Anda di halaman 1dari 12

OPEN ACCESS

E-ISSN : 2549-6581
Artikel Hasil Penelitian
Diterima : 21 April 2017
Direview : 28 April 2017
Dimuat : April – Juli 2017

Hubungan Pola Menyusui dengan Fekuensi Kejadian Sakit pada Bayi


1 1
Rismaina Putri , Suci Aji Illahi
1
Midwifery Departement, Faculty of Medicine, Universitas Brawijaya, Malang, East Java, Indonesia

Email* : rismaina.putri@gmail.com / rismaina_putri@ub.ac.id


HP : 081393877654

ABSTRACT
Based on data coverage of exclusive breastfeedingin Malang on 2014,the coverage of exclusive
breastfeeding was 74.13%, while complete exclusive breastfeeding was 56.98%. This achievement
had exceeded the target of 72%. Meanwhile, according to data from the Health Service of Malang,
on 2014, therewas 871 pneumonia cases, 5405 cough not pneumonia cases, and 1540 diarrhea
cases in infants. Those three diseases were the most common cases that occurred to 0-12 months-
old infants in Malang. This study aimed to investigate the correlation between breastfeeding
patterns with frequency of illness in infants. This study was an observational study with cross
sectional design.Sampling method in this studyused purposive sampling method. Result of this
study showed that based on statistical test result, the value of likelihood ratio is 0,00 (p<0,05). It
means that the pattern of breastfeeding had a relation with the frequency of illness in infants.The
conclusion from this study is there is significant relationship between the pattern ofbreastfeeding
with the frequency of infantsillness in Pandanwangi,Blimbing district, Malang City.

Keywords: Breastfeeding Patterns, frequency of illness, exclusive breastfeeding, predominant


breastfeeding, partial breastfeeding

ABSTRAK
Berdasarkan data cakupan pemberian ASI eksklusif di Kota Malang tahun 2014, cakupan
pemberian ASI eksklusif adalah sebesar 74,13%, sedangkan pemberian ASI eksklusif paripurna
adalah sebesar 56,98%. Pencapaian ini sudah melebihi target yaitu sebesar 72%. Sedangkan
menurut data Dinas Kesehatan Kota Malang, pada tahun 2014 tercatat sebayak 871 kasus
kejadian pneumoni, 5405 kasus batuk bukan pneumoni, dan sebanyak 1540 kasus kejadian diare
pada bayi. Ketiga penyakit ini merupakan kasus terbanyak yang terjadi pada bayi usia 0-12 bulan di
Kota Malang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola menyusui dengan frekuensi
sakit pada bayi. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional.
Metode sampling dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari hasil uji statistic diketahui nilai uji signifikansi pada uji Likelihood ratio

1
2 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

adalah 0.00 (p <0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna
antara pola menyusui dengan frekuensi kejadian sakit di Kelurahan Pandanwangi Kecamatan
Blimbing Kota Malang.

Kata kunci:Pola Menyusui, Frekuensi sakit, ASI eksklusif, ASI predominan, ASI parsial.

