Kelompok 3 KMB
Kelompok 3 KMB
OLEH :
KELOMPOK 3
KELAS II.D
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.
Makalah ini disusun sesederhana mungkin agar mudah dipahami oleh pembaca. Selain
itu juga, makalah ini merupakan salah satu bentuk pemenuhan tugas untuk menyelesaikan
makalah katarak
Dalam penyusunan makalah ini, kami menghadapi berbagai macam kendala. Namun
kendala-kendala tersebut dapat teratasi karena adanya bimbingan dari dosen pengajar dan
didukung oleh sarana penunjang lainnya, sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Dan tak lupa pula, kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada dosen
yang bersangkutan. Sebagai manusia kami menyadari bahwa didalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan, olehnya itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah kami
dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari kami semoga makalah ini dapat bermanfaat, baik untuk
pribadi, teman-teman, serta orang yang membaca makalah ini sebagai tambahan dalam
menambah referensi yang telah ada.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 15
B. Saran .......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sungguh besar keangungan Tuhan Yang maha Esa, yang telah menciptakan
system organ yang memungkinkan makhluk hidup menjalankan fungsinya,
diantaranya pada sistem pernapasan. Fungsi pernapasan akan bekerja sama dengan
sistem transportasi agar proses metabolisme pada tubuh dapat berjalan dengan baik.
System respirasi atau pernapasan merupakan salah satu study terhadap struktur dan
fungsi tubuh manusia.
Sistem respirasi atau sistem pernapasan terdapat pada manuasia dan hewan
(seperti; insekta, ikan, amfibi dan burung). Sedangkan sistem pernapasan pada
manusia terjadi melalui saluran penghantar udara yaitu alat-alat pernapasan yang
terdapat dalam tubuh, dimana masing-masing alat pernapasan tersebut memiliki
fungsi yang berbeda-beda.
Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan
untuk pertukaran gas. Pada hewan berkaki empat, sistem pernapasan umumnya
termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana
terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya.
Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai jenis makhluk hidup.
Akan tetapi, dari berbagai macam bentuk, organ serta fungsinya, sebagian besar dari
kita tidak mengetahui bagaimana proses dari sistem pernapasan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Sistem Pernapasan Manusia
2. Bagaiman Fungsi Sistem Pernapasan
3. Apa Saja Pemeriksaan Pada Sistem Pernafasan
C. Tujuan penulisan
1. Pembaca mampu mengetahui apa pengertian sistem pernafasan dan fungsi sistem
pernafasan
2. Pembaca mampu mengetahui apa saja pemeriksaan pada sistem pernafasan
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem pernapasan terjadi melalui alat-alat pernapasan yang terdapat dalam tubuh
atau melalui jalur udara pernapasan untuk menuju sel-sel tubuh. Struktur organ atau
bagian-bagian alat pernapasan pada manusia terdiri atas Rongga hidung, Farings (Rongga
tekak), Larings (kotak suara), Trakea (Batang tenggorok), Bronkus dan Paru-paru.
Pernapasan yang dilakukan menyediakan suplai udara segar secara terus menerus ke dalam
membran alveoli. Keadaan ini terjadi melalui dua fase yaitu inspirasi dan ekspirasi. Kedua
fase ini sangat tergantung pada karakter paru dan rongga thor.
Fungsi utama yaitu untuk memungkinkan ambilan oksigen dari udara kedalam
darah dan memungkinkan karbon dioksida terlepas dari dara ke udara bebas. Fungsi
tambahan yaitu sebagai tempat menghasilkan suara, Meniup (balon, kopi/the panas,
tangan, alat musik dan lain sebagainya), Tertawa., Menangis, Bersin, Batuk, Homeostatis
(pH darah), dan Otot-otot pernapasan membantu kompresi abdomen
(miksi,defekasi,partus).
Dalam sistem pernafasan, terdapat beberapa organ-organ tubuh yang berperan
antara lain :
1. Hidung
Hidung merupakan alat pernapasan yang terletak di luar dan tersusun atas
tulang rawan. Pada bagian ujung dan pangkal hidung ditunjang oleh tulang nasalis.
Rongga hidung dibagi menjadi dua bagian oleh septum nasalis, yaitu bagian kiri
dan kanan. Bagian depan septum ditunjang oleh tulang rawan, sedangkan bagian
belakang ditunjang oleh tulang vomer dan tonjolan tulang ethmoid. Bagian bawah
rongga hidung dibatasi oleh tulang palatum, dan maksila. Bagian atas dibatasi oleh
ethmoid, bagian samping oleh tulang maksila, konka nasalis inferior, dan ethomoid
sedangkan bagian tengah dibatasi oleh septum nasalis.
