E-ISSN : 2549-6581
Artikel Hasil Penelitian
Diterima : 21 April 2017
Direview : 28 April 2017
Dimuat : April – Juli 2017
ABSTRACT
Based on data coverage of exclusive breastfeedingin Malang on 2014,the coverage of exclusive
breastfeeding was 74.13%, while complete exclusive breastfeeding was 56.98%. This achievement
had exceeded the target of 72%. Meanwhile, according to data from the Health Service of Malang,
on 2014, therewas 871 pneumonia cases, 5405 cough not pneumonia cases, and 1540 diarrhea
cases in infants. Those three diseases were the most common cases that occurred to 0-12 months-
old infants in Malang. This study aimed to investigate the correlation between breastfeeding
patterns with frequency of illness in infants. This study was an observational study with cross
sectional design.Sampling method in this studyused purposive sampling method. Result of this
study showed that based on statistical test result, the value of likelihood ratio is 0,00 (p<0,05). It
means that the pattern of breastfeeding had a relation with the frequency of illness in infants.The
conclusion from this study is there is significant relationship between the pattern ofbreastfeeding
with the frequency of infantsillness in Pandanwangi,Blimbing district, Malang City.
ABSTRAK
Berdasarkan data cakupan pemberian ASI eksklusif di Kota Malang tahun 2014, cakupan
pemberian ASI eksklusif adalah sebesar 74,13%, sedangkan pemberian ASI eksklusif paripurna
adalah sebesar 56,98%. Pencapaian ini sudah melebihi target yaitu sebesar 72%. Sedangkan
menurut data Dinas Kesehatan Kota Malang, pada tahun 2014 tercatat sebayak 871 kasus
kejadian pneumoni, 5405 kasus batuk bukan pneumoni, dan sebanyak 1540 kasus kejadian diare
pada bayi. Ketiga penyakit ini merupakan kasus terbanyak yang terjadi pada bayi usia 0-12 bulan di
Kota Malang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola menyusui dengan frekuensi
sakit pada bayi. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional.
Metode sampling dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari hasil uji statistic diketahui nilai uji signifikansi pada uji Likelihood ratio
1
2 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18
adalah 0.00 (p <0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna
antara pola menyusui dengan frekuensi kejadian sakit di Kelurahan Pandanwangi Kecamatan
Blimbing Kota Malang.
Kata kunci:Pola Menyusui, Frekuensi sakit, ASI eksklusif, ASI predominan, ASI parsial.
METODE
Rancangan/ Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif analitik
observasional dengan pendekatan
cross sectional.
Sumber Data
Dalam penelitian ini, sumber
data digunakan berupa lembar
kesioner yang diberikan pada Sebagian besar responden dalam
sampel sesuai dengan kriteria penelitian ini menggunakan pola
inklusi dan eksklusi yang berada di menyusui secara predominan
Kelurahan Pandanwangi,
Kecamatan Blimbing, Kota Malang Frekuensi Kejadian Sakit
dan data sekunder berupa catatan Peneliti mengukur frekuensi
posyandu kejadian sakit bayi dimana sakit
Sasaran Penelitian yang terjadi adalah rentang usia 0
Populasi pada penelitian ini sampai 6 bulan, dan merupakan
yaitu ibu yang memiliki bayi berusia sakit yang mengganggu sistem
6-12 bulan di Kelurahan imun (bukan sakit karena kelainan
Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, kongenital, kelainan penyakit
Kota Malang. Besar sampel yang bawaan, jatuh atau kecelakaan).
diperlukan dalam penelitian ini Frekuensi kejadian sakit dibagi
adalah sejumlah 68,03 yang menjadi tiga kategori. Dikategorikan
dibulatkan menjadi 68 sampel. sering sakit dimana dalam usia 0-6
Tehnik Analisis Data bulan bayi pernah mengalami sakit
Teknik analisa data lebih dari tiga kali. Bayi kategorikan
menggunakan uji statistik Likelihod jarang sakit dimana dalam usia 0-6
dengan derajat kepercayaan 95% bulan bayi pernah mengalami sakit
dengan α=0,05. sebanyak satu sampai tiga kali, dan
dikategorikan tidak pernah
mengalami sakit dimana dalam usia
HASIL PENELITIAN DAN 0-6 bulan bayi tidak pernah
PEMBAHASAN mengalami sakit.