*Korespondensi: Rismaina Putri Surel: rismaina.putri@gmail.com


3 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

PENDAHULUAN 2012 sebesar 214 per 1.000


ASI (Air Susu Ibu) penduduk. Berdasarkan hasil
merupakan cairan hasil sekresi dari RISKESDAS (Riset Kesehatan
payudara pada ibu yang hamil Dasar) tahun 2007, Diare
maupun setelah ibu melahirkan. ASI merupakan penyebab kematian
yang dikeluarkan segar dan bebas nomor empat (13,2%) pada semua
dari kontaminasi bakteri sehingga umur dalam kelompok penyakit
menurangi risiko gangguan pada menular, serta merupakan
sistem pencernaan bayi1. WHO penyebab kematian nomor satu
menganjurkan pemberian ASI pada bayi post neonatal (31,4%)
secara eksklusif selama 6 bulan dan pada anak balita (25,2%)2.
pertama kehidupan bayi yang Menurut catatan RISKESDAS pada
didasarkan pada bukti ilmiah tahun 2010 dalam Situasi dan
tentang manfaat ASI bagi sistem Analisis ASI Eksklusif yang
imunitas, pertumbuhan dan diterbitkan oleh Kementrian
perkembangan bayi. Pemberian ASI Kesehatan RI (2014), presentase
secara eksklusif dapat mengurangi pola menyusui pada bayi usia 0
tingkat kematian bayi yang bulan di Indonesia adalah 39,8%
disebabkan oleh berbagai penyakit menyusu secara eksklusif, 5,1%
infeksi. Penyakit infeksi yang paling menyusu secara predominan, dan
sering menyerang bayi adalah diare 55,1% menyusu secara parsial.
dan radang paru (pneumonia). ASI Presentase menyusu secara
juga dapat mempercepat proses eksklusif makin menurun dengan
pemulihan bayi yang sakit serta meningkatnya kelompok usia bayi4.
dapat digunakan sebagai metode Pada bayi usia 5 bulan persentase
kontrasepsi yaitu membantu bayi yang menyusu secara eksklusif
menjarangkan kehamilan2. hanya 15,3%, menyusu secara
Pada tahun 2006, UNICEF predominan 1,5% dan menyusu
menyebutkan bukti ilmiah yang secara parsial 83,2%.
dipublikasikan oleh jurnal Pediatrik Cakupan pemberian ASI
bahwa bayi yang diberi makanan eksklusif di Kota Malang yaitu
lain selain ASI yaitu berupa susu sebesar 74,13%, sedangkan
formula, memiliki resiko meninggal pemberian ASI eksklusif Paripurna
pada bulan pertama 25 kali lebih sebesar 56,98%. Pencapaian ini
tinggi dibandingkan bayi yang diberi sudah melebihi target yaitu sebesar
ASI ekslusif3. Bayi yang tidak diberi 72%. Meskipun target dari cakupan
ASI akan beresiko terkena sakit. ASI sudah terpenuhi, nyatanya
Dari hasil pencatatan dan pelaporan jumlah bayi yang menderita sakit
tahun 2012, cakupan penemuan masih tinggi. Menurut data Dinas
penderita pneumonia balita di Jawa Kesehatan Kota Malang, pada
Timur sebesar 27,08% dengan tahun 2014 tercatat sebayak 871
jumlah penderita yang dilaporkan kasus kejadian pneumoni pada bayi,
oleh kabupaten/kota adalah 84.392 5405 kasus batuk bukan pneumoni,
orang. Kota Malang memiliki jumlah dan sebanyak 1540 kasus kejadian
20,11%, sedangkan angka diare pada bayi. Ketiga penyakit ini
kesakitan diare semua umur tahun merupakan kasus terbanyak yang
2010 adalah 411 per 1.000 terjadi pada bayi usia 0 sampai 12
penduduk, sedangkan pada tahun bulan di Kota Malang.
4 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

Gambar 1 Pola Menyusui

METODE
Rancangan/ Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif analitik
observasional dengan pendekatan
cross sectional.
Sumber Data
Dalam penelitian ini, sumber
data digunakan berupa lembar
kesioner yang diberikan pada Sebagian besar responden dalam
sampel sesuai dengan kriteria penelitian ini menggunakan pola
inklusi dan eksklusi yang berada di menyusui secara predominan
Kelurahan Pandanwangi,
Kecamatan Blimbing, Kota Malang Frekuensi Kejadian Sakit
dan data sekunder berupa catatan Peneliti mengukur frekuensi
posyandu kejadian sakit bayi dimana sakit
Sasaran Penelitian yang terjadi adalah rentang usia 0
Populasi pada penelitian ini sampai 6 bulan, dan merupakan
yaitu ibu yang memiliki bayi berusia sakit yang mengganggu sistem
6-12 bulan di Kelurahan imun (bukan sakit karena kelainan
Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, kongenital, kelainan penyakit
Kota Malang. Besar sampel yang bawaan, jatuh atau kecelakaan).
diperlukan dalam penelitian ini Frekuensi kejadian sakit dibagi
adalah sejumlah 68,03 yang menjadi tiga kategori. Dikategorikan
dibulatkan menjadi 68 sampel. sering sakit dimana dalam usia 0-6
Tehnik Analisis Data bulan bayi pernah mengalami sakit
Teknik analisa data lebih dari tiga kali. Bayi kategorikan
menggunakan uji statistik Likelihod jarang sakit dimana dalam usia 0-6
dengan derajat kepercayaan 95% bulan bayi pernah mengalami sakit
dengan α=0,05. sebanyak satu sampai tiga kali, dan
dikategorikan tidak pernah
mengalami sakit dimana dalam usia
HASIL PENELITIAN DAN 0-6 bulan bayi tidak pernah
PEMBAHASAN mengalami sakit.
Pola Menyusui Gambar 2. Frekuensi Kejadian Sakit
Terdapat tiga pola dalam menyusui, Bayi Usia 0 – 6 bulan
yaitu secara eksklusif, secara
predominan dan secara parsial.
5 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

