Anda di halaman 1dari 19

TUGAS : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DOSEN : RACHMAWATI RASYID, S.ST, S.Kep, MM

PENGKAJIAN SISTEM PERNAFASAN


MENURUT DOENGES

OLEH :
KELOMPOK 3
KELAS II.D

 ANDIKA JUS RESKIYANTI (163257)


 DESI RATNASARI (163262)
 HIKMAH ANDRIANI APNI (163260)
 MAYANG SARI (163271)
 NUR FADILLAH (163276)
 PUJA MAHRANI (163280)
 SALMI RAHMA (163284)
 WARDA MUTMAINNAH (163289)
 MUH. AKMAL (163293)

UPTD AKPER ANGING MAMMIRI


PROV. SUL - SEL
T.A 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.

Makalah ini disusun sesederhana mungkin agar mudah dipahami oleh pembaca. Selain
itu juga, makalah ini merupakan salah satu bentuk pemenuhan tugas untuk menyelesaikan
makalah katarak

Dalam penyusunan makalah ini, kami menghadapi berbagai macam kendala. Namun
kendala-kendala tersebut dapat teratasi karena adanya bimbingan dari dosen pengajar dan
didukung oleh sarana penunjang lainnya, sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.

Dan tak lupa pula, kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada dosen
yang bersangkutan. Sebagai manusia kami menyadari bahwa didalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan, olehnya itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah kami
dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari kami semoga makalah ini dapat bermanfaat, baik untuk
pribadi, teman-teman, serta orang yang membaca makalah ini sebagai tambahan dalam
menambah referensi yang telah ada.

Makassar, Desember 2017

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang .............................................................................................. 1


B. Rumusan masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan penulisan . ........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian sistem pernafasan ............................................................... 2


B. Fungsi sistem pernafasan ...................................................................... 2
C. Pemeriksaan pada sistem pernafasan . .................................................. 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 15
B. Saran .......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sungguh besar keangungan Tuhan Yang maha Esa, yang telah menciptakan
system organ yang memungkinkan makhluk hidup menjalankan fungsinya,
diantaranya pada sistem pernapasan. Fungsi pernapasan akan bekerja sama dengan
sistem transportasi agar proses metabolisme pada tubuh dapat berjalan dengan baik.
System respirasi atau pernapasan merupakan salah satu study terhadap struktur dan
fungsi tubuh manusia.
Sistem respirasi atau sistem pernapasan terdapat pada manuasia dan hewan
(seperti; insekta, ikan, amfibi dan burung). Sedangkan sistem pernapasan pada
manusia terjadi melalui saluran penghantar udara yaitu alat-alat pernapasan yang
terdapat dalam tubuh, dimana masing-masing alat pernapasan tersebut memiliki
fungsi yang berbeda-beda.
Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan
untuk pertukaran gas. Pada hewan berkaki empat, sistem pernapasan umumnya
termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana
terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya.
Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai jenis makhluk hidup.
Akan tetapi, dari berbagai macam bentuk, organ serta fungsinya, sebagian besar dari
kita tidak mengetahui bagaimana proses dari sistem pernapasan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Sistem Pernapasan Manusia
2. Bagaiman Fungsi Sistem Pernapasan
3. Apa Saja Pemeriksaan Pada Sistem Pernafasan

C. Tujuan penulisan
1. Pembaca mampu mengetahui apa pengertian sistem pernafasan dan fungsi sistem
pernafasan
2. Pembaca mampu mengetahui apa saja pemeriksaan pada sistem pernafasan
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SISTEM PERNAFASAN


Pernafasan merupakan proses pengambilan oksigen dan pengeluaran sisa oksidasi
(reaksi dengan oksigen) didalam tubuh berupa karbon dioksida dan uap air melalui alat
pernafasan. Pernafasan meliputi dua proses yaitu:
 Inspirasi yaitu pemasukan udara luar ke dalam tubuh melalui alat pernafasan
 Ekspirasi yaitu pengeluaran udara pernafasan ke luar tubuh melalui alat pernafasan
Jadi Sistem pernapasan adalah pertukaran Oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2)
antara sel-sel tubuh serta lingkungan. sistem pernapasan terdiri atas pernapasan Eksternal
(luar) dan internal (dalam). Oksigen dari udara diambil dan dimasukan ke darah, kemudian
di angkut ke jaringan. Karbondioksida (CO2) di angkut oleh darah dari jaringan tubuh ke
paru-paru dan dinapaskan ke luar udara.

