Anda di halaman 1dari 34

Kata Pengantar

Puji dan syukur saya persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya semata sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan Proposal Pra Tugas Akhir ini dengan judul
“Desain Resort berbasis Eko Wisata di Pesisir, Kecamatan Torue,
Kabupaten Parigi Moutong”.

Penyusunan laporan proposal ini adalah untuk memenuhi salah satu


persyaratan untuk melakukan Ujian proposal pada Jurusan Arsitektur,
Fakultas Teknik, Universitas Tadulako. Untuk itu, pada kesempatan
ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah
membantu dalam pengerjaan laporan proposal ini.

Semoga laporan proposal ini dapat mejadi acuan dalam melanjutkan


proses pengerjaan tugas akhir dan dapat memberikan manfaat bagi
banyak orang terutama dalam bidang pengetahuan arsitektur.

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ..................................................... i


Daftar Isi ........................................................ ii
A. Pendahuluan ..................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................. 2
1.3 Tujuan dan Sasaran .......................................... 3
a. Tujuan ..................................................... 3
b. Sasaran .................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .......................................... 3
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................... 4
B. Tinjauan Pustaka ................................................ 5
2.1. Mengenal Pantai Arjuna ..................................... 5
2.2. Eko Pariwisata di daerah Tropis ............................ 6
a. Arsitektur Tropis .......................................... 7
1) Arsitektur Tropis dan Modernisme......................... 7
2) Desain Hijau di Area Zona Basah dan Lembap Tropis........ 8
b. Eco-Tourism(Eco-Pariwisata) dan Daerah Tropis ............. 10
1) Pariwisata Tropis dan Eco-Tourism: Skala dan Trend...... 11
2) Penggambaran Lingkungan Tropis.......................... 12
2.1) Iklim Tropis dan Bangunan ................. 13
2.2 Ekologi dari Tropis ........................ 13
2.3) Permasalahan Operasional di Desain Resort Ramah
Ekologi ........................................ 15
c. Arsitektur dan Lingkungannya .............................. 17
d. Eko Arsitektur ............................................ 18
C. Metode ......................................................... 20
3.1 Lokasi Penelitian .......................................... 20
3.2 Metode Penelitian .......................................... 20
3.4 Jenis dan Sumber Data-Data. ................................ 21
a. Jenis data ................................................ 21
1) Data Primer............................................. 21
2) Data Sekunder........................................... 21
b. Sumber data-data .......................................... 21

ii
1) Data Tertulis........................................... 21
2) Data Tidak Tertulis..................................... 21
3.5 Metode Pengumpulan Data .................................... 22
a. Proses Pengumpulan data-data .............................. 22
b. Teknik Analisis Data-data ................................. 23
3.6 Kerangka Berpikir .......................................... 23
Daftar Pustaka .................................................... 24

iii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

iv
A. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Parigi memiliki banyak potensi alam yang sangat menarik


dan juga memiliki pesona nuansa kekayaan pesisir yang sangat
melimpah. Pantai – pantai yang ada di kawasan Kabupaten Parigi
Moutong beberapa diantaranya memiliki pasir – pasir yang indah dan
juga dapat menjadi destinasi wisata yang sangat menjanjikan. Dengan
view yang beragam mulai dari pemandangan pedesaan yang asri, taman
bakau yang memukau, dan pasir – pasir yang indah. Kabupaten Parigi
dapat diibaratkan sebagai sebuah berlian yang belum terpoles
sehingga keindahan sebenarnya dari hal tersebut belum dapat terlihat.

Sayangnya kebanyakan tempat – tempat indah tersebut belum


dikembangkan dengan baik. Sehingga berbagai macam potensi yang
dimilikinya belum dimunculkan dengan baik.

Ada beberapa faktor yang membuat potensi alam tersebut belum dapat
dikembangkan dengan baik. Beberapa diantaranya berupa kurangnya
fasilitas yang memadai, kurangnya perhatian pemerintah yang terlihat
dalam mengelola hal tersebut, dan belum terlihatnya keterlibatan
masyarakat dalam melakukan upaya pengembangan tersebut.

Salah satu dari keindahan potensi alam tersebut terletak pada


pesisir pantai sepanjang kecamatan Torue. Di sekitaran pantai ini
dikenal akan keindahan pasir – pasir pantainya yang indah dengan
lansekap yang menarik.

1
Sebagian kawasan dari pantai yang ada di pesisir kecamatan ini
menjadi salah satu dari beberapa tempat favorit bagi masyarakat
untuk berlibur menikmati di pesisir Teluk Tomini.

Kekayaan lokal yang belum terolah sebenarnya merupakan sebuah


potensi yang dapat memajukan suatu daerah. Dengan memanfaatkannya
dan mengelolanya dengan baik diharapkan dapat memberikan dampak
positif tidak hanya bagi pemerintah tapi juga bagi masyarakat
sekitar di kawasan tersebut. Melalui desain yang akan dibuat
nantinya diharapkan akan memberikan kontribusi positif bagi pihak –
pihak yang sudah terlibat didalamnya.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang pertama terlihat adalah adanya potensi yang belum


dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah ataupun masyarakat terhadap
kekayaan alam ini.

