Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bernapas adalah bagian yang sangat penting dari aktivitas makhluk hidup. Tanpa
bernapas, manusia akan mati. Tahukah anda bahwa bernapas itu penting? Bernpas
adalah salah satu bentuk kegiatan tubuh guna menghasilkan energi untuk hidup. Usaha
yang masuk lewat sistem pernapasan akan digunakan untuk proses oksidasi biologi,
yaitu proses yang menghasilkan energi dengan memecah molekul yang lebih kompleks
menjadi molekul yang lebih sederhana, terutama molekul gula sederhana diuraikan
menjadi karbondioksida dan uap air.
Energi yang terbentuk dari hasil oksidasi biologi akan digunakan untuk proses-
proses aktivitas hidup antara lain untuk bergerak, melakukan pertumbuhan dan
perkembangan, proses reproduksi, dan mengatur suhu tubuh serta aktivitas hidup yang
lain. Itulah sebabnya, mengapa bernapas merupakan hal yang sangat penting bagi
makhluk hidup. Untuk lebih jelasnya lagi, berikut akan diuraikan tentang sistem
respirasi.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca dapat memahami bagaimana
itu anatomi fisiologi sistem pernafasan.
C. Rumusan masalah
Bagaiman itu anatomi fisiologi sistem pernafasan?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Jalan Napas


1. Hidung
Hidung terdiri atas bagian internal dan eksternal. Bagian eksternal
menonjjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan karilago. Nares
anterior (luabang hidung) merupakan ostium sebelah luar dari rongga
hidung.
Bagian internal hidung adalah rongga hidung berlorong yang
dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal
yang sempit, yang disebut septum. Masing-masing rongga hidung dibagi
menjadi 3 saluran oleh penonjolan turbinasi (juga disebut konka) dari
dinding lateral. Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang
sangat banyak mengandug vesikular yang disebut mukosa hidung. Lendir
disekresi secara terus menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan
mukosa hidung dan bergerak kebelakang ke nasofaring oleh gerakan silia.
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir dari paru-paru.
Jalan nafas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang masuk kedalam paru-paru. Hidung
bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaksi
terletak dalam mukosa hidung. Fungsi ini berukuran sejalan dengan
pertamban usia.
Sinus Paranasal
Sinus-sinus paranasal termasuk empat pasang rongga bertulang yang
dilapisi oleh mukosa hidung dan epitel kolumnar bertingkah semu yang
bersilia. Rongga-rongga udara ini di hubungkan oleh serangkaian duktus
yang mengalir kedalam rongga hidung. Sinus-sinus disebut berdasarkan
letaknya, sebut saja sinus frontalis, etmidalis, sefenoidalis, dan maksilaris.

2
Fungsi sinus yang menonjol adalah sebagai bilik personansi saat
berbicara. Sinus menjadi tempat umum terjadinya infeksi.
Tulang Turbinasi (Konka)
Tulang turbinasi atau konka (nama yang ditunjukkan oleh
penampilannya yang seperti siput), mengambil bentuk dan posisi
sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan permukaan membran
mukosa salurang hidung dan untuk sedikit menghambat arus udara yang
mengalir melaluinya.
Arus udara yang memasuki lubang hidung diarahkan ke atas depan
langit-langit hidung mengikuti rute sisrkuit sebelum udara mencapai
nasofaring. Dalam perjalanannya, udara bersentuhan dengan permukaan
membran mukosa yang luas, lembab dan hangat yang menangkap partikel-
partikel debu dan organisme dalam udara yang diinhalasi. Udara ini
dilembabkan dan dihangatkan sesuai dengan suhu tubuh dan dihubungkan
dengan saraf yang sensitif. Beberapa dari saraf ini mendeteksi bau, dan
lainnya mencetuskan bersin untuk mengeluarkan debu yang mengiritasi.
Faring, Tonsil, dan Adenoid
Faring atau tenggorok adalah struktur seperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Faring di bagi
menjadi tiga region : nasal, oral, dan laring.
Nasofaring terletak di sebelah posterior hidung dan diatas platum
mole. Orofaring memuat fausial atau platin, tonsil. Laringofaring
memenjang dari tulang hioid ke kartilango krikoid. Pintu masuk laring di
bentuk oleh epiglotis.
Adenoid atau tonsil faring, terletak dalam langit-langit nasofaring.
Tenggorok di kelilingi oleh tonsil, adenoid dan jaringan limfoid lainnya.
Ion penghubung penting ke nodus limfe dagu yang menjaga tubuh dari
serangan organisme yang memasuki hidung dan tenggorok. Fungsi faring
adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratoriusdan digestif.

