Anda di halaman 1dari 26

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

MAKALAH

Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Bahasa


Indonesia Program Studi Perancangan Jalan dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil

Oleh :

Muhammad Gerry Alfareza (061640111482)

Shinta Novia (061640111489)

2 PJJ A

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG

2017
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan
Makalah Bahasa Indonesia ini tepat pada waktunya.

Adapun materi yang diuraikan dalam makalah ini diperoleh dari mata kuliah
yang berhubungan dengan Teknik Sipil dan buku penunjang lainnya serta data-
data selama ini menjelaskan tentang Kerukunan Antar Umat Beragama.

Atas terselesainya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih serta rasa
hormat kami kepada :

1. Bapak Dr. Ing. Ahmad Taqwa M.T., Direktur Politeknik Negeri


Sriwajaya
2. Bapak Drs. Arfan Hasan M.T., Ketua Jurusan Teknik Sipil
3. Bapak Muhammad Harun, SS., MH. Dosen pembimbing Pendidikan
Agama Islam.

Untuk sempurnanya makalah ini penulis menerima kritik dan saran yang
sifatnya membangun. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat,
baik bagi penulis sendiri, rekan-rekan dan generasi Politeknik Negeri Sriwijaya
dimasa yang akan datang

Palembang, April 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kerukunan
2.2 Pengertian Kerukunan antar Umat Beragama
2.3 Jenis-jenis Kerukunan antar Umat Beragama
2.4 Ukhuwah
2.5 Manfaat Kerukunan antar Umat Beragama
2.6 Kendala-kendala
2.7 Solusi masalah antar Umat Beragama
2.8 Cara menjaga kerukunan antar Umat Beragama

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

BAB IV HASIL DISKUSI

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara hukum yang mewajibkan warga negaranya


memilih satu dari 5 agama resmi di Indonesia. Namun kerukunan antar
umat beragama di Indonesia dinilai masih banyak menyisakan masalah.
Kasus-kasus yang muncul terkait masalah kerukunan beragama pun belum
bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, forum-forum
islam ekstrimis dan lainnya menyisakan masalah ibarat api dalam sekam
yang sewaktu-waktu siap membara dan memanaskan suasana di
sekelilingnya. Hal ini mengindikasikan bahwa pemahaman masyarakat
tentang kerukunan atar umat beragama perlu ditinjau ulang. Dikarenakan
banyaknya ditemukan ketidak adanya kerukunan antar agama, yang
menjadikan adanya saling permusuhan, saling merasa ketidak adilan.
Maka dari itulah pentingnya kerukunan umat beragama, agar semua
masyarakat yang mengalami dan tidak mengalami efek negatif dari
ketidak rukunan agama bahwa kerukunan agama itu sangatlah penting.
Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam. Kata islam berarti damai,
selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut
menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang mengandung ajaran
untuk menciptakan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan hidup
umat manusia pada khususnya dan seluruh alam pada umumnya. Agama
islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama, Nabi
pertama, yaitu Nabi Adam AS. Agama itu kemudian Allah turunkan secara
berkesinambungan kepada para Nabi dan Rasul-rasul berikutnya.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri
dari beragam agama. Kemajemukan yang ditandai dengan
keanekaragaman agama itu mempunyai kecenderungan kuat terhadap
identitas agama masing- masing dan berpotensi konflik. Indonesia
merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural. Multikultural
masyarakat Indonesia tidak saja kerena keanekaragaman suku,
budaya,bahasa, ras tapi juga dalam hal agama. Agama yang diakui oleh
pemerintah Indonesia adalah agama islam, Katolik, protestan, Hindu,
Budha, Kong Hu Chu. Dari agama-agama tersebut terjadilah perbedaan
agama yang dianut masing-masing masyarakat Indonesia. Dengan
perbedaan tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa
menimbulkan konflik antar umat beragama yang bertentangan dengan nilai
dasar agama itu sendiri yang mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup
saling menghormati, dan saling tolong menolong (Wahyuddin, 2009 :
102).

Oleh karena itu, untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat


beragama yang sejati, harus tercipta satu konsep hidup bernegara yang
mengikat semua anggota kelompok sosial yang berbeda agama guna
menghindari ”ledakan konflik antarumat beragama yang terjadi tiba-tiba”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan kerukunan antar umat beragama?


