PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan misi dari keluarga
(BKKBN, 2011).
daya manusia yang optimal, dengan ciri semakin meningkatnya peran serta
1
Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB sendiri seperti tercantum
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD (Intra Uterine
IUD merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi non hormonal dan
termasuk alat kontrasepsi jangka panjang yang ideal dalam upaya menjarangkan
pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah, aman
karena tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar ke seluruh tubuh, tidak
mempengaruhi produksi ASI dan kesuburan cepat kembali setelah IUD dilepas.
dari alat kontrasepsi tersebut adalah efektif segera setelah pemasangan, merupakan metode
jangka panjang (10 tahun proteksi dan tidak perlu diganti) Angka kegagalan hanya satu
dalam 125-170 kehamilan, Akseptor tidak perlu mengingat ngingat kapan dia harus ber
KB. Tidak ada pengaruh terhadap lingkungan seksual, meningkatkan kenyamanan tanpa
takut hamil. Tidak ada efek samping hormon dengan Cu T380 A. Tidak ada pengaruhnya
terhadap hambatan dan volume ASI dapat dipasang segera setelah melahirkan atau
peserta KB yang terbanyak adalah suntik (85,6%), Pil (81,4%), IUD (58,1%), IMPLAN
(45,8%), MOW (20,3%), kondom (49,7%), MOP (11,9%), dan sisanya merupakan peserta
2
KB tradisional yang masing-masing menggunakan cara tradisional seperti pantang berkala
diprovinsi Aceh tahun 2012 bahwa jumlah keseluruhan penduduk diprovinsi aceh adalah
411.976 jiwa, jumlah keseluruhan pemakai KB berjumlah 151,436, pil (36,1%), suntik
(43,7%), implant (3,59%), kondom (11,8%), IUD (3,72%), MOW (0,8%), MOP (0,01%),
Perolehan data Badan Koordinasi keluarga Berencana kabupaten pidie tahun 2012
yang menggunakan alat kontrasepsi pil (46%), suntik (45,5%), IUD (0,4%) implant
Berdasarkan data dari Puskesmas simpang tiga tahun 2012 yang menggunakan alat
kontrasepsi terdiri dari: pil (4,6%), suntik (4,5%), kondom (0,7%), implant (0,01%),
IUD (0,00%).
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa AKDR sangat rendah, hal tersebut
pelayanan KB, dilihat dari segi ketersediaan alat kontrsepsi, ketersediaan tenaga yang
terlatih dan kemampuan medis teknis petugas pelayanan kesehatan, Adanya hambatan
dukungan dari suami dalam pemakaian alat kontrsepsi IUD, Norma-norma dimasyarakat,
salah satunya pemasangan IUD yang dilakukan diaurat (vagina), sehingga menimbulkan
3
Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan pemakaian alat kontrasepsi IUD,
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang
menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apa Sajakah Faktor-Faktor
Di Wilayah Puskesmas Simpang Tiga Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2013”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
4
c. Untuk Mengetahui pengaruh Dukungan keluarga Akseptor KB terhadap
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
tentang pengetahuan IUD yang lebih efektif dimasa yang akan datang
Hasil penenelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian
5. Bagi Akseptor KB
Sebagai bahan informasi dan pengetahuan yang bertujuan untuk menambah wawasan
akseptor KB
5
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh Subjek pada penelitian ini adalah
F. Keaslian Penelitian
Penelitian ini sebelumnya pernah diteliti oleh Firnaini tahun 2008 dengan
dalam rahim (AKDR) diwilayah kerja puskesmas Bandar Dua Kabupaten Pidie jaya,
Hasil penelitian ini 75% dari Akseptor belum mengetahui tentang alat kontrasepsi
dalam rahim.
sampel, tempat dan waktu penelitian serta variable pendidikan dan dukungan
keluarga. Kesamaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah subjek
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” dan
pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma yang mengakibatkan
akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma tersebut (Mansjoer, 2005)
alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan plastik yang halus berbentuk spiral atau
berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim dengan memakai alat khusus oleh
dokter atau bidan/ paramedik lain yang sudah dilatih (Irianto, 2007). Dengan adanya
alat ini dalam rahim, akan terjadi perubahan pada endometrium yang mengakibatkan
kerusakan (lysis) dari spermatozoa sehingga tidak dapat membuahi sel telur
(Huliana, 2006).