3
2. Laring
Laring, atau organ suara, adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan
faringdan trakea.
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi.
Laring juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
a. Epiglottis – daun karup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring
selama menelan
b. Glottis – ostium antara pita suara dalam laring
c. Kartilago tiroid – kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini
membentuk jakun (Adam’s apple)
d. Kartilago krikoid – satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring
(terletak di bawah kartilago tiroid)
e. Kartilago arytenoid – digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago
tiroid
f. Pita suara – ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan
bunyi suara; pita suara melekat pada lumen laring.

Pengkajian Jalan Napas Atas

Hidung dan Sinus

Hidung dan sinus diperiksa dengan menginspeksi dan palpasi. Untuk pemeriksaan
urin, cukup digunakan sumber cahaya yang sederhana seperti pena cahaya,
9ijmi9ojo9iiiiiiiii;

diperlukan. Pemeriksaan yang lebih menyeluruh memerlukan speculum hidung.

Hidung eksternal diinspeksi terhadap lesi, adimetri, atau inflamasi. Pasien


kemudian diinstruksikan untuk mendongakkan kepala ke belakang sementara
pemeriksa dengan perlahan mendorong ujung hidung ke atas untuk memeriksa
struktur internal hidung. Mukosa diinspeksi terhadap warna, pembengkakan,

4
eksudat atau perdarahan. Mukosa hidung normalnya lebih merah
dibandandingkan mukosa mulut tetapi dapat tampak membengkak dan hipermia
pada keadaan terdapatnya coomon cold. Nampak demikian, rinitis alergi, diduga
bila mukosa tampak pucat dan bengkak.

Sputum diinspeksi terhadap deviasi, perforasi, atau perdarahan. Deviasi septal


dalam tingkatan tertentu diperkirakan terjadi pada kebanyakan orang. Perubahan
letak kartilago aktual baik ke sisi kiri atau ke kanan hidung dapat menyebabkan
obstruksi hidung, tetapi deviasi ini biasanya asimptomatis.

Dengan kepala pasien didongakkan ke belakang, pemeriksa berupaya untuk


menampakkan turbinate inferior dan mediana. Pada rhinitis kronis, polip hidung
dapat terbentuk antara turbinate inferior dan mediana dan dibedakan melalui
penampakannya yang abu-abu. Tidak sepertinya halnya turbinat, polip ini adalah
terbentuk gelatin dan dapat digerakkan dengan mudah.

Sinus frontalis dan maksilaris dipalpasi terhadap nyeri tekan. Menggunakan


ibu jari, pemeriksan menekan dengan lembut dengan gerakan ke atas pada tepi
supraorbital (sinus frontalis) dan pada area pipi yang berbatasan dengan hidung
(sinus maksilaris). Nyeri tekan pada kedua sisi menunjukkan inflamasi. Sinus
frontalis dan maksilaris dapat diinspeksi dengan transiluminasi (menembuskan
cahaya kuat melalui struktur tulang seperti sinus untuk menginspeksi rongga).

3. Faring
Spatel lidah, yang sering dugunakan untuk menekan lidah sehingga faring dapat
dilihat lebih jelas, tidak selalu diperlukan. Pasien diinstruksikan untuk membuka
mulutnya lebar-lebar dan napas dalam. Sering tindakan ini akan mendatarkan
lidah posterior dan dengan singkat memanjankan pandangan menyeluruh pilar
anterior dan posterior, tonsil, uvula, dan faring posterior. Struktur ini diinspeksi
warnanya, kesimetrisannya dan bukti adanya eksudat, ulserasi, atau perbesara.
Jika bilah lidah digunakan untuk memvisualisasi faring tekan dengan kuat di luar
titik tengah lidah. Penempatan yang tepat menghindari respons muntah.

5
4. Trakea
Posisi dan mobilitas trkea biasanya dpat diketahui dengan palpasi langsung.
Hal ini dilakukan dengan menempatkan ibu jari dan telunjuk dari satu tangan
pada kedua sisi trakea tepat diatas takik sternum. Trakea agak sedikit
sensitive,dan palpasi terlalu kuat dapat menimbulkan reflex batuk atau muntah.
Trakea normalnya terletak ditengah karna trakea memasuki pintu atas toraks
dibelakang sternum tetapi munkin mengalami deviasi karena massa pada leher
atau mediastinum kelainan pleura atau plimonal, seperti pneumotorak signifikan,
dapat mengakibatkan perubahan posisi trakea.
Pemeriksaan Diagnostik
Kultur dan biopsy adalah prosedur yang sering digunakan dalam mendiagnosis
kelainan jalan nafas atas. Namun pemeriksaan diagnostic yang lebih luas bisa
saja dilakukan.
Kultu. Kultur tenggorok munkin dilakukan untuk mengidentifikasi organism
yang bertanggung jawab terhadap farigitis,selain itu, kultur tenggorok juga dapat
membantu dalam mengindentifikasi organism yang bertanggung jawab terhadap
infeksi sa;uran pernafasan bahwa. Swab hidung dapat juga dilakukan untuk alas
an yang sama. Biops.
Biopsi eksisi sejumlah kecil jaringan dapat dilakukan untuk memunkinkan
pemeriksaan sel-sel dari faring,laring, dan saluran hidung. Anestesi local, topical
atau umum dapat diberikan selama prosedur tergantung pada letak dan
prosedurnya.
5. Anatomi Paru
Paru adalah struktur elastik yang di bungkus dalam sangkar toraks, yang
merupakan suatu bilik udara yang kuat dengan dinding yang dapat menahan
tekanan. Ventilasi membutuhkan gerakan dinding sangkar toraks dan dasarnya,
yaitu diafragma. Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian meningkatkan
dan menurunkan kapasitas dada. Ketika kapasitas dalam dada meningkat, udara
masuk melalui trakea (inspirasi), karena penurunan tekanan di dalam dan
mengembangkan paru. Ketika dinding dada dan diafragma kembali ke ukurannya

6
semula (ekspirasi), paru-paru yang elastis tersebut mengempis dan mendorong
udara keluar melalui bronkus dan trakea. Fase inspirasi dari pernapasan
normalnya membutuhkan energi; Fase ekspirasi normalnya pasif. Inspirasi
menempati segitiga dari siklus pernapasan, ekspirasi menempati dua pertiganya.
a. Pleura. Bagian terluar dari paru-paru yang di kelilingi oleh membran halus,
licin, yaitu pleura, yang juga meluas untuk membungkus dinding interior
toraks dan permukaan superior diafragma. Pleura parietalis melapisi toraks,
dan pleura viseralis melapisi paru-paru. Antar kedua pleura ini terdapat
ruang, yang di sebut spasium pleura, yang mengandung sejumlah kecil
cairan yang melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser
dengan bebas selama ventilasi.
b. Mediastinum. Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks
menjadi dua bagian. Mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua
struktur toraks kecuali paru-paru terletak antara kedua lapisan pleura.
c. Lobus. Setiap paru di bagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri dari lobus
bawah dan atas, semntara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan
bawah. Setiap lobus lebih jauh di bagi lagi menjadi dua segmen yang
dipisahkan oleh fisura, yang merupakan perluasan pleura.
d. Bronkus dan bronkiolus. Terdapat beberapa divisi bronkus di dalam setiap
lobus paru. Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan dua
pada paru kiri). Bronkus lobaris di bagi menjadi bronkus segmental (10 pada
paru kanan dan 8 pada paru kiri), yang merupakan struktur yang di cari
ketika memilih posisi drainase postural yang paling efektif untuk pasien
tertentu. Bronkus segmental kemudian di bagi lagi menjadi bronkus
subsegmental. Bronkus ini di kelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki
arteri, limfatik, dan saraf.
Bronkus subsegmental kemudian membentuk percakapan menjadi
bronkiolus, yang tidak mempunyai kartilago dalam dindingnya. Patensi
bronkiolus seluruhnya tergantung pada rekoil elastik otot polos sekelilingnya
dan pada tekanan alveolar. Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa,

7
yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk
lapisan bagian dalam jalan nafas. Bronkus dan bronkiolus juga di lapisi oleh
sel-sel yang permukaannya oleh “rambut” pendek yang disebut silia. Silia ini
menciptakan gerakan menyapu yang konstan yang berfungsi untuk
mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring
Bronkiolus kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus
terminalis, yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus
terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori, yang dianggap menjadi
saluran transisional anatar jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran
gas. Sampai pada titk ini, jalan udara konduksi mengandung sekitar 150 ml
udara dalam percabangan trakeobronkial yang tidak ikut serta dalam
pertukaran gas. Ini dikenal sebagai ruang rugi fisiologik. Bronkiolus
respiratori kemudian mengarah kedalam duktus alveolar dan sakus alveolar
kemudian alveli. Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi dalam
alveoli.
e. Alveoli. Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta laveoli, yang tersusun dalam
kluster anatar 15 sampai 20 alveoli. Begitu banyaknya alveoli ini sehingga
jika mereka bersatu untuk membentuk satu lembar, akan menutupi area 70
meter persegi (seukuran lapangan tennis).
Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar. Sel-sel alveolar tipe I adalah sel
epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel-sel alveolar tipe I adalah sel
epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel-sel alveolar tipe II, sel-sel yang
aktif secara metabolik, mensekresi surfaktan, suatu fosolipid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveoli tipe
III adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagositis yang beear memakan
benda asing (mis, lendir, bakteri) dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan
yang penting.
B. Tinjauan Fisiologi Pernapasan
Sel-sel tubuh mendapatkan energy yang mereka butuhkan dari oksidasi
karbohidrat,lemak, dan protein. Seperti halnya semua jenis kombusion, proses

8
ini membutuhkan oksigen. Jaringan fital tertentu, seperti jaringan pada otak dan
jantung, tidak dapat bertahan lama tanpa suplai oksigen kontinu. Sebagai hasil
oksigasi dalam jaringan tubuh, dibeentuk karbon dioksida dan harus dibuang
dari sel-sel untuk mencegah pembentukan produk sampah asam.
Transpor oksigen. Oksigen dipasok kesel dan karbon dioksida dibuang dari
sel melalui sirkulasi darah. Sel-sel berhubungan dekat dengan kapiler, yang
berdingding tipis sehingga memunkinkan terjadinya pertukaran atau lewatnya
oksigen dan karbon dioksida dengan mudah. Okgien berifusi dari
kapiler,menembus dinding kapiler kecairan interstisial,dan kemudian melalui
membrane sel-sel jaringan,tempat dimana oksigen dapat digunakan oleh
mitokodrian untuk pernafasan seluler. Gerakan karbon dioksida juga terjadi
melalui difusi dan berlanjut dengan arah yang berlawanan, dari berlanjut
dengan arah yang berlawanan,dari sel ke dalam arah.
Pertukaran Gas. Setelah pertukaran kapiler jaringan ini, darah memasuki
vena sistemik (dimana disebut darah vena) dan mengalir kesirkulasi udara
pulmonai.konsentrasi oksigen dalam darah di dalam kapiler paru-paru lebih
rendah disbanding dengan konsentrasi dalam kantung usara baru, yang disebut
alveoli sebagai akibat gradient konsentrasi ini, oksigen ini berdifusi dari alveoli,
berdifusi dari dalam ke dalam alveoli.
C. Mekanisme Ventilasi
Selama inspirasi, udara mengalir dari lingkungan sekitar ke dalam trakea,
bronkus, bronkiolus, dan alveoli. Selama ekspirasi, gas alveolar menjalani rute
yang sama dengan arah yang berlawanan.
Faktor fisik yang mengatur aliran udara masuk dan kelaur paru-paru secara
bersamaan disebut sebagai mekanika ventilasi dan mencakup varians tekanan
udara, resistensi terhadap aliran udara, dan kompliens paru.
1. Varians tekanan udara.
Udara mengalir dari region yang tekanan tinggi ke region dengan
tekanan lebih rendah. Selama inspirasi, gerakan diafragma dan otot-otot
pernafasan lain memperbesar rongga toraks dan dengan demikian

9
menurunkan tekanan atmosfir. Karenanya, udara tertarik melalui melalui
trakea dan bronkus ke dalam alveoli.
Selama ekspirasi normal, diafragma rileks, dan paru mengempis,
mengakibatkan penurunan ukuran rongga toraks. Tekanan alveolar
kemudian melebihi tekanan atmosfir, dan udara mengalir dari paru-paru
kedalam atmosfir.
2. Resistensi jalan udara
Resistensi ditentukan terutama oleh diameter atau ukuran saluran
udara tempat udara mengalir. Karenanya setiap proses yang mengubah
diameter atau kelebaran bronkial akan mempengaruhi resisten jalan udara
dan mengubah kecepatan aliran udara sampai gradien tekanan tertentu
selama respirasi. Faktor-faktor umum yang dapat mengibah diameter
bronkial termasuk konstraksi otot polos bronkial, seperti pada asma;
penebalan mukosa bronkus, seperti pada bronkitis kronis, atau obstriksi jalan
udara akibat lendir, tumor atau benda asing. Kehilangan elastisitas paru
seperti yang tampak pada emfisema, juga dapat mengubah diameter bronkial
karena jaringan ikat paru mengelilingi jalan udara dan membantunya tetap
terbuka selama inspirasi dan ekspirasi. Dengan meningkatnya risistensi,
dibutuhkan upaya pernafasan yang lebih besar dari normal untuk mencapai
tingkat ventilasi normal.
3. Kompliens
Gran dien tekanan antara rongga toraks dan atmosfir menyebabkan
udara untuk mengalir masuk dsan keluar paru-paru. Jika perubahan tekanan
diterapkan dalam paru normal, maka terjadi perubahan yang proporsional
dalam volume paru. Ukuran elastisitas ekspadibilitas, dan distendibilatas
paru-paru dan struktur toraks disebut kompliens. Faktor yang menentukan
kompliens paru adalah tahanan permukn alveoli (normalnya rendah dengan
adanya surfaktan) dan jaringan ikat, (mis, kolagen dan elastin) paru-paru.
Kompliens ditentukan denagn memeriksa dengan hubungan volume-
tekanan dalam paru-paru dan toraks. Dalm kompliens normal, (1,0 L/cm

10
H20), paru-paru dan toraks dapat meregang dan membesar dengan mudah
ketika diberi tekanan. Kompliens yang tinggi atau meningkat terjadi ketika
paru-paru kehilangan daya elastisitasnya dan toraks terlalu tertekan, (mis,
emfisema). Saat paru-paru dan toraks dalam keadaan “kaku” terjadi
kompliens hal ini termasuk pneumotoraks, hemotoraks, efusi pleura, edema
pulmonal, ateletasis, fibrosis pulmonal, dan ARDS. Pengukuran kompliens
merupakan kompliens merupakan salah satu metoda yang digunakan untuk
mengkaji kemajuan dan pernaikan dalam ARDS. Paru-paru dengan
penurunan penggunaan energi lebih banyak dari normal untuk mencapai
tingkat ventilasi normal. Kompliens biasanya diukur dalam kondisi statik.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pernapasan adalah proses pertukaran gas antara makhluk hidup dengan


lingkungannya.
2. Alat pernapasan manusia terdiri atas hidung, pangkal ternggorok (laring),
batang tenggorok (trakea), cabang tenggorok (bronkus), dan paru-paru.
3. Di dalam hidung udara disaring, disesuaikan suhunya, dan diatur
kelembabannya.
4. Pertukaran oksigen dengan karbondioksida terjadi dalam alveolus.
5. Proses pernapasan meliputi pengambilan oksigen untuk oksidasi biologi
yang menghasilkan energi serta pengeluaran zat sisa berupa
karbondioksida dan air.
6. Pemasukan udara (menarik napas) disebut inspirasi. Pengeluaran udara
(mengeluarkan napas) disebut ekspirasi.
7. Masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru disebabkan oleh kerja
otot-otot diafragma dan otot-otot antar tulang rusuk.

B. SARAN

Mengingat pentingnya pernapasan bagi kehidupan, maka sejak dini jagalah


kesehatan pernapasan seperti menjauhkan diri dari merokok dan narkoba

12

Anda mungkin juga menyukai