Materi Kuliah Teori Belajar Dan Pembelajaran PDF
Materi Kuliah Teori Belajar Dan Pembelajaran PDF
Teori Belajar
dan Pembelajaran
Oleh:
Mashudi Alamsyah, M.Pd.
2. Ciri-ciri Belajar
Ciri-ciri belajar sebagai berikut:
a) Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku
bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun
nilai dan sikap (afektif).
b) Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau
dapat disimpan.
c) Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha.
Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
d) Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan
fisik/kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-
obatan.
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari
belajar adalah “perubahan perilaku”. Dalam hal ini, Moh. Surya (1997)
mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu:
1) Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional)
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja
dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya,
individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi
perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau
keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia
mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang
belajar tentang “teori belajar dan pembelajaran”. Dia menyadari bahwa
dia sedang berusaha mempelajari tentang psikologi pendidikan. Begitu
juga, setelah belajar psikologi pendidikan dia menyadari bahwa dalam
dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan
psikologi pendidikan.
2) Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu)
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada
dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang
telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi
pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya.
Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar “teori belajar dan
pembelajaran” tentang “hakikat belajar”. Ketika dia mengikuti
perkuliahan “strategi belajar mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan
keterampilannya tentang “hakikat belajar” akan dilanjutkan dan dapat
dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “strategi belajar mengajar”.
3. Unsur-unsur Belajar
Cronbach (1954) dalam Nana syaodih sukmadinata (2007)
mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar, yaitu:
a) Tujuan, karena ada sesuatu yang ingin dicapai
b) Kesiapan
c) Situasi
d) Interpretasi, yaitu melihat hubungan di antara komponen-komponen
situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan
menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan
e) Respons
f) Konsekuensi
g) Reaksi terhadap kegagalan.
4. Tujuan Belajar
Menurut hemat tujuan Belajar adalah sebagai berikut:
a) Pengumpulan pengetahuan
b) Penanaman konsep dan kecekatan
c) Pembentukan sikap dan perbuatan.
5. Jenis-jenis Belajar
a) Menurut Robert M. Gagne
Manusia memilki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam
belajar. Karena itu banyak tipe-tipe belajar yang dilakukan manusia.
Gagne mencatat ada delapan tipe belajar:
1) Belajar isyarat (signal learning). Menurut Gagne, ternyata tidak
semua reaksi sepontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak
menimbulkan respon. Dalam konteks inilah signal learning terjadi.
Contohnya yaitu seorang guru yang memberikan isyarat kepada
muridnya yang gaduh dengan bahasa tubuh tangan diangkat kemudian
diturunkan.
6. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip belajar ialah petunjuk atau cara yang perlu diikuti untuk
melakukan kegiatan belajar. Ada 8 prinsip belajar yang perlu di ketahui,
sebagai berikut:
a) Belajar perlu memiliki pengalaman dasar
b) Belajar harus bertujuan yang jelas dan terarah
c) Belajar memerlukan situasi yang problematis
d) Belajar harus memiliki tekat dan kemauan yang keras dan tidak mudah
putus asa
e) Belajar memerlukan bimbingan, arahan, serta dorongan
f) Belajar memerlukan latihan
g) Belajar memerlukan metode yang tepat
h) Belajar membutuhkan waktu dan tempat yang tepat.
7. Tipe-tipe Belajar
Ada 2 dimensi tipe-tipe belajar, yaitu:
1) Dimensi menerima (reception learning) dan menemukan (discovery
learning)
2) Dimensi menghafal (rote learning) dan belajar bermakna (meaning
learning)
2. Ciri-ciri Pembelajaran
Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut:
a) Merupakan upaya sadar dan disengaja
b) Pembelajaran harus membuat siswa belajar
c) Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan
d) Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasilnya
3. Prinsip-prinsip Pembelajaran
Beberapa prinsip pembelajaran dikemukakan oleh Atwi Suparman
dengan mengadaptasi pemikiran Fillbeck (1974), sebagai berikut:
a) Respons-respons baru (new responses) diulang sebagai akibat dari
respons yang terjadi sebelumnya
b) Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respons, tetapi juga di
bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda di lingkungan siswa
c) Perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau
berkurangnya frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang
menyenangkan
4. Fungsi-fungsi Pembelajaran
Fungsi-fungsi pembelajaran yaitu sebagai berikut:
a) Pembelajaran sebagai sistem
Pembelajaran sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang
terorganisir antara lain: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga,
pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut
pembelajaran (remedial dan pengayaan).
b) Pembelajaran sebagai proses
Pembelajaran sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau
kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belaja, meliputi:
Persiapan, merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan
penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) dan penyiapan
perangkat kelengkapannya antara lain alat peraga, dan alat evaluasi,
buku atau media cetak lainnya.
Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada
persiapan pembelajaran yang telah dibuatnya. Banyak dipengaruhi
oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran yang
telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan
komitmen guru, persepsi, dan sikapnya terhadap siswa.
Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca
pembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula
berupa pemberian layanan remedial teaching bagi siswa yang
berkesulitan belajar.
BAB II
TEORI BELAJAR DESKRIPTIF DAN PRESKRIPTIF
A. PENDAHULUAN
Teori belajar adalah deskriptif karena tujuan utamanya menjelaskan
proses belajar, sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif karena tujuan
utamanya menetapkan metode pembelajaran yang optimal. Adapun contoh
teori deskriptif yaitu: jika membuat rangkuman tentang isi buku teks yang
dibaca, maka retensi terhadap isi buku teks itu akan lebih baik. Adapun teori
pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori
pembelajaran deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil. Itulah
sebabnya, variabel yang diamati dalam teori-teori pembelajaran yang
preskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan. Adapun
contohnya yaitu: agar dapat mengingat isi buku teks yang dibaca secara lebih
baik, maka bacalah isi buku tersebut berulang-ulang dan buatlah
rangkumannya.
Ada beberapa pendapat teori belajar deskriptif dan preskriptif menurut:
1. Menurut Bruner
Teori pembelajaran adalah preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif.
Preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan
metode pembelajaran yang optimal, sedangkan deskriptif karena tujuan
utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar.
2. Menurut Reigeluth
Teori preskriptif adalah goal oriented (untuk mencapai tujuan),
sedangkan teori deskriptif adalah goal free (untuk memberikan hasil).
Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan
untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran deskriptif
dimaksudkan untk memberikan hasil.
BAB IV
TEORI BELAJAR KOGNITIF
A. PENDAHULUAN
Berbeda dengan teori behavioristik, teori kognitif lebih mementingkan
proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar
tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, melainkan
tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga
menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan
dengan seluruh konteks situasi tersebut. Teori ini berpandangan bahwa belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan
BAB V
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK
A. PENDAHULUAN
Konstruktivistik merupakan metode pembelajaran yang lebih
menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta
upaya dalam mengkonstruksi pengalaman atau dengan kata lain teori ini
memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri. Dalam proses belajarnya pun, memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa
sendiri, untuk berpikir tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih
kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif.
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek
untuk aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan
lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun
pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut
disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri.
Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan
lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri
terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.
BAB VI
TEORI BELAJAR HUMANISTIK
A. PENDAHULUAN
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan
untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori
belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian
filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi
belajar. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada
proses belajar itu sendiri serta lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep
B. TOKOH-TOKOH HUMANISTIK
Banyak tokoh penganut aliran humanistik, diantaranya:
1. Kolb
Pandangan Kolb tentang belajar dikenal dengan “belajar empat tahap”
yaitu:
a) Tahap pandangan konkret
Pada tahap ini seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa
atau suatu kejadian sebagaimana adanya namun belum memiliki
kesadaran tentang hakikat dari peristiwa tersebut.
b) Tahap pemgamatan aktif dan reflektif
Tahap ini seseorang semakin lama akan semakin mampu melakukan
observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya dan lebih
berkembang.
c) Tahap konseptualisasi
Pada tahap ini seseorang mulai berupaya untuk membuat abstraksi,
mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang
sesuatu yang menjadi objek perhatiannya dan cara berpikirnya
menggunakan induktif.
d) Tahap eksperimentasi aktif
Pada tahap ini seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep,
teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata dan cara berpikirnya
menggunakan deduktif.
3. Habermas
Menurut Habermas, belajar baru akan tejadi jika ada interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Ia membagi tipe belajar menjadi tiga, yaitu:
a) Belajar teknis (technical learning)
Yaitu belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan
alamnya secara benar.
b) Belajar praktis (practical learning)
Yaitu belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik.
c) Belajar emansipatoris (emancipatory learning)
Yaitu belajar yang menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu
pemahaman dan kesadaran tinggi akan terjadinya perubahan atau
transformasi budaya dengan lingkungan sosialnya.
BAB VII
TEORI BELAJAR SIBERNETIK
A. PENDAHULUAN
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru
dibandingkan dengan teori-teori yang sudah dibahas sebelumnya. Menurut
teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Proses belajar memang penting
dalam teori ini, namun yang lebih penting adalah sistem informasi yang
diproses yang akan dipelajari siswa. Asumsi lain adalah bahwa tidak ada satu
proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua
siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
BAB VIII
TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURAL
A. HAKIKAT BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURAL
Teori Sosiokultural ini hakekatnya menempatkan intermental atau
lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan
pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang. Pada teori ini dikatakan
bahwa fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi dalam diri seseorang akan
muncul dan berasal dari kehidupan sosialnya. Sementara itu fungsi intramental
dipandang sebagai keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan
dan internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.