2. Apakah yang dimaksud dengan kerukunan antar umat beragama dalam
kehidupan bermasyarakat?
3. Apa saja jenis-jenis kerukunan antar umat beragama?
4. Apa manfaat kerukunan antar umat beragama?
5. Apa saja kendala-kendala dalam mewujudkan kerukunan antar umat
beragama?
6. Apa solusi dari kendala-kendala dalam mewujudkan kerukunan antar
umat beragama?
7. Bagaimana cara menjaga kerukunan antar umat beragama?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kerukunan antar umat


beragama.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kerukunan antar umat
beragama dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kerukunan antar umat beragama.
4. Untuk mengetahui apa manfaat kerukunan antar umat beragama.
5. Untuk mengetahui apa saja kendala-kendala dalam mewujudkan
kerukunan antar umat beragama.
6. Untuk mengetahui apa solusi dari kendala-kendala dalam mewujudkan
kerukunan antar umat beragama.
7. Untuk mengetahui bagaimana cara menjaga kerukunan antar umat
beragama.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kerukunan

Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan
“damai”. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan
“bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran. Bila
pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang
ideal dan didambakan oleh masyarakat manusia (Taher,2007:118).

Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena
sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan kemauan untuk hidup
berdampingan dan bersama dengan damai serta tenteram. Langkah-langkah untuk
mencapai kerukunan seperti itu, memerlukan proses waktu serta dialog, saling
terbuka, menerima dan menghargai sesama, serta cinta-kasih. Kerukunan
antarumat beragama bermakna rukun dan damainya dinamika kehidupan umat
beragama dalam segala aspek kehidupan, seperti aspek ibadah, toleransi, dan kerja
sama antarumat beragama(Taher , 2007:118).

Manusia ditakdirkan Allah Sebagai makhluk social yang membutuhkan


hubungan dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk social,
manusia memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik kebutuhan material maupun spiritual(Sairin,2002: 54)

Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong


menolong (ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa
saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama( Hafifuddin, 2003:135)
Selain itu islam juga mengajarkan manusia untuk hidup bersaudara karena
pada hakikatnya kita bersaudara. Persaudaraan atau ukhuwah, merupakan salah
satu ajaran yang pada hakikatnya bukan bermakna persaudaraan antara orang-
orang Islam, melainkan cenderung memiliki arti sebagai persaudaraan yang
didasarkan pada ajaran Islam atau persaudaraan yang bersifat Islami(Hafifuddin,
2003: 135).

Sungguh bahwa Allah telah menempatkan manusia secara keseluruhan sebagai


Bani Adam dalam kedudukan yang mulia, walaqad karramna bani Adam (QS Al -
Isra:70).

Manusia diciptakan Allah SWT dengan identitas yang berbeda-beda agar mereka
saling mengenal dan saling memberi manfaat antara yang satu dengan yang lain
(QS 49Al Hujurat:13).

Tiap-tiap umat diberi aturan dan jalan yang berbeda, padahal andaikata Allah
menghendaki, Dia dapat menjadikan seluruh manusia tersatukan dalam kesatuan
umat. Allah SWT menciptakan perbedaan itu untuk member peluang berkompetisi
secara sehat dalam menggapai kebajikan, fastabiqul khairat (QS Al Maidah :48).

Sabda Rasul, seluruh manusia hendaknya menjadi saudara antara yang satu
dengan yang lain, wakunu ibadallahi ikhwana (Hadist Bukhari).

2.2 Pengertian Kerukunan antar Umat Beragama

Kerukunan antar umat beragama berarti damai dan tentram dalam berbagai
perbedaan agama sehinnga tercipta kesinambungan yang baik antar umat
beragama. Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong
menolong (ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa
saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama.
Kerukunan dalam kehidupan akan dapat melahirkan karya – karya besar
yang bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Sebaliknya konflik
pertikaian dapat menimbulkan kerusakan di bumi. Manusia sebagai mahkluk
sosial membutuhkan keberadaan orang lain dan hal ini akan dapat terpenuhi jika
nilai-nilai kerukunan tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat.
Menurut Muhammad Maftuh Basyuni dalam seminar kerukunan antar
umat beragama tanggal 31 Desember 2008 di Departemen Agama, mengatakan
bahwa kerukunan umat beragama merupakan pilar kerukunan nasional adalah
sesuatu yang dinamis, karena itu harus dipelihara terus dari waktu ke waktu.
Kerukunan hidup antar umat beragama sendiri berarti keadaan hubungan sesama
umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, menghargai kesetaraan
dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. ( Sairin, 2002: 56)
Kerukunan umat Islam dengan penganut agama lainnya telah jelas
disebutkan dalam Alqur’an dan Al-hadits. Hal yang tidak diperbolehkan adalah
dalam masalah akidah dan ibadah, seperti pelaksanaan sosial, puasa dan haji, tidak
dibenarkan adanya toleransi, sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al Kafirun: 6,
yang artinya: “Bagimu agamamu, bagiku agamaku”.Beberapa prinsip kerukunan
antar umat beragama berdasar Hukum Islam (Daud Ali, 1998: 124):