Dengan keindahan, dan keasrian di kawasan pesisir pantai Kecamatan


Torue apabila difasilitasi dan dikelola dengan baik tentunya dapat
menjadi sebuah wajah atau ikon bagi Kabupaten Parigi. Moutong.
Selain itu dapat juga menjadi sebuah sarana promosi untuk
memperkenalkan keindahan bahari pesisir Kabupaten Parigi kepada
masyarakat umum dan masyarakat Internasional.

Solusi terhadap permasalahan ini adalah dengan memanfaatkan pantai


ini sebagai kawasan pariwisata bagi sektor publik atau sebagai

2
pariwisata bagi sektor privat seperti resort yang bertemakan
arsitektur tropis.

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disebutkan maka dapat ditarik


beberapa pertanyaan – pertanyaan yang menjadi bahan petimbangan
dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dalam proses Desain
Kawasan Pariwisata Pantai Arjuna, yakni sebagai berikut:

 Bagaimana caranya mengolah kawasan pantai arjuna sesuai dengan


potensi yang dimiiliki oleh pantai ini?

 Apa hal yang dapat membantu proses Desain Kawasan pariwisata


Pantai Arjuna?

1.3 Tujuan dan Sasaran

a. Tujuan

Tujuan dari penulisan proposal tugas akhir ini adalah untuk


menyelesaikan salah satu persyaratan yang akan digunakan dalam
proses Ujian Proposal. Selain itu, melalui proposal ini penulis
berharap untuk dapat :

1 Memberikan gambaran awal tentang bagaimana caranya untuk


melakukan proses desain yang akan dilakukan pada tahap Tugas
Akhir.

2 Untuk menghadirkan teori dan persiapan yang dibutuhkan untuk


dapat membuat desain yang akan dilanjutkkan pada tahapan
selanjutnya?

3
3 Untuk memberikan persiapan desain kawasan eko-wisata di
pesisir pantai arjuna, yang tentunya dapat memberikan dampak
positif baik itu bagi pemerintah maupun bagi masyarakat
sekitar.

b. Sasaran

Untuk sasaran dari penelitian ini diharapkan dapat mencapai


pemecahan terhadap permasalahan yang sudah dirumuskan pada tahap
sebelumnya.

Adapun sasaran yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah


untuk dapat mewujudkan desain dari kawasan pesisir pantai Kecamatan
Torue yang tentunya diharapkan dapat menjadi salah satu wajah atau
ikon dari pariwisata bahari dari Kabupaten Parigi Moutong.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diberikan melalui penelitian ini adalah dapat


mengembangkan kawasan yang ada di Pantai Arjuna menjadi kawasan
Pariwisata ataupun Destinasi wisata. Tentunya dengan hal tersebut
masyarakat sekitar dan pemerintah akan mendapatkan kesempatan untuk
lebih mempromosikan potensi bahari yang ada di Kabupaten Parigi dan
selain hal tersebut akan ada kesempatan untuk meningkatkan kualitas
kawasan baik secara ekonomi maupun secara sosial.

4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan terhadap mencari tahu


bagaimana untuk dapat memanfaatkan dan mengembangkan potensi alam
pada pantai ini melalui pendekatan arsitektur. Dengan harapan dapat
memberikan dampak positif baik itu kepada pemerintah, masyarakat
umum dan masyarakat sekitar.

5
B. Tinjauan Pustaka
2.1. Mengenal Pantai Arjuna

Kecamatan Torue mendiami sekitar 4,43 % dari keseluruhan Kabupaten


Parigi Moutong. Dengan luas 27.584 Km2.

Total penduduk dari Kecamatan Torue di Kabupaten Parigi Moutong pada


tahun 2016 adalah sekitar 203.555 jiwa.

Kabupaten Parigi Moutong memiliki beberapa tempat yang dapat


menunjang keberadaan Parwiwisata di wilayah ini. Tempat – tempat
tersebut merupakan hotel dan juga rumah – rumah makan yang tersebar
di seluruh kabupaten Parigi Moutong. Hotel – hotel yang ada pada
Kabupaten Parigi Moutong kebanyakan bertujuan untuk memberikan
pelayanan terhadap wisatawan baik asing maupun yang domestik. Selain
keberadaan hotel, terdapat juga berbagai tempat akomodasi seperti
rumah makan/ restoran yang beragam.

Jumlah hotel di Parigi Moutong pada tahun 2016 tercatat sebanyak 58


Unit. Selain itu jumlah rumah makan/ restoran di Kabupaten Parigi
Motuong pada tahun 2016 keseluruhannya berjumlah 273 Unit.

Seperti di sebagian besar daerah di Indonesia Kabupaten Parigi


Moutong juga memiliki perencanaan dalam pengembangan pariwisata yang
direncanakan hingga mencapai tahun 2030. Di Kecamatan Torue termasuk
dalam rencana pengembangan sistem perkotaan yang merupakan bagian
dari Pusat Pelayanan kawasan (PPK) yang berada di Toboli, Lambunu,
Tomini, dan Torue.

6
Untuk pengembangan kawasan Peruntukan Pariwisata di Kabupaten Parigi
terdiri atas:

◦ Kawasan Pariwisata Alam, yang meliputi: Pulau Rosita


(Kecamatan Sausu), Pantai Tumpapa (Kecamatan Balinggi),
Pantai Nalera Uwevolo (Kecamatan Siniu), Pantai Nadoli
Silanga (Kecamatan Siniu), Pasir Putih Sidoan, Pasir Putih
Ongka (Kecamatan Bolanu Lambunu), dan Pantai Moian Palapi,

◦ Kawasan Pariwisata Buatan, meliputi: Babalemo Beach


(Kecamatan Parigi), Kawasan Pariwisata Hortikultura
(Kecamatan Torue).