AKDR atau Intra Uterine Device (IUD) merupakan pilihan kontrasepsi yang
efektif, aman dan nyaman bagi banyak wanita, Intra Uterine Device (IUD) atau
dengan nama lain Alat kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat ini terbuat dari
plastik dan tembaga yang berbentuk T (oleh karenanya disebut Cuper T) alat ini
untuk mencegah bersemainya sel telur yang telah dibuahi didalam rahim. Alat ini
7
cukup efektif dengan kemampuan sampai 97-98% dalam mencegah kehamilan,
adapun lama pemakaiannya dapat sampai 4-5 tahun, setelah itu harus ganti dengan
Mekanisme kerja IUD belum diketahui dengan pasti, tetapi cara kerja
2002).
Reversibel dan sangat efektif, Tidak mengganggu produksi ASI, Dapat dipasang
sexsual dan dapat meningkatkan kenyamanan berhubungan karena tidak perlu takut
hamil, Tidak ada efek samping hormonal seperti halnya pada alat kontrasepsi
8
hormonal, Tidak ada interaksi dengan obat-obatan. Membantu mencegah kehamilan
diluar kandungan, dapat dilepas jika menginginkan anak lagi, karena tidak bersifat
permanen.
dan kandung kemih, bila terjadi bisa terjadi kehamilan ektopik, Tidak mencegah
infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV/ AIDS sehingga wanita yang memiliki
kontrasepsi ini, Adanya perdarahan bercak atau postting selama 1-2 hari pasca
pemasangan tetapi kemudian akan menghilang. Klien tidak bisa memasang atau
melepas sendiri, petugas kesehatan yang diperbolehkan memasang juga yang terlatih,
jari benar pada liang vagina sewaktu-waktu (bila ada indikasi terlepasnya AKDR )
(Meilani, 2010).
Perdarahan yang tidak teratur, Perdarahan menstruasi lebih banyak, Rasa nyeri saat
9
dan kejang selama 3 – 5 hari setelah pemasangan, Mungkin dapat menyebabkan
anemia jika pendarahan pada saat haid sangat banyak, jika pemasangan tidak benar,
bisa saja terjadi perforasi dinding uterus ( sangat jarang terjadi jika pemasangannya
a. Intra Uterine Device (IUD) dapat dipasang pada: Bersamaan pada menstruasi,
segera setelah menstruasi, pada akhir masa nifas (puerperium), tiga bulan pasca
,dan lain-lain.
b. Intra Uterine Device (IUD) tidak dapat dipasang pada keadaan,terdapat infeksi
dengan sebab yang tidak jelas, pada kehamilan terjadi abortus, mudah perforasi,
10
Harna (2010) mengatakan indikasi IUD adalah:
c. Sudah cukup anak hidup, tidak mau hamil lagi namun takut atau menolak
cara permanenen.
menguntungkan.