1. Islam tidak membenarkan adanya paksaan dalam memeluk suatu agama


(QS.Al-Baqarah : 256).
2. Allah SWT tidak melarang orang Islam untuk berbuat baik,berlaku adil
dan tidak boleh memusuhi penganut agama lain,selama mereka tidak
memusuhi,tidak memerangi dan tidak mengusir orang Islam.(QS. Al-
Mutahanah : 8).
3. Setiap pemeluk agama mempunyai kebebasan untuk mengamalkan syari'at
agamanya masing-masing (QS.Al-Baqarah :139).
4. Islam mengharuskan berbuat baik dan menghormati hak-hak
tetangga,tanpa membedakan agama tetangga tersebut.Sikap menghormati
terhadap tetangga itu dihubungkan dengan iman kepada Allah SWT dan
iman kepada hari akhir (Hadis Nabi riwayat Muttafaq Alaih).
5. Barangsiapa membunuh orang mu'ahid,orang kafir yang mempunyai
perjanjian perdamaian dengan umat Islam, tidak akan mencium bau
surga;padahal bau surga itu telah tercium dari jarak perjalanan empat
puluh tahun (Hadis Nabi dari Abdullah bin 'Ash riwayat Bukhari).

Sudah banyak perjanjian damai dan perjanjian HAM yang dibuat oleh
Negara Islam dan seluruh Negara di dunia soal itu. Dan hanya sedikit yang
melanggar, diantara yang melanggar itu diantaranya Israel, sedangkan yang tidak
melanggar dan sangatlah banyak, seperti Jerman, Cheko, Irlandia dan masih
sangat banyak yang tidak saya sebut satu persatu yang tetap menjaga perdamaian.
Jadi mereka yang menjaga perjanjian damai dengan orang Islam. Tidaklah
dibenarkan membunuh orang-orang yg tetap menjaga perdamaian dengan orang
Islam. Bahkan menurut hadis tersebut tidak akan mencium bau surga bagi yang
membunuh orang tersebut tanpa kesalahan yang jelas.

Kerukunan antar umat beragama sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-


hari. Dengan adanya kerukunan antar umat beragama kehidupan akan damai dan
hidup saling berdampingan. Perlu di ingat satu hal bahwa kerukunan antar umat
beragama bukan berarti kita megikuti agama mereka bahkan menjalankan ajaran
agama mereka.

Untuk itulah kerukunan hidup antar umat beragama harus kita jaga agar tidak
terjadi konflik-konflik antar umat beragama. Terutama di masyarakat Indonesia
yang multikultural dalam hal agama, kita harus bisa hidup dalam kedamaian,
saling tolong menolong, dan tidak saling bermusuhan agar agama bisa menjadi
pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak langsung memberikan stabilitas
dan kemajuan Negara.
Dalam kehidupan bermasyarakat kerukunan antar umat beragama sangat
diperlukan karena tidak menuntut kemungkinan bahwa orang yang disekitar kita
satu agama dengan kita. Tidak bisa dibayangkan apabila tidak terciptanya
kerukunan antar umat beragama pada masyarakat sekarang ini, mungkin akan
terjadi perang antar agama. Hubungan antara muslim dengan penganut agama lain
tidak dilarang oleh syariat Islam, kecuali bekerja sama dalam persoalan aqidah
dan ibadah. Kedua persoalan tersebut merupakan hak intern umat Islam yang
tidak boleh dicamputi pihak lain, tetapi aspek sosial kemasyarakatan dapat bersatu
dalam kerja sama yang baik. Kerja sama antar umat beragama merupakan bagian
dari hubungan sosial antar manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam.
Hubungan dan kerja sama dalam bidang-bidang ekonomi, politik, maupun budaya
tidak dilarang, bahkan dianjurkan sepanjang berada dalam ruang lingkup
kebaikan. Hubungan yang baik antar umat beragama dapat berdampak positif bagi
pemuda penerus bangsa. Untuk itu kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat dapat diwujudkan dengan:
a) Saling tenggang rasa, saling menghargai, toleransi antar umat beragama
b) Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu
c) Melaksanakan ibadah sesuai agamanya, dan
d) Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam Agamanya maupun peraturan
Negara atau pemerintah.

Dengan demikian akan dapat tercipta keamanan dan ketertiban antar umat
beragama, ketentraman dan kenyamanan di lingkungan masyarakat berbangsa dan
bernegara.

2.3 Jenis – Jenis kerukunan antar umat Beragama

a) Kerukunan antar pemeluk agama yang sama, adalah suatu bentuk


kerukunan yang terjalin antar masyarakat penganut satu agama. Misalnya,
kerukunan sesama orang Islam atau kerukunan sesama penganut Kristen.
Kerukunan antar pemeluk agama yang sama juga harus dijaga agar tidak
terjadi perpecahan, walaupun sebenarnya dalam hal ini sangat minim
sekali terjadi konflik.
b) Kerukunan antar umat beragama lain, yaitu suatu bentuk kerukunan yang
terjalin antar masyarakat yang memeluk agama berbeda-beda. Misalnya,
kerukunan antar umat Islam dan Kristen, antara pemeluk agama Kristen
dan Budha, atau kerukunan yang dilakukan oleh semua agama. Kerukunan
antar umat beragama lain ini cukup sulit untuk dijaga. Seringkali terjadi
konflik antar pemeluk agama yang berbeda.