Selain hal tersebut di Kabupaten Parigi Moutong juga terdapat


Kawasan Lindung Kabupaten.

Di Kecamatan Torue sendiri, luas Kawasan Lindung Kabupaten


diantaranya Hutan Lindung Sekitar 11560 Km2, Hutan Manggroe 663 Km2,
dan Kawasan Sungai sekitar 155 Km2.

2.2. Eko Pariwisata di daerah Tropis

Lingkaran area tropis mencakup sebagian besar area dari Asia


Tenggara, India, Afrika dan sebagian dari Amerika Utara dan Selatan.
Secara kebetulan arsitketur didaerah region tropis kebanyakan
menghadapi permasalahan yang sama, yang mana sangat mudah untuk
diidentifikasi.Terdapat banyak pertanyaan yang berkaitan dengan
arsitektur tropis berkelanjutan yang melibatkan baik itu dimensi
sosial maupun dimensi lingkungan seperti antara lain :

7
 Apa teknologi yang diimport, skill dan pengetahuan dari luar
dapat mengikut sertakan keberagamana dari tradisi budaya lokal
dan gaya hidup dari region tropis? Apakah mereka bisa
mengoptimalkan lingkungan alaminya dan menetapkan serta
mengembangkan kebiasaan budaya untuk pemaksimalan penyimpanan
energi?

 Apa indeks kenyamanan dan standar lingkungan yang paling cocok


untuk dikembangkan bagi perencanaan dan desain untuk kondisi
lingkungan dan gaya hidup tropis?

 Apakah ada metode lokal atau tradisional maupun sumber daya


lokal untuk perencanaan dan pembangunan bangunan didaerah
tropis, yang dihubungkan dengan gaya hidup yang telah
ditetapkan yang dapat diadaptasikan dengan pengembangan
sustainable kontemporer?

a. Arsitektur Tropis

Kenapa arsitektur tropis? Para kritikus berargumen bahwa penggunaan


istilah arsitektur tropis saat ini seringkali digunakan pada
konteks yang kurang tepat. Dapatkah arsitektur itu dibangun dan
ditinggali didaerah tropis dan bukan merupakan bangunan tropis?
Konsep dari Arsitektur Tropis berasal dari masa kolonial dan
merupakan sisa - sisa peninggalan dari para orang Eropa yang sempat
menanamkan kaki kolonialismenya di Asia Tenggara. Arsitektur Tropis
tidak terbatas hanya ada di bagian Asia Tenggara. Bagian dari
Australia, Afrika yang berada di sabuk zona tropis juga menerapkan

8
arsitektur tropis pada bangunan – bangunan yang ada dibangun oleh
masyarakatnya. Arsitektur Tropis memiliki pengaruh yang dapat
terlihat pada arsitektur tradisional di Sepanjang Asia hingga ke
bagian Utara mulai dari India, China, dan Bahkan Jepang yang
merupakan negara – negara yang tidak berada pada bagian Iklim
Tropis.

Hal yang paling penting dari arsitektur Tropis tidak terletak hanya
pada batasan lingkup permasalahan iklim dan regionalnya. Akan tetapi
hal tersebut dapat mencakup juga tantangan persebaran yang homogen
secara global dan aspek terhadap kelokalan dan pendekatan terhadap
lingkungan secara sensitif. Arsitektur tropis juga menanggapi
sinyal terhadap permasalahan bagi masa depan yang berkelanjutan.

1) Arsitektur Tropis dan Modernisme

Negara – negara di sabuk tropis belakangan mengalami pertumbuhan


yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam 50 tahun belakangan dapat
diperkirakan secara perlahan hal tersebut akan terus meningkat dalam
hal ekonomi, teknologi dan pengembangan material pada tahun – tahun
berikutnya. Tidak hanya ada pada permasalahan yang dihadapi oleh
negara – negara di sabuk tropis memiliki permasalahan yang relevan
dengan negara lainnya, hal ini juga dapat dijadikan indikasi bahwa
negara – negara di sabuk tropis bisa saja menjadi pemimpin ke
depannya dalam hal ekonomi. Fakta bahwa peningkatan didaerah tropis
belum pernah terjadi sebelumnya merupakan sebuah tantangan bagi para

9
arsitek di seluruh dunia dan hal tersebut membutuhkan ide yang segar
dari pemikir – pemikir terbaik kita.

2) Desain Hijau di Area Zona Basah dan Lembap Tropis

Dikatakan secara sederhana disini, pendekatan dari arsitektur


ekologis untuk membangun suatu lingkungan buatan dengan dampak
seminimal mungkin terhadap lingkungan alaminya, serta untuk
mengintegrasikannya dengan lingkungan alami dan sistem ekologisnya
(dari kelokalan) dan juga memungkinkan untuk tetap secara positif
berkontribusi kepada ekologi lingkungannya dan produktifitas energi
di lokasi tempat bangunannya dibangun.

Bagi kebanyakan para arsitek zaman sekarang, tujuan dari mereka


untuk mencapai hal ini merupakan sesuatu yang dianggap sebagai
sebuah kebutuhan yang arus dipenuhi agar bisa menyempurnakan desain
yang telah mereka buat.