Jumlah kelompok terbanyak Sebagian besar responden


frekuensi sakit bayi merupakan dalam penelitian ini menggunakan
kelompok bayi dengan kategori pola menyusui secara predominan
frekuensi jarang sakit yaitu sebesar dimana ibu sering menambahkan
52.9% (36 bayi) dan kelompok pemberian ASI dengan susu
terendah yaitu kelompok bayi formula, madu, air putih dan air
dengan kategori frekuensi sering tajin.
sakit sebesar 22,1% (15 bayi). Pada penelitian ini, dari 35
orang ibu yang menyusui secara
Hubungan Pola Menyusui dengan predominan terdapat 21 orang ibu
Frekuensi Kejadian Sakit pada yang berusia 20 sampai 30 tahun.
Bayi Usia 6-12 bulan Hal ini dikarenakan usia produktif
Tabel 1. Hubungan Pola Menyusui ibu yaitu saat dimana ibu produktif
Dengan Frekuensi Kejadian Sakit Pada secara sistem reproduksi maupun
Bayi Usia 6-12 Bulan produktif dalam bekerja. Ibu yang
Frekuensi Sakit Total masuk dalam rentang usia tersebut
Pola
menyusui Tidak banyak yang membantu
Sering Jarang
Pernah
Count
perekonomian keluarga dengan
0 2 17 19 bekerja. Ibu akan menitipkan
Eksklusif % of
0% 2.9% 25.0% 27.9%
Total anaknya pada orang tuanya (nenek
Count
Pre
% of
8 27 0 35 bayi). Disamping usia muda dalam
dominan 11.8% 39.7% 0.0% 51.5% menikah yang mempengaruhi
Total
Count pendidikan dan pengetahuan ibu
7 7 0 14
Parsial % of
Total
10.3% 10.3% .0% 20.6% mengenai manajemen laktasi,
Count pemberian susu formula dirasa lebih
15 36 17 68
Total % of
22.1% 52.9% 25.0% 100.0% praktis dan nyaman dilakukan oleh
Total
penjaga bayi ketika ibu pergi
Pada bayi yang dikategorikan bekerja. Semakin bertambah atau
menyusu secara eksklusif terdapat semakin tinggi umur akan
17 bayi yang tidak pernah mempengaruhi seseorang dalam
mengalami sakit, dan 2 bayi yang bertindak5.
jarang mengalami sakit. Pada bayi Pengetahuan tidak terlepas
yang dikategorikan menyusu secara dari pendidikan. Usia responden
predominan terdapat nol bayi yang yang muda mempengaruhi
tidak pernah mengalami sakit, 27 pengetahuan responden. Pola
bayi yang jarang mengalami sakit menyusui secara predominan
dan 8 bayi yang sering mengalami mendominasi responden di
sakit. Pada bayi yang dikategorikan Kelurahan Pandanwangi, dari 35
menyusu secara parsial terdapat nol orang ibu yang menyusui secara
bayi yang tidak pernah mengalami predominan, pendidikan ibu
sakit, dan 7 bayi yang jarang terbanyak adalah tamat Sekolah
mengalami sakit dan 7 bayi yang Menengah Atas (SMA) sederajat
sering mengalami sakit. yaitu sebanyak 16 orang. Sebagian
besar responden mengetahui
bahwa memberikan makanan padat
PEMBAHASAN untuk bayi usia dibawah 6 bulan
Pola Menyusui pada Bayi Usia 0-6 merupakan tindakan yang tidak
bulan seharusnya dilakukan pada bayi
6 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

