Anda di halaman 1dari 22

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya


orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit
serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.
(Kemenkes, 2004)
Rumah sakit selalu menyediakan peralatan-peralatan kesehatan untuk
memenuhi kebutuhan pasien-pasiennya. Dalam hal ini tidak semua peralatan habis
terpakai dan digunakan, banyak sampah dan limbah-limbah yang tidak lagi
digunakan. Salah satu jenis sampah rumah sakit adalah botol infus. Botol infus
merupakan botol yang berisi cairan makanan, obat, dan sebagainya yang dialirkan
ke tubuh pasien melalui selang dan jarum.
Dilihat dari bahan penyusun utamanya, botol infus terbuat dari dua jenis
bahan, yaitu botol infus yang terbuat dari bahan kaca dan botol infus yang terbuat
dari bahan plastik. Daur ulang botol infus kaca biasanya digunakan sebagai tempat
penyimpanan bahan makanan, seperti penyimpanan gula, garam dan sejenisnya,
sedangkan botol infus plastik belum banyak dimanfaatkan. Berdasarkan alasan
tersebut maka peneliti memilih botol infus yang terbuat dari bahan plastik sebagai
bahan campuran beton. Jenis plastik yang digunakan sebagai bahan utama botol
infus plastik adalah LDPE (low-density polyethylene). LDPE adalah plastik yang
mudah dibentuk ketika panas, yang terbuat dari minyak bumi, dan rumus
molekulnya adalah (-CH2- CH2-)n. Senyawa ini adalah resin yang keras, kuat dan
tidak bereaksi terhadap zat kimia lainnya, kemungkinan merupakan plastik yang
paling tinggi mutunya. (Krisnadwi, 2013)
Tebu merupakan salah satu tanaman pengumpul silikon (Si) yaitu tanaman
yang serapan Si-nya melebihi serapannya terhadap air. Selama pertumbuhan (1
tahun), tebu menyerap Si sekitar 500-700 kg per ha lebih tinggi dibanding unsur-
unsur lainnya. Sebagai pembanding, dalam kurun waktu yang sama tebu menyerap
antara 100-300 kg K, 40-80 kg P, dan 50-500 kg N per ha (Yukamgo dan Yuwono,
2007). Dari hasil pengujian oleh Balai Riset dan Standarisasi Industri Manado di
peroleh kandungan silikat abu daun tebu sebesar 68,5% sehingga memiliki sifat
pozzolan (Rompas, 2013). Menurut standar ASTM C 125-07 (2007), pozzolan ialah
bahan yang mempunyai silika atau silika alumina yang memiliki sedikit atau tidak
ada sifat semen tetapi apabila dalam bentuk butiran yang halus dan dengan
kehadiran kelembaban, bahan ini dapat bereaksi secara kimia dengan kalsium
hidroksida pada suhu biasa untuk membentuk senyawa bersifat semen.
Dalam kehidupan sehari-hari, daun tebu sangat jarang dimanfaatkan oleh
masyarakat. Daun tebu lebih banyak terbuang sia-sia dan masih belum ada yang
2

memanfaatkan secara bijak. Padahal di dalam daun tebu terdapat banyak kandungan
yang bermanfaat baik dalam bidang kesehatan, bidang pangan, dan bidang struktur.
Kandungan daun tebu yang berperan penting dalam bidang struktur kandungan
silika.
Selain mudah didapatkan, daun tebu dan sampah botol infus plastik juga
memiliki kandungan yang mendukung kekuatan beton. Dalam struktur beton,
kandungan silika dan sifat serat yang kuat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
daya ikat antar material adukan beton. Oleh karena itu, penulis menggunakan bahan
daun tebu yang kaya akan silika, serta serat potongan botol infus plastik sebagai
bahan campuran beton untuk meningkatkan daya ikat antar material beton.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan serat
potongan botol infus terhadap kuat tekan beton.