Berikut merupakan pendapat yang menjadi dasar terbentuknya teori
belajar revolusi sosiokultural:
1. Piaget
Piaget berpendapat bahwa belajar ditentukan karena adanya karsa
individu artinya pengetahuan berasal dari individu. Siswa berinteraksi
dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya dibanding orang-orang
yang lebih dewasa. Keaktifan siswa menjadi penentu utama dan jaminan
kesuksesan belajar, sedangkan penataan kondisi hanya sekedar
memudahkan belajar.
2. Vygotsky
Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal
usul tindakan sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang
digunakan) yang dilatari sejarah hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi
mental bukan berasal dari individu itu sendiri melainkan berasal dari
kehidupan sosial atau kelompoknya. Kondisi sosial sebagai tempat
penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sosial
budaya.
3. Mediasi
Semua perbuatan atau proses psikologis yang khas manusiawi
dimediasikan dengan psychological tools atau alat-alat psikologis berupa
bahasa, tanda dan lambang, atau semiotika. Tanda-tanda atau lambang-
lambang tersebut yang berfungsi sebagai mediator.
Ada dua jenis mediasi, yaitu:
a) Mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang
bertujuan untuk melakukan self-regulation atau regulasi diri, meliputi
self-planning, self-monitoring, self-checking, dan self-evaluating.
b) Mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau
subjeck-domain proble. Mediasi kognitif bisa berkaitan dengan konsep
spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin
kebenarannya). Konsep-konsep ilmiah yang berhasil diinternalisasikan
anak akan berfungsi sebagai mediator dalam pemecahan masalah.
BAB IX
TEORI BELAJAR GESTALT
A. PENDAHULUAN
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang
mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data
dalam psikologi Gestalt disebut sebagai phenomena (gejala). Phenomena
adalah data yang paling dasar dalam teori Gestalt. Dalam hal ini psikologi
Gestalt sependapat dengan filsafat phenomonologi yang mengatakan bahwa
suatu pengalaman harus dilihat secara netral. Dalam suatu phenomena terdapat
dua unsur yaitu obyek dan arti. Obyek merupakan sesuatu yang dapat
BAB X
TEORI KECERDASAN MAJEMUK (GANDA)
A. SEJARAH KECERDASAN MAJEMUK (GANDA)
Semua berawal dari kegelisahan Howard Gardner, seorang Profesor
pendidikan yang mengabdikan dirinya di Universitas Harvard, Amerika
Serikat. Menurutnya, selama ini para pendidik telah melakukan kekeliruan
karena menganggap tes kecerdasan atau tes IQ adalah satu-satunya ukuran
yang paling dapat dijadikan patokan untuk mengukur kecerdasan seseorang.
Menurut Gadner, kecerdasan manusia juga harus dinilai berdasarkan:
Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi hidup.
Kemampuan menemukan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan atau
dicari solusinya.
Kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan memberikan penghargaan
dalam budaya seseorang.
Gardner bersama rekan-rekannya yang mengembangkan penelitian untuk
mengembangkan konsep MI tidak hanya menilai kecerdasan dengan cara
menguji kemahiran seseorang memahami dan menyelesaikan soal-soal logika-
matematika (sebagaimana yang dilakukan dalam tes IQ). Bersama tim, Gardner
mengembangkan cara-cara mengukur kemampuan individu untuk
memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu.
Dikembangkan dan diungkapkan pertama kali tahun 1983, Gardner
mendefinisikan kecerdasan manusia yang tak berbatas, yang diantaranya dapat
dikelompokkan menjadi delapan kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik
(bahasa), kecerdasan logika-matematika, kecerdasan visual-spasial,
kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal,
kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Belakangan Gardner
menambahkan satu kecerdasan tambahan, yaitu kecerdasan spiritual.
Meskipun menimbulkan pro dan kontra diantara para ahli terutama dalam
mengembangkan tes untuk mengukur MI, namun MI mengantarkan para orang
tua pada sebuah pemahaman baru yang sangat memberikan semangat dan
harapan. Karena pada akhirnya tidak ada anak yang bodoh akibat nilai tes
kecerdasan yang rendah. MI justru membantu orang tua mengenal kekuatan
dan kekurangan anak. Dengan mengenal hal dua hal tersebut lebih dini,
Gardner berharap orang tua mengambil peran penting dalam memberikan
stimulasi terutama dalam rangka menyeimbangkan kehidupan anak.