Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

VERTIGO PADA PASIEN Ny Y


Di Ruang Yudistira RSUD K.R.M.T Wongsonegoro

A. PENGERTIAN VERTIGO
”Vertere” suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa lain dari vertigo,
yang artinya memutar. Vertigo dalam kamus bahasa diterjemahkan dengan pusing
(Wahyono, 2007).
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-
olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual
dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa
berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika
berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama
sekali (Israr, 2008).
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan
mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan gejala
yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan sebaiknya
langsung pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab
vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati (CDK, 2009)

B. ETIOLOGI
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan
yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan
area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf
yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa
berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi
secara tiba-tiba. Penyebab umum dari vertigo: (Israr, 2008)
1. Keadaan lingkungan
Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut).
2. Obat-obatan
Alkohol, Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya
aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga
Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam
(menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo), Infeksi telinga bagian dalam
karena bakteri, Herpes zoster, Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga),
Peradangan saraf vestibuler, Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
Sklerosis multipel, Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin,
persarafannya atau keduanya, Tumor otak, Tumor yang menekan saraf vestibularis.

C. Tanda dan Gejala


1. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia,
perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah,
gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara
berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan kaseimbangan.
Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian
menunjuk hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia.
Namun pada pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung
sacara normal. Penyebab vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi
vaskuler berulang, TIA dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum)
yang dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa posterior,
migren basiler.
2. Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik. Vertigo perifer
paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna (VPB). Pencetusnya
adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau
menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung
beberapa detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah
trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya
baik gejala akan menghilang spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam. Dapat dijumpai pada
penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere mempunyai trias
gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus. Usia
penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan munculnya penyakit. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan dalam
berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan dengan
telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari
kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan. Sedangkan pemeriksaan
elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa terdapat penurunan fungsi
vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari penyakit meniere ialah terdapat
kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh masa remisi. Terdapat
kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak kambuh lagi pada sebagian
terbesar penderitanya dan meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli dan
timitus dan sewaktu penderita mengalami disekuilibrium (gangguan
keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita sifilis stadium 2 atau 3 awal
mungkin mengalami gejala yang serupa dengan penyakit meniere jadi kita harus
memeriksa kemungkinana sifilis pada setiap penderi penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada penyakit ini
mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah mendadak. Gejala
ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa
lebih lega namun tidak bebas sama sekali dari gejala bila ia berbaring diam. Pada
Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak terganggu kemungkinannya
disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai nistagmus yang menjadi
lebih basar amplitudonya. Jika pandangan digerakkan menjauhi telinga yang
terkena penyakit ini akan mereda secara gradual dalam waktu beberapa hari atau
minggu. Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan
total pada beberapa penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan
gangguan vertibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo posisional
benigna. Pada penderita dengan serangan vertigo mendadak harus ditelusuri
kemungkinan stroke serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang
jika dilakukan viksasi visual yaitu mata memandang satu benda yang tidak
bergerak dan nigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan berubah. Pada
nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita menfiksasi pandangan kita
suatu benda contoh penyebab vetigo oleh gangguan system vestibular perifer
yaitu mabok kendaraan, penyakit meniere, vertigo pasca trauma
VERTIGO PERIFERAL VERTIGO SENTRAL (NON-
NO
(VESTIBULOGENIK) VESTIBULER)
1 Pandangan gelap Penglihatan ganda
2 Rasa lelah dan stamina menurun Sukar menelan
3 Jantung berdebar wajah Kelumpuhan otot-otot
4 Hilang keseimbangan Sakit kepala yang parah
5 Tidak mampu berkonsentrasi Kesadaran terganggu
6 Perasaan seperti mabuk Tidak mampu berkata-kata
7 Otot terasa sakit Hilangnya koordinasi
8 Mual dan muntah-muntah Mual dan muntah-muntah
9 Memori dan daya pikir menurun Tubuh terasa lemah
10 Sensitif pada cahaya terang dan Suara
11 Berkeringat

D. PATOFISISIOLOGI
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N
VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut
menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran
bakteri maupun virus (otitis media).
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan
visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain
saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan
VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan
menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam
mempertahankan keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan
yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan
keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang
rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat
menyebabkan parese N VIII.
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi
tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat
menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga
dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.