1.3 Kegunaan Program

Adapun kegunaan dari Program Kreativitas Mahasiswa ini adalah :


1. Untuk mengetahui bahwa penambahan serat potongan botol infus
mempengaruhi kuat tekan beton.
2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat khususnya Insinyur
tentang manfaat samping dari limbah botol infus yang dapat dibuat sebagai bahan
campuran beton untuk menambah kuat tekan beton.

1.4 Luaran yang Diharapkan

Program penelitian ini dapat menjadi suatu inovasi baru dalam


mengembangkan atau memanfaatkan botol infus sebagai bahan campuran beton
untuk menambah kuat tekan dan menambah gaya ikat antar material beton.
3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan


karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit).
Karena sifatnya yang melayani masyarakat umum, tentunya rumah sakit selalu
menghasilkan limbah atau biasa disebut limbah layanan kesehatan. Limbah layanan
kesehatan adalah mencakup semua hasil buangan yang berasal dari instalasi
kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium. Limbah rumah sakit adalah limbah
yang mencakup semua buangan yang berasal dari kegiatan rumah sakit dalam
bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung
mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan sebagian
bersifat radio aktif (Depkes, 2006). Berdasarkan Kepmenkes Republik Indonesia
No. 1204/Menkes/SK/X/2004 limbah rumah sakit terbagi 3 macam yaitu : 1)
Limbah cair artinya semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia
beracun dan radio aktif yang berbahaya bagi kesehatan, 2) Limbah gas adalah
semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah
sakit seperti insenerator, dapur perlengkapan generator dan anastesi, 3) Limbah
padat adalah semua limbah rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan
limbah padat non medis.

2.2 Limbah Medis

Limbah medis padat adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan
diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Limbah medis padat terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan
limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Pewadahan limbah padat non
medis dipisahkan dari limbah medis padat dan ditampung dalam kantong plastik
warna hitam khusus untuk limbah medis non padat (Kepmenkes RI No. 1204,
2004).
Salah satu contoh limbah medis padat adalah botol infus plastik. Botol infus
plastik didapat dari sisa pemakaian infus yang sudah habis atau tidak terpakai lagi
oleh pasien. Botol infus plastik diklasifikasikan ke dalam jenis plastik LDPE (Low
Density polyethylene). LDPE (Low Density Polyethylene) merupakan salah satu
4

jenis plastik yang memiliki massa jenis rendah, kuat, agak tembus cahaya, fleksibel
dan permukaannya agak berlemak. Pada suhu dibawah suhu 600C sangat resisten
terhadap senyawa kimia dan daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, namun
kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen. Titik lelehnya berkisar antara
105-1150C. LDPE biasanya digunakan untuk film, mangkuk, botol, dan
wadah/kemasan. Plastik LDPE dapat didaur ulang, namun sulit dihancurkan
(Julianti dan Nurminah, 2006). Plastik ini mempunyai kekuatan terhadap
kerusakan dan ketahan putus yang tinggi. Nilai kuat tarik LDPE yaitu 9,86 Mpa dan
kemuluran 100% (Boedeker plastic, 2013).

2.3 Daun Tebu

Abu ampas daun tebu memiliki kandungan unsur silika (SiO2) yang cukup
tinggi apabila dilakukan pembakaran dengan suhu secara terkontrol. Dari penelitian
yang dilakukan dengan menggunakan abu ampas daun tebu dari Pabrik Gula Mojo
– Sragen – Jawa Tengah, pada temperatur pembakaran 700° C selama 60 menit,
kandungan silika ( SiO2) abu ampas tebu tercatat sebesar 86,20 %. Penelitian ini
mengkaji pengaruh abu ampas daun tebu sebagai bahan substitusi semen pada
campuran beton dan pengaruhnya terhadap rembesan air (kekedapan)
beton. Prosentase jumlah abu ampas daun tebu sebagai bahan substitusi sebesar
10%, 15 %, 20 %, 25 %, 30 % dan 35 % dari berat semen. Dari hasil penelitian,
substitusi abu ampas tebu sebesar 15 % dari berat semen,. Pengujian benda uji pada
umur beton 28 dan 56 hari besarnya serapan air (absorbsi) untuk beton kontrol
sebesar 4,61% dan 4,38 %, sedangkan untuk beton dengan substitusi abu ampas
daun tebu sebesar 15 % sebesar 2,73 % dan 2,60 % untuk lama perendaman 24 jam.
Sedangkan dari pengujian penetrasi air ke dalam beton, untuk beton dengan
substitusi abu ampas daun tebu 15 %, rembesan air pada tekanan air sebesar 3 bar
selama 24 jam, 7 bar selama 24 jam, 1 bar selama 48 jam mengalami penurunan
masing – masing sebesar 10 %, 12,50 %, dan 7,14 % dari beton kontrolnya.(Sri
Haryono, 2009)