B. FUNGSI SISTEM PERNAFASAN

Sistem pernapasan terjadi melalui alat-alat pernapasan yang terdapat dalam tubuh
atau melalui jalur udara pernapasan untuk menuju sel-sel tubuh. Struktur organ atau
bagian-bagian alat pernapasan pada manusia terdiri atas Rongga hidung, Farings (Rongga
tekak), Larings (kotak suara), Trakea (Batang tenggorok), Bronkus dan Paru-paru.
Pernapasan yang dilakukan menyediakan suplai udara segar secara terus menerus ke dalam
membran alveoli. Keadaan ini terjadi melalui dua fase yaitu inspirasi dan ekspirasi. Kedua
fase ini sangat tergantung pada karakter paru dan rongga thor.
Fungsi utama yaitu untuk memungkinkan ambilan oksigen dari udara kedalam
darah dan memungkinkan karbon dioksida terlepas dari dara ke udara bebas. Fungsi
tambahan yaitu sebagai tempat menghasilkan suara, Meniup (balon, kopi/the panas,
tangan, alat musik dan lain sebagainya), Tertawa., Menangis, Bersin, Batuk, Homeostatis
(pH darah), dan Otot-otot pernapasan membantu kompresi abdomen
(miksi,defekasi,partus).
Dalam sistem pernafasan, terdapat beberapa organ-organ tubuh yang berperan
antara lain :
1. Hidung
Hidung merupakan alat pernapasan yang terletak di luar dan tersusun atas
tulang rawan. Pada bagian ujung dan pangkal hidung ditunjang oleh tulang nasalis.
Rongga hidung dibagi menjadi dua bagian oleh septum nasalis, yaitu bagian kiri
dan kanan. Bagian depan septum ditunjang oleh tulang rawan, sedangkan bagian
belakang ditunjang oleh tulang vomer dan tonjolan tulang ethmoid. Bagian bawah
rongga hidung dibatasi oleh tulang palatum, dan maksila. Bagian atas dibatasi oleh
ethmoid, bagian samping oleh tulang maksila, konka nasalis inferior, dan ethomoid
sedangkan bagian tengah dibatasi oleh septum nasalis.
2. Faring
Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran
pernapasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran
pencernaan (orofaring) pada bagian belakang. Udara dari rongga hidung masuk ke
faring. Faring berbentuk seperti tabung corong, terletak di belakang rongga hidung
dan mulut, dan tersusun dari otot rangka.
Faring berfungsi sebagai jalannya udara dan makanan. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofaring) pada bagian depan
dan saluran pencernaan(orofaring) pada bagian belakang.
3. Laring

Dari faring, udara pernapasan akan menuju pangkal tenggorokan atau disebut
juga laring. Laring tersusun atas kepingan tulang rawan yang membentuk jakun.
Jakun tersebut tersusun oleh tulang lidah, katup tulang rawan, perisai tulang rawan,
piala tulang rawan, dan gelang tulang rawan.

Pangkal tenggorokan dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorokan


(epiglotis). Jika udara menuju tenggorokan, anak tekak melipat ke bawah, dan
ketemu dengan katup pangkal tenggorokan sehingga membuka jalan udara ke
tenggorokan. Saat menelan makanan, katup tersebut menutupi pangkal tenggorokan
dan saat bernapas katup tersebut akan membuka. Pada pangkal tenggorokan
terdapat pita suara yang bergetar bila ada udara melaluinya. Misalnya saja saat kita
berbicara.
4. Trakea
Trakea adalah sebuah tabung yang berdiameter 2,5 cm dengan panjang 11
cm. Trakea terletak setelah laring dan memanjang ke bawah setara dengan vertebra
torakalis ke-5. Ujung trakea bagian bawah bercabang menjadi dua bronkus kanan
dan kiri. Percabangan bronkus kanan dan kiri dikenal sebagai karina. Trakea
tersusun atas 16-20 kartilago hialin berbentuk huruf C yang melekat pada dinding
trakea dan berfungsi untuk melindungi jalan udara. Kartilago ini juga berfungsi
untuk mencegah terjadinya kolaps atau ekspansi berlebihan akibat perubahan
tekanan udara yang terjadi dalam system pernapasan. Bagian terbuka dari bentuk C
kartilago trakea ini saling berhadapan secara posterior kearah esophagus dan
disatukan oleh ligamen elastisdan otot polos.
5. Bronkus
Bronkus mempunyai struktur serupa dengan trakea. Bronkus kiri dan kanan
tidak simetris. Bronkus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan arahnya hampir
vertical dengan trakea. Sebaliknya, bronkus kiri lebih panjang, lebih sempit, dan
sudutnyapun lebih runcing. Bentuk anatomi yang khusus ini memiliki implikasi
klinis tersendiri seperti jika ada bendaasing yang terinhalasi, maka benda itu lebih
memungkinkan berada di bronkus kanan dibandingkan dengan bronkus kiri karena
arah dan lebarnya.
a. Bronkus Pulmonaris
Bronkus pulmonaris bercabang dan beranting sangat banyak. Cabang utama
bronkus memiliki struktur serupa trakea. Dinding bronkus dan cabang-
cabangnya dilapisi epitelium batang, bersilia, dan berlapis semu. Saluran yang
semakin kecil menyebabkan jenis epitelium bronkus mengalami penyesuaian
sesuai dengan fungsinya.