Dalam memberikan kenyamanan internal untuk arsitektur ekologis. Kita


dapat melihat tentang bagaimana caranya mengkonfigurasi bangunan
kita dan sistem operasional dalam bangunan. Hal ini demi
terwujudnya lingkungan dan juga sistem rendah energi bangunan
ekologis yang kita inginkan.

Dalam mengatasi isu tentang hal ini, kita butuh untuk melihat lagi
kedalam cara untuk meningkatkan kenyamanan internal. Secara esensi
terdapat lima mode untuk menyelesaikan permasalahan dari arsitektur
ekologis yakni:

10
 Passive Mode (untuk Desain Bioklimatik)

 Mixed Mode,

 Full Mode

 Productive Mode

 Composite Mode

Mendesain berarti melihat strategi Passive Mode pertama, kemudian


mixed mode menuju ke full Mode, Productive Mode, dan Composite Mode,
semuanya sembari mengadopsi strategi yang maju untuk meningkatkan
kondisi kenyamanan relatiif untuk kondisi eksternal.

Dalam eco-design bangunan kita dan bisnis kita harus dapat


meminimalisasi penggunaan dari sumber daya yang tidak terbaharui.
Pengaplikasian dalam mendesain suatu bangunan eco-design dapat
dibagi menjadi 5 kategori seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.
Passive mode untuk meningkatkan kenyamanan lewat konndisi eksternal
tanpa menggunakan peralatan sistem electro-mechanical tambahan.
Contoh dari strategi passive mode termasuk dalam mengadopsi
konfigurasi bangunan yang tepat, orientasi yang memiliki hubungan
baik dengan iklim kelokalitasan (dalam kasus ini, kondisi iklim
tropis).

Strategi desain untuk membangun bentuk bangunan harus dimulai dengan


passive mode, atau desain bioklimatik. Hal ini dapat dimaknai dengan
influens (pengaruh) dari konfigurasi bentuk yang dibangun dan bentuk
yang dilampirkan. Oleh karena itu hal ini haruslah berada pada level

11
desain pertama yang patut dipertimbangkan dalam proses, diikuti
dengan hal yang dapat kita angkat ke mode lainnya untuk lebih
meningkatkan efisiensi energi.

Passive Mode memerlukan pemahaman akan kondisi iklim lokal.


Mendesain tidak hanya untuk mensikronkan bentukan bangunan yang akan
didesain dengan kondisi cuaca lokal, tetapi juga untuk
mengoptimalkan energi yang melimpah di daerah lokal dari bangunan
yang akan didesain. Dengan peningkatan kondisi kenyamanan internal
tanpa menggunakan peralatan sistem electro-mechanical. Jika kita
mengadopsi pendekatan tertentu tanpa sebelumnya mengoptimalisasi
pendekatan passive mode yang ada untuk membangun bentuk bangunannya.
kita mungkin dapat berakhir dengan desain yang boros energi. Hal ini
bukanlah pilihan yang baik jika kita memiliki tujuan untuk desain
rendah energi.

Eco-design ibaratnya adalah desain essensial yang mengintegrasikan


sistem buatan kita baik itu secara mekanis dan organis kepada sistem
inangnya (yang dalam kasus ini merupakan lingkungan ekologis). Sama
halnya seperti dalam transplantasi perlengkapan medis ke dalam
pasien, sang dokter haruslah bisa mengintegrasikan peralataan
tersebut ke dalam tubuh manusia. Kegagalan dalam melakukan integrasi
tersebut tentunya akan mengakibatkan hal yang negatif bagi keduanya.

b. Eco-Tourism(Eco-Pariwisata) dan Daerah Tropis

Zona tropis yang ada didunia membentang setidaknya sekitar 4.000 Km


ke Utara dan 3.500 Km dari garis ekuator. Meliputi sepertiga dari

12
permukaan daratan yang ada di Bumi. Secara global lahan tropis yang
ada memiliki garis pantai sepanjang 60.000 kilometer yang dapat
menarik jutaan para wisatawan setiap tahunnya. Jumlah angka ini
diperkirakan akan meningkat secara dramatis pada waktu dekat ini.
Disaat yang bersamaan, dengan banyaknya jumlah turis dan
infrastruktur rekreasi didaerah tropis dibutuhkan pula sebuah
fasilitas bagi para wisatawan. Yang harus sesuai dengan permintaan.

Sementara itu, setidaknya hingga pada tahun 1980 penekanan akan


pengembangan pariwisata merupakan elemen, seperti pantai, dan laut.
Kontribusi yang mana dapat membuat liburan menjadi lebih
menyenangkan. Situasi ini tentunya sudah berubah. Dengan fasilitas
yang dibangun untuk turis harus bisa mencakup tekanan iklim dari
daerah tropis, namun masih tetap bisa memberikan gaya hidup yang
sesuai dengan kenyamanan bagi para turis yang diiringi dengan cara
yang ekonomis. Lebih lanjut lagi meskipun, meskipun kebanyakan para
pengunjung beasal dari negara berkembang, kebanyakan area tropis
yang menarik minat para wisatawan sebenarnya berada di bagian negara
– negara berkembang.