2.4 Beton

Dewasa ini beton sering kita jumpai sebagai elemen konstruksi bangunan
yang sangat penting dan sangat luas penggunaannya. Pemakaian beton sudah
populer, pada perkembangannya beton dicampuri dengan beberapa bahan tambahan
baik berupa bahan kimia maupun non kimia. Polimer sebagai bahan tambahan
dalam pembuatan beton merupakan suatu zat kimia yang terdiri dari molekul-
molekul yang besar dengan karbon dan hidrogen sebagai molekul utamanya
(Mujiarto, 2005). Bahan polimer dapat diperoleh dari limbah plastik yang didaur
ulang, Penggunaan bahan tersebut sekaligus bertujuan memanfaatkan limbah
plastik, di samping mencari alternatif pengganti semen. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya oleh Suraatmadja (2000) tentang pembuatan
5

beton polimer, telah diketahui kelebihan dan kekurangan beton polimer. Dan dalam
penelitian yang dilakukan Henry Miller (2009) tentang penggunaan limbah plastik
sebagai pengganti bahan baku beton, dapat diketahui bahwa limbah plastik dapat
digunakan sebagai bahan alternatif campuran beton tanpa efek yang merugikan,
maka dalam penelitian ini dilakukan pembuatan beton dengan penambahan bahan
limbah botol infus plastik dan abu daun tebu.
6

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen atau


eksperimental. Penelitian ini melalui pendekatan analitik kuantitatif deskriptif.
Yaitu hasil penelitian berupa data numerik dengan analisis data secara deskriptif.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh penambahan serat
potongan botol infus plastik dan abu daun tebu terhadap kuat tekan beton.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian untuk pengujian penambahan serat potongan botol infus


plastik dan abu daun tebu terhadap kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium
Struktur Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.
Sedangkan alokasi waktu penelitian yaitu berkisar antara bulan Januari-Mei
2017. Penelitian ini akan dilaksanakan beberapa tahap yaitu dengan menyiapkan
bahan bahan adukan beton, yaitu semen portland, agregat kasar, agregat halus
(pasir) dan air, serta bahan tambahan yang akan ditambahkan sebagai bahan uji
yaitu limbah botol infus plastik dan abu daun tebu.

3.3 Populasi dan Sampel

Penelitian ini menggunakan populasi botol infus plastik dan tebu. Botol infus
plastik yang digunakan adalah botol infus yang diambil yaitu dari Puskesmas
Pesawaran. Botol infus yang dipakai adalah botol infus yang telah habis dan telah
tidak terpakai lagi di Puskesmas tersebut. Sedangkan tebu yang digunakan adalah
tebu yang diambil dari Bunga Mayang, Kabupaten Lampung Utara. Bagian tebu
yang dipakai adalah bagian daunnya yang telah ditebang dan sudah tidak terpakai
lagi.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini ada 2 yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebas (Independent variable) dalam penelitian ini adalah abu daun tebu dan limbah
botol infus plastik. Sedangkan variabel terikat (Dependent variable) yaitu semen
portland, air, kerikil dan pasir.