usia kurang dari 6 bulan namun ibu sehat (tidak prematur dan atau berat
tidak mengetahui bahwa badan lahir rendah) dilihat dari
memberikan air putih, air tajin dan kapasitan volume lambung bayi
madu merupakan tindakan yang baru lahir adalah sama. Hal ini
dapat menggagalkan pemberian ditunjang oleh teori Susanti (2011),
ASI eksklusif dan juga dapat yang menyatakan bahwa bayi baru
menyebabkan masalah kesehatan lahir memiliki ukuran lambung yang
pada bayi. Responden dengan pola kecil (10-20 ml) dimana ukuran
menyusui predominan memberikan tersebut sesuai dengan jumlah
madu pada bayi ketika bayi sedang asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh
sakit atau dalam keadaan sehat bayi. Ibu yang memberikan asupan
dengan tujuan agar bayi lebih sehat cairan tambahan pada bayi
dan jarang terserang penyakit. beranggapan bahwa bayi merasa
Padahal tindakan ini dapat lapar, selain itu ASI yang
menggagalkan program pemberian dikeluarkan dirasa kurang, padahal
ASI Eksklusif. bayi yang menangis tidak selalu
. mengartikan bahwa bayi sedang
Kategori pola menyusui lapar, namun bisa karena bayi
secara predominan paling banyak merasa tidak nyaman seperti popok
terdapat pada bayi laki-laki yaitu yang basah, udara yang panas,
sebesar 59,4% sedangkan pada kesakitan karena digigit serangga,
bayi perempuan sebanyak 44,4%. dan lain-lain. ASI akan diproduksi
Hal ini dikarenakan hampir semua dengan volume yang bertahap
ibu yang menyusui secata sesuai dengan kebutuhan dan
predominan beranggapan bahwa kapasitas lambung bayi. Air susu
ASI yang dikeluarkanya tidak dapat yang keluar tiap harinya memiliki
mencukupi kebutuhan bayinya. Bayi komposisi yang sesuai dan volume
laki-laki dianggap lebih kuat dan yang sesuai dengan kebutuhan
lebih aktif daripada bayi perempuan, bayi. Kendala ASI yang sedikit
sehingga bayi laki-laki keluar tidak boleh menjadi alasan
membutuhkan asupan nutrisi yang untuk memberikan susu formula
lebih besar dibanding bayi atau cairan lain.
perempuan. Ibu-ibu yang memiliki Untuk menghindari hal
bayi laki-laki juga merasa kurang tersebut terjadi, salah satu kiatnya
tasek (puas) atau merasa janggal adalah tindakan pro ASI yang
jika tidak memberikan makanan dilakukan oleh tenaga kesehatan
tambahan selain ASI. Bayi yang yaitu dengan dilakukannya IMD
sering menangis menyebabkan ibu (inisiasi menyusu dini) agar tujuan
maupun keluarga ibu merasa dari ASI eksklusif dapat terpenuhi.
khawatir akan kurangnya asupan IMD (inisiasi menyusu dini) yang
nutrisi pada bayi baru lahir sehingga tidak dilakukannya segera setelah
bayi diberikan susu formula bayi lahir akan menyebabkan ASI
diusianya yang masih muda. Hal ini tidak segera keluar. Menurut
juga didukung oleh keadaan dimana Prasetyo (2012), apabila IMD tidak
ASI ibu yang keluar hanya sedikit segera dilakukan, maka bayi tidak
maupun tidak keluar sama sekali. menghisap puting susu pada
Kebutuhan asupan nutrisi setengah jam setelah persalinan,
pada bayi laki-laki dan perempuan menyebabkan hormon prolaktin
7 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

akan mengalami penurunan dan air putih dan air tajin bahkan mulai
hormon prolaktin akan sulit untuk memberikan makanan lembek dan
dirangsang untuk meningkat semi padat sperti bubur, nasi liwet,
kembali. Hal ini berakibat ASI baru nasi tim, pisang kerok dan lainnya.
akan keluar pada hari ketiga atau Sistem pencernaan bayi yang belum
lebih. Hal ini akan memaksa sempurna dan belum siap diberikan
petugas kesehatan untuk memberi makanan pendamping ASI akan
makanan pendamping ASI karena memberikan dampak yang buruk.
bayi yang tidak mendapatkan cukup Makanan pendamping ASI juga
ASI akan rewel. tidak dapat dijamin kehigenisannya
Setelah bayi lahir, tindakan sehingga akan menyebabkan
yang tepat adalah segera respon imun pada bayi seperti
melakukan inisiasi menyusu dini infeksi lambung, diare, sembelit,
untuk merangsang keluarnya ASI alergi, batuk, pilek dan lainnya.
dan bounding attachment. Bayi yang diberikan ASI secara
Keberhasilan dari inisiasi menyusu eksklusif memiliki sistem imun yang
dini berhubungan dengan baik, karena ASI mengandung zat-
keberhasilan pemberian ASI zat kekebalan tubuh, antara lain
eksklusif. Sebuah penelitian pada immunoglobulin dan sel-sel darah
ibu yang memiliki bayi usia 6 putih yang membantu
sampai 12 bulan di Desa Bejijong, mempertahankan kekebalan tubuh
Kecamatan Trowulan Kabupaten bayi terhadap infeksi dan penyakit.
Mojokerto menunjukkan bahwa jika
IMD dilakukan, maka makin tinggi Frekuensi Kejadian Sakit Pada
pemberian ASI eksklusif6. Hal ini Bayi di Kelurahan Pandanwangi,
didukung oleh teori yang Kecamatan Blimbing, Kota
menyatakan bahwa IMD dapat Malang
mempercepat pengeluaran ASI dan Dari 68 bayi responden,
memperlama (waktu) pemberian kategori jarang sakit terbanyak
ASI sehingga sehingga dapat adalah responden yang memiliki
mencegah pemberian makanan bayi laki-laki. Pada bayi laki-laki
prelakteal lebih awal7. kategori tertinggi adalah jarang sakit
Pengetahuan ibu mengenai yaitu sebesar 62.5% dan terendah
ASI meliputi manfaat dan adalah kategori tidak pernah sakit
banyaknya kebutuhan bayi perlu yaitu sebesar 12,5%. Jumlah ini
dimiliki oleh calon ibu. Hal ini perlu berbeda dengan responden dengan
untuk menghindari pemberian bayi perempuan yang memiliki
makanan pendamping ASI sehingga kategori jarang sakit lebih rendah.
pemberian ASI eksklusif dapat Pada bayi perempuan 44,4% masuk
terwujud. Peran keluarga dan dalam kategori jarang sakit, dan
masyarakat juga penting dalam 19,4% sering sakit. Hal ini
terwujudnya pemberian ASI secara dikarenakan pemahaman ibu bahwa
eksklusif. Pada kenyataannya, bayi laki-laki membutuhkan nutrisi
banyak ibu muda yang terpengaruh lebih banyak dibanding bayi
oleh keluarga dan tetangganya perempuan yang menyebabkan
untuk memberikan makanan pemberian makanan tambahan lain
pendamping ASI seperti pada bayi laki-laki yang berdampak
menambahkan susu formula, madu, pada imunitas bayi.
8 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