Hal ini berkontribusi terhadap fenomena yang tidak diinginkan dengan


pengembangan pariwisata di region tersebut. Porsi yang semakin
bertambah diantaranya adalah para wisatawan ingin mendapatakan
suasana dekat dengan alam dan kebudayaan dari wilayah setempat yang
disaat bersamaan juga sadar akan kebutuhan untuk menjaga warisan
yang ada disana. Keinginan ini memberikan kebangkitan akan
pergerakan eco-tourism yang telah ada sekitar 35 tahun yang lalu.

13
Saat ini eco-tourism berada dimasa yang bisa dibilang mulai dikenal,
dan merupakan segmen yang paling cepat berkembang dalam industri
pariwisata. Keprihatinan akan lingkungan yang ada semakin lebih
terlihat dari bagaimana orang – orang lebih memilih menghabiskan
liburan mereka. Eco-toursm adalah sebuah ekspresi dari tren ini.

1) Pariwisata Tropis dan Eco-Tourism: Skala dan Trend

Waktu berisiirahat adalah salah satu dari tiga esensi dalam


kehidupan manusia. Pariwisata dan travel adalah industri yang
berkembang dengan cepat di dunia. Total uang yang berputar dalam
industri ini diperkirakan sekitar 5 Triliun USD atau sekitar 1/8
dari GDP dunia pada tahun 2010. Berdasarkan perkiraan dari
Organisasi Pariwisata Dunia, jumlah wisatawan internasional yang
bepergian berwisata diperkirakan mencapai 937 juta jiwa ditahun 2010
dan akan mencapai 1.600 juta jiwa pada tahun 2010. Daerah tropis
diperkirakan memiliki rekor paling besar dalam perkembangan tersebut.
Dalam kumpulan grup di negara yang menikmati jenis iklim kehangatan
(daerah subtropis dan tropis), industri pariwisata berkembang
menjadi bertambah penting di sektor ini dalam hal ekonomi. Bagi
beberapa negara, pengembangan pariwisata merupakan hal bagian yang
vital bagi strategi bertahan hidup negara - negara tersebut.

Di Indonesia sendiri total GDP yang diberikan oleh Industri


Pariwisata adalah sekitar 6.2% di tahun 2016.

14
Pariwisata, tidak dapat dipungkiri, mewakili stimulus yang besar
bagi ekonomi global (dan juga lokal). Keberadaan pariwisata
seringkali memberikan dampak berkelanjutan pada lingkup lingkungan
baik itu secara global maupun lokal yang bersifat positif maupun
negatif.

Untuk dapat berkelanjutan, pariwisata perlu memenuhi ekspektasi


secara ekonomi, kebutuhan lingkungan serta penghargaan yang tidak
hanya dalam struktur fisikal dan sosial dari lokasi tujuan tapi juga
termasuk pada masyarakat lokal. Dalam hal tertentu, penggunaan dari
energi, dan transportasi yang berhubungan dengan pariwisata sistem
3R (Reduce-Reuse-Recycle) dan dampaknya strategi ramah lingkungan
bagi resort sudah seharusnya mendapatkan perhatian yang sangat besar
dalam mendesain eco-tourism.

Saat ini, eco-tourism sepertinya merupakan trend yang cukup modis.


Yang mana menekankan kontak langsung dengan alam, serta perlindungan
dan konservasi dari lingkungan alami. Ini adalah salah satu dari dua
hal relatif yang merupakan trend yang baru dalam dalam pengembangan
resort pesisir.

Eco-tourism berbasis lokalitas alam sepertinya merupakan kata kunci


yang sangat kuat ketika upaya pengembagnan resort dalam lokasi area
tropis dimulai. Namun istiliah Eco-tourism seringkali muncul dan
disalahartikan menjadi lebih hanya sekedar gagasan dan jarang
dipraktekkan dalam kerja nyata.

15
2) Penggambaran Lingkungan Tropis

Para desainer dan perencana yang bekerja didaerah lokasi tropis


harus dapat merespon bagaimana caranya mengatasi masalah panas, yang
merupakan permasalahan dominan pada iklim tropis. Iklim tropis
memberikan tantangan tersendiri, terdapat juga banyak kesempatan
dalam mendesain di iklim tropis.

2.1) Iklim Tropis dan Bangunan

Pengaruh iklim tropis sedikit berbeda bagi orang – orang dan


bangunan yang ditempati. Elemen dari iklim yang mempengaruhi
kenyamanan kita adalah radiasi matahari, temperatur, kelembapan,
ketersediaan angin dan kesejukkan. Bangunan yang ada didaerah tropis
juga dipengaruhi oleh temperatur dan kelembapan akan tetapi
integritas mereka membutuhkan tekanan angin dan tingkat intensitas
air dalam udara untuk memberikan dampak secara langsung.

Setiap eco-resort sudah seharusnya dapat mengaspirasi untuk memiliki


lingkungan yang nyaman dalam ruangan yang dapat dikontrol tanpa
menggunakan bantuan dari peralatan ME(Mechanical-Electrical). Juga
dapat merespon terhadap iklim dengan desain ramah lingkungannya saja.
Tujuan dari arsitektur yang responsif iklim adalah untuk menyediakan
perlindungan dari faktor iklim negatif dan mengambil keutungan dari
faktor positifnya dalam rangka memenuhi kenyamanan para penghuninya.
Dalam pelaksanaannya sudah seharusnya diaplikasikan konsumsi jumlah
energi paling minimum dan bila perlu tidak menggunakan energi sama
sekali. Secara ideal informasi pada iklim lokal pengalaman lokal

16
sudah seharusnya dipertimbangkan bersama untuk dapat sepenuhnya
mengapresiasi pengaruh positif dan negatifnya.