3.5 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan ini adalah rancangan eksperimen. Rancangan


eksperimen pada penelitian ini termasuk rancangan acak lengkap.
7

3.6 Prosedur Penelitian

a. Alat dan Bahan


1. Alat
a) Timbangan dengan kapasitas 50 kg
b) Ember plastik
c) Kontainer
d) Sekop
e) 12 buah cetakan silinder ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm
f) Alat uji slump
g) Vibrator
h) Tongkat baja pemadat (tamper)
i) Mesin molen yang digerakkan dengan listrik
j) Alat pemotong
2. Bahan
a) Air bersih
b) Semen
c) Agregat halus (pasir)
d) Agregat kasar (kerikil)
e) Abu daun tebu
f) Potongan botol infus plastik
g) Compression Testing Machine

Berikut ini cara kerja :

a. Tahap persiapan bahan


1. Abu daun tebu
Persiapan bahan dilakukan dengan cara membuat galian tanah, yang dilapisi
seng pada bagian dasarnya. Kemudian memasukkan daun tebu sebanyak 50 kg
ke dalam lubang. Setelah itu membakar tabu tebu tersebut hingga menjadi abu.
Dan langkah selanjutnya memasukkan abu daun tebu ke dalam kontainer.
2. Potongan botol infus plastik
Dalam mempersiapkan bahan dilakukan dengan cara mengumpulkan botol infus
plastik sebanyak 24 buah. Setelah itu memotong botol infus menggunakan alat
pemotong berukuran memanjang seperti serat. Kemudian memasukkan semua
potongan serat botol infus ke dalam kontainer.

b. Tahap percobaan
Percobaan dilakukan dimulai dari melakukan perencanaan adukan
beton/perhitungan mix design. Hasil perencanaan tersebut merupakan
perencanaan untuk 1 m3 beton. Setelah itu menghitung total volume yang akan
dibuat (volume 12 buah silinder). Lalu menimbang air, semen, pasir, kerikil, abu
8

daun tebu dan potongan botol infus plastik sesuai dengan proporsi campuran
hasil mix design untuk kondisi volume yang ditentukan. Sampel pertama, tanpa
ada bahan tambahan serat potongan botol infus plastik maupun abu daun tebu,
sampel kedua ditambah serat potongan botol infus plastik 10% dari massa total,
sampel ketiga ditambah abu daun tebu 10% dari massa total, dan sampel keempat
ditambah serat potongan botol infus plastik dan abu daun tebu masing-masing
5%. Kemudian memasukkan semua bahan saru per satu ke dalam mesin molen.
Selanjutnya mengeluarkan adukan ke dalam wadah yang telah disediakan.
Sebelum memasukkan adukan ke dalam cetakan, mengambil sebagian adukan
untuk pelaksanaan uji slump. Setelah itu barulah memasukkan adukan ke dalam
cetakan. Untuk memastikan bahwa tidak ada rongga di dalam cetakan, maka
melakukan pemadatan mengguka vibrator sampai dirasa sudah tidak ada lagi
rongga di dalam cetakan. Langkah selanjutnya adalah membiarkan beton agar
mengeras selama 24 jam. Jika beton sudah keras maka beton dikeluarkan dari
cetakan. Kemudian merendam beton ke dalam bak berisi air sebagai langkah
perawatan beton (curing). Setelah waktu curing tercapai, kemudian mengangkat
beton dan membiarkannya mengering hingga siap untuk dilakukan pengujian
beton.

c. Tahap Pengujian Kuat Tekan Beton


Sebelum melakukan pengujian kuat tekan pada beton, siapkan terlebih dahulu
sampel yang akan diuji. Setelah itu menimbang sampel satu per satu
menggunakan timbangan. Lalu meletakkan beton pada mesin uji tekan
(compression testing machine) secara sentris. Kemudian menjalankan mesin uji
dengan kecepatan penambahan beban yang konstan. Ketika mesin uji dijalankan,
melakukan pembacaan pada kondisi beban hancur (dalam satuan ton atau kN).
Setelah itu melakukan langkah yang sama pada beton yang lainnya.

