Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator utama derajat kesehatan
masyarakat dan ditetapkan sebagai salah satu tujuan Millenium Development Goals
(MDGs). AKI Indonesia diperkirakan tidak akan dapat mencapai target MDG yang
ditetapkan yaitu 102 per 100 000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Kematian ibu
akibat kehamilan, persalinan dan nifas sebenarnya sudah banyak dikupas dan dibahas
penyebab serta langkah‐langkah untuk mengatasinya. Meski demikian tampaknya
berbagai upaya yang sudah dilakukan pemerintah masih belum mampu mempercepat
penurunan AKI seperti diharapkan. Pada Oktober yang lalu kita dikejutkan dengan
hasil perhitungan AKI menurut SDKI 2012 yang menunjukkan peningkatan (dari 228
per 100 000 kelahiran hidup menjadi 359 per 100 000 kelahiran hidup). Diskusi sudah
banyak dilakukan dalam rangka membahas mengenai sulitnya menghitung AKI dan
sulitnya menginterpretasi data AKI yang berbeda‐beda dan fluktuasinya kadang
drastis. (Depkes, 2013)
Masa nifas (puerpurium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
kira-kira 6 minggu. (Prawirohardjo, 2002).
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini,
saluran reproduktif anatomi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (Obstetri
William).
Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu.
(Sinopsis Obstetri).
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi
setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24
jam pertama setelah melahirkan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi
masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian
ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan system rujukan, maka infeksi
menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.

1
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu
38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral
sedikitnya empat kali sehari. Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan
yangdisebabkan oleh mesuknya kuman-kuman kedalam alat genetalia pada waktu
persalinan dan nifas. Infeksi nifas pada awalnya adalah penyebab kematian maternal
yang paling banyak,namun dengan kemajuan ilmu kebidanan terutama pengetahuan
tentang sebab-sebab infeksi nifas, pencegahan dan penemuan obat-obat baru dari
itulah dapat diminimalisir terjdinya infeksi nifas.
Dari itulah seorang bidan perlu mengetahui tentang infeksi nifas, mulai dari apa itu
infeksi nifas, bagaimana penyebab terjadinya infeksinya, pencegahanya dan
pengobatan dari infeksi nifas tersebut. Hal ini ditujukan untuk terwujudnya persalinan
yang aman asuhan nifas yang higienis sehingga komplikasi pada masa nifas tidak lagi
terjadi.

1.2 Tujuan Penulisan


a. Mengetahui berbagai komplikasi dan penyulit dalam masa nifas serta penanganan
yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi dalam masa
nifas.

1.3 Manfaat Penulisan


a. Diharapkan mahasiswa mampu mengembangkan ilmu pengetahuan terutama pada
asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengenai komplikasi
dan penyakit dalam masa nifas serta penanganannya dengan teori yang terbaru
dan penatalaksanaan sesuai teori.
b. Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal mengenai komplikasi dan penyakit dalam masa nifas sesuai
kebutuhan ibu dan bayi.
c. Diharapkan mahasiswa mampu serta mengetahui cara menangani kasus
kegawatdaruratan komplikasi dan penyakit dalam masa nifas

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Masa Nifas

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6
minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul
Bari,2000:122).

Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang
meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak
hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).

Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk
memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. (
Ibrahim C, 1998).

2.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.


b. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan
manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari. Memberikan
pelayanan keluarga berencana.Mendapatkan kesehatan emosi.

3
Kunjungan Waktu Asuhan

Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.

Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta


melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.

Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara


mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.

6-8 jam
Pemberian ASI awal.
I post
partum Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.

Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.

Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan


harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran
atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.

Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus


berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal.

Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.

Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.


6 hari post
II
partum
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup
cairan.

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada
tanda-tanda kesulitan menyusui.

Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

4
2 minggu
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang
III post
diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
partum

Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa


6 minggu
nifas.
IV post
partum
Memberikan konseling KB secara dini.