PATHWAYS

Pathway Vertigo

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang
yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang dipertajam selama 30
detik atau lebih.
2. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah.
Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu meter atau
badan berputar lebih dari 30 derajat.
3. Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai fertikal)
kemudian kembali kesemula.
4. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala bergantung
dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu posisi kepala lurus
kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal akan terjadi nistagmus.
5. Tes Kalori = dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita
6. Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul
7. Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular dan
somatosensorik.

F. KOMPLIKASI
1. Cidera Fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya
saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk
tetap berdiri dan berjalan.
2. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih
sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak
yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.

G. PENATALAKSANAAN
1. Vertigo posisional Benigna (VPB)
- Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian
besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan kagiatan
yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur, kemudian ia
merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan vertigo posisionalnya.
Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang
kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari,
tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.
- Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika muncul
eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan rasa
pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari
vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak
berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi
kepala dapat mengurangi gangguan.
2. Neurotis Vestibular
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika dan
terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih meningkat bila
pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika
dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda.
3. Penyakit Meniere
Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere. Tujuan dari
terapi medik yang diberi adalah:
- Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat dilakukan upaya :
tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti vertigo. Pemberian penjelasan
bahwa serangan tidak membahayakan jiwa dan akan mereda dapat lebih membuat
penderita tenang atau toleransi terhadap serangan berikutnya.
- Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi lebih jarang.
Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang menganjurkan diet
rendah garam dan diberi diuretic. Obat anti histamin dan vasodilator mungkin pula
menberikan efek tambahan yang baik.
- Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat diredakan oleh
obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi infalid tidak dapat bekerja atau
kemungkinan kehilangan pekerjaannya.
4. Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut)
Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat supresan vestibular
dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan mobilisasi. Misalnya Dramamine,
prometazin, diazepam, pada enderita ini latihan vertibuler dan latihan gerak dapat
membantu. Bila perlu beri tongkat agar rasa percaya diri meningkat dan kemungkinan
jatuh dikurangi.
5. Sindrom Vertigo Fisiologis
Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena terdapat
ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang diterima otak. Pada
penderita ini dapat diberikan obat anti vertigo.
6. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler)
- TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala klinisnya pulih
sempurna dalam kurun waktu 24 jam
- RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan sempurna terjadi
lebih dari 24 jam.
Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan terapi atau penanganan yang
efektif sebab kemungkinan kambuh cukup besar, dan jika kambuh bisa
meninggalkan cacat.

H. FOKUS PENGKAJIAN
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien vertigo
tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo,
posisi mana yang dapat memicu vertigo.
c. Riwayat kesehatan yang lalu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit tumor otak.
Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik, aminoglikosid,
antikonvulsan dan salisilat.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau riwayat
penyakit lain baik
e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
2. Pemeriksaan Persistem
3. Sistem pernafasan
4. Sistem Kardiovaskuler
5. Sistem Gastrointestinal
6. Sistem Perkemihan
7. Sistem Persyarafan
8. Sistem Immune
9. Sistem Reproduksi
10. Sistem Muskuloskeletal
11. Sistem Endokrin
12. Sistem Integumen
13. Sistem Sensori
14. Sistem Hematologi
I. DIANOGSA KEPERAWATAN
1. Resiko jatuh berhubungan dengan pusing ketika menggerakan kepala.
2. Nausea berhubungan dengan penyakit meniere, labirintitis
3. Defisit self care: toileting, bathing, feeding.
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Resiko jatuh Setelah dilakukan
1. Environmental Management: Safety: awasi
berhubungan tindakan keperawatan dan gunakan lingkungan fisik untuk
dengan pusing selama … x 24 jam meningkatkan keamanan
ketika pasien diharapakan 2. Falls Prevention:
menggerakkan tidak jatuh Kaji penurunan kognitif dan fisik pasien
kepala NOC: yang mungkin dapat meningkatkan resiko jatuh
Kaji tingkat gait, keseimbangan dan
a. Safeti status:
kelelahan dengan ambulasi
Falls
Instruksikan pasien agar memanggil asisten
Occurrence
ketika melakukan pergerakan
b. Falls
3. Teaching: disease proles
prevention:
jelaskan pada pasien tanda dan gejala dari
know ledge
penyakit yang diderita
personal safety
Anjurkan pasien untuk bedrest pada fase
c. Safety
akut
beheviour: Falls
Jelaskan pada pasien tentang terapi
prevention
rehabilitatif pada pasien vertigo