2.4 Ukhuwah

Kata Ukhuwah berarti persaudaraan. Maksudnya, adanya perasaan


simpati dan empati antara dua orang atau lebih. Jalinan perasaan ini
menimbulkan sikap tibal balik untuk saling membantu bila pihak lain
mengalami kesulitan. Ukhuwah yang kita jalin bukan hanya antar
seagama saja. Akan tetapi yang lebih penting lagi adalah antar umat
beragama.
Manusia yang baik adalah manusia yang dapat menjalin dan mempererat
ukhuwah antar sesama manusia. Ada 3 macam ukhuwh yang seharusnya
dijalin, yaitu ;

1. Ukhuwah islamiyah, persaudaraan yang berlaku antar sesama umat Islam


atau persaudaraan yang diikat oleh akidah / keimanan, tanpa membedakan
golongan. Sesama akidahnya sama (laa ilaaha ilallah) maka itu adalah
saudara kita dan harus kita jalin dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana
dijelaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al Hujurat ayat 10, yang
artinya: “sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah saudara.
Oleh karena itu, pereratlah simpul persaudaraan diantaramu, dan
bertawakallah kepada Allah , mudah-mudahan kamu mendapatkan
rahmat”
2. Ukhuwah Insaniyah / Basyariah, persaudaraan yang berlaku pada semua
manusia secara universal tanpa membedakan agama, suku, ras dan aspek-
aspek kekhususan lainnya. Persaudaraan yang diikat oleh jiwa
kemanusiaan. Maksudnya, kita sebagai manusia harus dapat
memanusiakan manusia dan memposisikan atau memandang orang lain
dengan penuh rasa kasih saying , selalu melihat kebaikannya bukan
kejelekannya.
3. Ukhuwah wathoniyah, pewrsaudaraan yang diikat oleh jiwa nasionalisme/
jiwa kebangsaan tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, adat
istiadat, budaya dan aspek-aspek kekhususan lainnya. Semuanya itu adalah
saudara yang perlu untuk dijalin , karena kita sama-sama satu bangsa yaitu
bangsa Indonesia . mengingat pentingnya menjalin hubungan kebangsaan
ini Rasulullah bersabda “Hubbul wathon minal iman” artinya: cinta
sesama saudara setanah air termasuk sebagian dari iman.

2.5 Manfaat Kerukunan antar umat Beragama

 Terciptanya suasana yang damai dalam bermasyarakat


 Toleransi antar umat Beragama meningkat
 Menciptakan rasa aman bagi agama – agama minoritas dalam
melaksanakan ibadahnya masing masing
 Meminimalisir konflik yang terjadi yang mengatasnamakan Agama
 Menguatkan tali silaturahim antar umat beragama
 Membangun hubungan interaksi yang baik antar umat beragama
2.6 Kendala-Kendala

a) Rendahnya Sikap Toleransi


Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah dalam
komunikasi antar agama sekarang ini, khususnya di Indonesia, adalah
munculnya sikap toleransi malas-malasan (lazy tolerance) sebagaimana
diungkapkan P. Knitter. Sikap ini muncul sebagai akibat dari pola
perjumpaan tak langsung (indirect encounter) antar agama, khususnya
menyangkut persoalan teologi yang sensitif. Sehingga kalangan umat
beragama merasa enggan mendiskusikan masalah-masalah keimanan.
Tentu saja, dialog yang lebih mendalam tidak terjadi, karena baik pihak
yang berbeda keyakinan/agama sama-sama menjaga jarak satu sama lain.
Masing-masing agama mengakui kebenaran agama lain, tetapi
kemudian membiarkan satu sama lain bertindak dengan cara yang
memuaskan masing-masing pihak. Yang terjadi hanyalah perjumpaan tak
langsung, bukan perjumpaan sesungguhnya. Sehingga dapat menimbulkan
sikap kecurigaan diantara beberapa pihak yang berbeda agama, maka akan
timbullah yang dinamakan konflik.

b) Kepentingan Politik
Faktor Politik, Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai
kendala dalam mncapai tujuan sebuah kerukunan antar umat beragama
khususnya di Indonesia, jika bukan yang paling penting di antara faktor-
faktor lainnya. Bisa saja sebuah kerukunan antar agama telah dibangun
dengan bersusah payah selama bertahun-tahun atau mungkin berpuluh-
puluh tahun, dan dengan demikian kita pun hampir memetik buahnya.
Namun tiba-tiba saja muncul kekacauan politik yang ikut
memengaruhi hubungan antaragama dan bahkan memorak-porandakannya
seolah petir menyambar yang dengan mudahnya merontokkan “bangunan
dialog” yang sedang kita selesaikan. Seperti yang sedang terjadi di negeri
kita saat ini, kita tidak hanya menangis melihat political upheavels di
negeri ini, tetapi lebih dari itu yang mengalir bukan lagi air mata, tetapi
darah; darah saudara-saudara kita, yang mudah-mudahan diterima di sisi-
Nya. Tanpa politik kita tidak bisa hidup secara tertib teratur dan bahkan
tidak mampu membangun sebuah negara, tetapi dengan alasan politik juga
kita seringkali menunggangi agama dan memanfaatkannya.

c) Sikap Fanatisme
Di kalangan Islam, pemahaman agama secara eksklusif juga ada
dan berkembang. Bahkan akhir-akhir ini, di Indonesia telah tumbuh dan
berkembang pemahaman keagamaan yang dapat dikategorikan sebagai
Islam radikal dan fundamentalis, yakni pemahaman keagamaan yang
menekankan praktik keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran
agama seharusnya diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat.
Mereka masih berpandangan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang
benar dan dapat menjamin keselamatan menusia. Jika orang ingin selamat,
ia harus memeluk Islam. Segala perbuatan orang-orang non-Muslim,
menurut perspektif aliran ini, tidak dapat diterima di sisi Allah.
Pandangan-pandangan semacam ini tidak mudah dikikis karena
masing-masing sekte atau aliran dalam agama tertentu, Islam misalnya,
juga memiliki agen-agen dan para pemimpinnya sendiri-sendiri. Islam
tidak bergerak dari satu komando dan satu pemimpin. Ada banyak aliran
dan ada banyak pemimpin agama dalam Islam yang antara satu sama lain
memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang agamanya dan terkadang
bertentangan. Tentu saja, dalam agama Kristen juga ada kelompok
eksklusif seperti ini. Kelompok Evangelis, misalnya, berpendapat bahwa
tujuan utama gereja adalah mengajak mereka yang percaya untuk
meningkatkan keimanan dan mereka yang berada “di luar” untuk masuk
dan bergabung. Bagi kelompok ini, hanya mereka yang bergabung dengan
gereja yang akan dianugerahi salvation atau keselamatan abadi. Dengan
saling mengandalkan pandangan-pandangan setiap sekte dalam agama
teersebut, maka timbullah sikap fanatisme yang berlebihan.
2.7 Solusi Masalah Kerukunan Antar Umat Beragama

1) Dialog Antar Pemeluk Agama

Sejarah perjumpaan agama-agama yang menggunakan kerangka politik


secara tipikal hampir keseluruhannya dipenuhi pergumulan, konflik dan
pertarungan. Karena itulah dalam perkembangan ilmu sejarah dalam beberapa
dasawarsa terakhir, sejarah yang berpusat pada politik yang kemudian disebut
sebagai “sejarah konvensional” dikembangkan dengan mencakup bidang-bidang
kehidupan sosial-budaya lainnya, sehingga memunculkan apa yang disebut
sebagai “sejarah baru” (new history). Sejarah model mutakhir ini lazim disebut
sebagai “sejarah sosial” (social history) sebagai bandingan dari “sejarah politik”
(political history). Penerapan sejarah sosial dalam perjumpaan Kristen dan Islam
di Indonesia akan sangat relevan, karena ia akan dapat mengungkapkan sisi-sisi
lain hubungan para penganut kedua agama ini di luar bidang politik, yang sangat
boleh jadi berlangsung dalam saling pengertian dan kedamaian, yang pada
gilirannya mewujudkan kehidupan bersama secara damai (peaceful co-existence)
di antara para pemeluk agama yang berbeda.

Hampir bisa dipastikan, perjumpaan Kristen dan Islam (dan juga agama-
agama lain) akan terus meningkat di masa-masa datang. Sejalan dengan
peningkatan globalisasi, revolusi teknologi komunikasi dan transportasi, kita akan
menyaksikan gelombang perjumpaan agama-agama dalam skala intensitas yang
tidak pernah terjadi sebelumnya. Dengan begitu, hampir tidak ada lagi suatu
komunitas umat beragama yang bisa hidup eksklusif, terpisah dari lingkungan
komunitas umat-umat beragama lainnya. Satu contoh kasus dapat diambil: seperti
dengan meyakinkan dibuktikan Eck (2002), Amerika Serikat, yang mungkin oleh
sebagian orang dipandang sebagai sebuah “negara Kristen,” telah berubah
menjadi negara yang secara keagamaan paling beragam. Saya kira, Indonesia,
dalam batas tertentu, juga mengalami kecenderungan yang sama. Dalam
pandangan saya, sebagian besar perjumpaan di antara agama-agama itu,
khususnya agama yang mengalami konflik, bersifat damai. Dalam waktu-waktu
tertentu ketika terjadi perubahan-perubahan politik dan sosial yang cepat, yang
memunculkan krisis pertikaian dan konflik sangat boleh jadi meningkat
intensitasnya. Tetapi hal ini seyogyanya tidak mengaburkan perspektif kita,
bahwa kedamaian lebih sering menjadi feature utama. Kedamaian dalam
perjumpaan itu, hemat saya, banyak bersumber dari pertukaran (exchanges) dalam
lapangan sosio-kultural atau bidang-bidang yang secara longgar dapat disebut
sebagai “non-agama.” Bahkan terjadi juga pertukaran yang semakin intensif
menyangkut gagasan-gagasan keagamaan melalui dialog-dialog antaragama dan
kemanusiaan baik pada tingkat domestik di Indonesia maupun pada tingkat
internasional; ini jelas memperkuat perjumpaan secara damai tersebut. Melalui
berbagai pertukaran semacam ini terjadi penguatan saling pengertian dan, pada
gilirannya, kehidupan berdampingan secara damai.