2.3 Komplikasi dan penyulit dalam masa nifas

A. INFEKSI NIFAS

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia
dalam masa nifas. Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan,
dan nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. (Rustam
Mochtar, 1998)

Morbiditas puerpuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 38oC atau lebih selama 2 hari
dalam 10 hari pertama postpartum, kecuali pada hari pertama. Suhu diukur 4 kali secara oral.
(Rustam Mochtar, 1998)

1.Etiologi

Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan, seperti eksogen


(kuman datang dari luar), autogen ( kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh), dan
endogen ( dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dari 50% adalah streptococcus
anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.

Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antaralain adalah:

1) Streptococcus Haemoliticus Aerobik


Masuk secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita
lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, dan sebagainya.
2) Staphylococcus Aureus

5
Masuk secara eksogen, infeksi sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di
Rumah Sakit.
3) Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkan infeksi terbatas.
4) Clostridium Welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus kriminalis
dan partus yang ditolong dukun dari luar Rumah Sakit.

Cara terjadinya infeksi:


a) Manipulasi penolong yang tidak suci hama, atau pemeriksaan dalam yang berulang-
ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada ke dalam rongga rahim.
b) Alat-alat yang tidak suci hama.
c) Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alata terkena infeksi kontaminasi yang
berasal dari hidung, tenggorokan, dari penolong dan pembantunya atau orang lain.

2.Gambaran Klinis
Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan servik gejalanya berupa rasa nyeri serta
panas pada tempat infeksi dan kadang – kadang perih, bila kencing. Bila getah radang bisa
keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu sekitar 38°C dan nadinya di bawah 100/ menit.
Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar demam bisa naik
sampai 39 – 40°C dengan kadang – kadang disertai menggigil.

3.PREDISPOSISI

a. Partus lama, partus terlantar, dan ketuban pecah lama.


b. Tindakan obstetri operatif baik pervaginam maupun perabdominal.
c. Tertinggalnya sisa-sisa uri, selaput ketuban, dan bekuan darah dalam rongga rahim.
d. Keadaan-keadaan yang menurunkan daya tahan seperti perdarahan, kelelahan,
malnutrisi, pre-eklamsi, eklamsi, dan penyakit ibu lainnya (penyakit jantung, TBC
paru, pneumonia, dll).

6
4.KLASIFIKASI

1) Infeksi terbatas lokalisasinya pada perineum, vulva, serviks, dan endometrium.


2) Infeksi yang menyebar ke tempat lain melalui: pembuluh darah vena, pembuluh limfe
dan endometrium.

B. ENDOMETRITIS
a. pengertian
Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan komplikasi
pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan
Merupakan jenis infeksi yg paling sering, kuman-kuman memasuki endometrium biasanya pd
luka bekas insersio plasenta & dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
Uterus, tubavalopi, ovarium, pembuluh-pembuluh darah dan limfe, jaringan ikat di sekitarnya
dan peritoneum yang menutupi alat-alat tersebut iatas merupakan kesatuan fungsional.
Radang dapat menyebar dengan cepat dari kavum uteri ke seluruh genetalia interna. Radang
edometrium dinmakan endometritis, radang otot-otot uterus, dinamakan miometritis atau
metritis dan radang peritoneum disekitar uterus dinamakan perimetritis

Endometitris dibedakan menjadi 2, yaitu


a). Endrometritis akut

Endometritis post partum regenerasi selesai pada hari ke 9, sehingga


enDometritis pada umumnya terjadi pada hari ke 9. Pada endometritis akut biasanya
endometrium mengalami edema dan hiperemi dan pada pemeriksaan mikroskopik
terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak serta
pendarahan interstitial. Sebab yang paling penting adalah infeksi gonorea dan infeksi
pada abortus dan partus

b). Endometritis Kronik

Endometrium kronik biasa terjadi pada wanita yang masih menstruasi. Dimana
radang dapat terjadi pada lapisan basalis yang tidak terbuang pada waktu menstruasi.
Endometritis kronik primaria dapat terjadi pada masa menopauese, dimana radang
tetap tinggal dan meluas sampai ke bagian endometrium lain..