Kontra Indikasi Relatif antara lain ialah tumor ovarium. Kelainan uterus
(miom, polip dan sebagainya), gonorea, servisitis, kelainan haid, dismenorhoe dan
(Sarwono, 2006)
diagnosis, Namun apabila patologi uterus atau servik sudah dapat singkirkan, maka,
Intra Uterine Device (IUD) dapat dipasang, Dicurigai mengidap keganasan saluran
genital IUD dapat dipasang setelah dilakukan terapi lokal untuk lesi dini servik, IMS
atau PRP yang aktif atau baru terjadi dalam 3 bulan terakhir, Rongga uterus yang
misalnya fibroid besar, Alergi terhadap tembaga atau penyakit Wilson ( jarang )
11
8. Teknik Pemasangan dan Pencabutan Intra Uterine Device (IUD)
salam sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri, Anamese, konseling pra pemasangan
AKDR/ IUD, Beri penjelasan pada ibu tindakan yang akan dilakukan dan diberi dukungan
mental agar ibu tidak cemas,mengisi formulir informed consent, Menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan : (Sarung tangan, duk steril, ring tang, spekulum, penster
klem, tena kulum, sonde uterus, gunting benang, kom untuk larutan DTT dan Betadine,
kassa, meja gynokolog, AKDR/ IUD dalam kemasan, Memasukan tabung inserter yang
sudah berisi AKDR/ IUD dalam kanalis servikalis sampai ada tahanan, Mengeluarkan
tabung inserter, potong benang saat tampak keluar dari lubang tabung 3-4cm, cuci tangan,
pangkal, sampai mendekati ujung proksimal, tali AKDR dapat dipotong dahulu, sesuai
intodusor untuk mendorong sehingga lippes loop terpasang, setelah terpasang maka
intodusor dan pendorongnya ditarik bersama, dan tali AKDR dapat dipotong sependek
12
AKDR Cupper T atau Seven Cuper telah tersedia dalam keadaan steril,dan baru
dibuka menjelang pemasangan dengan cara yaitu : Bungkus Cuper T dibuka, AKDRnya
dimasukkan kedalam intodusor melalui ujungnya sampaia batas tertentu dengan memakai
sarung tangan steril, introdusor dengan AKDR terpasang dimasukkan kedalam rahim
sampai menyentuh fundus uteri dan ditarik sedikit, pendorong selanjutnya mendorong
AKDR jenis ini siap dipasang langsung dengan cara: pembungkus AKDR
telah siap dipasang langsung dengan mendorong sampai mencapai fundus uteri, tanpa
berhenti, setelah mencapai fundus uteri intodusor ditarik, tali AKDR dipotong sependek
13
C. Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Akseptor KB Menggunakan
kesehatan, media massa, kelompok masyarakat, keluarga dan pengalaman orang lain,
(2009). Dalam penelitian ini penulis hanya membahas variabel yang diteliti yaitu:
1. Pendidikan
sikap dan tata laku seseorang/ kelompok orang dalam usaha mendewasakan
14
pendidikan yang dicapai, penerimaan akan lebih mudah. Dengan pendidikan
maka seorang akan dapat berfikir secara rasional dan terbuka terhadap ide-ide
jelas pada masyarakat pedesaan yang justru merupakan sebagian besar dari
disamping itu dipengaruhi juga oleh hambatan kultural dalam masyarakat yang
formal. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin baik pula tingkat
itu, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima
15
mudah orang tersebut menerima informasi, sehingga seseorang lebih mudah
dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan
tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang
a. Jenjang pendidikan dasar antara lain SD, MIN, SMP, atau sederajat.
2. Pengetahuan
panjang) juga menurun. Para suami juga perlu diberi informasi karena faktor
panjang (Proverawati,dkk,2010).
16
dari segi ketersediaan alat kontrsepsi, ketersediaan tenaga yang terlatih dan
dukungan dari keluarga khususnya suami dalam pemakaian alat kontrsepsi IUD,
Hasil penelitian dari penelitian sulistio (2010) diketahui salah satu faktor
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan
menunjukan bahwa pengetahuan ini penting tetapi tidak cukup untuk merubah
suatu tindakan karena ada factor lain yang mempengaruhinya seperti persepsi,
17
sehingga mempengaruhi perilaku dan perubahannya. Pengetahuan didapat dengan
(Kartjadi, 2005).
pengalaman masa lalu, namun tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah
1. Pengetahuan Empiris./Posteriori.
observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris juga
melukiskan menggambarkan segala ciri,sifat dan gejala yang ada pada objek
18
2. Pengetahuan Rasionalisme.
(Irmayanti, 2007).
a. Tahu (Know)
sebelumnya.
b. Memahami (Comprehention)
secara benar.
c. Aplikasi (Aplication)
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi Real ( nyata / sebenarnya)
d. Analisis (Analysis)
e. Sintesis (Syntesis)
19
f. Evaluasi (Evaluation)
angket/kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
berikut :
1) > 76-100%, jika pertanyaan yang benar dijawab oleh responden adalah
kategori baik.