Menurut Prof. Dr. H Muchoyar H.S, MA dalam menyikapi perbedaan


agama terkait dengan toleransi antar umat beragama agar dialog antar umat
beragama terwujud memerlukan 3 konsep yaitu (Sairin, 2002:59):

1. Setuju untuk tidak setuju, maksudnya setiap agama memiliki akidah


masing- masing sehingga agama saling bertoleransi dengan perbedaan
tersebut.
2. Setuju untuk setuju, konsep ini berarti meyakini semua agama memiliki
kesamaan dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan martabat umatnya.
3. Setuju untuk berbeda, maksudnya dalam hal perbedaan ini disikapi dengan
damai bukan untuk saling menghancurkan.

Tema dialog antar umat beragama sebaiknya bukan mengarah pada


masalah peribadatan tetapi lebih ke masalah kemanusiaan seprti moralitas, etika,
dan nilai spiritual, supaya efktif dalam dialog aantar umat beragama juga
menghindari dari latar belakang agama dan kehendak untuk memdominasi pihak
lain. Model dialog antar umat beragama yang dikemukakan oleh Kimball adalah
sebagai brikut ;

1. Dialog Parlementer ( parliamentary dialogue ). Dialog ini dilakukan


dengan melibatkan tokoh-tokoh umat beragama di dunia. Tujuannya
adalah mengembangkan kerjasama dan perdamaian antar umat beragama
di dunia.
2. Dialog Kelembagaan ( institutional dialogue ). Dialog ini melibatkan
organisasi-organisasi keagamaan. Tujuannya adalah untuk mendiskusikan
dan memecahkan persoalan keumatan dan mengembangkan komunikasi di
antara organisasi keagamaan.
3. Dialog Teologi ( theological dialogue ). Tujuannya adalah membahas
persoalan teologis filosofis agar pemahaman tentang agamanya tidak
subjektif tetapi objektif
4. Dialog dalam Masyarakat ( dialogue in society ). Dilakukan dalam bentuk
kerjasama dari komunitas agama yang plural dalam menylesaikan masalah
praktis dalam kehidupan sehari-hari.
5. Dialog Kerohanian (spiritual dialogue). Dilakukan dengan tujuan
mengembangkan dan memperdalam kehidupan spiritual di antara berbagai
agama.

2) Bersikap Optimis

Walaupun berbagai hambatan menghadang jalan kita untuk menuju sikap


terbuka, saling pengertian dan saling menghargai antaragama, saya kira kita tidak
perlu bersikap pesimis. Sebaliknya, kita perlu dan seharusnya mengembangkan
optimisme dalam menghadapi dan menyongsong masa depan dialog.

Paling tidak ada tiga hal yang dapat membuat kita bersikap optimis.
Pertama, pada beberapa dekade terakhir ini studi agama-agama, termasuk juga
dialog antaragama, semakin merebak dan berkembang di berbagai universitas,
baik di dalam maupun di luar negeri. Selain di berbagai perguruan tinggi agama,
IAIN dan Seminari misalnya, di universitas umum seperti Universitas Gajah
Mada, juga telah didirikan Pusat Studi Agama-agama dan Lintas Budaya.
Meskipun baru seumur jagung, hal itu bisa menjadi pertanda dan sekaligus
harapan bagi pengembangan paham keagamaan yang lebih toleran dan pada
akhirnya lebih manusiawi. Juga bermunculan lembaga-lembaga kajian agama,
seperti Interfidei dan FKBA di Yogyakarta, yang memberikan sumbangan dalam
menumbuhkembangkan paham pluralisme agama dan kerukunan
antarpenganutnya.

Kedua, para pemimpin masing-masing agama semakin sadar akan


perlunya perspektif baru dalam melihat hubungan antar-agama. Mereka seringkali
mengadakan pertemuan, baik secara reguler maupun insidentil untuk menjalin
hubungan yang lebih erat dan memecahkan berbagai problem keagamaan yang
tengah dihadapi bangsa kita dewasa ini. Kesadaran semacam ini seharusnya tidak
hanya dimiliki oleh para pemimpin agama, tetapi juga oleh para penganut agama
sampai ke akar rumput sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara pemimpin
agama dan umat atau jemaatnya. Kita seringkali prihatin melihat orang-orang
awam yang pemahaman keagamaannya bahkan bertentangan dengan ajaran
agamanya sendiri. Inilah kesalahan kita bersama. Kita lebih mementingkan
bangunan-bangunan fisik peribadatan dan menambah kuantitas pengikut, tetapi
kurang menekankan kedalaman (intensity) keberagamaan serta kualitas mereka
dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama.