Sakit yang sering dialami dilarutkan ke air putih. Melarutkan


oleh bayi adalah sakit demam, obat bayi dengan menggunakan air
batuk, pilek, diare, dan campak. putih dapat menggagalkan proses
Demam yang diakibatkan dari pemberian ASI secara eksklusif.
imunisasi (pasca imunisasi/KIPI) Banyak di antara ibu yang sering
tidak dimasukkan dalam hitungan gagal memberikan ASI eksklusif
frekuensi sakit didalam kuesioner. karena pelarutan obat puyer dengan
Banyak pemahaman ibu dan menggunakan air putih.
masyarakat yang salah mengenai
demam pada bayi. Demam yang Hubungan Antara Pola Menyusui
terjadi pada bayi sering diartikan Dengan Frekuensi Kejadian Sakit
bahwa bayi akan mengalami Pada Bayi
perkembangan yang bertambah Berdasarkan hasil uji statistik
(kemampuan bertambah seperti menggunakan Likelihood ratio
bayi akan bisa mengangkat kepala, menunjukkan nilai p adalah 0.000.
akan bisa tengkurap, akan keluar Hasil tersebut menunjukkan bahwa
gigi dan lain sebagainya). Pada terdapat hubungan yang signifikan
kenyataannya, demam merupakan antara pola menyusui dengan
respon radang dikarenakan tubuh frekuensi kejadian sakit pada bayi
bayi yang terinfeksi oleh virus, jamur usia 0 sampai 6 bulan. Dari
atau bakteri. Saat terjadi infeksi, Sembilan belas orang responden
demam merupakan respon yang yang termasuk dalam kategori
dibutuhkan untuk memfasilitasi menyusui secara eksklusif, dua
penyembuhan melalui peningkatan diantaranya masuk dalam kategori
kerja sistem imun dan menghambat jarang sakit dan tujuh belas orang
replikasi mikro-organisme. Oleh tidak pernah mengalami sakit. Dari
karena itu, secara ilmiah, demam tiga puluh lima orang responden
dapat disebut sebagai respon yang termasuk dalam kategori ASI
homeostatik dimana pada kondisi predominan, delapan diantaranya
tersebut endotoksin dan sitokinin masuk dalam kategori sering sakit
proinflamasi berinteraksi dengan dan dua puluh tujuh orang jarang
reseptor tertentu di sel endothelial sakit, sedangkan dari empat belas
vaskular dan/atau subendotelial orang responden yang termasuk
mikroglia dan terjadilah aktivasi dalam kategori ASI parsial, terdapat
cycloocxygenase (Cox) untuk jumlah yang seimbang antara
memproduksi PGE28. kategori sering sakit dan kategori
Ibu yang menganggap demam bayi jarang sakit yang masing-masing
merupakan hal yang wajar kategori terdapat tujuh orang.
menyebabkan kurangnya Penelitian mengenai
kewaspadaan ibu terhadap kiat-kiat hubungan antara pola menyusui
pencegahan demam. Jika demam (ASI eksklusif, ASI predominan, dan
melebihi 2 hari, ibu akan membawa ASI parsial) dengan kejadian
bayinya untuk berobat. Pemberian sakit/infeksi pada bayi telah
obat dengan drops sering diberikan dilakukan oleh Mihrshahi et al
oleh dokter, namun tak jarang (2008) di Chittagong, Bangladesh
dokter juga memberikan obat dalam yang menggunakan studi kohort.
bentuk puyer atau tablet yang Hasil dari penelitian tersebut
dihancurkan ibu sendiri dan menunjukkan bahwa terdapat
9 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

