-tuan seluruh eksistensisehingga jalan
mistik menjadigerakan psikologis menuju kesadaran bahwa kita adalah wujud temporal dariWujud
Abadiyang hadir dalam kosmos. Sebagian sufilain menekankan pengalaman mistik luar biasa yang
terungkap dalam keadaan syatahat, yang mengilhamiucapan-ucapan, visi, dan mimpi-mimpi,
sementara yang lain memandang jalan se-bagaiperjalanan kontemplatif menuju Tuhan dalam
kesunyian hati.
Kaum skeptis sering bertanya, bagaimana tasawuf dan sufisemacam inibenar-benar dapat efektif dan
bekerja dalam dunia modern? Apakah tasawuf mampu membentuk karakter dan moral individu yang
baik sehingga mereka aktif bekerja untuk mengubah masyarakat dan membuat dunia menjadilebih
baik? Namun, sejarah telah membuktikan bahwa upaya 150 Zakyuddn Badhawy
mengintegrasikan nilai-nilaitradisional dan keagamaan dengan wacana modernitas dan sains Barat
telah tercatat. Setidaknya fenomena inidapat dilihat pada gerakan intelektual sufiselama lebih darisatu
abad diTurki, yang bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara tatanan sekular dan tatanan
keagamaan dinegeriini. Gerakan inidikenal sebagaiFathullah Gulen Movement.
Gerakan Gulen berusaha berintegrasidengan dunia modern dengan mendamaikan nilai-nilaitradisional
dan modern. Gerakan inimencoba menciptakan sintesis gagasan yang melukiskan upaya-upaya para
pemikir nasionalis diKerajaan Ottoman terakhir. Misalnya, Ziya Gokalp menekankan keharusan
menciptakan sintesis berdasarkan kombinasiunsur-unsur yang berasal darikebudayaan Turkidan
dariperadaban dan teknologiBarat. Gulen dan para pengikutnya melangkah lebih jauh menerima
peradaban Barat sebagaifondasiyang cocok untuk kehidupan material sementara peradaban Islam
cocok untuk kehidupan spiritual. Patut dicatat bahwa karena gerakan iniberkarakter konservatif, ia
berhasil mengundang mereka yang melihat sistem politik Turkisebagaisistem yang terlalu menekankan
sekularisme dan modernisasi(Bülent Aras and Omer Caha, 2000).
Karakter unik darigerakan Gulen terletak pada upayanya untuk merevitalisasinilai-nilaitradisional
sebagaibagian dariusaha modernisasisepertiprogram modernisasipemerintah Turki. Sejauh ini, gerakan
tersebut memperoleh keberhasilan dalam upaya mengharmonikan dan mengintegrasikan secara historis
berbagaiwilayah Turkidan mendamaikan ratusan tradisilama dengan tuntutan modernitas. Singkatnya,
Gulen berusaha membangun Islam gaya Turki, mengingat Otoman 151 Model Kajan Tasawuf
masa lalu, mengislamisasinasionalisme Turki, menciptakan kembalihubungan absah antara negara dan
agama, menekankan demokrasidan toleransi, dan mendorong hubungan dengan Republik Turki.
Tasawuf harus menjadigerakan toleransidalam artiluas sehingga membuat kita dapat menutup mata
kita atas kesalahan orang lain, menunjukkan penghargaan atas perbedaan gagasan, dan memaafkan
segala hal yang dapat dimaafkan. Bahkan, ketika hak-hak asasikita yang tidak dapat dipisahkan telah
dilanggar, kita harus menghargainilai-nilaikemanusiaan dan mencoba untuk menegakkan keadilan.
Juga ketika kita berhadapan dengan gagasan-gagasan yang paling kasar dan tidak senonoh pun,
dengan memerhatikan teladan Nabidan tanpa mengabaikan keharusan kita meresponsnya dengan kata-
kata yang lembut, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an dengan “qawlan layyinan” (Horkuc,
2002: catatan kakino. 62).
Kita juga dapat menemukan gambaran ideal yang dikemukakan oleh Gulen dalam The Mission
Statement of the Journalists’ and Writers’ Foundation, sebuah organisasiyang didirikan oleh
asosiasiFathullah Gulen untuk mempromosikan dialog dan kerjasama antaragama. Menurutnya, dunia
modern akan dibentuk oleh sistem dan pendekatan yang menghargainilai-nilaiuniversal yang
mempertimbangkan cinta, toleransi, pemahaman dan kesatuan sebagaidasar-dasar yang memilih untuk
mengatasisemua permusuhan, kebencian dan perselisihan melaluipersahabatan, toleransidan
rekonsiliasi; yang mengasumsikan misimenyampaikan kebudayaan dan pengetahuan bagikemanfaatan
semua manusia; yang dapat menciptakan keseimbangan antara individu dan masyarakat tanpa
mengorbankan satu sama lain; yang memilikivisibesar tanpa terjebak didalam 152 Zakyuddn Badhawy
perangkap utopia dan tidak mengabaikan realitas; yang percaya pada perlunya menjaga faktor-faktor
determinan sepertiagama, bahasa, ras yang bebas dariberbagaimacam tekanan (Michel, 2005).
Tempat-tempat yang tepat untuk menelusurijejak-jejak pemikiran Gulen adalah sekolah-sekolah yang
didirikan oleh gerakan yang menggunakan namanya ini. Penting kiranya me-nampilkan sedikit
filosofidan capaian-capaian darisekolah-sekolah inidimana pun berdiri. Sebagaimana dikatakan oleh
Elizabeth Ozdalga (1999) bahwa sekolah-sekolah Gulen tidak pedulidengan upaya-upaya
proselitisasiatau cuciotak, namun lebih menekankan pentingnya mengajarkan nilai-nilaidengan teladan.
Ia juga menyatakan bahwa tujuan utama pendidikan Gulen dalam sekolah-sekolah iniadalah
memberikan siswa pendidikan yang baik, tanpa menekankan orientasiideologiapa pun. Satu gagasan
mendasar daripara pengikut Gulen adalah bahwa nila-nilaietika tidak ditransmisikan secara terbuka
melaluipersuasidan pelajaran-pelajaran melainkan melaluipemberian teladan yang baik dalam perilaku
keseharian.
Sekolah-sekolah Gulen menggambarkan suatu paduan harmonis antara spiritualitas dan modernitas.
Didalamnya, dengan mudah kita jumpaipegawaiadministrasi, staf pengajar, siswa-siswiMuslim dan
non-Muslim, para pendidik dan orang tua siswa. Mereka mencerminkan warga modern, terdidik dalam
ilmu-ilmu sekular, namun memilikikepedulian sejatiatas nilai-nilaispiritual dan kemanusiaan. Nilai-
nilaiinilah yang mereka usahakan untuk dikomunikasikan kepada para siswa dengan cara mereka
sendiri. Mereka menawarkan pendidikan pada tingkat pertama yang membawa kemajuan bersama
dalam bidang teknologidengan pembentukan karakter dan ideal-ideal 153 Model Kajan Tasawuf
yang luhur. Mereka menyajikan suatu integrasidan keselarasan antara modernitas dan nilai-
nilaispiritual. Mereka merupakan salah satu upaya pendidikan yang paling menyenangkan dan
menjanjikan didunia saat ini.[]

Anda mungkin juga menyukai