Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENYULUHAN TENTANG

OTITIS MEDIA
Di Kelurahan Gayungan Kecamatan Gayungan

Oleh :

Elly Yanita Sari 13-14201-0009


Nanda Wulansari 13-14201-0005
Ratna Septinurul. A 13-14201-0011
Rusil 13-14201-0003
Waris Yogibalon 12-14201-0016
Yertina Wonda 15-14201-00

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MERDEKA SURABAYA
2015

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Otitis Media


Target dan sasaran : Warga RW IV Kelurahan Gayungan Kecamatan Gayungan
Hari : Senin
Tanggal : 2 November 2015
Waktu : 09.00 – 09.45 WIB
Tempat : Rumah Warga RW IV Kecamatan Gayungan Kelurahan Gayungan

A. Latar Belakang
Otitis Media adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut atau
tiba-tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam
keadaan steril. Bila terdapat infeksi bakteri pada nasofaring dan faring, secara alamiah terdapat
mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung dan
bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachii. OM ini terjadi akibat tidak berfungsinya
system pelindung tersebut.Sumbatan dan peradangan pada tuba eustachii merupakan faktor
utama terjadinya otitis media. Pada anak-anak, semakin seringnya terserang infeksi saluran
pernapasan atas,kemungkinan terjadinya Otitis media juga semakin besar. Dan pada bayi
terjadinya OM dipengaruhi karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak
horizontal (Soepardi dkk, 2007).
Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada saluran
pernapasan atas. Pada penelitian Zackzouk dkk di Arab saudi tahun 2001 terhadap 112
pasien infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) (6-35 bulan), didapatkan 30% mengalami otitis
media akut dan 8% sinusitis.
Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media berusia 1 tahun sekitar
62%, sedangkan anak-anak berusia 3tahun sekitar 83% (Zackzouk, 2001). Di Amerika
Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu episode otitis media sebelum usia 3
tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris
setidaknya 25% anak mengalami minimal
satu episode sebelum usia 10 tahun. insiden OM tertinggi terjadi pada usia 2
tahun pertama kehidupan, dan yang kedua pada waktu berusia 5 tahun bersamaan dengan anak
masuk sekolah (Abidin, 2008).
Puncak usia anak mengalami OM di dapatkan pada pertengahan tahun pertama sekolah,
di Swedia mendapatkan 16.611 anak penderita OM dan didapatkan anak usia 7 tahun dengan
prevalensi terbanyak. Resiko kekambuhan otitis media terjadi pada beberapa faktor, antara
lain usia <5 tahun, infeksi pernafasaan, perokok.
Epidemiologi Otitis media yang didapat dibeberapa Negara dunia tersebut
mencerminkan otitis media merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu
diperhatikan, terutama di negara berkembang dan Negara miskin. Bahkan penyakit ini
berkaitan dengan kematian anak,khususnya akibat komplikasi ke otak. Kejadian
terbanyak ditemukan pada usia 6-18 bulan dan 4-5 tahundan laki
laki biasanya lebih sering terkena penyakit tersebut dibandingkan perempuan (Natal BL,
2010).
Indonesia sebagai negara berkembang perlu memperhatikan masalah kesehatan
ini. Prevalensi penderita OM selama ini belum bisa ditekan dikarenakan belum adanya
tindakan dari pemerintah pusat ataupun daerah yang secara khusus mensosialisasikan
tentang permasalahan penyakit OM. Dikarenakan persepsi dari masyarakat tentang penyakit
OM ini adalah ‘biasa’ padahal penyakit ini adalah salah satu pintu masuk untuk menjadikan
penyakit komplikasi lain yang cukup fatal.
Merujuk dari permasalahan yang telah dipaparkan tersebut tentang penyakit OM yang
pada umumnya sering terjadi di negara berkembang dan salah satunya Indonesia, dan
diseratai kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit ini, maka kami membuat
penyuluhan kesehatan tentang Otitis Media.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan, diharapakan peserta memahami tentang cara penanganan pada
penyakit Otitis Media
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan 75 % peserta dapat:
a. Menyebutkan pengertian Otitis Media dengan bahasa sendiri.
b. Menyebutkan penyebab Otitis Media
c. Menyebutkan tanda dan gejala pada Otitis Media
d. Menjelaskan cara pencegahan Otitis Media