perbedaan yang signifikan antara tersebut adalah Imunoglobulin,


frekuensi kejadian sakit infeksi laktoferin dan lisozim
pernafasan atas dan diare pada (muramidase). Imunoglobulin pada
bayi yang diberikan ASI secara ASI adalah SIgA (secretory
eksklusif dan ASI secara parsial9. immunoglobulin A) yang bekerja
Bayi dengan ASI eksklusif memiliki sebagai antisepticintestinal paint
frekuensi kejadian sakit yang lebih yang melindungi permukaan usus
rendah dibanding ASI secara bayi terhadap invasi
parsial. Namun tidak terdapat mikroorganisme patogen (termasuk
perbedaan frekuensi kejadian sakit E.coli) dan protein asing.
yang signifikan pada pemberian ASI Imunoglobulin tidak terdapat pada
eksklusif dengan menyusu kandungan susu formula, madu, air
predominan. tajin bahkan air putih. Bayi yang
Terdapat sedikit perbedaan diberi makanan tambahan ASI
antara hasil penelitian sebelumnya berupa cairan tidak akan
dengan hasil penelitan yang peneliti mendapatkan imunoglobulin dari
lakukan. Dimana pada penelitian ini, intake makanannya. Makanan cair
hasil yang di dapatkan adalah tambahan ASI atau bahkan
adanya perbedaan yang signifikan makanan cair pengganti ASI
antara frekuensi sakit responden tersebut justru malah akan memberi
dengan ketiga pola yang diteliti. dampak negatif karena makanan
Bayi dengan pola menyusu eksklusif cair tambahan tersebut tidak dijamin
lebih sehat dan tidak pernah sakit, bebas dari kuman dan bakteri.
bayi dengan pola menyusu Pola menyusui secara
predominan lebih jarang sakit dan predominan salah satunya adalah
bayi dengan pola menyusu parsial pemberin susu formula pada bayi.
lebih sering mengalami sakit. Hasil pada pemberian dari hasil
ini didukung oleh penelitian serupa penelitian, pola predominan
yang telah dilakukan oleh Diyah berhubungan dengan frekuensi
Arini (2012) di wilayah puskesmas jarang sakit (sakit terjadi sebanyak
Balongpanggang Gresik. Hasil satu sampai tiga kali dalam enam
penelitian tersebut menunjukkan bulan pertama kehidupan bayi).
bahwa terdapat perbedaan Penyajian makanan cair tambahan
frekuensi sakit antara ketiga pola pada bayi seperti pemberian susu
menyusui. Pola menyusui secara formula dalam botol, akan
parsial lebih sering mengalami sakit meningkatkan risiko sakit bayi
dibanding pola menyusui secara karena rentannya kehigenisan dari
predominan, dan pola menyusui botol tersebut. Botol yang tidak
secara predominan lebih sering segera dicuci bahkan sampai
mengalami sakit dibanding pola berbau merupakan tempat bakteri
menyusui secara eksklusif10. berkembang, pencucian botol yang
Hal ini ditunjang oleh teori tidak mengunakan sabun yang
menurut Susanti (2011), bahwa bayi bersih juga dapat menyebabkan
yang mendapat ASI eksklusif tumbuhnya kuman, serta
mendapatkan beberapa kandungan penyimpanan botol yang tidak
yang dapat memperkuat pertahanan sesuai juga menyebabkan
sistem imun untuk mencegah tumbuhnya kuman pada botol dan
penyakit infeksi7. Kandungan putting dot. Air putih juga perlu
10 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