7
Gejala endometritis kronis berupa noda darah yang kotor dan keluhan sakit perut
bagian bawah, leukorea.
b. Gambaran klinik
Gambaran kliniknya tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan
derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokea tertahan oleh darah, sisa-sisa
plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokeometra.
Hal ini dapat menyebabkan kenaikan suhu.
Pada endometritis yg tidak meluas, penderita pd hari pertama merasa kurang sehat dan
perut nyeri, milai hari ke-3 suhunya meningkat, nadi cepat, namun dalam kurun waktu 1
mggu keadaan akan menjadi normal.

Jenis Endometritis Gejala dan Terapi Gejala Terapi Endometritis Akut Gejalanya :
Demam Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang keluar lochea purulent
Lochea lama berdarah malahan terjai metrorrhagi Kalau radang tidak menjalar ke
parametrium atau parametrium tidak nyeri Terapi : Uterotonika Istirahat, letak fowler
Antibiotika Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus carsinoma.
Dapat diberi estrogen. Endometritis Kronik Gejalanya : Flour albus yang keluar dari
ostium Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi Terapi : Perlu dilakukan
kuretase

C. PERITONITIS
1.pengertian
Terjadinya radang pada peritonium.Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh di dalam
uterus langsung mencapai peritonium dan menyebabkan peritonitis, atau melalui jaringan di
antara kedua lembar ligamnetum latum yang menyebabkan parametritis.

Tanda-tanda peritonitis : Peningkatan suhu tubuh, Nadi cepat dan kecil, Perut kembung dan
nyeri, dan ada defense musculaire. Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, Mata
cekung, Kulit muka dingin, Terdapat fasies hippocratica. Pada peritonitis yang terbatas
didaerah pelvis, gejala tidak seberat peritonitis umum

2.Penanganan

Penanganan yang dapat dilakukan : nasogastritik suction, berikan infus( Nacl atau Ringer
Laktat), antiobiotik sehingga bebas panas selama 24 jam ( ampisilin 2 gr IV, kemudian 1 gr
setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5 mg/kg BB IV dosis tunggal/hari dan metronidazole 500
mg IV setiap 8 jam). Laparatomi dilakukan pembersihan perut (peritoneal lavage)

8
4. BENDUNGAN ASI
1.Pengertian

Peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk
laktasi. Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari saluran sistem laktasi.
Bendungan terjadi akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan vena sebelum laktasi.
Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinyu, sehingga sisa ASI
terkumpul pada daerah duktus. Hal ini dapat terjadi pada hari ke tiga setelah melahirkan.
Selain itu, penggunaan bra yang ketat serta keadaan puting susu yang tidak bersih dapat
menyebabkan sumbatan pada duktus.

a. Gejala umum

Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara penuh. Pada payudara bengkak:
payudara odem, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan ASI tidak
keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam. Sedangkan pada payudara penuh:
payudara terasa berat, panas dan keras. Bila ASI dikeluarkan tidak ada demam.
c. Tanda gejala selalu ada
1. Buah dada nyeri dan bengkak.
2. 3-5 hari nifas.
d. Tanda gejala kadang-kadang ada :
1. Buah dada bengkak
2. Kedua buah dada terkena
e. Pencegahan
1. Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang benar.
2. Menyusui bayi tanpa jadwal (nir jadwal dan on demand).
3. Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
4. Jangan memberikan minuman lain pada bayi.
5. Lakukan perawatan payudara pasca persalinan (masase, dan sebagainya).
f. Penanganan:
Bila ibu menyusui bayinya:
a. Susukan sesering mungkin
b. Kedua payudara disusukan

9
c. Kompres hangat payudara sebelum disusukan
d. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga lebih
mudah memasukkannya ke dalam mulut bayi.
e. Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan
diberikan pada bayi dengan cangkir/sendok.
f. Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.
g. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres hangat dan dingin.
h. Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang sakit.
i. Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat untuk membantu
memperlancar pengeluaran ASI.
j. Pada saat menyusui, sebaiknya ibu tetap rileks.
k. Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan perbanyak minum.
l. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
m. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
Bila ibu tidak menyusui:

a. Sangga payudara
b. Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit
c. Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
d. Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.

5. INFEKSI PAYUDARA
1. Pengertian
Mastitis/ infeksi payudara termasuk salah satu infeksi payudara. Mastitis adalah peradangan
pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh kuman terutama
Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran darah. Penyakit
ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis
puerperalis. Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui
peredaran darah. Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberi tindakan
yang adekuat. Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam payudara, merupakan
komplikasi berat dari mastitis.

10
Faktor Risiko
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :
1. Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di bawah
usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.
2. Paritas
Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.
3. Serangan sebelumnya.
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik menyusui
yang buruk yang tidak diperbaiki.

1. Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun penggunaan
oksitosin tidak meningkatkan resiko.
2. Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi terjadinya
mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko
mastitis.

3. Faktor kekebalan dalam ASI

Etiologi

Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya merupakan
penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi.
1. Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini terjadi jika
payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap
ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan
frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan
dan menyusui untuk kembar dua/lebih.
2. Infeksi
Organismen yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara adalah
organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus. Escherichia
coli dan Streptococcus kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis jarang ditemukan sebagai
komplikasi demam tifoid.

11
Patofisiologi
Stasis ASI peningkatan tekanan duktus jika ASI tidak segera dikeluarkanàpeningkatan
tegangan alveoli yang berlebihanàsel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan
tertekanàpermeabilitas jaringan ikat meningkatàbeberapa komponen(terutama protein dan
kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan jaringan sekitar
selàmemicu rrespon imunàrespon inflmasiàkerusakan jaringanàmempermudah terjadinya
infeksi (Staohylococcus aureus dan Sterptococcus) dari port d’ entry yaitu: duktus laktiferus
ke lobus sekresi dan putting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus/ periduktal dan secara
hematogen.
Manifestasi Klinis
1. Gejala mastitis infeksiosa
a. Lemah, mialgia, nyeri kepala seperti gejala flu dan ada juga yang di sertai
takikardia
b. Demam suhu > 38,5 derajat celcius
c. Ada luka pada puting payudara
d. Kulit payudara kemerahan atau mengkilat
e. Terasa keras dan tegang
f. Payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan yang berbatas tegas
g. Peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau menyusu karena ASI yang
terasa asin
Gejala mastitis non infeksiosa
a. Adanya bercak panas/nyeri tekan yang akut
b. Bercak kecil keras yang nyeri tekan
c. Tidak ada demam dan ibu masih merasa naik-baik saja.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kumpulan gejala klinis yang diperoleh dari anamesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Diagnosis Banding
a. Mastitis infeksiosa
b. Mastitis non infeksiosa
Pemeriksaan Penunjang
a. Lab darah
b. Kultur kuman
c. Uji sensitifitas

12
d. Mammografi
e. USG payudara
Tatalaksana Pencegahan
1. Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
a. Menyusui sidini mungkin setelah melahirkan
b. Menyusui dengan posisi yang benar
c. Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
d. Makan dengan gizi yang seimbang
Hal-hal yang menganggu proses menyusui, membatasi, mengurangi isapan proses
menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain:
a. Penggunaan dot
b. Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
c. Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum ia siap untuk
menghisap payudara yang lain.
d. Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
e. Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
f. Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain.2. Penatalaksaan
yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang
Hal-hal yang harus dilakukan yaitu :
a. Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya untuk
memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting susu.
b. Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas.
c. Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI3. Perhatian dini terhadap semua tanda statis ASI
Ibu harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan,
nyeri/panas/kemerahan :
a. Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko, seperti kealpaan menyusui.
b. Bila ibu mengalami demam/merasa sakit, seperti sakit kepala.
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut, maka ibu perlu untuk :
a. Beristirahat, di tempat tidur bila mungkin.
b. Sering menyusui pada payudara yang terkena.
c. Mengompres panas pada payudara yang terkena, berendam dengan air
hangat/pancuran.

13
d. Memijat dengan lembut setiap daerah benjolan saat bayi menyusui untuk membantu
ASI mengalir dari daerah tersebut.
e. Mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik pada keesokan harinya.
Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat ibu mengalami
kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI, seperti :
a. Nyeri/puting pecah-pecah
b. Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
c. Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi melepaskan
payudara)
d. Bayi yang tidak puas, menyusu sangat sering, jarang atau lama
e. Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya, menganggap ASInya tidak cukup
f. Pengenalan makanan lain secara dini
g. Menggunakan dot
Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan sering sebelum dan
setelah kontak dengan bayi. Kontak kulit dini, diikuti dengan rawat gabung bayi dengan ibu
merupakan jalan penting untuk mengurangi infeksi rumah sakit.
Penanganan
Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah :
1. Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling nyeri dan membuat frustasi, dan membuat
banyak wanita merasa sakit. Selain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian nyeri,
wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus dinyakinkan kembali tentang nilai
menyusui, yang aman untuk diteruskan, bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan
membahayakan bayinya dan bahwa payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya.
Ia membutuhkan bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk
penanganan, dan bagaimana meneruskan menyusui/memeras ASI dari payudara yang
terkena. Ia akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat dukungan terus menerus dan
bimbingan sampai ia benar-benar pulih.
2. Pengeluaran ASI dengan efektif
Hal ini merupakan bagian terapi terpenting, antara lain :
a. Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya

14
b. Dorong untuk sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa
pembatasan

c. Bila perlu peras ASI dengan tangan/pompa/botol panas, sampai menyusui dapat
dimulai lagi

3. Terapi antibiotik.
Terapi antibiotik diindikasikan pada :
a. Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan infeksi

b. Gejala berat sejak awal

c. Terlihat puting pecah-pecah

d. Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki

Antibiotik laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcusb aureus. Untuk
organisme gram negatif, sefaleksin/amoksisillin mungkin paling tepat. Jika mungkin, ASI
dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan.

Antibiotik Dosis

1. Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam


2. Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
3. Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
4. Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
5. Sefaleksin 250-500 mg setiap 6 jam
Pada kasus infeksi mastitis, penanganannya antara lain :

Berikan antibiotik

Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam selama 10 hari atau eritromisin 250 mg
per oral 3 kali sehari selama 10 hari. Bantulah ibu agar tetap menyusui, bebat/sangga
payudara, kompres dingin sebelum meneteki untuk mengurangi bengkan dan nyeri, berikan
parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam, Evaluasi 3 hari

4. Terapi simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesic. Ibuprofen dipertimbangkan sebagai obat yang
paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi dan nyeri. Parasetamol merupakan

15
alternatif yang paling tepat. Istirahat sangat penting, karena tirah baring dengan bayinya dapat
meningkatkan frekuensi menyusui, sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu.
Tindakan lain yang dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan
menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI, dan yakinkan bahwa ibu cukup minum
cairan.
5. Komplikasi
Abses payudara, pengumpulan nanah di payudara, dan sepsis

16
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA IBU NIFAS DENGAN BENDUNGAN


ASI TERHADAP NY. A DI RSUD MAJU MUNDUR

Tanggal pengkajian : 16 september 2014

Pembimbing lapangan: cantik astuti Amd. keb

Tempat praktek : BPS

Waktu : 07.00 WIB

I. PENGKAJIAN
A. Identitas
Istri suami

Nama : Ny. A Tn. A


Umur : 31 tahun 37 tahun
Suku : Jawa Jawa
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMU SMP
Pekerjaan : IRT karyawan
Alamat : karang mojo I, wonosari
1. Alasan datng ke klinik
Ibu mengatakan ingin memeriksakan payudaranya
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan terasa bengkak dan nyeri pada payudaranya sejak tadi pagi tanggal 15
september 2014.
a. Riwayat menstruasi

1. Menarche : 12 tahun
2. Siklus : 28 hari
3. Lama : 7 hari
4. Dismenorhea : tidak ada

17
5. Sifat darah : encer,sedikit menggumpal
6. Banyaknya : 3 kali ganti pembalut
7. HPHT : 6 – desember – 2013
8. HPL : 13 september 2014
9. G.P.A : G1P0A0

b. Riwayat perkawinan
Sah, kawin 1 kali pada umur 29 tahun, dengan suami pertamanya umur 35 tahun, lama
perkawinan 2 tahun.

c. Riwayat KB
Ibu mengatakan dia belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.

d. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.


No Tahu Tempa Usia Jenis Penolon Kelainan Anak K
n t kehamila partus g hm prts nfs JK B PB et
partu partus n l B
s
1. 2014 RS Aterm SC Dokter - - - Lk 3,5 48 -

e. Riwayat imunisasi
Imunisasi TT1 dilakukan pada saat usia kehamilan 20 minggu dan TT2 pada usia kehamilan
24 minggu, ibu tidak mengalami penyulit dalam kehamilannya.
f. Bayi
Jenis kelamin laki - laki, berat badan 3500 gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala 33 cm,
lingkar dada 33 cm,LLA 12 cm, jam partus 11.10 wib, 14 september 2014.

DATA OBJEKTIF

B. Pemeriksaan umum

1. Keadaan umum : Baik

18
2. Keadaan emosional : Cemas
3. Kesadaran : Composmentis
4. TB : 156 cm
5. BB : 75 kg , sebelum hamil : 68 kg
6. LILA : 25 cm
7. Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg N : 84x/mnt
R : 18x/mnt T : 36,0 C
C. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
1. Kepala
a. Rambut :Kebersihan : Bersih, tidak berketombe
Warna : Hitam
Kekuatan : Kuat, tidak rontok
b. Mata Kelopak mata : Tidak oedema
Konjungtiva : Tidak anemis
Sclera : Tidak ikterik
c. Hidung : Bersih
d. Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran
e. Mulut dan gig : Bibir : Normal
Lidah : Bersih
Gigi : ada caries
Gusi : Tidak ada stomatitis

2. Leher : Kelenjar Thyroid : Tidak ada pembengkakan


Kelenjar Limfe : Tidak ada pembengkakan
3. Dada
a. Payudara

1) Pembesaran : Ada
2) Putting susu : Menonjol
3) Pengeluaran ASI : Sudah ada berupa colostrum
4) Simetris : Ya
5) Benjolan : ada
6) Rasa nyeri : ada

19
7) Hyperpigmentasi : Ada

b. Abdomen :ada bekas operasi, TFU 3 jari bawah pusat.


c. Ekstermitas atas :lengkap kiri dan akanan, fungsi pergerakan baik, tidak ada oedema,
keadaan bersih.
d. Ekstermitas bawah : tungkai tidak ada oedema, fungsi pergerakan baik, tidak ada cacat,
tidak ada varises, lengkap kanan kiri, reflek patella baik.
e. Genetalia : tidak ada oedema dan varises pada vulva, ada pengeluaran darah
nifas warna merah.
f. Punggung : tulang sedikit lordosis.
g. Rectum : tidak ada hemoroid.
h. Anogenital : perineum normal tidak ada laserasi jalan lahir, tidak ada
pembengkakan pada vulva, anus normal

II. IDENTIFIKASI MASALAH, DIAGNOSA, DAN KEBUTUHAN


A. Diagnosa kebidanan : Ibu ny.AP1A0 AH1 post partum hari ke 2 dengan bendungan ASI
B. Data subyektif
1. Ibu mengatakan payudara terasa nyeri, dan bengkak,
2. Ibu mengatakan melahirkan anaknya 2 hari yang lalu pada tanggal 14 september 2014.
3. Ibu mengatakan belum pernah keguguran
4. Pengeluarah pervaginam berupa lochea rubra