3.7 Teknik Analisis Data

Data yang dihasilkan dari pengujian kuat tekan beton dianalisis menggunakan
SNI 2847-2013. Hasil analisis data dari kuat tekan beton yang telah dilakukan akan
dibandingkan dengan kuat tekan beton tanpa tambahan abu daun debu dan potongan
botol infus plastik.
10

Bagan Alir Penelitian

Mulai A

Siapkan alat
Merendam benda uji ke dalam air
dan bahan.
selama 24 jam.

Uji spesifikasi bahan utama adukan


beton. Uji sampel umur 7 hari, dan 28 hari.

Perhitungan mix design.


Mencatat hasil pengujian kuat tekan.

Memotong botol infus plastik menjadi


serat dan membakar daun tebu menjadi Hitung hasil pengujian (dikonversikan
abu. ke umur 28 hari)

Mencampurkan semua bahan sesuai


perhitungan dengan kombinasi Mendapatkan
(I) kesimpulan
(I) + 10% (II)
(I) + 10% (III)
(I) + 5% (II) + 5%(III)

Ket:
(I) : Bahan utama campuran beton Selesai
(II) : (Botol infus plastik)
(III) : (Abu daun tebu).

Mencetak adukan.

Mendiamkan selama 24 jam.

Membuka cetakan.

A
10

BAB 4

HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

4.1 Hasil

Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


Tabel 4.1 Hasil uji kuat tekan beton umur 7 hari.
Kuat
Berat Beban Beban Luas tekan
No Kode Tanggal cor beton maks. maks. penampang Umur 7
(kg) (kN) (N) mm2 hari
(MPa)
1 I PKM 9 Juli 2018 12,66 205,3 205300 17671,45 11,62
2 II PKM 9 Juli 2018 12,17 220,8 220800 17671,45 12,49
3 III PKM 9 Juli 2018 12,39 215,1 215100 17671,45 12,17
4 IV PKM 9 Juli 2018 12,47 205,1 205100 17671,45 11,61

13
12
11
10
Kuat tekan (MPa)

9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
I PKM II PKM III PKM IV PKM
Nama Beton
Grafik 4.1 Hasil uji kuat tekan beton umur 7 hari.
Keterangan :
I PKM : beton normal
II PKM : beton normal + substitusi 10% serat infus plastik
III PKM : beton normal + substitusi 10% abu ampas tebu
IV PKM : beton normal + substitusi 5% serat infus plastic + 5% abu ampas
tebu.
11

Dari hasil yang didapatkan, beton dengan kode II PKM memiliki kuat tekan
tertinggi, yaitu 12,49 MPa. Sedangkan beton dengan berat paling ringan adalah
beton dengan kode II PKM, dengan berat 12,17 kg.

4.2 Potensi Khusus

Potensi hasil dari penelitian ini adalah :

1. Program penelitian ini dapat menjadi suatu inovasi baru dalam


mengembangkan atau memanfaatkan botol infus dan abu ampas tebu sebagai
bahan campuran beton untuk menambah kuat tekan namun ekonomis dan tetap
ramah lingkungan.
2. Program penelitian ini dapat menerbitkan jurnal dari hasil penelitian.
3. Program penelitian ini memliki potensi untuk didaftarkan sebagai hak paten.
12

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan uji kuat tekan pada beton, maka dapat disimpulkan bahwa dengan
menambahkan serat botol infus plastik dan abu ampas tebu ke dalam campuran
adukan beton dapat meningkatkan kuat tekan dari beton tersebut. Didapatkan
sampel dengan campuran serat botol infus plastik maupun abu ampas tebum
memiliki kuat tekan yang lebih tinggi daripada beton normal.