Pola Menyusui Gambar 2. Frekuensi Kejadian Sakit
Terdapat tiga pola dalam menyusui, Bayi Usia 0 – 6 bulan
yaitu secara eksklusif, secara
predominan dan secara parsial.
5 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18
usia kurang dari 6 bulan namun ibu sehat (tidak prematur dan atau berat
tidak mengetahui bahwa badan lahir rendah) dilihat dari
memberikan air putih, air tajin dan kapasitan volume lambung bayi
madu merupakan tindakan yang baru lahir adalah sama. Hal ini
dapat menggagalkan pemberian ditunjang oleh teori Susanti (2011),
ASI eksklusif dan juga dapat yang menyatakan bahwa bayi baru
menyebabkan masalah kesehatan lahir memiliki ukuran lambung yang
pada bayi. Responden dengan pola kecil (10-20 ml) dimana ukuran
menyusui predominan memberikan tersebut sesuai dengan jumlah
madu pada bayi ketika bayi sedang asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh
sakit atau dalam keadaan sehat bayi. Ibu yang memberikan asupan
dengan tujuan agar bayi lebih sehat cairan tambahan pada bayi
dan jarang terserang penyakit. beranggapan bahwa bayi merasa
Padahal tindakan ini dapat lapar, selain itu ASI yang
menggagalkan program pemberian dikeluarkan dirasa kurang, padahal
ASI Eksklusif. bayi yang menangis tidak selalu
. mengartikan bahwa bayi sedang
Kategori pola menyusui lapar, namun bisa karena bayi
secara predominan paling banyak merasa tidak nyaman seperti popok
terdapat pada bayi laki-laki yaitu yang basah, udara yang panas,
sebesar 59,4% sedangkan pada kesakitan karena digigit serangga,
bayi perempuan sebanyak 44,4%. dan lain-lain. ASI akan diproduksi
Hal ini dikarenakan hampir semua dengan volume yang bertahap
ibu yang menyusui secata sesuai dengan kebutuhan dan
predominan beranggapan bahwa kapasitas lambung bayi. Air susu
ASI yang dikeluarkanya tidak dapat yang keluar tiap harinya memiliki
mencukupi kebutuhan bayinya. Bayi komposisi yang sesuai dan volume
laki-laki dianggap lebih kuat dan yang sesuai dengan kebutuhan
lebih aktif daripada bayi perempuan, bayi. Kendala ASI yang sedikit
sehingga bayi laki-laki keluar tidak boleh menjadi alasan
membutuhkan asupan nutrisi yang untuk memberikan susu formula
lebih besar dibanding bayi atau cairan lain.
perempuan. Ibu-ibu yang memiliki Untuk menghindari hal
bayi laki-laki juga merasa kurang tersebut terjadi, salah satu kiatnya
tasek (puas) atau merasa janggal adalah tindakan pro ASI yang
jika tidak memberikan makanan dilakukan oleh tenaga kesehatan
tambahan selain ASI. Bayi yang yaitu dengan dilakukannya IMD
sering menangis menyebabkan ibu (inisiasi menyusu dini) agar tujuan
maupun keluarga ibu merasa dari ASI eksklusif dapat terpenuhi.