2.2 Ekologi dari Tropis

Pasar untuk pariwisata pada kenyataannya mengantarkan dua set


kebutuhan yang secara spesifik untuk pengembangan dan juga
pengoperasian dari resort yang ada didaerah tropis. Yang pertama
berkaitan dengan kenyamanan dan yang lainnya tentang cara serta
pembiayaan dalam menyediakan energi yang dibutuhkan untuk
pengoperasian resort.

Permasalahan yang disebutkan terakhir, merupakan keprihatinan para


operator pariwisata, yang juga merupakan hal yang penting ketika
konsekuensi untuk lingkungan ini memanggil untuk mempertahankan
lingkungan pesisir tropis. Dengan cara tertentu menggabungkan nilai
heritage dari ekosistem tropis. Disertai dengan mengembangkan
pariwisata dan pola yang telah ditetapkan sejak lama dengan fungsi
yang baru saja diperkenalkan.

Kebanyakan resort pariwisata terletak pada lokasi terpencil. Sebuah


lokasi terpencil yang mana kedua aksesnya baik itu untuk pariwisata
maupun untuk mengantarkan kebutuhan sehari – hari dan juga sumber
daya untuk pengoperasian fasilitas merupakan hal yang sulit.
Pentingnya informasi ini untuk ditekankan pada persimpangan diantara
istilah 'lokasi terpencil' dan area yang membutuhkan ‘perlindungan’
dalam banyak region eco-pariwisata tropis. Tekanan dari tren ini
semakin sering membuka untuk mengembangkan pariwisata yang

17
sebelumnya menetapkan dirinya ditempat permukiman yang telah ada
yang terpisah dari permukiman yang ada entah itu melalui lokasi yang
jauh maupun karakteristik yang berbeda dari pulau tropis. Kebanyakan
area ini merupakan area paling rawan, yang mana bila tidak dikelola
dengan baik dapat merusak ekosistem pada lingkunyannya. Kelajuan
dimana pengembangan pariwisata didaerah tropis sangatlah sulit untuk
diperkirakan dalam situasi ekonomi dan politik yang selalu berubah.
Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah kurangnya pengarahan
dan stabilitas yang ada pada pemerintahnya.

Keperluan lainnya yang perlu diperhatikan dalam mendesain eco-resort


adalah sebagai berikut :

 Segala macam perubahan drastis kepada lingkungan haruslah


dihindari

 Pengolahan lansekap seharusnya merupakan sebuah perpanjangan


dari ekosistem yang ada, menirunya, dan mencegah fragmentasi
lebih lanjut.

 Pengembangan rencana resort lebih lanjut sebaiknya dilakukan


di zona perbatasan diantaranya, tidak perlu membuat lokasi di
tengah – tengah ekosistemnya.

 Hindari untuk melanggar batas dari pengembangan resort dan


penggunaan bagian secara intensif pada area tertentu atau pada
fitur lahan yang unik, seperti hanya pada bukit yang terlihat.

18
 Jangan membawa atau memperkenalkan organisme hidup yang dibawa
dari luar ekosistem alaminya, seperti tumbuhan ataupun hewan
ke area yang akan .

 Lalu lintas yang ada seharusnya direncanakan dengan


menggunakan rute yang paling dekat tersedia, sebisa mungkin.

 Hindari menggunakan pestisida ataupun herbisida. Pengontrol


hama maupun tumbuhan sebaiknya dilakukan dengan metode
alternatif ataupun secara manual, atau menggunakan metode
pasif seperti layar dan penghalang yang ramah lingkungan.

2.3) Permasalahan Operasional di Desain Resort Ramah Ekologi

Resort yang ramah lingkungan akan memberikan dampak negatif


seminimal mungkin kepada lingkungannya tampa perlu mengorbankan
kenyamanan tamu maupun keamanannya.

Resort ekologis yang dimaksud harus dapat memberikan gambaran yang


nyaman dan juga dapat menyatu dengan kealamian lokal dan juga budaya
setempat dengan mempergunakan dasar – dasar yang ramah lingkungan.

Desain dari Resort ramah Ekologi harus dapat memberikan solusi


terhadap permasalahan sebagai berikut:

 Suplai energi dan air,

 pelepasan emisi dan limbah,

19
 Teknologi Konstruksi dan material yang digunakan dalam
membangun dan infrastruktrunya, dan,

 Dampak Langsung dari manusia melalui aktifitas sehari –


harinya didalam tapak,

Desain eco-resort seharusnya dimulai dengan memperhatikan lingkungan


bagian dalam. Untuk dapat membangun resort tropis yang berjalan
dengan baik, dilingkungan yang sangat rentan ini para arsitek harus
memberikan perhatian khusus didalamnya.