5.2 Saran

a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai persentase optimum


penambahan serat botol infus plastik maupun abu ampas tebu terhadap kuat
tekan beton.
b. Dalam skala besar, perlu alat yang lebih besar dalam mengelola botol infus
plastik menjadi serat agar tidak memakan waktu yang banyak.
c. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengolahan abu ampas tebu
yang baik agar menghasilkan kandungan silika maksimum.
13

DAFTAR PUSTAKA

Anual Book of ASTM Standart. 2007. ASTM C 125-07 Standart Terminology


Relating to Concrete and Concrete Agregat. West Conshohocken: ASTM
Internasional.
Haryono, Sri. 2009. Pengaruh Abu Ampas Tebu sebagai Bahan Substitusi Semen
Terhadap Sifat Kadar Air Beton. Surakarta: Universitas Tunas Pembangunan
Surakarta.
Julianti, Elisa dan Nurminah, Mimi. 2006. Teknologi Pengemasan. Sumatra Utara
: FP UNSU
Miller, H. 2009. Plastic Waste as a Substitute of Concrete Raw Materials. Greece:
University of Thessaloniki.
Mujiarto, Imam. 2005. Sifat Karakteristik Material Plastik dan Bahan Aditif.
Semarang : AMNI
Naibaho, Rizki Angelina. 2015. Pemanfaatan Abu Ampas Tebu Untuk Mengurangi
Pemakaian Semen Pada Pembuatan Batako. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2004. Kepmenkes Republik Indonesia No.
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Limbah Rumah Sakit. Jakarta: Sekretariat
Negara.
Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI. Nomor :
1204/Menkes/SK/X/2004. Jakarta: Sekretaria Negara.
Rismayasari, Yessi. 2012. Pembuatan Beton dengan Campuran Limbah Plastik dan
Karakterisasinya. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Rompas, G. P., 2013. Pengaruh Pemanfaatan Abu Ampas Tebu Sebagai Substitusi
Parsial Semen Dalam Campuran Beton Ditinjau Terhadap Kuat Tarik Lentur
Dan Modulus Elastisitas. Sulawesi Utara: Universitas Samratulangi.
Sina, Dantje A. T. 2012. Pengaruh Penambahan Cacahan Limbah Plastik Jenis
High Density Polyethylene (Hdpe) pada Kuat Lentur Beton. Medan:
Universitas Cendana.
Soebandono, Bagus. 2013. Perilaku Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton Campuran
Limbah Plastik HDPE. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
SNI 2847-2013. 2013. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional (BSN).
Suraatmadja. 2000. Beton Polimer yang Ramah Lingkungan Dalam Bidang
Kontruksi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
14

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumen Pendukung


Alat yang digunakan

Timbangan Ember Kontainer

Sekop Cetakan silinder Alat uji slump

Vibrator Tongkat pemadat Molen

Gunting Alat uji tekan


Menyiapkan alat yang dibutuhkan.
15

Bahan yang digunakan

Air Semen Holcim Pasir Pringsewu

Split Potongan botol infus Ampas tebu


Menyiapkan bahan yang dibutuhkan.

Langkah Penelitian

Proses uji spesifikasi bahan material.


16

Proses pengadukan beton, trial dan uji slump.

Mempersiapkan cetakan silinder dan menimbang bahan sesuai perhitungan


17

Mencetak beton
18

Lampiran 2. Penggunaan Dana


19

Lampiran 3. Perhitungan Mix Design


Kuat tekan rencana 25 MPa
Slump rencana 10 cm.
Ukuran agregat kasar maksimum 20 mm.
Semen yang digunakan type I, deviasi standar diambil sebesar 6,5 Mpa,
faktor air semen maksimum 0,65
kebutuhan semen minimum 275 kg/m3.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium pada kondisi SSD, diperoleh :

Sifat agregat kasar (batu pecah):


Specific gravity (BJ) = 2,68
Berat volume gembur = 1338 kg/m3

Sifat agregat halus :


Specific gravity (BJ) = 2,47
Berat volume gembur = 1594,6 kg/m3
Hasil pengujian analisis saringan agregat halus:
Tabel Analisis Saringan Agregat Halus
Ukuran Berat Tertahan Tertahan (%) Kum Tertahan Lolos (%)
Saringan (gr) (%)
(mm)
5 68 3,97 3,97 96,03
2,36 228 13,33 17,3 82,7
1,18 599 35,01 52,31 47,69
0,6 548 32,03 84,34 15,66
0,3 170 9,94 94,28 5,72
0,15 82 4,79 99,01 0,99
Pan 16 0,94 100 0
600 351,21