diperhatikan sumbernya, bayi Kandungaan lain dari ASI


dibawah usia enam bulan tidak adalah laktoferin yang memiliki efek
diperkenankan diberikan air putih bakteriostatik. Laktoferin merupakan
karena dapat menggagalkan tujuan komponen zat kekebalan dan
dari ASI eksklusif. Air yang unsaturated iron-binding compound
dikonsumsi bayi juga dapat yang akan berkompetisi dengan
menyebabkan sakit pada bayi, hal mikroorganisme dalam usus
ini dikarenakan sumber air putih terhadap Fe. Diperkirakan laktoferin
yang digunakan. Banyak bekerja dengan SIgA terutama
masyarakat desa yang terhadap bakteri E.coli patogen.
menggunakan air sumur maupun air Dan Lisozim (muramidase) adalah
yang dibeli untuk minum dan enzim yang melindungi bayi dari
memasak sehari-hari. bakteri E.coli dan Salmonella,
Dalam Diyah Arini (2012), jumlahnya 300 kali lebih banyak dari
bayi memiliki ginjal yang belum pada susu sapi. Bayi yang tidak
matang atau belum berkembang diberi ASI maka bayi tidak akan
secara sempurna. Ginjal bayi belum menerima imunoglobulin (SIgA)
mempu mengekskresikan air sehingga bayi akan kurang
dengan cepat sehingga terlindungi dari paparan
menyebabkan timbunan air dalam mikroorganisme patogen yang
tubuh yang dapat membahayakan berada di lingkungan sekitarnya.
bayi. Pemberian air putih yang Bayi memiliki fungsi pankreas yang
berlebihan dapat melarutkan masih belum sempurna, oleh karena
natrium (sodium) dalam darah dan itu ASI dapat membantu proses
akan dikeluarkan oleh tubuh, hal ini pencernaan bayi dimana didalam
dapat mempengaruhi aktivitas otak. ASI terdapat kandungan enzim yang
Kebutuhan bayi akan air berfungsi sebagai pengangkut
sebenarnya sudah terpenuhi pada logam-logam Fe, Mg, Zn dan Se
pemberian ASI. Selain itu air putih serta berfungsi sebagai anti infeksi.
dengan mudah membuat perut bayi Selain itu laktosa dalam ASI akan
menjadi penuh sehingga bayi tidak fermentasi dan dirubah menjadi
mau diberikan ASI. Dampak lainnya asam laktat, dimana ini akan
adalah bayi akan mengalami memberikan suasana asam didalam
intoksikasi atau keracunan air usus bayi, sehingga akan
dengan gejala awal adalah menhambat pertumbuhan bakteri
iritabilitas (bayi rewel), dan didalam usus bayi11.
mengantuk. Gejala lainnya adalah Bayi baru lahir juga memiliki
menurunnya suhu tubuh, edema sistem imun IgE yang belum
(bengkak) di sekitar wajah dan sempurna. Pemberian makanan
kejang. Selain itu apabila air yang tambahan lain akan merangsang
dikonsumsi tercemar maka anak aktivasi sistem ini sehingga akan
mudah sekali mengalami infeksi menyebabkan munculnya alergi.
pernapasan dan pencernaan. ASI Makanan tambahan lain merupakan
mengandung 88,1% air sehingga protein asing sehingga
tidak perlu untuk menambahkan pemberiannya harus ditunda sampai
cairan tambahan pada bayi usia 0 usia bayi siap untuk menerimanya.
sampai 6 bulan10. Menurut Soetjiningsih (1997), ASI
mengandung berbagai-macam
11 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

enzim. Banyak dari enzim-enzim menyusui secara parsial tidak


tersebut akan melewati lambung. memiliki responden dengan kategori
Enzim mempunyai struktur tersier tidak pernah sakit. Bayi yang diberi
yang hidrofobik dan ASImerupakan ASI secara parsial memiliki peluang
buffer yang bagus yang dapat 2,326 kali terjadi infeksi dibanding
meningkatkan pH menjadi 5,5 bayi yang mendapatkan ASI
sampai 6,012. predominan11.
Pemberian makanan Bayi dengan pola menyusu
tambahan dini pada bayi usia di parsial lebih rentan terhadap
bawah 6 bulan dapat memengaruhi terjadinya infeksi dibanding bayi
status gizi seorang bayi. 59,4% bayi dengan pola menyusu eksklusif dan
menderita sakit selama 2 minggu parsial. Hal ini dikarenakan bahwa
terakhir setelah pemberian sebelum usia 6 bulan, enzim-enzim
makanan tambahan. Penyakit yang yang diperlukan untuk mencerna
sering menyerang bayi seperti makanan dan organ-organ
demam (31,7%) dan batuk flu pencernaan bayi belum sempurna
(11,9%). Hal ini menunjukkan sehingga bayi usia kurang dari 6
bahwa bayi lebih rentan terkena bulan belum siap menerima
infeksi setelah pemberian makanan makanan selain ASI. Meskipun
tambahan dini13. ditunjang oleh faktor lainnya, bayi
Indonesia memiliki tradisi yang diberi makanan padat sebelum
yang kurang baik, dimana bayi usia 6 bulan akan mengalami
diberikan lumatan pisang maupun gangguan pertumbuhan berat bayi.
makanan lunak lainnya ketika bayi hal ini dikarenakan kebutuhan
pertama lahir, sehingga angka asupan nutrisi bayi yang tidak
kematian pada bayi sangat besar. terpenuhi dengan baik juga karena
Akibat dari pemberian makanan bayi yang sering mengalami sakit
lunak pada bayi sebelum usia 3 hari (diare, batuk, pilek dan lainnya yang
pertama kehidupan bayi terdapat merupakan efek dari pemberian ASI
8,49% neonatal meninggal karena parsial) yang menyebabkan
gejala penyumbatan saluran terganggunya pertumbuhan berat
pencernaan dan 23,07% meninggal badan bayi.
karena diare.selain itu, pemberian Bayi yang dengan pola
makanan lunak pada bayi juga menyusu secara parsial mengalami
dapat meningkatkan resiko bayi malnutrisi yang dapat
tersedak dan menyebabkan mempengaruhi imunitas bayi dan
gangguan dalam bernafas sehingga berdampak meningkatnya frekuensi
meningkatkan morbiditas dan sakit pada bayi. Interaksi antara
14
mortalitas bayi . malnutrisi dan infeksi secara
Pada penelitian ini, dari 14 sinergis sudah diketahui sejak lama.
responden dengan pola menyusui Malnutrisi baik ringan maupun berat
secara parsial, terdapat 7 akan berdampak negative bagi
responden dengan kategori jarang imunitas tubuh terhadap infeksi, dan
sakit dan 7 responden dengan infeksi berat dapat memperburuk
kategori sering sakit. Jumlah ini keadaan gizi melalui gangguan
memiliki nilai yang sama karena makan dan meningkatnya
jumlah sampel yang terbatas. kehilangan zat-zat esensial tubuh12.
Namun dapat dilihat bahwa pola
12 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18