C. Data obyektif
1. pemeriksaan tanda tanda vital:
Keadaan umum : Baik
Keadaan emosional : Cemas
Kesadaran : Composmentis
TB : 156 cm
BB : 75 kg , sebelum hamil : 68 kg
LILA : 25 cm
Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg N : 84x/mnt
R : 18x/mnt T : 36,0 C

20
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Payudara

1) Pembesaran : Ada
2) Putting susu : Menonjol
3) Pengeluaran ASI : Sudah ada berupa colostrum
4) Simetris : Ya
5) Benjolan : ada
6) Rasa nyeri : ada

TD: 120/80 mmHg N : 84x/mnt


R : 18x/mnt T : 36,0 C

Kontraksi uterus baik

D. Masalah : Payudara nyeri dan bengkak


E. Kebutuhan : Penanganan bendungan ASI, KIE tentang menyusui

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


Mastitis

IV. TINDAKAN SEGERA


Penanganan bendungan ASI,KIE tentang menyusui.
V. PERENCANAAN
Tanggal/pukul : 16 maret 2013, 07. 10 wib
1. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan
3. jelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami
4. beritahu ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini
5. Beritahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan,
6. Ajarkan kepada ibu cara perawatan/masase payudara,
7. Ajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik
8. Ajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara
9. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau
10. Anjurkan ibu banyak beristirahat
21
VI. PELAKSANAAN
Tanggal/pukul : 16 september 2014 07.15 wib
1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan
bahwa ibu mengalami bendungan ASI
2. Menjelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami yaitu ASI yang tidak keluar karena
adanya sumbatan saluran ASI sehingga kelenjar ASI membesar/membengkak dan
menyebabkan rasa nyeri serta ASI tidak keluar
3. Memberitahu ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini adalah pengaruh dari
sumbatan ASI tersebut dan ibu akan diberikan pengobatan untuk megurangi keluhan yang ibu
rasakan.
4. Memberitahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan, yaitu sebelum menyusui, pijat
payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting
susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras.
5. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan
payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh
semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif
- Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika
bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut.
- Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit
beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan
dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara
perlahan-lahan turun ke arah puting susu.
-kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui
-Pakai bra yang dapat menyangga payudara

6. Mengajarkan pada ibu cara merawat/ masase payudara yaitu dengan tangan yang sudah
dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara :
- Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut keatas, terus
kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan
tangan dari payudara.
- Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan,
kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting,
demikian pula payudara kanan.

22
- Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan
kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.
7. Mengajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik, yaitu:
- Usahakan pada saat menyusui ibu dalam keadaan tenang. Hindari menyusui pada saat
keadaan haus dan lapar oleh karena itu dianjurkan untuk minum segelas air /secukupnya
sebelum menyusui
- Memasukkan semua areola mamae kedalam mulut bayi
- Ibu dapat menyusui dengan cara duduk atau berbaring dengan santai dan dapat
menggunakan sandaran pada punggung
-Sebelum menyusui usahakan tangan dan payudara dalam keadaan bersih
-Payudara dipegang dengan ibu jari di atas, jari yang lain menopang di bawah (bentuk C) atau
dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting) dibelakang
areola
- Berikan ASI pada bayi secara teratur dengan selang waktu 2-3 jam atau tanpa jadwal (on
demand) selama 15 menit. Setelah salah satu payudara mulai terasa kosong, sebaiknya ganti
menyusui pada payusara yang satunya.
- Setelah selesai menyusui oleskan ASI ke payudara, biarkan kering sebelum kembali
memakai bra, langkah ini berguna untuk mencegah lecet pada puting
- Sendawakan bayi tiap kali habis menyusui untuk mengeluarkan udara dari lambung bayi
supaya bayi tidak kembung dan muntah
8. Mengajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara, yaitu :
- Ibu mencuci tangan hingga bersih
- Duduk atau berdiri dengan nyaman dan pegang cangkir atau mangkok bersih dan dekatkan
pada payudara
- Letakan ibu jari diatas puting dan areola dan jari telunjuk pada bagian bawah puting dan
areola bersamaan dengan ibu jari dan jari lain menopang payudara
- Tekan ibu jari dan telunjuk sedikit ke arah dada, jangan terlalu kuat agar tidak menyumbat
aliran susu
- Kemudain tekan sampai berada di sinus laktiferus yaitu tenpat tampungan ASI dibawah
areola
- Tekan dan lepas, kemudian tekan dan lepas kembali. Kalau teraba sakit berarti tekniknya
salah. ASI akan mengalir terutama bila refleks oksitosinnya aktif.
9. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang bergizi untuk
memperbanyak dan memperlancar ASI, misalnya daun katuk, bayam dan lain-lain