b. Bronkus terminalis
Bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya
adalah mengantarkan udara ke tempat pertukaran gasdi paru. Selain bronkiolus
terminalis terdapat pula asinus yang merupakan unit fungsional paru sebagai
tempat pertukaran gas. Asinus terdiri atas bronkiolus respiratorius dan duktus
alveolaris yang seluruhnya dibatasi alveoli dan sakus alveolus terminalis- yang
merupakan struktur akhir paru.
c. Duktus Alveolaris dan Alveoli
Bronkiolus respiratorius terbagi dan bercabang menjadi beberapa duktus
alveolaris dan berakhir pada kantung udara berdinding tipis yang disebut
alveoli. Beberapa alveoli bergabung membentuk sakus alveolaris. Setiap paru
terdiri atas sekitar 150 juta alveoli. Kepadatan sakus alveolaris inilah yang
memberi bentuk paru tampak seperti spons. Jaringan kapilerb darah
mengelilingi alveoli ditahan oleh serat elastis. Jaringan elastis ini menjaga posisi
antara alveoli dengan bronkiolus respiratorius. Adanya daya rekoli dari serat ini
selama ekspirasi akan mengurangi ukuran alveoli dan membantu mendorong
udara agar keluar dari paru.
6. Alveoli Dan Membran Respirasi
Membran respiratorius pada alveoli umumnya dilapisi oleh selepitel pipih
sederhana. Sel- sel epitel pipih disebut dengan sel Tipe I. Makrofag alveolar bertugas
berkeliling disekitar epitalium untuk memfagositosis partikel atau bakteri yang masih
dapat masuk ke permukaan alveoli, makrofag ini merupakan pertahanan terakhir pada
system pernapasan. Sel lain yang ada dalam membran respiratorius adalah sel septal
atau disebut juga dengan sel surfaktan dan sel Tipe II. Surfaktan terdiri atas fospolipid
dan lipoprotein. Surfaktan berperran untuk melapisi epithelium alveolar dan
mengurangi tekanan permukaan yang dapat membuat alveoli kolaps. Tanpa adanya
surfaktan,tekanan pada permukaan cenderung tinggi dan akhirnya alveoli akan
menjadi kolaps. Apabila produksi surfaktan tidak mencukupi karena adanya injuri
atau kelainan genetik, maka alveoli dapat mengalami kolaps sehingga pola pernapasan
menjadi tidak efektif.
7. Sirkulasi pulmonal
Sirkulasi pulmonal dianggap sebagaisistem tekanan rendah karena tekanan
darah sistolik dalam arteri pulmonalis adalah 20-30 mmHg, tekanan diastolic dibawah
12 mmHg dan tekanan pulmonal rata-ratakurang dari 20 mmHg. Kapiler pulmonal
menerima ± 75% darah yang mengalir pada sirkulasi pulmonal selama systole. Nilai
tekanan yang tepat dalam kapiler pulmonal tidak pasti, hingga saat ini nilai yang masih
dipercaya adalah rentang tekanan arteri dan vena pulmonalis, sekitar 4-12 mmHg.
Tekanan yang rendah ini membuat vaskulator pulmonal normal dapat meragamkan
kapasitas untuk mengakomodasi aliran darah yang diterimanya.
8. Paru
Paru merupakan organ yang elastic berbentuk kerucut dan terletak dalam rongga
toraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar. Selain itu, paru juga dibagi menjadi 3 lobus yaitu
satu lobus pada paru kanan dan dua lobus pada paru kiri. Lobus- lobus tersebut dibagi
menjadi beberapa segmen yaitu 10 segmen pada paru kanan dan 9 segmen pada paru
kiri. Proses patologis seperti atelektasis dan pneumonia sering kali terbatas padasatu
lobus atau satu segmen saja. Oleh karena itu pengetahuan anatomi segmen paru
penting sekali bagi perawat saat melakukab fisioterapi dada
9. Pleura
Pleura merupakan kantung tertutup yang terbuat dari membran serosa yang di
dalanya men gandung cairan serosa. Paru terinvaginasi lapisan ini, sehingga
membentuk dua lapisan penutup. Satu bagian melekat pada paru dan bagian lainnya
pada dinding rongga thoraks. Pleura viseralis adalah pleura yang menempel pada paru
menutup masing-masing lobus paru, dan melewati fisura yang memisahkan keduanya.
Pleura parietalis melekat pada dinding dada dan permukaan thoraks diafragma.
Kavitas pleura adalah sebuah ruang potensial.