[8] Pujiarto, P. S. 2008. Bayiku


SIMPULAN Anakku; Panduan Praktis
Kesehatan Anak. Jakarta: Intisari
Dari hasil penelitian dapat
[9] Mihrshahi, S., Wendy H. O.,
ditarik kesimpulan terdapat hubungan Jennifer K. P., and Iqbal K. 2008.
yang signifikan antara pola menyusui Association Between Infant
dengan frekuensi sakit pada bayi usia Feeding Patterns And Diarrhoeal
nol sampai enam bulan And Respiratory Illness: A Cohort
Study in Chittagong, Bangladesh.
International Breastfeeding
KONFLIK KEPENTINGAN Journal. 28(3):1-10
Tidak ada konflik kepentingan [10] Arini, Lia A. 2012. Hubungan
dalam penelitian ini. Pemberian ASI Eksklusif Dengan
Tingkat Kejadian Dermatitis Atopi
Pada Balita Di RSUD dr. Soedjati
Purwodadi. Skripsi. Surakarta:
Referensi Fakultas Kedokteran Umum
Universitas Muhammadiyah
[1] Depkes RI. 2015. Pusat Data Dan
Surakarta
Informasi Kementrian Kesehatan
[11] Utami, dkk. 2014. “Faktor Yang
RI Mari dukung menyusui dan
Berhubungan Dengan Pemberian
Bekerja. Jakarta: Badan Penelitian
Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja
dan Pengembangan Kesehatan
Puskesmas Birobuli”. Bagian
[2] Cunningham, F. G. 2006. Obstetri
Biostatistik/KKB. Makassar:
Williams. Jakarta: EGC
Fakultas Kesehatan Masyarakat
[3] Nurheti Y. 2010. Keajaiban ASI-
Universitas Hasanuddin
Makanan Terbaik untuk
[12] Soetjiningsih, 1997. ASI Petunjuk
Kesehatan, Kecerdasan, dan
Untuk Tenaga Kesehatan. EGC,
Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta:
Jakarta; 1997
C.V Andi
[13] Oktrina, Fenny, dkk. 2013.
[4] Kementerian Kesehatan. 2008.
Hubungan Pemberian Makanan
Laporan Hasil Riset Kesehatan
Tambahan Dini terhadap Status
Dasar, RISKESDAS Indonesia
Gizi Bayi Usia 4-6 Bulan di Daerah
Tahun 2007. Depkes: Jakarta
Pantai Kota Padang Tahun 2013.
[5] Roesli, U. 2005. Mengenal ASI
Jurnal Kesehatan Andalas 2015;
Eksklusif. Jakarta: Trubus
4(3)
Agriwidya
[14] Hananto, 1989 dalam Setiawan,
[6] Juliastuti, R. 2011. Hubungan
Albertus. 2009. “Pemberian Mp-
Tingkat Pengetahuan, Status
ASI Dini dan Hubungan Kejadian
Pekerjaan dan Pelaksanaan
Infeksi Pada Bayi 0-6 Bulan Di
Inisiasi Menyusu Dini Dengan
Wilayah Kerja Puskesmas
Pemberian ASI Eksklusif. Tesis.
Cipayung, Kota Depok Tahun
Program Studi Magister
2009”. Skripsi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Keluarga Universitas
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Sebelas Maret.
Universitas Indonesia.
[7] Susanti, 2011. Hubungan Inisiasi
Menyusu Dini dengan Waktu
Keluarnya Air Susu Ibu Pertama
Kali Pada Ibu Post Partum. Skripsi.
Program Studi Ilmu Keperawatan,
Fakutas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai