Anda di halaman 1dari 7

A.

Tumbuh Kembang
Definisi Tumbuh Kembang
—Wong (2009) menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan
jumlah dan ukuran sel yang akan menghasilkan peningkatan ukuran dan berat seluruh atau sebagian
bagian sel sedangkan perkembangan merupakan perubahan kualitatif yaitu perubahan fungsi tubuh
yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi melalui proses
kematangan dan belajar.
—Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang berbeda. Pertumbuhan berdampak terhadap
aspek fisik sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ dan individu. Kedua
kondisi tersebut saling berkaitan dan berpengaruh pada tumbuh kembang pada setiap anak
—Pertumbuhan masa prasekolah pada anak yaitu pada pertumbuhan fisik, khususnya berat badan
mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya adalah 2 kg, kelihatan kurus, akan tetapi aktivitas
motoriknya tinggi, dimana sistem tubuh
sudah mencapai kematangan, seperti berjalan, melompat, dan lain -lain.
Sedangkan pada pertumbuhan tinggi badan anak kenaikannya rata-rata akan mencapai 6,75-7,5
cm setiap tahunnya.
—Perkembangan merupakan proses yang tidak akan berhenti. Masa
prasekolah merupakan fase perkembangan individu dapat usia 2-6 tahun,
perkembangan pada masa ini merupakan masa perkembangan yang pendek tetapi merupakan masa
yang sangat penting.
2. Teori-Teori Perkembangan
a. Teori Perkembangan kognitif (Jean Piaget)
Perkembangan kognitif menurut Piaget merupakan perubahan perubahan yang terkait usia yang
terjadi dalam aktifitas mental. Ia juga menyebutkan bahwa kesuksesan perkembangan kognitif
mengikuti prosses yang urutannya melewati empat fase, yaitu fase sensorimotorik (0-
2 tahun), fase pra-operasional (2-7 tahun), fase operasional (7-
11 tahun) dan fase operasional formal (>11 tahun) (Wong, 2008, hlm 118).
Anak belum mampu mengoperasionalisasikan
apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak.
b. Teori Perkembangan Psikososial (Erikson)
Menurut Santrock, Teori perkembangan ini dikemukakan oleh
Erikson yang mengemukakan bahwa perkembangan anak selalu dipengaruhi
oleh motivasi sosial dan mencerminkan suatu keinginan untuk berhubungan
dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan kepribadian psikososial anak
harus melewati beberapa tahap yaitu : tahap percaya dan tidak percaya (1-3 tahun), tahap
kemandirian versus malu-malu (2-4 tahun), tahap inisiatif versus rasa bersalah (3-
6 tahun), tahap terampil versus minder (6-12 tahun), tahap identidas versus kebingungan peran
(12-18 tahun). anak mulai
mencari pengalaman baru secara aktif. Apabila anak mendapat dukungan dari
orang tuanya untuk mengekplorasikan keingintahuannya maka anak akan
mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan, tetapi bila
dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah pada diri anak.
c. Teori Perkembangan Psikoseksual (Freud)
Teori perkembangan psikoseksual pertama kali dikemukakan oleh Sigmun Freud, ia
menggunakan istilah psikoseksual untuk menjelaskan segala
kesenangan seksual. Selama masa kanak-kanak bagian-bagian tubuh tertentu memiliki makna
psikologik yang menonjol sebagai sumber kesenangan baru dan
konflik baru yang secara bertahap bergeser dari satu bagian tubuh ke bagian
tubuh lain pada tahap-tahap perkembangan tertentu. Dalam perkembangan psikoseksual anak dapat
melalui tahapan yaitu: tahap oral (0-1 tahun), tahap anal (1-3 tahun), tahap falik (3-6 tahun), tahap laten
(6-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun).
Dalam teori perkembangan psikoseksual anak prasekolah termasuk dalam
tahap phalilc, dalam tahap ini genital menjadi area tubuh yang menarik dan sensitif anak mulai
mengetahui perbedaan jenis kelamin dan men jadi ingin tahu tentang perbedaan tersebut.
d. Teori Perkembangan Moral (Kohlberg)
Teori perkembangan moral dikemukakan oleh Kohlberg dengan
memandang tumbuh kembang anak ditinjau dari segi moralitas anak dalam
menghadapi kehidupan, tahapan perkembangan moral yaitu: tahap
prakonvensional (orientasi pada hukum dan kepatuhan), tahap prakonvensional
(orientasi instrumental bijak), tahap konvensional, tahap pasca konvensional (orientasi kontak
sosial). Dalam teori perkembangan moral anak prasekolah termasuk dalam tahap prakonvensional,
dalam tahap perkembangan ini anak terorientasi secara budaya dengan label baik atau buruk, anak-
anak menetapkan baik atau buruknya suatu
tindakan dari konsekuensi tindakan tersebut. Dalam tahap ini anak tidak
memiliki konsep tatanan moral, mereka menentukan prilaku yang benar terdiri
atas sesuatu yang memuaskan kebutuhan mereka sendiri meskipun terkadang
kebutuhan orang lain. Hal tersebut diinterprestasikan dengan cara yang sangat konkrit tanpa kesetiaan,
rasa terimakasih atau keadilan.
3. Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan
Menurut Santrock, Perkembangan dan pertumbuhan mengikuti prinsip cephalocaudal dan
proximodistal. Prinsip cephalocaudal merupakan rangkaian
dimana pertumbuhan yang tercepat selalu terjadi diatas, yaitu di kepala.
Pertumbuhan fisik dan ukuran secara bertahap bekerja dari atas kebawah,
perkembangan sensorik dan motorik juga berkembang menurut prinsip ini,
contohnya bayi biasanya menggunakan tubuh bagian atas sebelum meraka menggunakan tubuh
bagian bawahnya. Prinsip proximodistal (dari dalam keluar) yaitu pertumbuhan dan perkembangan
bergerak dari tubuh bagian dalam keluar. Anak-anak belajar
mengembangkan kemampuan tangan dan kaki bagian atas ( yang lebih dekat dengan bagian
tengah tubuh) baru kemudian bagian yang lebih jauh, dilanjutkan dengan kemampuan menggunakan
telapak tangan dan kaki dan akhirnya jari-jari tangan dan kaki.
4. Aspek–Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Aspek Pertumbuhan
Untuk menilai pertumbuhan anak dilakukan pengukuran antropometri, pengukuran antropome
tri meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala.
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau
penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, pengukuran tinggi badan
digunakan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor genetik sedangkan pengukuran
lingkar kepala dimaksudkan untuk menilai pertumbuhan otak. Pertumbuhan otak kecil
(mikrosefali) menunjukkan adanya reterdasi mental, apabila otaknya besar (volume kepala
meningkat) terjadi akibat penyumbatan cairan serebrospinal.
b. Ciri Pertumbuhan Anak 2-3 Tahun
1) Berat Badan
Pada umur 2½ tahun berat badan meningkat 4 x berat badan lahir. Pertambahan berat badan anak
umur 1-2 th : 0,2 kg/bln.
2) Tinggi Badan
Berdasarkan data yang dikeluarkan Direktorat Kesehatan Gizi Depkes RI untuk anak usia 0-5 tahun
tanpa dibedakan jenis kelaminnya, pada usia tertentu harus memiliki tinggi badan ideal dengan plus
minus 2 standar deviasi.
3) Lingkar kepala
Pertambahan ukuran lingkar kepala meliputi:
Pada tahun ke-2 menjadi 46,9 – 49,5 cm ( + 2,5 cm)
Pada tahun ke-3 menjadi 47,7 – 50,8 cm ( + 1,25 cm)
Berat otak sebesar 1/8 berat total bayi paling pesat berkembang pada usia 2 tahun. Berat otak kecil
sebesar 3x berat badan setelah bayi berusia 2 tahun. Pengukuran lingkar kepala dipakai untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Pengukuran dilakukan pada diameter
occipitofrontal dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai standar.
4) Pertumbuhan Gigi
Gigi susu yang berjumlah 20 buah biasanya telah tumbuh seluruhnya pada umur 2,5 th.
c. Aspek perkembangan
1) Motorik kasar (gross motor) merupakan keterampilan yang meliputi
aktivitas otot yang besar seperti gerakan lengan dan berjalan. Perkembangan motorik kasar p
ada masa prasekolah, diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1- 5 detik,
melompat dengan satu kaki, membuat posisi merangkak dan lain-lain.
2) Motorik halus (fine motor skills) merupakan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil
dan koordinasi meta dan tangan yang memerlukan koordinasi yang cermat.
Perkembangan motorik halus mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari -jari
kaki, menggambar dua atau tiga bagian, menggambar orang,
mampu menjepit benda, melambaikan tangan dan sebagainya.
3) Bahasa (language) adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap
suara, mengkuti perintah dan dan berbicara spontan. Pada perkembangan
bahasa diawali mampu menyebut hingga empat gambar, menyebut satu hingga dua warna,
menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua kata, meniru berbagai
bunyi, mengerti larangan dan sebagainya.
4) Prilaku sosial (personal social) adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan adaptasi sosial pada anak
prasekolah yaitu dapat berrmain
dengan permainan sederhana, mengenali anggota keluarganya, menangis
jika dimarahi, membuat permintaan yang sederhana dengan gaya tubuh,
menunjukan peningkatan kecemasan terhadapa perpisahan dan sebagainya.
Untuk menilai perkembangan anak yang dapat dilakukan adalah dengan
wawancara tentang faktor kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam perkembangan, k
emudian melakukan tes skrining perkembangan anak.
d. Tahap Perkembangan Anak 2-3 Tahun
1) Perkembangan Motorik
Masa ini disebut sebagai masa sangat aktif dari seluruh masa kehidupannya, karena tingkat
aktivitasnya dan perkembangan otot besar mereka sedang tumbuh. Demikian halnya dengan
kemampuan motorik halus anak, sudah mulai meningkat. Dengan demikian masa ini disebut juga
sebagai masa belajar berbagai kemampuan dan keterampilan, dengan berbekal rasa ingin tahu yang
cukup kuat dengan seringnya anak mencoba hal-hal baru dan seringnya pengurangan menyebabkan
masa ini menjadi masa yang tepat untuk mempelajari keterampilan baru.
2) Perkembangan Bicara dan Bahasa
Bertambahnya kematangan otak dikombinasikan dengan peluang-peluang untuk menjelajahi dunia
sekelilingnya dan sebagai penyumbang terbesar untuk lahirnya kemampuan kognitif anak. Sejumlah
kemampuan anak, seperti belajar membaca adalah berkaitan dengan masukan dari mata anak
yang ditransmisikan ke otak anak, kemudian melalui sistem yang ada di otak, menterjemahkannya
kedalam kode huruf-huruf, kata-kata dan asosiasinya. Akhirnya akan dikeluarkan dalam bentuk bicara.
Bakat bicara anak karena system otak diorganisasikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan
anak memproses sebagai bahasa.
Anak mulai pandai berbicara, sejalan dengan perkembangannya memahami sesuatu. Biasanya anak
mulai berbicara sendiri,kemudian berkembang menjadi kemampuan untuk bertindak tanpa
harus mengucapkannya. Dalam hal ini anak telah menginternalisasikan pembicaraan yang egosentris
dalam bentuk berbicara sendiri menjadi pemikiran anak. Hal ini merupakan suatu transisi awal untuk
dapat lebih berkomunikasi secara sosial.
3) Perilaku Sosial dan Kemandirian
Dasar-dasar sosialisasi yang sudah diletakkan pada masa bayi, maka pada masa ini mulai
berkembang. Dalam hal ini hubungan keluarga, orangtua-anak, antar saudara dan hubungan dengan
sanak keluarga cukup berperan. Pengasuhan pada tahun pertama berpusat pada perawatan, berubah
ke arah kegiatan-kegiatan seperti permainan, pembicaraan dan pemberian disiplin, akhirnya
mengajak anak untuk menalar terhadap sesuatu. Pada masa ini sebagai masa bermain, anak mulai
melibatkan teman sebayanya, melalui bermain, meski interaksi yang dibangun dalam permainan
bukan bersifat sosial, namun sebagai kegiatan untuk menyenangkan dan dilaksanakan untuk kegiatan
itu sendiri. Jenis permainan yang dilakukan bisa berbentuk konstruktif, permainan pura-
pura, permainan sensori motorik, permainan sosial atau melibatkan orang lain, games atau
berkompetisi.
e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Menurut Hidayat Proses Percepatan dan Perlambatan Tumbuh kembang anak dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor.
1) Faktor Herediter
Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tum
buh kembang. Yang termasuk faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa.
Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan alam
pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhaap rangsangan, umur puberitas, dan
berhentinya pertumbuhan tulang.
2) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan pranatal, lingkungan postnatal, dan faktor h
ormonal. Faktor pranatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi sampai
lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, posisi janin, pengunaan obat -obatan , alkohol atau
kebiasaan
merokok. Faktor lingkungan pasca lahir yang mempengaruhi tumbuh kembang anak meliputi
budaya lingkungan, sosial ekonomi, keluarga. nutrisi, posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan.
Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain. somatotrofin (growth
hormon) yang berperan alam mempengaruhi pertumbuhan
tinggi badan, dengan menstimulasi terjadinya poliferasi sel kartigo dan sistem skeletal. Hormon
tiroid menstimulasi metabolisme tubuh, glukokartikoid
menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi
testosteron dan ovarium untuk memproduksi esterogen selanjutnya hormon
tersebut menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang
sesuai dengan peran hormonnya.
B. Stimulasi, Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
Stimulasi Tumbuh Kembang Anak
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak 0-6 tahun agar
anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu
dan ayah atau yang merupakan orang terdekat anak. Kemampuan anak
dirangsang dengan stimulasi terarah pada
kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan
sosialisasi dan kemandirian. Stimulasi yang dilakukan
pada kemampuan gerak kasar pada anak misalnya dengan
mendorong anak untuk bermain bola bersama temannya, permainan menjaga keseimbangan tubuh,
belari, melompat dengan satu kaki, diajari bermain sepeda, dan sebagainya.
Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan gerak halus pada anak
misalnya menulis namanya, menulis angka-angka, menggambar,
berhitung, berlatih mengingat, membuat sesuatu dari tanah liat atau lilin, bermain berjualan,
belajar mengukur dan lain-lain.
Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan bicara dan bahasa pada anak misalnya bermain teb
ak-tebakan, berlatih mengingat -ingat,
menjawab pertanyaan “mengapa?”, mengenal uang logam, mengamati atau meneliti keadaan
sekitanya dan lain-lain. Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan bersosialisasi dan kemandirian
pada anak misalnya mendorong anak untuk berpakaian sendiri,
menyimpan mainan tanpa bantuan, ajak berbicara tentang apa yang dirasakan,
berkomunikasi dengan anak, berteman dan bergaul, mematuhi peraturan keluarga dan lain-lain.
2. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini
adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.
Kegiatan stimulasi deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita yang
menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk
kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga
lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat) dan tenaga
professional (kesehatan, pendidikan dan sosial).
Melalui kegiatan SDIDTK kondisi terparah dari penyimpangan pertumbuhan anak seperti gizi buruk
dapat dicegah, karena sebelum anak jatuh dalam kondisi
gizi buruk, penyimpangan pertumbuhan yang terjadi pada anak dapat terdeteksi
melalui kegiatan SDIDTK.
Menurut Depkes RI ada 3 jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya berupa deteksi dini
penyimpangan pertumbuhan, deteksi penyimpangan perkembangan dan deteksi penyimpangan
mental emosional.
1) Skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP)
Tujuan skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP
adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36,
42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Skrining atau
pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PAUD terlatih. Alat atau
instrumen yang digunakan adalah formulir KPSP menurut umur,
alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola tenis, bola besar dan kubus.
Cara penggunaan KPSP yaitu :
a) Pada waktu pemeriksaan atau skrining anak harus dibawa.
b) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih
16 hari dibulatkan jadi 1 bulan.
c) setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
d) KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu : pertanyaan yang dijawab oleh
ibu atau pengasuh anak, dan perintah kepada ibu atau pengasuh anak untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada
2) Tes Daya Dengar (TDD)
Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak
dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya
dengar dan bicara anak. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan
dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru
TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih.
Alat yang diperlukan adalah instrumen TDD menurut umur anak, gambar
binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia, mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola).
Cara melakukan TDD :
a) Tanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan.
b) Pilih daftar pertanaan TDD yang sesuai denga umur anak.
c) Pada anak umur kurang dari 24 bulan semua pertanyaan dijawab oleh orang
tua atau pengasuh
d) Pada anak umur 24 bulan atau lebih, pertanyaan-
pertanyaan berupa perintah melalui orang tua atau pengasuh untuk dikerjakan oleh Amati ke
mampuan anak dalam melakukan perintah orang tua atau pengasuh. (Depkes, 2012. hlm. 70).
3) Tes Daya Lihat (TDL)
Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya
lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6
bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan. Tes
ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas terlatih. Alat atau sarana yang
diperlukan yaitu dua buah kursi, poster E atau snelle n chart.
2. Perkembangan anak usia 2 – 3 tahun
Di samping masih memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan pada masa sebelumnya, anak
usia 2-3 tahun memiliki karakteristik khusus. Dari segi fisik, pada fase ini anak masih tetap
mengalami pertumbuhan yang pesat, khususnya berkenaan dengan pertumbuhan dengan
pertumbuhan otot-otot besar. Anak pada usia ini sudah tahu bagaimana berjalan dan berlari. Anak
juga mulai senang memanjat dan menaiki sesuatu, membuka pintu, serta mencoba berdiri di atas
satu kaki dan berloncat. Anak senang mencoba sesuatu sehingga memerlukan ruangan yang cukup
luas untuk itu. Dengan penguasaan keteramppilan-keterampilan dasar yang diperoleh pada masa
bayi, anak seusia ini akan tampak senang melakukan banyak aktivitas.
Anak juga biasanya sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada disekitarnya. Anak memiliki
kekuatan observasi yang tajam, menyerap dan membuat perbendaharaan bahasa baru, belajar
tentang jumlah, membedakan antara konsep “satu” dengan “banyak”. Mulai senang mendengarkan
cerita-cerita sederhana, dan gemar melihat-lihat buku. Melalui berbagai aktivitas itulah menurut
pengamatan piaget (Solehuddin: 2000) anak pada usia ini berpikir, pada saat anak aktif melakukan
aktivitas-aktivitas fisik, secara stimulant aktivitas mentalnya juga terlibat.
Meskipun hanya dengan beberapa patah kata, anak seusia ini juga mulai berbicara satu sama lain.
Anak mulai senang melakukan percakapan walau dalam bentuk perbendaharaan kata dan kalimat
terbatas. Namun simultan dengan itu, sikap dan perilaku egosentris anak pada usia dini ini sangat
menonjol. Anak pada usia ini memandang peristiwa- peristiwa yang dihadapinya hanya dari
kacamata dan kepentingannya sendiri. Anak belum bisa memahami persoalan-persoalan itu dari
sudut pandang orang lain, cenderung melakukan sesuatu itu hanya menurut kemauannya sendiri
tanpa memperdulikan kemauan dan kepentingan orang lain. Oleh karena itu, terjadinya perselisihan,
berebut mainan, dan perilaku sejenisnya sangat dimungkinkan untuk sering dialami oleh anak-anak
seusia ini.
Hal lain yang perlu dipahami bahwa anak usia ini biasanya memiliki kemampuan untuk
memperhatikan sesuatu hanya dalam jangka yang sangat pendek. Anak belum bisa mengikuti suatu
pembicaraan orang lain secara lama, cenderung beralih-alih perhatian dari suatu benda ke benda
lainnya, dari suatu aktivitas ke aktivitas lainnya, dan/atau dari suatu pembicaraan ke pembicaraan
lainnya. Anak belum memiliki pertimbangan yang sehat dan rasa bahaya, baik bagi dirinya maupun
bagi orang lain adalah cirri lain yang secara menonjol juga dimiliki anak seusia ini. Cenderung
melakukan segala sesuatu hanya didasarkan atas keinginannya, tanpa mempertimbangkan
konsekuensinya.

anak-anak usia 2-4 tahun menurut Musthafa (2002) mempunyai ciri:


1. Anak-anak prasekolah mempunyai kepekaan bagi perkembangan bahasanya;
2. Mereka menyerap pengetahuan dan keterampilan berbahasa dengan cepat dan piawai dalam
mengolah input dari lingkungannya;
3. Modus belajar yang umumnya disukai adalah melalui aktivitas fisik dan berbagai situasi yang
bertautan
langsung dengan minat dan pengalamannya;
4. Walaupun mereka umumnya memiliki rentang perhatian yang pendek, mereka gandrung
mengulang
ngulang kegiatan atau permainan yang sama;
5. Anak-anak prasekolah ini sangat cocok dengan pola pembelajaran lewat pengalaman konkret dan
aktivitas motorik.

Anda mungkin juga menyukai