C. PENGKAJIAN PADA SISTEM PERNAFASAN


Pengkajian pada sistem pernafasan menurut Doenges antara lain sebagai berikut :
PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan yang telah lalu. Perawat juga
mengkaji keadaan pasien dan keluarganya. Kajian tersebut berfokus kepada
manifestasi klinik keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini,
riwayat kesehatann masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat psikososial.
Riwayat kesehatan dimulai dari biografi pasien. Aspek yang sangat erat hubungannya
dengan gangguan sistem pernapasan adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan (terutama
gambaran kondisi tempat kerja), dan tempat tinggal. Keadaan tempat tinggal
mencakup kondisi tempat tinggal, serta apakah pasien tinggal sendirian atau dengan
orang lain yang nantinya berguna bagi perencanaan pulang (discharge planning’s).
a. Keluhan utama
Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji
pengetahuan pasien tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa
muncul pada pasien yang mengalami gangguan siklus O2 dan CO2 angtara lain
batuk, peningkatan produksi sputum, dispnea, hemoptisis, wheezing, stridor,
dan nyeri dada.
1) Batuk (cough)
Batuk merupakan gejala utama pada pasien dengan gangguan
system pernapsan. Tanyakan berapa lama pasien mengalami batuk
(misal: satu minggu, tiga bulan). Tanyakan juga bagaimana hal tersebut
timbul dengan waktu yang spesifik (misal: pada malam hari, ketika
bangun tidur) atau hubungannya dengan aktivitas fisik. Tentukan batuk
tersebut apakah produktif atau nonproduktif dan berdahak atau kering.
2) Peningkatan produksi sputum
Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan
batuk atau bersihan tenggorokan. Percabangan trakheobronkhial secara
normal memproduksi sekitar 3 ons mucus setiap hari sebagai bagian dari
mekanisme pembersihan normal (‘normal cleansing mechanism’).
Namun produksi sputum akibat batuk adalah tidak normal. Tanyakan
dan catat warna, konsistensi, bau, dan jumlah dari sputum karena hal-hal
tersebut dapat menunjukkan keadaan dari proses patologik. Jika terjadi
infeksi, sputum dapat berwarna kuning atau hijau, putih atau kelabu, dan
jernih. Pada keadaan edema paru-paru, sputum akan berwarna merah
muda karena mengandung darah dengan jumlah yang banyak.
3) Dispnea
Dispnea merupakan suatu persepsi kesulitan bernapas/napas
pendek dan merupakan perasaan subjektif pasien. Perawat mengkaji
tentang kemampuan pasien saat melakukan aktivitas. Sebagai contoh,
ketika berjalan apakah pasien mengalami dispnea? Perlu dikaji juga
kemungkinan timbulnya paroxysmal nocturnal dispnea dan orthopnea,
yang berhubungan dengan penyakit paru-paru kronis dan gagal jantung
kiri.
4) Hemoptitis
Hemoptitis adalah darah yang keluar dari mulut saat batuk.
Perawat mengkaji apakah darah tersebut berasal dari paru-paru,
pardarahan hidung atau perut. Darah yang berasal dari paru-paru
biasanya berwarna merah terang karena darah dalam paru-paru
distimulasi segera oleh reflex baruk. Penyakit yang menyebabkan
hemoptitis antara lain bronchitis kronik, brokhietaksis, tuberkolosis
paru-paru, cystic fibrosis, upper airway necrotizing granuloma, emboli
paru-paru, pneumonia, kanker paru-paru, dan abses paru-paru.
5) Chest pain
Nyeri dada (chest pain) dapat berhubungan dengan masalah
jantung dan paru-paru.