Cukup.
3) < 60%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah
kategori kurang.
3. Dukungan Suami.
yang paling efektif. Pada saat ini telah timbul upaya untuk melibatkan laki-laki
secara aktif dalam program kesehatan reproduksi, diantaranya pelayanan KB. Pada
20
Bentuk partisipasi laki-laki dalam KB bisa dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung. Partisipasi secara langsung sebagai akseptor KB. Dan partisipasi pria
(Suryono,2008).
1.Motivator.
hanyasebagai peserta. Mereka juga harus menjadi motivator wanita dalam ber KB,
ikut merencanakan usia kehamilan, jumlah anak dan jarak kehamilan. Strategi utama
menggunakan alat KB, yang akan dipakai, aktif dalam mendukung pelaksanaan KB
dimasyarakat, dan ikut sebagai peserta KB. Upaya peningkatan partisipasi pria dalam
benar memperhatikan kesamaan hak dan kewajiban reproduksi suami istri untuk
untuk memotivasi orang lain, maka seyogyanya dia sendiri harus sudah menjadi
21
Disamping itu para suami harus berani ikut mendorong pengembangan
seperti itu diharapkan tingkat kematian ibu karena mengandung dan melahirkan
dapat segera diturunkan dan indonesia bisa mendekati negara-negara lain yang telah
Semoga bangsa kita juga sanggup menjadikan proses reproduksi sebagai suatu
disebabkan oleh pengetahuan suami mengenai KB yang relatif rendah. Disamping itu
terkesan selama ini program KB itu hanya urusan perempuan, sehingga laki-laki
Menurut Suryono (2008), apabila disepakati istri yang akan ber KB, peranan
kontrol.
22
e. Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini
pantang berkala.
memungkinkan.
2.Pengambilan Keputusan.
Pria atau suami memiliki peran lebih dominan dalam mengambil keputusan
kesehatan reproduksi bagi pria diindonesia masih sangat kurang. Terutama mereka
cocok/singodimedjo, 2009).
Merencanakan jumlah anak dalam keluarga perlu dibicarakan antar suami dan
pendidikan dan kehidupan yang layak. Dalam kaitan ini suami perlu mengetahui apa
yang dimaksud dengan 4 terlalu yaitu: terlalu muda untuk hamil/melahirkan, terlalu
tua untuk melahirkan, terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak antara kehamilan
2008).
jumlah anak, kapan istri hamil, dimana istri akan melahirkan, ditolong oleh siapa dan
23
sebagainya, merupakan peran suami dalam menjaga kesehatan reproduksi dan
(Sulistio, 2010).
Peran suami dalam keluarga sangat dominan dan memegang kekuasaan dalam
karena suami dipandang sebagai pelindung, pencari nafkah dalam rumah tangga dan
menjadi akseptor KB karena mereka belum mengetahui dengan jelas cara kerja
berbagai alat kontrasepsi yang ditawarkan dan suami akan kawatir tentang kesehatan
terhadap penggunaan kontrasepsi yang digunakan oleh istrinya. Dalam hal ini
Dukungan keluarga salah satu faktor penguat (reinforcing factor) yang dapat
KB Merupakan bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung jawab keluarga. Dalam
hal ini adalah suami dalam mendukung dan memberikan kebebasan pada istri untuk
24
D. Kerangka Konsep
adalah hubungan antara konsep, konsep yang diamati atau diukur melalui penelitian
IUD Di wilayah Puskesmas Simpang Tiga Kecamatan Kabupaten Pidie Tahun 2013.
variabel, pendidikan, pengetahuan, dan dukungan keluarga dapat dilihat pada bagan
dibawah ini:
Pendidikan
Dukungan Suami
E. Hipotesa
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Populasi
akseptor KB bulan Januari s/d Juni 2013 yang berjumlah 494 orang.