Dalam integrasi pelayanan yang harus dicapai agar bisa mendapatkan


tujuan dari eco-resort, respon yang akurant dan efisiensi paling
tinggi. Ada beberapa pelayanan perlengkapan yang harus diperhatikan
yakni:

 suplai air, termasuk permintaan air yang dapat diminum dan


tidak dapat diminum, dan manajemen drainase,

 pencahayaan,

 suplai manajemen energi,

 ventilasi/ pendingin udara,

 pemanas air,

 saluran air limbah, dan manajemen limbah,

 manajemen hama,

 pelayanan informasi dan telekomunikasi,

 sistem keamanan dan pelayanan keamanan,

20
 transportasi,

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak


operasional dari resort. Cara – cara tersebut adalah dengan
memperhatikan tanggapan yang tepat terhadap respon tapak yang akan
dibangun seperti:

 dampak dari resort dan pengoperasiannya pada lansekap visual,

 dampak dari penggunaan energi, pada peralatan pencahayaan


tertentu di tapaknya,

 efek potensial terhadap penggunaan bahan bakar dan bahan


kimia ,

 Sumber dan penyimpanan air sebisa mungkin untuk perhitungan


konservasi, termasuk penggunaan grey water,

 dampak dari badai air, termasuk teknik drainase, air limbah,


dan tembusan yang ada ditapak,

 dampak dari suara yang ada ditapak,

 penggunaan transportasi untuk berbagai macam tugas,

 penggunaan lingkungan sekitar secara alami untuk resort,

 interaksi potensial antara staff resort tamu dan lingkungannya,

 dampak dari resort dan operasinya pada keberagaman biologis

21
c. Arsitektur dan Lingkungannya

Dasar kehidupan kita antara lain mencakup pembangunan dan pemukiman.


Dasar ini sebenarnya menjadi titik pangkal cara kita membangun. Akan
tetapi dewasa ini banyak hal tentang dasar- dasar kehidupan itu
telah disingkirkan.

Salah satu tujuan penting dari membangun bangunan adalah


perlindungan terhadap penghuni. Perencanaan proyek besar di
Indonesia pada tahun – tahun yang lalu sering lebih banyak
memperhatikan masalah teknis dan bahan bangunan daripada kenyamanan
dan perlindungan penghuninya. Hasil arsitektur atau bangunan yang
dianggap modern sering kali tidak sesuai untuk tempat kediaman atau
permukiman manusia.

Kehidupan manusia bersegi dua, yaitu alam dan teknik. Teknik


dilahirkan dimana terdapat kekurangan. Dalam hal ini teknik ini
diciptakan sebagai alat pembantu/ buatan untuk menjembatani
kesenjangan yang terjadi karena proses biologis yang terlambat atau
memakan waktu terlalu lama. Akan tetapi penggunaan teknik yang
berlebihan mengakibatkan keadaan kritis dalam kaitannya dengan
biologi, psikologi dan ekologi. Keadaan kritis tersebut merupakan
harga yang harus dibayar atas keuntungan teknik yang sangat terbatas.
Dalam hal ini arsitektur biologis akan mempergunakan teknologi alam
untuk menetralisasi keadaan kritis tersebut. Arsitektur biologis
ialah sebagian dari arsitektur ekologis yang jauh lebih luas dan
rumit karena juga memperhatikan pengaruh pembangunan alternatif,

22
bionik (teknik dan konstruksi biologis), iklim dari keadaan setempat
serta biologi pembangunan.

d. Eko Arsitektur

Eko-arsitektur adalah dimensi ekologis dalam arsitektur yang penuh


perhatian kepada lingkungan alam dan sumber alam yang terbatas.
Kelangsungan hidup lingkungan alam sangat terancam karena kita
sebagai akibat perkembangan industri merusak hubungan – hubungan
kebersatuan alam. Kita berada dalam bahaya mencabut dasar kehidupan
sendiri karena kita kurang memperhatikan akibatnya atas tindakan
kita terhadap lingkungan alam yang kompleks

Ada dua arus yang mempengaruhi kehidupan manusia:teknik dan alam.


Teknik timbul dimana ada kekurangan. Teknik selalu merupakan alat
bantu yang dengan cepat dapat diterpakan kalau proses biologis
dirasakan terlalu lamban. Akan tetapi, penerapan teknik menimbulkan
akibat – akibat sampingan baik yang biologis, psikologis, maupun
yang menggunakan teknik dengan energi yang tidak dapat diperbarui
menimbulkan pencemaran dan perusakan kehidupan.

Manusia merupakan bagian dari lingkungannya. Tahun – tahun


belakangan ini, kita membebani dan mencemari lingkungan kita dengan
perampasan dan kesewenang-wenangan. Kita lupa bahwa pada suatu saat
kelak kita atau anak – anak kita harus menanggung akibatnya.

23
C. Metode

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih adalah kawasan-kawasan

3.2 Metode Penelitian

Metode Penlitian yang digunakan dalam penyusunan proposal ini adalah


metode penelitian kualitatif. Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan,
yaitu (2) tahap pra-lapangan; (b) Tahap Kegiatan Lapangan; (c) Tahap
Pasca Lapangan.
 Observasi atau penjajakan lapangan dilakukan dengan tiga
teknik secara simultan dan lentur, yaitu:
 Pengamatan; peneliti mengamati secara langsung tentang gejala
– gejala umum permasalahan
 Wawancara; secara aksdental peneliti mewancarai beberapa
informan dan tokoh masyarakatnyaTelaah Dokumen; peneliti
memilih dan merekam data dokumen yang relevan
Pendekatan perilaku, menekankan pada keterkaitan yang dialektik antara
ruang dengan manusia dan masyarakat yang memanfaatkan atau menghuni
ruang tersebut pendekatan ini menekankan perlunya memahmi perilaku
manusia atau masyarakat (yang berbeda – beda di setiap daerah) dalam
memanfaatkan ruang. Dengan kata lain, pendekatan ini melihat bahwa aspek –
aspek norma, kultur, psikologi masyarakat yang berbeda akan menghasilkan,
konsep dan wujud ruang yang berbeda.