2. Faring
Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran
pernapasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran
pencernaan (orofaring) pada bagian belakang. Udara dari rongga hidung masuk ke
faring. Faring berbentuk seperti tabung corong, terletak di belakang rongga hidung
dan mulut, dan tersusun dari otot rangka.
Faring berfungsi sebagai jalannya udara dan makanan. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofaring) pada bagian depan
dan saluran pencernaan(orofaring) pada bagian belakang.
3. Laring
Dari faring, udara pernapasan akan menuju pangkal tenggorokan atau disebut
juga laring. Laring tersusun atas kepingan tulang rawan yang membentuk jakun.
Jakun tersebut tersusun oleh tulang lidah, katup tulang rawan, perisai tulang rawan,
piala tulang rawan, dan gelang tulang rawan.
b. Bronkus terminalis
Bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya
adalah mengantarkan udara ke tempat pertukaran gasdi paru. Selain bronkiolus
terminalis terdapat pula asinus yang merupakan unit fungsional paru sebagai
tempat pertukaran gas. Asinus terdiri atas bronkiolus respiratorius dan duktus
alveolaris yang seluruhnya dibatasi alveoli dan sakus alveolus terminalis- yang
merupakan struktur akhir paru.
c. Duktus Alveolaris dan Alveoli
Bronkiolus respiratorius terbagi dan bercabang menjadi beberapa duktus
alveolaris dan berakhir pada kantung udara berdinding tipis yang disebut
alveoli. Beberapa alveoli bergabung membentuk sakus alveolaris. Setiap paru
terdiri atas sekitar 150 juta alveoli. Kepadatan sakus alveolaris inilah yang
memberi bentuk paru tampak seperti spons. Jaringan kapilerb darah
mengelilingi alveoli ditahan oleh serat elastis. Jaringan elastis ini menjaga posisi
antara alveoli dengan bronkiolus respiratorius. Adanya daya rekoli dari serat ini
selama ekspirasi akan mengurangi ukuran alveoli dan membantu mendorong
udara agar keluar dari paru.
6. Alveoli Dan Membran Respirasi
Membran respiratorius pada alveoli umumnya dilapisi oleh selepitel pipih
sederhana. Sel- sel epitel pipih disebut dengan sel Tipe I. Makrofag alveolar bertugas
berkeliling disekitar epitalium untuk memfagositosis partikel atau bakteri yang masih
dapat masuk ke permukaan alveoli, makrofag ini merupakan pertahanan terakhir pada
system pernapasan. Sel lain yang ada dalam membran respiratorius adalah sel septal
atau disebut juga dengan sel surfaktan dan sel Tipe II. Surfaktan terdiri atas fospolipid
dan lipoprotein. Surfaktan berperran untuk melapisi epithelium alveolar dan
mengurangi tekanan permukaan yang dapat membuat alveoli kolaps. Tanpa adanya
surfaktan,tekanan pada permukaan cenderung tinggi dan akhirnya alveoli akan
menjadi kolaps. Apabila produksi surfaktan tidak mencukupi karena adanya injuri
atau kelainan genetik, maka alveoli dapat mengalami kolaps sehingga pola pernapasan
menjadi tidak efektif.
7. Sirkulasi pulmonal
Sirkulasi pulmonal dianggap sebagaisistem tekanan rendah karena tekanan
darah sistolik dalam arteri pulmonalis adalah 20-30 mmHg, tekanan diastolic dibawah
12 mmHg dan tekanan pulmonal rata-ratakurang dari 20 mmHg. Kapiler pulmonal
menerima ± 75% darah yang mengalir pada sirkulasi pulmonal selama systole. Nilai
tekanan yang tepat dalam kapiler pulmonal tidak pasti, hingga saat ini nilai yang masih
dipercaya adalah rentang tekanan arteri dan vena pulmonalis, sekitar 4-12 mmHg.
Tekanan yang rendah ini membuat vaskulator pulmonal normal dapat meragamkan
kapasitas untuk mengakomodasi aliran darah yang diterimanya.
8. Paru
Paru merupakan organ yang elastic berbentuk kerucut dan terletak dalam rongga
toraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar. Selain itu, paru juga dibagi menjadi 3 lobus yaitu
satu lobus pada paru kanan dan dua lobus pada paru kiri. Lobus- lobus tersebut dibagi
menjadi beberapa segmen yaitu 10 segmen pada paru kanan dan 9 segmen pada paru
kiri. Proses patologis seperti atelektasis dan pneumonia sering kali terbatas padasatu
lobus atau satu segmen saja. Oleh karena itu pengetahuan anatomi segmen paru
penting sekali bagi perawat saat melakukab fisioterapi dada
9. Pleura
Pleura merupakan kantung tertutup yang terbuat dari membran serosa yang di
dalanya men gandung cairan serosa. Paru terinvaginasi lapisan ini, sehingga
membentuk dua lapisan penutup. Satu bagian melekat pada paru dan bagian lainnya
pada dinding rongga thoraks. Pleura viseralis adalah pleura yang menempel pada paru
menutup masing-masing lobus paru, dan melewati fisura yang memisahkan keduanya.
Pleura parietalis melekat pada dinding dada dan permukaan thoraks diafragma.
Kavitas pleura adalah sebuah ruang potensial.
3. Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi kajian tentang aspek kebiasaan hidup pasien
yang secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi. Beberapa kondisi
respiratori timbul akibat stress. Penyakit pernapas kronis dapat menyebabkan perubahan
dalam peran keluarga dan hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan,
pekerjaan, atau ketidakmampuan. Dengan mendiskusikan mekanisme pengobatan,
perawat dapat menkaji reaksi pasien terhadap masalah stress psikososial dan mencari
jalan keluarnya.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan yang berhubungan dengan gangguan saluran pernapasan (oksigenasi)
yang mencakup ventilasi, difusi, dan tranposrtasi sesuai dengan klasifikasi NANDA (2005)
serta pengembangan dari penulis antara lain:
1. Bersihkan jalan napas tidak efentif merupakan kondisi individu yang tidak mampu untuk
batuk secara efektif.
2. Kerusakan pertukaran gas merupakan kondisi terjadinya penurunan intake gas antara
alveoli dan system vaskuler.
3. Pola nafa tidak efektif merupakan suatu kondisi tidak adekuatnya ventilasi yang
disebabkan perubahan pola napas.
4. Intoleransi aktivitas merupakan kondisi terjadinya penurunan kapsitas fisiologis
seseorang untuk mempertahankan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau
diperlukan.
5. Penurunan curah jantung merupakan kondisi individu mengalami penurunan jumlah
darah yang dipompakan oleh jantung akibat penurunan fungsi jantung.
6. Risiko terhadap aspirasi merupakan kondisi di mana individu berisiko untuk masuknya
secret, benda padat, atau cairan ke dalam saluran trakheobronkhial.
PERENCANAAN
Rencana yang dapat dilakukan untuk mempertahankan respirasi normal yang diadopsi dari
beberapa sumber adalah:
1. Intervensi umum
a. Posisi
Posisi pasien dengan masalah respiratori biasanya lebih nyaman jika mereka
diberikan posisi semi fowler/fowler. Elevasi kepala dan leher akan meningkatkan
ekspansi paru-paru dan meingkatkan efisiensi oto pernapasan.
b. Kontrol lingkungan
Satu-satunya hal penting yang menyebabkan iritasi saluran pernapasan adalah
merokok. Pada saat merawat pasien dengan gangguan respiratori, tempatkan pasien
pada lingkungan yang bebas polutan.
c. Aktivitas dan istirahat
Beberapa penyakit akut seperti influenza, memerlukan bedrest selama beberapa hari
sebelum dapat beraktivitas normal kembali.
d. Oral Hygie
Banyak pasien yang kesulitan bernapas sehingga meraka bernapas melalui mulut
akibatnya mukosa mulut menjadi kering dan berisiko menjadi stomatitis. Batuk
sering terjadi dan sputum akan mongering. Oleh karena itu diperlukan oral hygiene
untuk pasien dengan masalah respiratori. Pembersihan mulut dapat mengurangi rasa
dan bau mulut yang tidak sedap. Penggunaan antiseptic akan menolong mengurangi
jumlah kuman pathogen pada rongga mulut, sehingga akan menolong mencegah
infeksi.
e. Hidrasi adekuat
Hidrasi yang optimal berguna untuk mecegah konstipasi dan ketidakseimbangan
cairan serta menolong mngencerkan sekresi bronkopulmonal sehingga mudah
dikelurkan. Anjurkan psien untuk minum 3000-4000 cc/hari, namun sebelumnya
pastikan pasien tidak mempunyai gangguan pada jantung dan ginjal.
f. Pendegahan dan kontrol infeksi
Superinfeksi tejadi jika penggunaan obat untuk menangani infeksi juga
menghancukan flora normal tubuh. Kondisi tersebut mengakibatkan turunnya
ketahanan (imunitas) dalam tubuh sehingga pada akhirnya timbul dan berkembang
infeksi sekunder atau superinfeksi. Infeksi nosokomial terjadi akibat kontaminasi
peralatan yang menunjukkan kesalahan dalam prosedur.
g. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial dengan menurunkan kecemasan pasien sangat penting karena
kecemasan akan memperburuk gejala seperti dispnea dan bronkospasme.
2. Agen Farmakologi Respiratori
Antibiotik
Bronchodilators
Adrenal Glucocoticoids
Antitusiv
Mucolitycs
Antiallergenics
Vasoconstrictor dan decongestan
3. Terapi Respiratori
Perawat melakukan terapi respiratori dengan memfasilitasi latihan batuk efektif
dan napas dalam. Batuk efektif dan napas dalam dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan ekspansi paru-paru, memobilisasi secret, dan mencegah efek samping
dari penumpukan secret. Batuk efektif diperlukan untuk mebersihkan secret dan
meningkatkan mekanisme pembersihan dalan napas. Batuk yang tidak efektif akan
menyebabkan efek yang merugikan pada pasien dengan penyakit paru-paru kronis
berat, seperti kolaps saluran napas, rupture dinding alveoli, dan pneumotoraks.
4. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada terdiri atas perkusi dada, vibrasi dada, dan postural drainase.
Umunya ketiga metode tersebut digunakan pada posisi drainase paru-paru yang
berbeda diikuti dengan napas dalam dan batuk.
5. Oksigen
Oksigen tambahan diberikan untuk pasien yang mengalami hipoksemia.
Oksigen diberikan ketika hipoksemia timbul atau dicurigai akan muncul sehingga jika
hipoksemia tertanggulangi maka hipoksia dapat dicegah.
Terdapat tiga indikasi uatama untuk pemberian O2:
Menurunnya arterial blood oxygen
Meningkatnya kerja napas
Dibutuhkan untuk menurunkan kerja myocardial
Meskipun secara umum terapi O2 ini aman digunakan, terdapat beberapa
komplikasi yang dapat timbul akibar dari pemberian O2 tambahan yaitu
seperti:
a. Oxygen-induced hypoventilation
b. Oxygen toxicity
c. Atelectasis
d. Ocular damage
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem pernapasan adalah pertukaran Oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara
sel-sel tubuh serta lingkungan. sistem pernapasan terdiri atas pernapasan Eksternal
(luar) dan internal (dalam). Oksigen dari udara diambil dan dimasukan ke darah,
kemudian di angkut ke jaringan. Karbondioksida (CO2) di angkut oleh darah dari
jaringan tubuh ke paru-paru dan dinapaskan ke luar udara.
Sistem pernapasan memiliki fungsi:
Fungsi utama yaitu untuk memungkinkan ambilan oksigen dari udara kedalam
darah dan memungkinkan karbon dioksida terlepas dari dara ke udara bebas.
Fungsi tambahan yaitu sebagai tempat menghasilkan suara, Meniup (balon,
kopi/the panas, tangan, alat musik dan lain sebagainya), Tertawa., Menangis,
Bersin, Batuk, Homeostatis (pH darah), dan Otot-otot pernapasan membantu
kompresi abdomen (miksi,defekasi,partus).
Pengkajian sistem pernafasan meliputi : riwayat kesehatan klien (keluhan, kesehatan
masa lalu, maupun riwayat kesehatan keluarga), pengkajian head to toe serta
pengkajian pada psikososialnya.
B. Saran
1. Dalam pemberian Asuhan keperawatan terhadap klien hendaknya memperhatikan
bahwa manusia merupakan satu kesatuan Bio, Psiko, Sosio, dan Spiritual, sehingga
maslah-maslah yang timbul dapat diatasi sedini mungkin.
2. Asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien pre dan post op katarak sebaiknya
dilakukan dengan sangat memperhatikan kondisi lingkungan klien agar terhindari dari
berbagai resiko cedera.
3. Untuk menghindari terjadinya infeksi lanjutan dan komplikasi, partisipasi klien dan
keluarga dalam program sangat mendukung.
4. Keberhasilan dalam mengatasi masalah klien dan mengupayakan kesembuhan
terhadap klien sangat ditentukan oleh adanya kerjasama yang baik antara perawat,
team kesehatan lain dan keluarga klien.
DAFTAR PUSTAKA