C. Metode
Ceramah, diskusi dan Tanya jawab

D. Media
Leaflet dan paparan powerpoint

E. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria struktur :
a. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Rumah Warga RW IV Kecamatan Gayungan
Kelurahan Gayungan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan pada 02 November 2015 pukul 09.00
c. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan selama 45 menit dengan pembagian waktu :
1) 5 menit pembukaan
2) 15 menit penyuluhan
3) 10 menit evaluasi
4) 10 menit Tanya jawab
5) 5 menit penutupan

2. Kriteria proses
a. Peserta mau atau bersedian untuk mengikuti kegiatan yang telah direncanakan
b. Seluruh peserta mengikuti kegiatan penyuluhan mulai awal hingga akhir dengan tertib (tidak
ada yang mendahului pulang)
c. Peserta memperhatikan dengan sesaksama terhadap materi yang di sampaikan oleh penyaji
dalam penyuluhan
d. Peserta antusias terhadap kegiatan penyuluhan di tandai dengan munculnya beberapa
pertanyaan, tanggapan dan masukan dari beberapa peserta

3. Kriteria Hasil
a. Warga dapat mengerti pengertian Otitis Media
b. Warga dapat mengerti penyebab Otitis Media
c. Warga dapat mengerti penanganan Otitis Media
d. Warga dapat mengerti pencegahan Otitis Media
Yang ditandai dengan mampu menjawab pertanyaan dari tim penyaji tentang materi yang telah
disampaikan (materi tersebut diatas)
F. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan
1. Acara

No Waktu Kegiatan Kegiatan peserta

1. 5 menit a. Menyampaikan salam a. Membalas salam


b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuan dengan aktif
d. Menyampaikan kontrak waktu c. Mendengarkan dan
e. Apersepsi memberikan respon.

2. 15 menit - Pelaksanaan : a. Mendengarkan


 Mengkaji tingkat pengetahuan sasaran memperhatikan
terhadap materi yang akan di sampaikan
secara lisan
- Penjelasan materi :
 Definisi penyakit Otitis Media
 Penyebab Otitis Media
 Penatalaksanaan Otitis Media
 Cara pencegahan Otitis Media
Menyimpulkan materi yang di
sampaikan

3. 10 menit Evalusai Menjawab pertanyaan


 Mengevaluasi penerimaan informasi dan mau melakukan
 Memberikan pertanyaan lisan perawatan di rumah

4 10 menit Tanya jawab Menanyakan hal-hal


- Memberikan kesempatan untuk bertanya yang belum jelas

4. 5 menit Penutup a.Aktif bersama dalam


a. Menyimpulkan hasil penyuluhan menyimpulkan
b. Mengucapkan terima kasih atas
b. Membalas salam
perhatian sasaran
c. Memberikan salam
2. Setting tempat
Rumah Warga RW IV Kecamatan Gayungan Kelurahan Gayungan
LAMPIRAN MATERI

A. Konsep penyakit
1. Definisi
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.Gangguan telinga yang paling sering adalah
infeksi eksterna dan media.Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa
(Soepardi, 1998).
Otitis media ialah inflamasi telinga tengah (Sowden dan Cecily 2002)
Otitis media kronik adalah keradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang
di dalam kavum timpani. Otitis media sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15
tahun. Ada 3 ( tiga ) jenis otitis media yang paling umum ditemukan di klinik, yaitu :
a. Otitis Media Akut
Otitis media akut adalah keadaan dimana terdapatnya cairan di dalam telinga tengah
dengan tanda dan gejala infeksi. Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau
seluruh periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 2002).
Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga
tengah, yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Otitis media akut bisa terjadi pada semua usia,
tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak terutama usia 3 bulan – 3 tahun.
b. Otitis Media Serosa (Otitis media dengan efusi)
Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah tanpa
adanya tanda dan gejala infeksi aktif.Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan negative
dalam telinga tengah yang disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii. Pada penyakit ini, tidak
ada agen penyebab definitive yang telah diidentifikasi, meskipun otitis media dengan efusi
lebih banyak terdapat pada anak yang telah sembuh dari otitis media akut dan biasanya dikenal
dengan “glue ear”. Bila terjadi pada orang dewasa, penyebab lain yang mendasari terjadinya
disfungsi tuba eustachii harus dicari. Efusi telinga tengah sering terlihat pada pasien setelah
mengalami radioterapi dan barotrauma ( eg : penyelam ) dan pada pasien dengan disfungsi tuba
eustachii akibat infeksi atau alergi saluran napas atas yang terjadi.