2. Sampel
26
Teknik yang dipakai dalam pengambilan sampel adalah Purposive
2010 ) yaitu :
( ) ( )
( ) ( )
( )
Keterangan :
n : besar sampel
N : besar populasi
27
Untuk data jumlah Akseptor KB diwilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga
Tabel 3.1
NO WILAYAH KERJA PUSKESMAS POPULASI (N) SAMPEL (n)
1. Puskesmas Simpang Tiga 61 10
2. Desa Pante 61 10
3. Desa Cot Jaja 51 9
4. Desa Paloh Tox Due 45 7
5. Desa Bungie 45 7
7 Desa Gigieng 40 7
8 Desa Seuke 33 5
9 Desa Paleu 37 6
10 Desa Sukon 25 4
12 Desa Cebrek 20 4
Total 494 83
1. Tempat
2. Waktu
28
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
kuesioner untuk memudahkan responden jika ada hal-hal yang tidak mengerti,
2. Data Sekunder
Data yang penulis peroleh dari Dinas Kesehatan, Klinik bidan swasta dan
dari Puskesmas setempat, data Puskesmas Simpang Tiga serta referensi yang
29
E. Definisi Operasional
Variabel Independen
Pendidikan Jenjang Tinggi: Tinggi Ordina
pendidikan Diploma/S1 kuesioner Menengah l
terakhir yang Menengah: Dasar
pernah SMA/sederaj
diselesaikan at
orang tua di Dasar:Tidak
buktikan tamat SD,SD
dengan SMP.
ijazah terakhir.
2. Pengetahuan Segala hal Mengedarka kuesioner - Tinggi Ordina
pemahaman n kuesioner - Cukup l
yang diketahui / dengan 20 - Rendah
dimengerti oleh pertanyaan
ibu tentang Tinggi : >
kontrasepsi 76-
IUD. 100%
Sedang : 60-
76%
Rendah : <
60
%
3. Dukungan Segala bentuk Mengedarka kuesioner Mendukung Ordina
Suami dukungan yang n Tidak l
diberikan suami kuesioner 10 Mendukung
dalam pertanyaan
penggunaan dengan
kontrasepsi kriteria :
30
pada akseptor Mendukun
KB. g x
Tidak
mendukung
:
x<6
Tabel 3.2 Definisi Operasional
F.Instrumen Penelitian
positif bila menjawab ya diberi nilai 1, apabila menjawab tidak diberi nilai 0.
a. Editing
b. Coding
31
Lembaran kuesioner diberi kode berdasarkan jawaban yang diberikan
pengumpulan data.
c. Transferring
d. Tabulating,
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
pada nilai rata-rata ( x ) setiap variabel tersebut. Adapun rumus mean, yaitu:
x =
x
N
Keterangan:
N = Jumlah sampel.
memakai rumus:
32
F
P= x 100 %
N
Keterangan:
P = Persentase
F = Jumlah jawaban benar
N = Jumlah soal (Machfoedz, MS, 2009)
b. Analisa Bivariat
ketentuan :
2) Ha ditolak dan Ho diterima : Jika P value > 0,05 artinya tidak ada
33
Aturan yang berlaku untuk uji Chi-Square untuk program
1. Bila pada tabel kontigency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari
2. Bila pada tabel kontigency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang
3. Bila pada tabel kontigency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan
4. Bila pada tabel kontigency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan
(e) kurang dari 5, maka akan dilakukan merger sehingga menjadi tabel
34
BAB I V
pemerintah yang berada dalam kawasan Aceh Pidie yang terletak di Kecamatan
Simpang Tiga. Puskesmas Simpang Tiga menepati areal seluas ± 400 m, yang
terdiri dari gedung puskesmas 1 unit dan rumah para medis 5 unit dan memilki
orang Doktor umum, 33 orang Bidan, 11 Perawat, 1 Perawat Gigi, 3 Tenaga Gizi,
Simpang Tiga Terdiri Dari Poli Umum, Kartu, Apotik, Laboratorium, Ruang
KIA, Ruang KB, Ruang Imunisasi, Ruang Tata Usaha, Ruang Bersalin, Ruang
Rawat Inap, Ruang Gigi, Poli umum, Ruang Kepala dan Ruang Tenaga
Kesehatan Lingkungan
35
B. Hasil Penelitian
1.Analisa Univariat
keluarga.