b. Riwayat kesehatan masa lalu


Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernapasan pasien. Secara umum
perawat perlu menanyakan mengenai hal-hal berikut:
1) Riwayat merokok, merokok merupakan penyebab utama kanker paru-
paru, emfisema, dan bronchitis kronis. Semua keadaan itu sangat jarang
menimpa nonperokok. Anamnesis harus mencakup:
- Usia mulainya merokok secara rutin
- Rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari
- Usia menghentikan kebiasaan merokok.
2) Pengobatan saat ini dan masa lalu
3) Alergi
4) Tempat tinggal

c. Riwayat kesehatan keluarga


Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan social pasien penyakit paru-paru
sekurang-kurangnya ada tiga hal yaitu:
1) Penyakit infeksi tertentu khususnya tuberculosis ditularkan melalui satu
orang ke orang lainnya. Manfaat menanyakan riwayat kontak dengan
orang terinfeksi akad dapat diketahui sumber penularannya.
2) Kelainan alergi, seperti asma bronchial, menunjukkan suatu predisposisi
keturunan tertentu. Selain itu serangan asma mungkin dicetuskan oleh
konflik keluarga atau orang terdekat.
3) Pasien bronkhitis kronik mungkin bermukim di daerah yang tingkat polusi
udaranya tinggi. Namun polusi udara tidak menimbulkan bronchitis
kronis, melainkan hanya memperburuk penyakit tersebut.

2. Kajian Sistem (Head to Toe)


a. Inspeksi
Prosedur inspeksi yang dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan pasien harus dalam
keadaan duduk.
2. Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.
3. Tindakan dilakukan dari atas sampai bawah.
4. Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisinya (skar, lesi, dan
massa) dan gangguan tulang belakang (kifosis, skoliosis, dan lordosis)
5. Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan pergerakan
dada.
6. Observasi tipe pernapsan seperti: pernapasan hidung atau pernapasan
diafragma serta penggunaan otot bantu pernapsan.
7. Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirsi (I) dan fase
ekprisari (E).
8. Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak
adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru-paru atau
pleura.
b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui
vocal/tactile premitus (vibrasi). Palpasi toraks bergunan untuk mengetahui
abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti massa, lesi, dan bengkak. Perlu dikaji
juga kelembutan kulit terutama pada psien yang mengeluh nyeri. Perhatikan adanya
getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara (vocal premitus).
c. Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di
sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis suara perkusi ada dua
jenis yaitu:
1) Suara perkusi normal
 Resonan (sonor) : dihasilkan pada jaringan paru-paru normal umumnya
bergaung dan bernada rendah
 Dullness : dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru
 Tympany : dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya
bersifat musical.
2) Suara perkusi abnormal
 Hiperresonan : bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan
dan timbul pada bagian paru-paru yang abnormal berisi uadara.
 Flatness : nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar
pada perkusi daerah paha, di mana seluruh areanya berisi jaringan.
d. Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencakup mendengarkan
suara napas normal dan suara tambahan (abnormal). Suara napas normal dihasilkan
dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat
bersih.
1) Jenis suara napas normal adalah:
 Bronchial: sering juga disebut ‘tubular sound’ karena suara ini dihasilkan
oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras,
nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekpirasinya lebih panjang
daripada inspirasi dan tidak ada jeda di antara kedua fase tersebut. Normal
terdengar di atas trachea atau daerah lekuk suprastenal.
 Bronkovesikular: merupakan gabungan dari suara napas bronchial dan
vesicular. Suaranya terdengar nyaring dengan intensitas sedang.
Inspirasinya sama panjang dengan ekpirasi. Suara ini terdengar di daerah
dada di mana brokhus tertutup oleh dinding dada.
 Vesicular: terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih
panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan.
2) Jenis suara napas tambahan adalah:
 Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara
nyaring, musical, suara terus-menerus yang disebabkan aliran udara melalui
jalan napas menyempit.
 Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekpirasi, karakter suara
terdengar perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus.
Berhubung dengan sekresi kental dan peningkatan produksi sputum.
 Pleural friction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara
kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah
pleura. Sering kali pasien mengalami nyeri pada saat napas dalam.
 Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter
suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab
di alveoli atau bronkhiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
b. Coarse crackles: lebih menonjol saat inspirasi. Karakter suara lemah,
kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau seksresi
pada jalan napas yang besar. Mungkin akan berubah ketika psien duduk.

3. Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi kajian tentang aspek kebiasaan hidup pasien
yang secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi. Beberapa kondisi
respiratori timbul akibat stress. Penyakit pernapas kronis dapat menyebabkan perubahan
dalam peran keluarga dan hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan,
pekerjaan, atau ketidakmampuan. Dengan mendiskusikan mekanisme pengobatan,
perawat dapat menkaji reaksi pasien terhadap masalah stress psikososial dan mencari
jalan keluarnya.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan yang berhubungan dengan gangguan saluran pernapasan (oksigenasi)
yang mencakup ventilasi, difusi, dan tranposrtasi sesuai dengan klasifikasi NANDA (2005)
serta pengembangan dari penulis antara lain:
1. Bersihkan jalan napas tidak efentif merupakan kondisi individu yang tidak mampu untuk
batuk secara efektif.
2. Kerusakan pertukaran gas merupakan kondisi terjadinya penurunan intake gas antara
alveoli dan system vaskuler.
3. Pola nafa tidak efektif merupakan suatu kondisi tidak adekuatnya ventilasi yang
disebabkan perubahan pola napas.
4. Intoleransi aktivitas merupakan kondisi terjadinya penurunan kapsitas fisiologis
seseorang untuk mempertahankan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau
diperlukan.
5. Penurunan curah jantung merupakan kondisi individu mengalami penurunan jumlah
darah yang dipompakan oleh jantung akibat penurunan fungsi jantung.
6. Risiko terhadap aspirasi merupakan kondisi di mana individu berisiko untuk masuknya
secret, benda padat, atau cairan ke dalam saluran trakheobronkhial.

PERENCANAAN
Rencana yang dapat dilakukan untuk mempertahankan respirasi normal yang diadopsi dari
beberapa sumber adalah:
1. Intervensi umum
a. Posisi
Posisi pasien dengan masalah respiratori biasanya lebih nyaman jika mereka
diberikan posisi semi fowler/fowler. Elevasi kepala dan leher akan meningkatkan
ekspansi paru-paru dan meingkatkan efisiensi oto pernapasan.
b. Kontrol lingkungan
Satu-satunya hal penting yang menyebabkan iritasi saluran pernapasan adalah
merokok. Pada saat merawat pasien dengan gangguan respiratori, tempatkan pasien
pada lingkungan yang bebas polutan.
c. Aktivitas dan istirahat
Beberapa penyakit akut seperti influenza, memerlukan bedrest selama beberapa hari
sebelum dapat beraktivitas normal kembali.
d. Oral Hygie
Banyak pasien yang kesulitan bernapas sehingga meraka bernapas melalui mulut
akibatnya mukosa mulut menjadi kering dan berisiko menjadi stomatitis. Batuk
sering terjadi dan sputum akan mongering. Oleh karena itu diperlukan oral hygiene
untuk pasien dengan masalah respiratori. Pembersihan mulut dapat mengurangi rasa
dan bau mulut yang tidak sedap. Penggunaan antiseptic akan menolong mengurangi
jumlah kuman pathogen pada rongga mulut, sehingga akan menolong mencegah
infeksi.
e. Hidrasi adekuat
Hidrasi yang optimal berguna untuk mecegah konstipasi dan ketidakseimbangan
cairan serta menolong mngencerkan sekresi bronkopulmonal sehingga mudah
dikelurkan. Anjurkan psien untuk minum 3000-4000 cc/hari, namun sebelumnya
pastikan pasien tidak mempunyai gangguan pada jantung dan ginjal.
f. Pendegahan dan kontrol infeksi
Superinfeksi tejadi jika penggunaan obat untuk menangani infeksi juga
menghancukan flora normal tubuh. Kondisi tersebut mengakibatkan turunnya
ketahanan (imunitas) dalam tubuh sehingga pada akhirnya timbul dan berkembang
infeksi sekunder atau superinfeksi. Infeksi nosokomial terjadi akibat kontaminasi
peralatan yang menunjukkan kesalahan dalam prosedur.
g. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial dengan menurunkan kecemasan pasien sangat penting karena
kecemasan akan memperburuk gejala seperti dispnea dan bronkospasme.
2. Agen Farmakologi Respiratori
 Antibiotik
 Bronchodilators
 Adrenal Glucocoticoids
 Antitusiv
 Mucolitycs
 Antiallergenics
 Vasoconstrictor dan decongestan
3. Terapi Respiratori
Perawat melakukan terapi respiratori dengan memfasilitasi latihan batuk efektif
dan napas dalam. Batuk efektif dan napas dalam dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan ekspansi paru-paru, memobilisasi secret, dan mencegah efek samping
dari penumpukan secret. Batuk efektif diperlukan untuk mebersihkan secret dan
meningkatkan mekanisme pembersihan dalan napas. Batuk yang tidak efektif akan
menyebabkan efek yang merugikan pada pasien dengan penyakit paru-paru kronis
berat, seperti kolaps saluran napas, rupture dinding alveoli, dan pneumotoraks.
4. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada terdiri atas perkusi dada, vibrasi dada, dan postural drainase.
Umunya ketiga metode tersebut digunakan pada posisi drainase paru-paru yang
berbeda diikuti dengan napas dalam dan batuk.
5. Oksigen
Oksigen tambahan diberikan untuk pasien yang mengalami hipoksemia.
Oksigen diberikan ketika hipoksemia timbul atau dicurigai akan muncul sehingga jika
hipoksemia tertanggulangi maka hipoksia dapat dicegah.
Terdapat tiga indikasi uatama untuk pemberian O2:
 Menurunnya arterial blood oxygen
 Meningkatnya kerja napas
 Dibutuhkan untuk menurunkan kerja myocardial
 Meskipun secara umum terapi O2 ini aman digunakan, terdapat beberapa
komplikasi yang dapat timbul akibar dari pemberian O2 tambahan yaitu
seperti:
a. Oxygen-induced hypoventilation
b. Oxygen toxicity
c. Atelectasis
d. Ocular damage
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Sistem pernapasan adalah pertukaran Oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara
sel-sel tubuh serta lingkungan. sistem pernapasan terdiri atas pernapasan Eksternal
(luar) dan internal (dalam). Oksigen dari udara diambil dan dimasukan ke darah,
kemudian di angkut ke jaringan. Karbondioksida (CO2) di angkut oleh darah dari
jaringan tubuh ke paru-paru dan dinapaskan ke luar udara.
 Sistem pernapasan memiliki fungsi:
 Fungsi utama yaitu untuk memungkinkan ambilan oksigen dari udara kedalam
darah dan memungkinkan karbon dioksida terlepas dari dara ke udara bebas.
 Fungsi tambahan yaitu sebagai tempat menghasilkan suara, Meniup (balon,
kopi/the panas, tangan, alat musik dan lain sebagainya), Tertawa., Menangis,
Bersin, Batuk, Homeostatis (pH darah), dan Otot-otot pernapasan membantu
kompresi abdomen (miksi,defekasi,partus).
 Pengkajian sistem pernafasan meliputi : riwayat kesehatan klien (keluhan, kesehatan
masa lalu, maupun riwayat kesehatan keluarga), pengkajian head to toe serta
pengkajian pada psikososialnya.

B. Saran
1. Dalam pemberian Asuhan keperawatan terhadap klien hendaknya memperhatikan
bahwa manusia merupakan satu kesatuan Bio, Psiko, Sosio, dan Spiritual, sehingga
maslah-maslah yang timbul dapat diatasi sedini mungkin.
2. Asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien pre dan post op katarak sebaiknya
dilakukan dengan sangat memperhatikan kondisi lingkungan klien agar terhindari dari
berbagai resiko cedera.
3. Untuk menghindari terjadinya infeksi lanjutan dan komplikasi, partisipasi klien dan
keluarga dalam program sangat mendukung.
4. Keberhasilan dalam mengatasi masalah klien dan mengupayakan kesembuhan
terhadap klien sangat ditentukan oleh adanya kerjasama yang baik antara perawat,
team kesehatan lain dan keluarga klien.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes Marilyn. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1999

Anda mungkin juga menyukai