c. Otitis Media Kronik


Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan
irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang tak
tertangani.Sering berhubungan dengan perforasi menetap membrane timpani.Infeksi kronik
telinga tengah tak hanya mengakibatkan kerusakan membrane timpani tetapi juga dapat
menghancurkan osikulus dan hampir selalu melibatkan mastoid.Sebelum penemuan antibiotic,
infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam jiwa.Sekarang, penggunaan antibiotic
yang bijaksana pada otitis media akut telah menyebabkan mastoiditis koalesens akut menjadi
jarang.Kebanyakan kasus mastoiditis akut sekarang ditemukan pada pasien yang tidak
mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan mengalami infeksi telinga yang tak
ditangani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan beberapa dari infeksi kronik ini, dapat
mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (
epitel skuamosa ) dari lapisan luar membrane timpani ke telinga tengah. Kulit dari membrane
timpani lateral membentuk kantong luar, yang akan berisi kulit yang telah rusak dan bahan
sebaseus. Kantong dapat melekat ke struktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani,
kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralysis nervus fasialis ( N. Cranial VII
), kehilangan pendengaran sensorineural dan/ atau gangguan keseimbangan (akibat erosi
telinga dalam) dan abses otak.

2. Etiologi
Biasanya otitis media banyak disebabkan oleh hal-hal berikut ini : Streptococcus,
Stapilococcus, Diplococcus pneumonie, Hemopilus influens, Gram Positif : S. Pyogenes, S.
Albus, Gram Negatif : Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli. Kuman anaerob : Alergi, diabetes
melitus, TBC paru.

Penyebab otitis media dibagi menurut jenisnya yaitu :


a. Otitis media akut
Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga
tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba eustachii
seperti obstruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan
disekitarnya (eg : sinusitis, hipertrofi adenoid) atau reaksi alergik ( eg : rhinitis alergika).
Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah Streptococcus
peneumoniae, Hemophylus influenzae, Streptococcus pyogenes, dan Moraxella catarrhalis.
b. Otitis media serosa
Cairan pada otitis media serosa sebagai akibat tekanan negative dalam telinga tengah
yang disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii. Pada penyakit ini, tidak ada agen penyebab
definitive yang telah diidentifikasi, meskipun otitis media dengan efusi lebih banyak terdapat
pada anak yang telah sembuh dari otitis media akut dan biasanya dikenal dengan “glue ear”.
Bila terjadi pada orang dewasa, penyebab lain yang mendasari terjadinya disfungsi tuba
eustachii harus dicari. Efusi telinga tengah sering terlihat pada pasien setelah mengalami
radioterapi dan barotrauma ( ex : penyelam ) dan pada pasien dengan disfungsi tuba eustachii
akibat infeksi atau alergi saluran napas atas yang terjadi.

c. Otitis media kronis


Disebabkan oleh : Terapi yang terlambat, Terapi yang tidak adekuat, Virulensi kuman tinggi,
Daya tahan tubuh rendah, Kebersihan buruk

3. Patofisiologi
Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, kecuali
pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran
timpani.Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hipertemi dan edema pada mukosa tuba
eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada
submukosa.
Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan
transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi
bakteri yang datang langsung dari nasofaring.Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan
virulensi bakteri akan menentukan progresivitas penyakit.
Otitis media akut dan kronis yang juga diketahui sebagai otitis media supuratif dan
purulent adalah sama dalam patofisiologisnya. Cara masuk bakteri pada kebanyakan pasien
kemungkinan melalui tuba eustachii akibat kontaminasi secret dalam nasofaring. Agen infeksi
masuk kedalam telinga tengah menyebabkan peradangan dalam mukosa yang menimbulkan
bengkak dan iritasi tulang atau osikel ( tulang pendengaran pada telinga tengah ) proses ini
diikuti dengan pembentukan peradangan eksudat purulent. Serangan terjadi secara mendadak
atau akut dengan durasi yang relatif pendek sekitar 3 minggu atau kurang.
Otitis media kronik biasanya mengikuti kondisi akut yang berulang, berlangsung lebih
lama, dan dapat dihubungkan dengan morbiditas atau injuri yang lebih luas dalam struktur
telinga tengah baikm akut maupun kronik. Tanda dan gejala penyakit ini disebabkan oleh
tekanan cairan pada rongga telinga tengah, tuba eustacheus dan proses infeksi. Kerusakan
tulang-tulang pada teelinga tengah berkembang menjadi perforasi membrane, jetuhnya
material terinfeksi ketelinga luar.Penyakit dan pengobatab menjadi lebih rumit dengan adanya
otitis eksterna. Faktor penyebab biasanya saling berkaitan.
Otitis media serosa dikarakteristikan oleh akumulasi cairan sterill dibelakang membran
timpani. Otitis media serosa dapat mendahului atau menjadi komplikasi jangka panjang otitis
media akut. Efusi cairan mungkin menetap pada telinga tengah mencapai beberapa bulan.
Ketika cairan menetap lebih lama dan mulai menebal akhirnya terjadi komplikasi berupa otitis
media adhesiva. Otitis media serosa dan kronik yang tidak diobati menyebabkan penebalan dan
perlukaan pada struktur telinga tengah dan tulang. Nekrosis osikel mengakibatka destruksi
struktur telinga tengah. Pembedahan osikel penting dilakukan untuk mengatasi ketulian

4. Manifestasi klinik
a. Otitis Media Akut
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan
dan sementara atau sangat berat.Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa. Membrane
tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat, tidak
bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau negative pada telinga
tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami perforasi.
Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
1) Sakit telinga yang berat dan menetap.
2) Terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara .
3) Pada anak-anak bisa mengalami muntah, diare dan demam sampai 40,5ºC
4) Gendang telinga mengalami peradangan dan menonjol.
5) Demam
6) Anoreksia
7) Limfadenopati servikal anterior

b. Otitis Media Serosa


Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam telinga
atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik, yang terjadi ketika tuba
eustachii berusaha membuka.Membrane tymphani tampak kusam (warna kuning redup sampai
abu-abu pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung udara dalam telinga
tengah.Audiogram biasanya menunjukkan adanya kehilangan pendengaran konduktif.

c. Otitis Media Kronik


Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat
otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk.Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada
kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah
dan edema.Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri.Evaluasi otoskopik
membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai
masa putih di belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang
perforasi.Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi.Hasil
audiometric pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran
konduktif atau campuran.

5. Penatalaksanaan
a. Tipe tubetimpanal stadium aktif:
 anti biotik : Ampisilin / Amoksilin, (3-4 X 500 mg oral) atau klidomisin (3 X 150 – 300 mg
oral) Per hari selama 5 –7 hari
 Pengobatan sumber infeksi di rongga hidung dan sekitarnya
 Perawatan lokal tetes telinga (Klora menikol 1- 2%)
 Pengobatan alergi bila ada latar belakang alergi
Pada stadium tenang (kering) di lakukan miringoplastik. ICOPIM (5. 194).
b. Tipe degeneratif :
 Atikoantrotomi (5.203)
 Timpanoplastik (5.195).
c. Tipe meta plastik / campuran
 Mastoidektomi radikal (5.203)
 Mastoidektomi radikal dan rekonstruksi.
d. Untuk OMK dengan penyulit :
Abses retroaurikuler
 Insisi abses
 Antibiotik : Penisilin Prokain 2 X 0,6-1,2 juta IU i.m / hari dan metronidazol X 250 – 500mg
oral / sup / hari.
 Mastoid dektomi radikal urgen.

6. Komplikasi
Otitis media mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya yang sangat
mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Tendensi otitis media mendapat
komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan ottore. Pemberian
antibiotoka telah menurunkan insiden komplikasi, walaupun demikian organisme yang
resisten dan kurang efektifnya pengobatan akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi intrakranial yang serius lebih sering terlihat pada ekserbasi akut dari otitis
media berhubungan dengan kolesteatoma.
Komplikasi yang mungkin terjasi pada penderita otitis media adalah :
a. Komplikasi intrakranial meliputi:
 Meningitis
 Abses subdural
 Abses ekstradural
 Trombosis sinus lateralis
 Abses otak
 Hidrosefalus otitis
b. Komplikasi intratemporal meliputi :
 Mastoiditis
 Labirintitis
 Paralisis fasialis
 Petrositis
EVALUASI NOTULENSI
KEGIATAN PENYULUHAN DI MASYARAKAT KELURAHAN GAYUNGAN
KECAMATAN GAYUNGAN SENIN, 2 NOVEMBER 2015

1. Tahap Persiapan
Seksi humas melakukan kontrak waktu dan tempat dengan ibu RW IV dan Tokoh masyarakat
Sekretaris menyiapakan materi penyuluhan dan konsultasi dengan pembimbing
Tempat dan peralatan pada tanggal 2 November 2015
Konfirmasi ulang dengan warga RW IV
2. Pelaksanaan
Hari/tanggal : Senin / 2 November 2015
Waktu : 09.00 – 09.45 WIB
Tempat : Rumah Warga RW IV Kecamatan Gayungan
Kelurahan Gayungan
Agenda acara :
a. Pembukaan oleh MC Rusil UNMER
b. Presentasi / pemaparan materi oleh Elly Yanita Sari, Ratna Seftinurul Alfiana, Nanda
Wulansari, Waris Yogibalon
c. Acara dihadiri oleh seluruh mahasiswa kelaompok 2 dan masyarakat RW IV Kelurahan
Gayungan Kaecamatan Gayungan
.
d. Kronologis kegiatan/Acara :
No. Pukul uraian kegiatan
1 08.15 wib Mahasiswa sudah menyiapkan perlengkapan penyuluhan
(leaflet, LCD, laptop dan layar)
08.30 wib Masyarakat (peserta penyuluhan mulai datang dan
disambut oleh tuan rumah dan mahasiswa)
08.50 wib Fasilitator membagikan leaflet dan absensi peserta
09.05 wib Pembukaan oleh pembawa acara
09.20 wib Peserta penyuluhan memperhatikan pemaparan materi
09.30 wib Penyaji mengevaluasi pemaparan
09.40 wib Tanya jawab

09.45 wib Penutupan oleh pembawa acara


3. Tahap Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Undangan yang hadi sebayak 20 orang
2) Mahasiswa yang hadir tepat pada waktunya dan berperan sesuai dengan tugasnya
3) Tempat dan alat tersedia sesuai dengan perencanaan
4) Adanya koordinasi dengan ketua RW, tokoh masyarakat, dan masyarakat
b. Pertanyaan-pertanyaan dari peserta penyuluhan :
 Ny. Endah : “apakah sering pilek yang saya alami karna terpajan udara dingin termasuk otitis
media? “
Jawaban : “ Kita telah mengetahui bahwa pilek yang sering anda alami itu dapat terjadi karena
reaksi alergi. Kemudian salah satu penyebab otitis media adalah reaksi alergik. Dimana cairan
tersebut dalam masuk kedalam telinga melalui saluran yang disebut dengan tuba eustachii.
Tidak menutup kemungkin juga cairan pilek yang dihasilkan tersebut terdapat bakteri
Streptococcus ataupun Staphilococcus yang dapat memperparah infeksi pada telinga bagian
dalam. Jadi bisa jadi pilek yang sering anda derita itu dapat menjadi penyebab dari otitis
media.”

 Ny. Faria : “apakah cairan yang keluar dari telinga itu salah satu penyebab penularan dari otitis
media?”
Jawaban : “ Telah disebutkan tadi bahwa penyebab dari Otitis media ini adalah terinfeksi akibat
bakteri. Kontaminasi bakteri datang langsung melalui nasofaring (hidung). Sedangkan cairan
yang keluar dari telinga akibat penyakit ini terbentuk dari peradangan dalam mukosa (selaput)
telingan tengah. Jadi cairan yang keluar tersebut tidak menyebabkan penularan, akan tetapi
penularan terjadi akibat flu yang diderita.

 Ny. Fisma : “ jelaskan bagiamana otitis media dapat menyebabkan tidak nafsu makan, demam
dan muntah?”
Jawaban : “banyak tanda dan gejala yang timbul akibat penyakit ini, salah satunya yang anda
sebutkan. Demam pada penyakit ini disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri pada fase
akut (awal), infeksi ini adalah proses pertarungan antara bakteri dengan antibody sehingga
menimbulkan kenaikan suhu tubuh. Selanjutnya tidak nafsu makan dan muntah. Pasti dibenak
anda kok bisa padahal ini adalah penyakit pada telinga. Harus diketahui bahwa telinga tidak
hanya berfungsi sebagai indra pendengaran, akan tetapi juga berfungsi sebagai pengatur
keseimbangan yang berhubungan dengan otak. Ketika telinga mengalami gangguan fungsinya
pun tak luput dari gangguan juga. Pusing adalah salah satu gangguan yang diakibatkan oleh
gangguan keseimbangan ini, kondisi pusing ini akan menyebabkan rasa mual dan muntah.
Untuk mengatasi tersebut anak tetap harus diberikan makanan sedikit tapi sering agar asupan
nutrisi terpenuhi. Dan ASI juga harus tetap diberikan.

c. Evalusi Hasil
1) Peserta penyuluhan mampu memahami penyakit otitis media
2) Peserta penyuluhan mengetahui penyebab penyakit otitis media
3) Peserta penyuluhan mengenali dan memahami tanda dan gejala penyakit otitis media
4) Peserta penyuluhan mengetahui cara pencegahan pasien penyakit leukemia

Anda mungkin juga menyukai