36
b. Pendidikan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Akseptor KB di Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Tiga Tahun 2013
1. Tinggi 20 24,1
2. Menengah 49 59,0
3. Dasar. 14 16,9
Jumlah 83 100
c. Pengetahuan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Akseptor KB di Wilayah
Kerja Puskesmas Simpang Tiga Tahun 2013
37
d. Dukungan Suami
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dukungan suami Akseptor KB di
WilayahKerja Puskesmas Simpang Tiga Tahun 2013
1. Mendukung 61 73,5
2. Tidak Mendukung 22 26,5
Jumlah 83 100
2. Analisa bivariat
38
Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa 14 (100%) ibu yang
berada pada jenjang pendidikan dasar tidak menggunakan IUD sebagai alat
sebagai alat kontrasepsi. Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada = 0.05
sebagai alat kontrasepsi. Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada = 0.05
39
c. Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Penggunaan IUD
Tabel 4.7 Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Penggunaan Kontrasepsi
IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Tahun 2013
tidak menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi tidak ada dukungan dari
suami. Dan sebanyak 11 (18%) ibu yang ada dukungan dari suami memilih
IUD sebaga alat kontrasepsi . Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada =
40
C. Pembahasan
dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan
tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang
itu, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima
Hasil analisa data bivariat menunjukkan bahwa 100% ibu yang berada
sebagai alat kontrasepsi. Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada = 0.05
41
didapatkan nilai P Value 0.000, sehingga memperlihatkan ada hubungan yang
42
dengan responden yang perpendidikan rendah. Sedangkan responden yang
pendidikan akan semakin rasional dalam pengambilan keputusan hal ini juga
yang sesuai, tepat dan efektif bagi ibu untuk mengatur jarak kehamilannya
dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
2007).
dari pengalaman masa lalu, namun tingkat pendidikan turut pula menentukan
43
mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami informasi yang diterima
sebagai alat kontrasepsi. Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada = 0.05
dibandingkan KB lain.
yaitu karena adanya rumor dan mitos dan pengetahuan tentang metode
(Maryatun, 2009).
44
Menurut asumsi peneliti pengetahuan akseptor KB sangat erat kaitannya
kontrasepsi tersebut dan dengan pengetahuan yang baik akan alat kontrasepsi
membuat individu yang lainnya merasa lebih tenang dan aman. Dukungan
keluarga dapat mendatangkan rasa senang, rasa aman, rasa puas, rasa nyaman
45
emosional yang akan mempengaruhi kesejahteraan jiwa manusia. Dukungan
dukungan dari suami. Dan sebanyak 18% ibu yang mendapatkan dukungan
dari suami memilih IUD sebagai alat kontrasepsi . Hasil uji statistik dengan
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Duong dkk di
dukungan dari suami. Penelitian yang dilakukan Mistik dkk di negara Turki
menggunakan IUD dan 32% tidak setuju jika istrinya menggunakan alat
nafkah dalam rumah tangga dan pembuat keputusan. Beberapa pria mungkin
46
mengetahui dengan jelas cara kerja berbagai alat kontrasepsi yang ditawarkan
kontrasepsi yang digunakan oleh istrinya. Dalam hal ini pendapat susami
Prawirohardjo (2011), ikatan suami isteri yang kuat sangat membantu ketika
kontrasepsi sangat diperlukan karena tanpa adanya dukungan dari suami rasa
47
BAB V
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik secara chi square mengenai
B. Saran
dengan metode dan variabel yang lebih kompleks tentang kontrasepsi Intra
48
3. Diharapkan institusi pendidikan agar dapat menjadikan karya tulis ilmiah ini
perpustakaan.
49