khawatir akan kurangnya asupan IMD (inisiasi menyusu dini) yang
nutrisi pada bayi baru lahir sehingga tidak dilakukannya segera setelah
bayi diberikan susu formula bayi lahir akan menyebabkan ASI
diusianya yang masih muda. Hal ini tidak segera keluar. Menurut
juga didukung oleh keadaan dimana Prasetyo (2012), apabila IMD tidak
ASI ibu yang keluar hanya sedikit segera dilakukan, maka bayi tidak
maupun tidak keluar sama sekali. menghisap puting susu pada
Kebutuhan asupan nutrisi setengah jam setelah persalinan,
pada bayi laki-laki dan perempuan menyebabkan hormon prolaktin
7 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18
akan mengalami penurunan dan air putih dan air tajin bahkan mulai
hormon prolaktin akan sulit untuk memberikan makanan lembek dan
dirangsang untuk meningkat semi padat sperti bubur, nasi liwet,
kembali. Hal ini berakibat ASI baru nasi tim, pisang kerok dan lainnya.
akan keluar pada hari ketiga atau Sistem pencernaan bayi yang belum
lebih. Hal ini akan memaksa sempurna dan belum siap diberikan
petugas kesehatan untuk memberi makanan pendamping ASI akan
makanan pendamping ASI karena memberikan dampak yang buruk.
bayi yang tidak mendapatkan cukup Makanan pendamping ASI juga
ASI akan rewel. tidak dapat dijamin kehigenisannya
Setelah bayi lahir, tindakan sehingga akan menyebabkan
yang tepat adalah segera respon imun pada bayi seperti
melakukan inisiasi menyusu dini infeksi lambung, diare, sembelit,
untuk merangsang keluarnya ASI alergi, batuk, pilek dan lainnya.
dan bounding attachment. Bayi yang diberikan ASI secara
Keberhasilan dari inisiasi menyusu eksklusif memiliki sistem imun yang
dini berhubungan dengan baik, karena ASI mengandung zat-
keberhasilan pemberian ASI zat kekebalan tubuh, antara lain
eksklusif. Sebuah penelitian pada immunoglobulin dan sel-sel darah
ibu yang memiliki bayi usia 6 putih yang membantu
sampai 12 bulan di Desa Bejijong, mempertahankan kekebalan tubuh
Kecamatan Trowulan Kabupaten bayi terhadap infeksi dan penyakit.
Mojokerto menunjukkan bahwa jika
IMD dilakukan, maka makin tinggi Frekuensi Kejadian Sakit Pada
pemberian ASI eksklusif6. Hal ini Bayi di Kelurahan Pandanwangi,
didukung oleh teori yang Kecamatan Blimbing, Kota
menyatakan bahwa IMD dapat Malang
mempercepat pengeluaran ASI dan Dari 68 bayi responden,
memperlama (waktu) pemberian kategori jarang sakit terbanyak
ASI sehingga sehingga dapat adalah responden yang memiliki
mencegah pemberian makanan bayi laki-laki. Pada bayi laki-laki
prelakteal lebih awal7. kategori tertinggi adalah jarang sakit
Pengetahuan ibu mengenai yaitu sebesar 62.5% dan terendah
ASI meliputi manfaat dan adalah kategori tidak pernah sakit
banyaknya kebutuhan bayi perlu yaitu sebesar 12,5%. Jumlah ini
dimiliki oleh calon ibu. Hal ini perlu berbeda dengan responden dengan
untuk menghindari pemberian bayi perempuan yang memiliki
makanan pendamping ASI sehingga kategori jarang sakit lebih rendah.
pemberian ASI eksklusif dapat Pada bayi perempuan 44,4% masuk
terwujud. Peran keluarga dan dalam kategori jarang sakit, dan
masyarakat juga penting dalam 19,4% sering sakit. Hal ini
terwujudnya pemberian ASI secara dikarenakan pemahaman ibu bahwa
eksklusif. Pada kenyataannya, bayi laki-laki membutuhkan nutrisi
banyak ibu muda yang terpengaruh lebih banyak dibanding bayi
oleh keluarga dan tetangganya perempuan yang menyebabkan
untuk memberikan makanan pemberian makanan tambahan lain
pendamping ASI seperti pada bayi laki-laki yang berdampak
menambahkan susu formula, madu, pada imunitas bayi.
8 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 1, 1-18