24
Secara konseptual, pendekatan perilaku menekankan bahwa manusia
merupakan makhluk berpikir yang mempunyai persepsi dan keputusan
dalam interaksinya dengan lingkungan. Konsep ini dengan demikian
meyakini bahwa interaksi antara manusia dan lingkungan tidak dapat
diinterpretasikan secara sederhana mekanistik, melainkan kompleks
dan cenderung dilihat sebagai sesuatu yang ‘probabilistik’. Di
dalam interaksi yang kompleks ini pendekatan perilaku memperkenalkan
apa yang disebut sebagai cognitive process (proses kogniti) yakni
proses mental dimana orang mendapatkan, menorganisiasikan dan
menggunakan pengetahuannya untuk memberi arti dan makna terhadap
ruang yang digunakannya

3.4 Jenis dan Sumber Data-Data.

a. Jenis data

1) Data Primer

Data yang dikumpulkan melalui observasi langsung dilapangan terhadap


objek penelitian yang berupa data visual dan jawaban lisan dari
wawancara. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini yakni
data kondisi eksisting , prasarana lingkungan dan fasilitas publik
di sekitar lokasi penelitian.

2) Data Sekunder

Data sekunder yang diperoleh yakni berasal dari literatur-literatur


dan dokumen-dokumen dari sumber-sumber terpercaya terkait penelitian.
Literatur yang relevan terhadap penelitian yakni: teori – teori

25
konservasi dan kepariwisataan. Dokumen yang relevan terhadap
penelitian yakni berupa data datakebijakan pemerintah mengenai
kepariwisataan.

b. Sumber data-data
1) Data Tertulis
Data yang menjadi sumber tertulis, yakni berasal dari literatur
tambahan yang berasal dari buku, jurnal internasional, penelitian
sejenis, internet, bahan arsip nasional, dokumen pribadi, dan
dokumen resmi.

2) Data Tidak Tertulis


Data tak tertulis yakni berasal dari wawancara dengan narasumber
terkait penelitian.

No. Jenis Data Informasi Sumber Data


Teori dan Konsep Perpustakaan
yang berkaitan dan Internet
1. Literatur
dengan judul
penelitian
Sumber air minum, Lokasi
Prasarana
2. jalan, listrik, sampah penelitian
Data Primer Lingkungan
dan drainase
Kondisi eksisting BAPPEDA,
lokasi penelitian dan Observasi
3. Tara Ruang
hubungannya dengan lapangan
Lokasi Penelitian
4. Partisipasi Upaya peningkatan Masyarakat,

26
kawasan pemerintah,
swasta, LSM
5. Sosial ekonomi Lapangan Pekerjaan -
Persepsi masyarakat Masyarakat,
Data Sekunder Otonomi
6. dan pemerintah pemerintah,
daerah
swasta, LSM

3.5 Metode Pengumpulan Data


a. Proses Pengumpulan data-data
Proses pnegumpulan data ini bertujuan untuk mempermudah dalam mengolah data
yang relevan terhadap penelitian penulis kedepannya. Adapun proses pengumpulan
data ini berupa:
(a) data pengawalan (observas);
(b) wawancara (interview);
(c) Kuisioner;
(d) Studi Pustaka
(e) Dokumentasi.

b. Teknik Analisis Data-data


Proses ini merupakan tindak lanjut dari data0data yang telah dikumpulkan dari proses
pengumpulan data sebelumnya. Hal – hal yang dilakukan yaitu:
(a) tabulasi data-;
(b) reduksi data;
(c) pengelompokkan data
(d) analisis data

27
3.6 Kerangka Berpikir

28
Daftar Pustaka
1. Frick, Heinz. Arsitektur dan Lingkungan. Yogyakarta: Kanisius,
1996.

2. ———. Dasar - Dasar Eko Arsitektur. Yogyakarta: Kanisius, 1998.

3. Joo-Hwa Bay, dan Boon-Lay Ong. Tropical Sustainable


Architecture: Social and Environment Dimensions. United
Kingdom: Elsevier, 2006.

4. Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong. Kabupaten Parigi Moutong


Dalam Angka 2017. Parigi Moutong: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Parigi Moutong, 2017.

5. “Peraturan Daerah Kabupaten Parigi Moutong Nomor 2 Tahun 2011


Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Parigi Moutong
2010-2030.” Diakses 7 November 2017.
https://pu.go.id/uploads/services/infopublik20130409161222.pdf.

6. Zbignew Bromberek. Planning and Design For the Tropics. United


Kingdom: Elsevier, 2009.

7. Pendekatan, dan Metode Penelitian Metodologi oleh Mami Hajaroh.


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dra.%20M
ami%20Hajaroh,%20M.Pd./fenomenologi.pdf. Diakses 13 November
2017.

8. “Indonesia Contribution of travel and tourism to GDP (% of


GDP), 1995-2016 - knoema.com.” Knoema,

29
https://knoema.com//atlas/Indonesia/topics/Tourism/Travel-and-
Tourism-Total-Contribution-to-GDP/Contribution-of-travel-and-
tourism-to-GDP-percent-of-GDP. Diakses 12 November 2017.

30

Anda mungkin juga menyukai