Ketiga, masyarakat kita sebenarnya semakin dewasa dalam menanggapi


isu-isu atau provokasi-provokasi. Mereka tidak lagi mudah disulut dan diadu-
domba serta dimanfaatkan, baik oleh pribadi maupun kelompok demi target dan
tujuan politik tertentu. Meskipun berkali-kali masjid dan gereja diledakkan, tetapi
semakin teruji bahwa masyarakat kita sudah bisa membedakan mana wilayah
agama dan mana wilayah politik. Ini merupakan ujian bagi agama autentik
(authentic religion) dan penganutnya. Adalah tugas kita bersama, yakni
pemerintah, para pemimpin agama, dan masyarakat untuk mengingatkan para
aktor politik di negeri kita untuk tidak memakai agama sebagai instrumen politik
dan tidak lagi menebar teror untuk mengadu domba antarpenganut agama. Jika
tiga hal ini bisa dikembangkan dan kemudian diwariskan kepada generasi
selanjutnya, maka setidaknya kita para pemeluk agama masih mempunyai harapan
untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan pada gilirannya bisa hidup
berdampingan lebih sebagai kawan dan mitra daripada sebagai lawan.

2.8 Cara Menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama

 Menjunjung tinggi toleransi antar umat Beragama di Indonesia. Baik yang


merupakan pemeluk Agama yang sama, maupun dengan yang berbeda
Agama. Rasa toleransi bisa berbentuk dalam macam-macam hal. Misalnya
seperti, pembangunan tempat ibadah oleh pemerintah, tidak saling
mengejek dan mengganggu umat lain dalam interaksi sehari – harinya,
atau memberi waktu pada umat lain untuk beribadah bila memang sudah
waktunya mereka melakukan ibadah. Banyak hal yang bisa dilakukan
untuk menunjukkan sikap toleransi. Hal ini sangat penting demi menjaga
tali kerukunan umat beragama di Indonesia, karena jika rasa toleransi antar
umat beragama di Indonesia sudah tinggi, maka konflik – konflik yang
mengatasnamakan Agama di Indonesia dengan sendirinya akan berkurang
ataupun hilang sama sekali.
 Selalu siap membantu sesama dalam keadaan apapun dan tanpa melihat
status orang tersebut. Jangan melakukan perlakuan diskriminasi terhadap
suatu agama, terutama saat mereka membutuhkan bantuan. Misalnya, di
suatu daerah di Indonesia mengalami bencana alam. Mayoritas
penduduknya adalah pemeluk agama Kristen. Bagi Anda yang memeluk
agama lain, jangan lantas malas dan enggan untuk membantu saudara
sebangsa yang sedang kesusahan hanya karena perbedaan agama. Justru
dengan membantu mereka yang kesusahan, kita akan mempererat tali
persaudaraan sebangsa dan setanah air kita, sehingga secara tidak langsung
akan memperkokoh persatuan Indonesia.
 Hormatilah selalu orang lain tanpa memandang Agama apa yang mereka
anut. Misalnya dengan selalu berbicara halus dan sopan kepada siapapun.
Biasakan pula untuk menomor satukan sopan santun dalam beraktivitas
sehari harinya, terlebih lagi menghormati orang lain tanpa memandang
perbedaan yang ada. Hal ini tentu akan mempererat kerukunan umat
beragama di Indonesia.
 Bila terjadi masalah yang membawa nama agama, tetap selesaikan dengan
kepala dingin dan damai, tanpa harus saling tunjuk dan menyalahkan. Para
pemuka agama, tokoh masyarakat, dan pemerintah sangat diperlukan
peranannya dalam pencapaian solusi yang baik dan tidak merugikan pihak
– pihak manapun, atau mungkin malah menguntungkan semua pihak. Hal
ini diperlukan karena di Indonesia ini masyarakatnya sangat beraneka
ragam.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masing – masing orang pasti mempunyai agama walaupun mereka


menganut agama yang berbeda – beda. Untuk itu perlu adanya kerukunan umat
beragama, kerukunan umat beragama sangat penting dalam kehidupan sebab
dengan adanya kerukunan umat beragama hidup menjadi lebih nyaman dan
bahagia. Kerukanan antar umat beragama adalah dimana kita saling menghargai
perbedaan agama yang kita miliki dengan agama yang dimiliki oleh orang lain.
Dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama ada kendala – kendalanya.
Maka dari itu masing – masing agama harus memiliki kesadaran untuk
menghormati dan menghargai agama yang berbeda.
Akhirnya jika bicara tentang kerukunan maka harus bicara tentang KITA,
bukan bicara tentang AKU dan KAMU sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi
Muhaammad SAW dalam Piagam Madinah. Semoga kita selalu mampu menjaga
persaudaraan kemanusiaan (Ukhuwah Insaniyah), Persaudaran Kebangsaan
(Ukhuwah Wathaniyah) dan Persaudaraan seiman (Ukhuwah Islamiyah) di bumi
Indonesia yang kita cintai ini, agar kita dapat hidup rukun dan harmoni. Sebagai
semboyan kita, Bhinneka Tunggal Ika.