23
10. Menganjurkan ibu banyak beristirahat, ibu dapat beristirahat dan tidur pada saat bayi tidur.
Selain itu ibu juga jangan terlalu bekerja berat. Serta, mengingatkan ibu untuk selalu menjaga
kebersihan diri, terutama di daerah payudara.

VII. EVALUASI
Tanggal/pukul 16 september 2014, 07.25 wib

1. Ibu mengerti dirinya sedang mengalami bendungan asi


2. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan
3. Ibu mengerti tentang bendungan ASI yang ibu alami
4. Ibu mengerti bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini
5. Ibu mengerti cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan,
6. Ibu mengerti cara perawatan/masase payudara,
7. Ibu mengerti dan dapat mmpratkan teknik dan posisi menyusui yang baik
8. Ibu mengerti dan dapat memeras ASI untuk mengosongkan payudara
9. Ibu bersedia untuk mengkonsumsi sayuran hijau
10. Ibu bersedia untuk beristirahat

24
BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Masa nifas adalah masa dimulai dua jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu
setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul
Bari,2000:122).

Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang
meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak
hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).

Komplikasi dan Penyulit pada Masa Nifas:

Infeksi masa nifas masih merupakanpenyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital merupakan
komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinary, payudara, dan pasca
pembedahan.
Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan komplikasi
pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan

25
Merupakan jenis infeksi yg paling sering, kuman-kuman memasuki endometrium biasanya pd
luka bekas insersio plasenta & dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh
endometriummerupakan salah satu penyebab terjadinya AKI tinggi.

Peritonitis terjadinya radang pada peritonium.Infeksi nifas dapat menyebar melalui


pembuluh di dalam uterus langsung mencapai peritonium dan menyebabkan peritonitis, atau
melalui jaringan di antara kedua lembar ligamnetum latum yang menyebabkan parametritis.

Bendungan asi Peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka
mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari saluran sistem
laktasi
Mastitis/ infeksi payudara termasuk salah satu infeksi payudara. Mastitis adalah
peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh
kuman terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran
darah

3.2 Saran
a. Diharapkan mahasiswa mampu mengembangkan ilmu pengetahuan terutama pada asuhan
kebidanan kegawat daruratan maternal dan neonatal mengenai komplikasi dan penyakit
dalam masa nifas serta penanganannya dengan teori serta penatalaksanaan sesuai teori.
b. Diharapkan mahasiswa mampu menjadi bahan acuan untuk penulisan selanjutnya yang
berkaitan dengan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengenai
komplikasi dan penyakit dalam masa nifas serta penanganannya dengan teori serta
penatalaksanaan sesuai teori.

26
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo


Manuaba Gde Ida Bagus.1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. (hlm: 109-
110)
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 56-57).
Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Mochtar, Prof. Dr. Rustam, Sinopsis Obstetri, ECG, Jakarta, 1989.
Wiknjosastro. Hanifa. Prof. Dr, Ilmu Kebidanan, Edisi III, Yayasan Bina Pustaka, Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 1992.
Bagian Obstetri Dan Ginekologi FK, UNPAD. Obstetri Patologi, Elstar Offset, Bandung,
1982.

Rukiyah, Aiyeyeh. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media

Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Soepardan, Suryani. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

Suheni, S.Pd, APP, M.Kes. et all. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

27
28

Anda mungkin juga menyukai