Dengan kreteria:

a. pasien mampu
berdiri, d uduk,
berjalan tanpa
pusing
b. Klien mampu
menjelaskan
jika terjadi
serangan dan
cara
mengantisipasin
ya

2. Nausea Setelah dilakukan


1. Patient / family teaching
berhubungan tindak keperawatan -Anjurkan pasien agar pelen-pelan nafas dalam
dengan stimulasi selama…x24 jam, dan menelan untuk menurunkan rasa mual dan
visual yang tidak nausea berkurang / muntah.
mengenakkan, hilang -Ajarkan pasien untuk tidak minum 1 jam
meniere, labirintitis N.O.C: sebelum,1 jam setelah dan sewaktu makan.
a. Comfort level 2.NUTRITIONAL MONITORING
b. Hidration -Monitor tipe kehilangan berat badan dan
pertumbuhan
c. Nutritional
-Monitor kelembaban,turgor kulit dan
status food finid
depigmentasi.
intake
-Monitor tingkat energi,malaise,fatigue dan
kelemahan pasien.
Dengan kreteria:
-Monitor asupan kalori dan nutrisi.
b. Terdapat tanda-tanda
-Kolaborasi;
fisik dan psikologik
kelola pemberian anticmetic sebelum makan atau
membaik
sesuai jadwal
c. Turgor kulit, mukosa
3. Fluid managmen:
mulut baik
d. Tidak panas dan tidak
 Awasi secara akurat intake dan output
terdapat edeme perifer
 Monitor vital sign
Intake makanan dan
 Monitor status nutrisi pasien
minuman baik  Monitor status hydrasi misal
kelembaban membranmukosa, tekanan
nadi dan orthostatic BP

Kelola pemberian terapi IV


3 Kurang perawatan Setelah dilakukan NIC:Membantu perawatn diri pasien mandi dan
diri: makan, mandi, tindakan keperawatan toileting
berpakaian, toileting selama ... x 24 jam Aktifitas:
b.d kerusakan diharapkan kebutuhan 1.Tempatkan alat-alat mandi ditempat yang
neurovaskuler mandiri klien terpenuhi, mudah dikenali dan mudah dijangkau klien
NOC;PERAWATAN 2.Libatkan klien dan danpingi
Batasan DIRI 3.Berikan bantuan selama klien tidak mampu
Karakteristik : (Mandi,makan,toileting, mengerjakan sendiri
Kelumpuhan berpakaian) Dengan NIC : ADL berpakaian
wajah atau anggota kriteria : Aktifitas :
badan sehingga Klien dapat makan de-
1. Informasikan pada klien dalam memilih
menyebab-kan : ngan bantuan orang lain
pakaian selama perawatan
Ketidakmampuan / mandiri
2. Sediakan pakaian ditempat yang mudah
dalam menyuap, Klien dapat mandi de-
dijangkau
memegang alat ngan bantuan orang lain
3. Bantu berpakaian yang sesuai
makan Klien dapat memakai
4. Jaga privasi klien
Ketidakmampuan pakaian dengan bantuan
5. Berikan pakaian pribadi yang digemari
dalam membasuh orang lain / mandiri
dan sesuai
badan, mongering- Klien dapat toileting
kan, keluar masuk de-ngan bantuan alat
NIC : ADL Makan
kamar mandi
Aktifitas :
Ketidakmampuan
pergi ke kamar 1. Anjurkan klien duduk dan berdoa
mandi, mengguna- bersama teman
kan pispot 2. Dampingi saat makan
3. Bantu jika klien belum mampu dan beri
contoh
4. Beri rasa nyaman saat makan
DAFTAR PUSTAKA

Lumban Tobing. S.M, 2008, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI


Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 2008, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan
Terapi, Malang : Perdossi
Price, S.A., & Wilson, L.M. (2012). Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.Vol.2.
Jakarta: EGC.
Wahyono .dkk. 2007.Kapita selekta kedokteran 3 jilid 2,Jakarta:Media Aesculapius
Israr. Y. 2008. Vertigo. Diakses 4 Desember 2018, jam 08.05
Http://yayanakhyr.wordpress.com
LAPORAN PENDAHULUAN
VERTIGO PADA PASIEN Ny Y
Di Ruang Yudistira RSUD K.R.M.T Wongsonegoro

Disusun Oleh :
1. Itsnaini Nur Laila : 1601027

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2018

Anda mungkin juga menyukai