3.2 Saran
Jagalah dan tingkatkanlah toleransi yang tinggi antar umat beragama. Jangan
jadikan perbedaan sebagai masalah, tapi jadikanlah perbedaan sebagai suatu
kelebihan untuk saling melengkapi menuju kehidupan yang lebih baik. 1 hal yang
perlu diingat oleh kita yaitu “lakum dinukum waliyadin” ~ Bagimu agamamu dan
bagiku agamaku. Q.S. Al-Kafirun: 6.
BAB IV
HASIL DISKUSI

Moderator : Andri Kurniawan (061640111805)


Notulen : Oktri Yanti (061640111486)

Pertanyaan 1

Penanya : Slamet Jatmiko (061640111490)

Penjawab : Muhammad Gerry Alfareza (061640111482)

Pertanyaan :

Bagaimana cara kita menghindari perpecahan antara saudara seiman?

Bagaimana jika kita sudah menghargai agama lain tetapi agama lain
tersebut tidak menghargai agama kita??

Jawaban :

Kita harus lebih mengerti dan memahami makna dari ukhuwah, terutama
Ukhuwah Islamiyah, karena persaudaraan itu telah diikat oleh akidah/keimanan,
tanpa membedakan golongan yang harus kita jalin dan kita jaga dengan sebaik-
baiknya. Seperti yang dijelaskan Allah SWT dalam surah Al-Hujurat ayat 10.
Alangkah tidak baiknya jika orang yang beragama yang berbeda dengan kita tidak
menghargai agama kita lalu kita juga membalas dengan hal yang serupa pula, ada
baiknya kita harus tetap menghargai agama orang lain, karena kita juga harus
mengamalkan makna dari Ukhuwah Insaniyah yang artinya persaudaraan yang
berlaku secara universal tanpa membedakan suku, ras, agama, dan aspek-aspek
khusus lainnya.
Pertanyaan 2

Penanya : Ajeng Kusuma Ramadhani (061640111804)

Penjawab : Shinta Novia (061640111489)

Pertanyaan :

Dapatkah kelompok anda menjelaskan perbedaan toleransi malas-malasan


dengan toleransi yang sebenarnya?

Apakah sikap yang telah kita terapkan yaitu membiarkan seseorang


melakukan sesuatu tetapi tidak merugikan kita, Apakah sikap tersebut merupakan
sikap toleransi atau tidak?

Jawaban :

Toleransi yang sebenarnya yaitu benar-benar dengan sepenuh hati


menghargai tanpa melakukan hal-hal yang akan menyinggung agama lain. Sikap
membiarkan seseorang melakukan sesuatu tetapi tidak merugikan kita bukanlah
sikap toleransi. Karena dalam bertoleransi dalam kehidupan sehari-hari juga
sangat berkaitan dengan orang-orang disekitar kita dimana kita sebagai umat
beragama sudah seharusnya peduli terhadap sesama bukan acuh tak acuh, hal ini
agar selalu terjalin kerukunan antar umat beragama.
Pertanyaan 3

Penanya : M.Fauzy Ridwan (061640111479)

Penjawab : Shinta Novia (061640111489)

Pertanyaan :

Jelaskan akibat jika tidak ada Ukhuwah di lingkungan kita?

Jawaban :

Akibatnya adalah akan terjadi perpecahan sampai konflik antar pemeluk


agama yang berbeda. Dalam kehidupan bermasyarakat kerukunan antar umat
beragama sangat diperlukan karena tidak menuntut kemungkinan bahwa orang
yang disekitar kita satu agama dengan kita. Tidak bisa dibayangkan apabila tidak
tercipta Ukhuwah antara umat beragama dilingkungan kita, mungkin dapa terjadi
perang antar agama.
DAFTAR PUSTAKA

http://dinaeni.wordpress.com/2012/01/08/kerukunan-antar-umat-beragama/
http://dezhi-myblogger.blogspot.com/2011/05/pengertian-kerukunan-umat-
beragama.html
http://www.scribd.com/-Kerukunan-Antar-Umat-Beragama
http://www.jappy.8m.net/blank_14.html
Masduqi, Irwan. Berislam Secara Toleran. Jakarta, Mizan

Anda mungkin juga menyukai