Modulus kehalusan pasir = 351,21/100 = 3,51


Langkah perhitungan :
20

1. Kuat tekan rencana = 25 + 1,64. 6,5 = 35,66 MPa = 356,6 kg/cm2


Kuat tekan rencana benda uji silinder = 356,6 x 0,83 = 296 kg/cm2
2. Slump rencana = 100 mm
3. Ukuran agregat maksimum = 20 mm
4. Berat air = 202 kg/m3
Slump Berat air (kg/m3) beton untuk ukuran agregat berbeda
(cm) 10 mm 12,5mm 20 mm 25 mm 38 mm 50 mm 75 mm 150 mm

2,5-5 208 199 187 179 163 154 142 125


7,5-10 228 217 202 193 179 169 157 138
15-17 243 228 214 202 187 178 169 -
Persentase udara yang ada dalam unit beton
3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,3 0,2

5. Berdasarkan kuat tekan rencana maka faktor air semen = 0,576


Kuat Tekan Beton Rencana Umur 28 hari*
(kg/cm2) Faktor Air Semen
411 0,44
331 0,53
263 0,62
193 0,73
153 0,80

6. Berat semen = 202/0,576 = 351 kg/m3


7. Persentase volume agregat kasar = 55 %
Ukuran Persentase volume agregat kasar dibandingkan dengan satuan
maksimum volume beton untuk modulus kehalusan agregat halus tertentu
agregat kasar
(mm) 2,4 2,6 2,8 3,0

10,0 50 48 46 44
12,5 59 57 55 53
21

20,0 66 64 62 60
25,0 71 69 67 65
37,5 75 73 71 69
50,0 78 76 74 72
75,0 82 80 78 76
150,0 87 85 83 81

Berat agregat kasar = 0,55. 1338 = 735,9 kg/m3


8. Penentuan volume unsur beton kecuali pasir :

351
Volume semen = = 0,1114 m3
3,15 x 1000
202
Volume air = = 0,2020 m3
1000
735,9
Volume agregat kasar = = 0,2745 m3
2,68 x 1000

Volume udara = 0,0200 m3


___________
= 0,6079 m3

9. Volume pasir = 1- 0,6079 = 0,3920 m3


Berat pasir = 0,3920 x 2,47.1000 = 968,24 kg/m3

Maka berat beton per m3:


Semen = 351 kg
Air = 202 kg
Pasir = 968,24 kg
Agregat kasar = 735,9 kg

Volume kebutuhan material tiap kondisi


a. Kondisi 1
22

Semen = 351 kg
Air = 202 kg
Pasir = 968,24 kg = 0,3920 m3
Split = 735,9 kg = 0,2745 m3
b. Kondisi II
Semen = 0,1114 – (10% 0,1114) = 0,1002 m3 = 100,2 lt
= 100,2 x 3,15 x 1000 = 315,63 kg
Air = 202 kg
Pasir = 968,24 kg = 0,3920 m3
Split = 735,9 kg = 0,2745 m3
Botol infus plastik = 10% x 0,1114 = 0,0114 m3 = 11,4 lt
c. Kondisi III
Semen = 0,1114 – (10% 0,1114) = 0,1002 m3 = 100,2 lt
= 100,2 x 3,15 x 1000 = 315,63 kg
Air = 202 kg
Pasir = 968,24 kg = 0,3920 m3
Split = 735,9 kg = 0,2745 m3
Abu ampas tebu = 10% x 0,1114 = 0,0114 m3 = 11,4 lt
d. Kondisi IV
Semen = 0,1114 – (10% 0,1114) = 0,1002 m3 = 100,2 lt
= 100,2 x 3,15 x 1000 = 315,63 kg
Air = 202 kg
Pasir = 968,24 kg = 0,3920 m3
Split = 735,9 kg = 0,2745 m3
Botol infus plastik = 5% x 0,1114 = 0,0057 m3 = 5,7 lt
Abu ampas tebu = 5% x 0,1114 = 0,0057 m3 = 5,7 lt

Anda mungkin juga menyukai